Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FIQIH DAN USHUL FIQIH

SHOLAT JENAZAH, SHOLAT GERHANA, SHOLAT IDHAIN

Dosen Pengampuh : Dr. H. Subki, M. Pd.I

OLEH

Irfani Solehah NIM : 220103028

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-


Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas Mata kuliah
Islam Sains dan peradaban. Tak lupa salam serta sholawat tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw,Yang telah memperjuangan islam hingga
kita bisa merasakan islam seperti saat ini,dan semoga kita mendapat
syafaat beliau diyaumil akhir nanti.

Sekiranya bahwa,makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi


siapa saja. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini juga bertujuan
memberikan pengetahuan tentang "Islam sebagai Mabda (ideologi)"guna
menambah wawasan bagi siapa saja.

Penyusun berharap saran,masukan dan kritikan untuk membangun


agar kedepannya lebih baik. Penyusun masih dalam proses
belajar,karena kelebihan hanya milik allah dan kekurangan milik pribadi
penyusun. Akhir kata,Penyusun mohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penyusunannya.

Wallahu muawaffiq Ila Aqwamitthorieq

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Mataram,19 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................
DAFTAR ISI...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................

A. Latar belakang...............................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................
C. Tujuan...........................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................

A. Sholat Jenazah...............................................................
B. Sholat Gerhana..............................................................
C. Sholat Idhain.................................................................

BAB III KESIMPULAN.........................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata ibadah yang berasal dari bahasa Arab menjadi bahasa
Melayu yang terpakai dan difahami secara baik oleh orang-orang
yang menggunakan bahasa Melayu atau Indonesia. Ibadah dalam
bahasa Arab diartikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh,
mengesakan dan merendahