Anda di halaman 1dari 9

JUDUL KETERAMPILAN: Sholat Dalam Kondisi Khusus

Penulis: Ahda Bina A, Lc, MHI; dr. Kusuma Andriana SpOG

1. Tingkat Kompetensi Keterampilan


Berdasarkan Standar Kompetensi dan Karakter Dokter Muhammadiyah (SKKDM)
2020 dokter yang ditetapkan tahun 2020, maka tingkat kompetensi pemeriksaan Sholat
dalam kondisi khusus adalah seperti yang tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1. Tingkat kompetensi ketrampilan pemeriksaan sesuai SKKDM 2020
Jenis ketrampilan Tingkat kompetensi
1. Sholat dalam keadaan duduk 4
2. Sholat dalam keadaan berbaring 4
3. Sholat dalam perjalanan (kendaraan) 4

Keterangan:
Tingkat kemampuan 1 Mengetahui dan Menjelaskan
Tingkat kemampuan 2 Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat kemampuan 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Tingkat kemampuan 4 Mampu melakukan secara mandiri

2. Tujuan Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pengetahuan tentang Sholat dalam kondisi
khusus (jenis keterampilan pada tabel 1).
2. Mahasiswa mampu melakukan dan mencontohkan sholat dalam kondisi khsusus

3. Prerequisite knowledge
Sebelum memahami konsep sholat dalam kondisi khusus, mahasiswa harus:
1. Memahami hukum sholat
2. Memahami syarat dilakukannya sholat
3. Tata cara sholat Nabi

4. .Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
Tahapan Lama (menit) Metode Pelaksana/
pembelajaran Penanggung Jawab
Pengantar + contoh 100 Kuliah
Melakukan sholat 100 Praktek
dalam kondisi duduk
+ berbaring
Mandiri 100 Praktek Mahasiswa
(mengirimkan video)
4.1. Hukum Sholat
Shalat merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang Islam
yang telah baligh dan berakal sehat. Allah _ berfirman:
Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (QS. An-Nisa': 103)
Sholat merupakan salah satu dari rukun Islam.
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Alh- Khottob radiallahuanhuma dia
berkata : Saya mendengar Rasulullah  bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara;
Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad
utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa
Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)

4.2. Syarat sholat


a. Syarat Wajib
- Beragama Islam
- Baligh
- Berakal sehat
b. Syarat Sah Sholat
- Suci dari najis
- Sudi dari hadats
- Menutup aurat
- Masuk waktu sholat
- Menghadap kiblat

4.3. Tata Cara sholat nabi Muhammad SAW


Rasululloh berpesan
Dan shalatlah kalian, sebagaimana kalian melihat aku shalat.
(HR. Bukhari dan Muslim)
a. Rukun sholat.
Rukun ini harus dikerjakan, bila ditinggalkan maka sholat menjadi tidak sah.
Rukun shalat yang bersifat wajib itu adalah :
- Berdiri bagi yang mampu
- Takbiratul ihram
- Membaca surat al-Fatihah
- Ruku’
- I’tidal
- Sujud
- Duduk
- Sujud yang kedua
- Duduk tasyahud
- Doa tasyahud
- Salam
Pembahasan selanjutnya ada di rukun sholat yang sempurna.
b. Rukun sholat yang sempurna
1. Berdiri bila mampu
2. Takbiratul Ihram
Takbir artinya membaca kalimat, Allahu akbar Ihram artinya mengharamkan.
Takbiratul ihram artinya takbir yang mengharamkan seluruh ucapan dan
gerakan selain ucapan dan gerakan shalat. Oleh karena itu, setelah
melakukan takbiratul ihram, diharamkan berucap dan bergerak selain ucapan
dan gerakan shalat.
Rasulullah bersabda:
Kunci (pembuka) shalat itu adalah wudhu, permulaannya adalah takbir, dan
penghabisannya adalah salam. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Cara bertabiratul ihram yaitu:
- Membaca, “Allahu akbar,”
Hadits dari Humaid as-Sa’idi, ia berkata:

Bila Rasulullah _ hendak shalat, beliau menghadap kiblat, lalu mengangkat


kedua belah tangan dengan membaca, "Allahu Akbar". (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah _ bersabda:
Bila engkau hendak melaksanakan shalat, bertakbirlah. (HR.Bukhari dan
Muslim)
- Niat ikhlas karena Allah,
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus. (al-Bayyinah: 5)

Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan


sesungguhnya setiap orang akan memperoleh balasan berdasarkan apa
yang dia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

- Seraya mengangkat kedua belah tangan selurus bahu, dan mensejajarkan


ibu jari pada daun telinga,

Adalah Rasulullah _ apabila bertakbir, beliau mengangkat kedua tangan


hingga sejajar pada telinga. Begitu pula bila beliau hendak ruku', dan bila
mengangkat kepala dari ruku', lalu beliau mengucapkan, “Sami'alla-hu
liman hamidah,” beliau mengerjakan demikian pula. (HR. Muslim)

- Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di atas dada.

Saya shalat bersama Rasulullah. Beliau meletakkan tangan kanan pada


tangan kiri di atas dada. (HR. Ibnu Khuzaimah)

3. Membaca Doa Iftitah


Setelah bertakbiratul ihram, kemudian membaca doa iftitah, atau doa istiftah.
Ada berbagai macam doa iftitah, bacalah yang memiliki nash yang lebih kuat.

4. Ta`awudz
Ta’awudz dalam shalat ini berdasarkan hadits Abu Sa’id al-Khudri sebagai
berikut:
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: Adalah Rasulullah apabila hendak
melaksanakan shalat malam (tahajud), setelah bertakbiratul ihram beliau
membaca, “Subha-nakallahumma wabihamdika wata-barakasmuka wata’a-la-
jadduka wala-ila-ha ghairuk.” Kemudian beliau membaca, “Alla-hu akbar
kabira-.” Lalu beliau membaca, “A’u-dzu billahis sami-‘il ‘ali-mi minasy syaitha-
nirraji-mi min hamzihi wanafkhihi wanaftsih.” (HR. Tirmidzi)

5. Membaca Basmallah
6. Membaca surat Al Fatihah

Tidak sah shalat orang yang tidak membaca surat al-Fatihah. (HR. Bukhari
dan Muslim)
7. Berdoa
Setelah membaca al-Fatihah, berdo’a dengan membaca, “Ami-n.” Artinya:
Mohon kabulkanlah. Yang demikian itu, karena akhir dari surat al-Fatihah
merupakan doa.

Setelah membaca al-Fatihah, berdo’a dengan membaca, “Ami-n.” Artinya:


Mohon kabulkanlah. Yang demikian itu, karena akhir dari surat al-Fatihah
merupakan doa.

Apabila imam membaca, “A-mi-n,” maka hendaklah kamu membaca


pula, “A-mi-n,” karena sungguh barangsiapa yang bacaan A-mi-n nya
bersamaan dengan A-mi-n para malaikat, tentulah diampuni dosanya
yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Membaca salah satu surat dari al-Qur’an dengan memperhatikan makna dan
dibaca secara perlahan.
9. Ruku`
(1) mengangkat kedua belah tangan seperti takbiratul ihram, dan (2) mulai
gerakan ruku’ (3) sambil bertakbir, (4) sehingga punggung rata dengan leher,
dan memegang kedua lutut dengan kedua telapak tangan.
9. Membaca doa ruku Subha-nakalla-humma rabbanawabihamdika Alla-
hummaghfirli,” atau doa yang lain seperti Subha-na rabbiyal ‘azhi-m
10. I`tidal
Tata cara i'tidal: (1) mengangkat kepala, dan (2) mengangkat kedua belah
tangan seperti dalam takbiratul ihram, seraya berdoa, Sami’alla-hu liman
hamidah. Bila tubuh sudah lurus kembali, membaca doa, Rabbana
walakalhamd.
11. Sujud
Tata cara sujud: (1) mulai berpindah dari posisi berdiri ke posisi sujud
dengan
bertakbir, lalu (2) meletakkan kedua lutut dan jari kaki di atas lantai, demikian
pula kedua tangan, dahi dan hidung, (3) menghadapkan ujung jari kaki ke
arah kiblat, serta merenggangkan tangan di sisi lambung dengan mengangkat
siku. (4) berdoa, Subha-nakallahumma rabbana- wabiham dikalla-
hummaghfirli,” atau berdoa dengan salah satu dari doa-doa yang diajarkan
Nabi Muhammad dalam sujud.

12. Duduk diantara dua sujud


Duduk denganbertakbir dan kemudianmembaca doa Alla-hummaghfirli-
warhamni- wajburni- wahdiniwarzuqni.
13. Sujud kedua membaca seperti sujud pertama..
14. Duduk sebentar lalu berdiri lagi
15. Duduk tahiyat
Dilakukan pada rakaat kedua setelah sujud kedua. Membaca doa
Tasyahud, shoalawat dan doa.
16. Salam
Merupakan penutup sholat. Melakukan salam ke kanan dan ke kiri. Salam
yang pertama sampai terlihat pipi kanan, dan salam yang kedua sampai
terlihat pipi kiri oleh orang yang ada di belakang kita. Sambil salam itu,
membaca, “Assalamu ‘alaikum wa rahmatulla-h. Atau, Assala-mu `alaikum
wa rahmatullahi wa baraka-tuh.

Gambar 1. Urutan gerakan sholat


(Sumber : https://www.nahimunkar.org/gerakan-shalat-ada-lima-macam/)

4.4. Sholat Dalam Kondisi Khusus


Secara umum, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak pernah
memberikan kewajiban kepada umat manusia melebihi kemampuannya

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.


(QS Al-Baqarah (2) : 286)
Dalam ayat yang lain, Allah bukan saja meniadakan kewajiban yang melebihi
kesanggupan hamba-Nya, bahkan Allah juga mengiringi kabar baik itu dengan
kabar baik, yaitu kepastian akan datangnya kemudahan dari Allah.

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan. (QS ath-Thalaq (65) : 7)

Termasuk kelapangan atau kemudahan di sini berkaitan dengan kewajiban


menjalankan shalat. Dalam keadaan tertentu yang tidak memungkinkan sholat dalam
keadaan berdiri maka tetap wajib melaksanakan shalat, tetapi tata caranya bisa
disesuaikan dengan kondisi yang ada
Berbeda dengan kewajiban puasa yang bisa diganti pada hari yang lain, shalat
tidak bisa kita ganti pada hari yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa shalat merupakan
sumber energi keimanan yang tidak bisa ditunda-tunda, tapi bisa disesuaikan. Kondisi
yang mungkin terjadi :
a. Sholat dalam keadaan sakit
- Tidak bisa berdiri
Apabila tidak bisa berdiri dengan baik, bisa melaksanakan shalat dalam
keadaan duduk dengan menghadap kiblat. Bisa duduk di atas kursi, atau duduk
di lantai, tergantung kepada keadaan saat itu, mana yang lebih nyaman. Bisa
duduk dengan posisi duduk tahiyat, juga bisa duduk dengan posisi bersila.
Untuk posisi ruku’, bisa ganti dengan mencondongkan tubuh ke depan, dan
kedua tangan letakkan di atas lutut. Adapun posisi sujud, bila memungkinkan
untuk sujud, lakukan gerakan sujud. Apabila tidak bisa sujud, condongkan
tubuh ke depan lebih dalam daripada gerakan ruku’ tadi. Kemudian, untuk
bacaan yang dibaca dalam shalat sambil duduk sama dengan bacaan dalam
keadaan berdiri.
- Hanya mampu berbaring
Dalam keadaan hanya mampu berbaring, maka posisi tubuh yang seharusnya
dalam keadaan berdiri dan duduk diganti dengan berbaring. Adapun posisi
berbaring sama dengan posisi mayat yang sedang dikuburkan. Jadi tubuh
berbaring di atas lambung bagian kanan. Bagian tubuh yang kanan berada di
bawah, sedangkan bagian tubuh yang kiri berada di atas dan menghadap ke
arah kiblat. Bacaan shalat yang diucapkan dalam keadaan berbaring ini sama
dengan shalat sambil berdiri. Adapun gerakan, bisa disesuaikan dengan
keadaan, seperti ketika ruku’, membungkukkan sedikit punggung ke arah
depan. Bila hendak sujud, membungkukkan punggung sedikit lebih dalam ke
depan. Demikian seterusnya, bisa disesuaikan dengan keadaan, sehingga tidak
menambah sakit, atau memperlambat kesembuhan.
- Hanya mampu terlentang
Dalam keadaan hanya mampu terlentang, maka kedua kaki dihadapkan ke arah
kiblat. Misal, bila kiblat di arah barat, maka kaki ke arah barat, sedangkan
kepala di arah timur. Bacaan shalat sama dengan biasanya, yang berbeda
hanya gerakannya saja. Gerakan diganti dengan isyarat kedua tangan, atau
isyarat dengan mata. Seperti ketika hendak ruku’, menundukkan pandangan,
ketika i'tidal, kembali mengangkat pandangan. Demikian seterusnya, sambil
menggerakkan badan dan kedua tangan sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan.
“Dari Imran bin Husain dia berkata: aku menderita wasir lalu aku
bertanya kepada Rasulullah SAW. Beliau pun bersabda: sholatlah
sambil berdiri, kalau tidak bisa, maka sholatlah sambil duduk, kalau
tidak bisa, maka sholatlah di atas lambungmu.”
b. Sholat dalam perjalanan
Dalam kondisi safar (perjalanan) diperbolehkan menjama` sholat diawal (taqdim)
diakhir (takhir). Jama` yang dimaksud adalah bukan menggabungkan dua sholat
menjadi satu sholat, tetapi menggabungkan waktunya. Perlu diperhatikan lama
perjalanan (melewati beberapa waktu sholat) dan kondisi selama perjalanan apakah
memungkinkan untuk berhenti untuk sholat
- Jama` (menggabung 2 sholat)
o Jama` taqdim : memajukan sholat. Misal akan melakukan perjalanan
dhuhur dan diperkirakan sampai di tempat maghrib, maka sebelum
berangkat melakukan sholat dhuhur dan dilanjutkan sholat ashar di waktu
dhuhur tersebut
o Jama` takhir : mengakhirkan. Misal perjalanan yang dihadapi melampui
waktu sholat maghrib, dan sampai ditempat saat isya. Maka ketika sampai
ditempat, dilakukan sholat magrib dan shoalt isya diwaktu isya.
- Sholat dalam kendaraan
Bila benar-benar tidak memungkinkan berhenti meskipun hanya sebentar
untuk melaksanakan shalat, sholat boleh dilaksanakan di dalam kendaraan.
Bila tidak mempunyai wudhu bisa bertayammum, kemudian sholat dalam
keadaan duduk menghadap kedepan.

5. Sumber belajar

Ahda, B, 2013, Tuntunan sholat sesuai Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah,


Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih, 2009.Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Sagiran, 2019, Mukjizat gerakan sholat. Qultum media, cet 1. Jakarta.
Video Tata Cara Sholat Muhammdiyah https://youtu.be/vPUc4aNBSW4

6. Alat-alat yang dibutuhkan


1. Sajadah
2. Arah kiblat
3. Manekuin utuh

7. Prosedur untuk pemeriksaan .........


1. Melihat contoh dari pembimbing
2. Melihat video
3. Melakukan mandiri, direkam, dikirim ke pembimbing
Prosedur Penilaian
CHEK LIST MENGAJARKAN SHOLAT DALAM KEADAAN DUDUK

No Aspek yang dinilai Bobot Nilai


0 1 2
1. Salam, memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga 1
2. Menawarkan mengajarkan pasien untuk sholat sambil 1
duduk
3. Duduk dengan menghadap kiblat/atau semampunya sesuai 1
tempat tidur
4. Menutup aurat, suci badan, tempat dan pakaian 1
5. Takbiratul ihram 1
6. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
7. Membaca do'a iftitah, ta'awwudz dan basmalah, kemudian 1
membaca Al-Fatihah
8. Membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di 1
antara ayat-ayat Al-Qur'an
9. Ruku`(dengan menundukkan kepala) 1
10. I`tidal 1
11. Sujud (dengan menundukkan tubuh seperti memberi 1
hormat))
12. Membayangkan duduk iftirasy, 1
13. Membayangkan Tasyahud awal 1
14. Membayangkan Tasyahud akhir 1
15 Salam 1
JUMLAH (A) 15
KET: Nilai 0: tidak Dilakukan, Nilai 1: Dilakukan Tidak Sempurna, Nilai 2:
Sempurna
No NILAI
(B). PENILAIAN PERFORMANCE
1 2 3 4
1. Komunikasi dengan santun
2. Percaya diri
3. Berpakaian menutup aurat, rapi dan bersih
4. Kualitas sholat
JUMLAH (B)
KET : 1 : Gagal dilakukan; 2 : Borderline; 3 : Memenuni harapan; 4 : Sangat baik
(melebihi harapan)

NILAI AKHIR: (JUMLAH NILAI A : 30) + (JUMLAH NILAI B : 16) X 100


2
Nilai A :
Nilai B :
Nilai Akhir : (Lulus/Tidak Lulus)*
*coret yang tidak perlu, nilai lulus minimal 70
CHEK LIST MENGAJARKAN SHOLAT DALAM KEADAAN BERBARING

No Aspek yang dinilai Bobot Nilai


0 1 2
1. Salam, memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga 1
2. Menawarkan mengajarkan pasien untuk sholat sambil berbaring 1
3. Berbaring miring kekiri menghadap kiblat 1
4. Menutup aurat, suci badan, tempat dan pakaian 1
5. Takbiratul ihram 1
6. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
7. Membaca do'a iftitah, ta'awwudz dan basmalah, kemudian 1
membaca Al-Fatihah
8. Membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di 1
antara ayat-ayat Al-Qur'an
9. Ruku` (dengan menundukkan kepala atau memejamkan mata ) 1
10. I`tidal 1
11. Sujud (dengan menundukkan kepala atau memejamkan mata ) 1
12. Membayangkan duduk iftirasy, 1
13. Membayangkan Tasyahud awal 1
14. Membayangkan Tasyahud akhir 1
15 Salam 1
JUMLAH (A) 15
KET: Nilai 0: tidak Dilakukan, Nilai 1: Dilakukan Tidak Sempurna, Nilai 2: Sempurna
No NILAI
(B). PENILAIAN PERFORMANCE
1 2 3 4
1. Komunikasi dengan santun
2. Percaya diri
3. Berpakaian menutup aurat, rapi dan bersih
4. Kualitas sholat
JUMLAH (B)
KET : 1 : Gagal dilakukan; 2 : Borderline; 3 : Memenuni harapan; 4 : Sangat baik (melebihi harapan)

NILAI AKHIR: (JUMLAH NILAI A : 30) + (JUMLAH NILAI B : 16) X 100


2

Nilai A :

Nilai B :

Nilai Akhir : (Lulus/Tidak Lulus)*

*coret yang tidak perlu, nilai lulus minimal 70

Anda mungkin juga menyukai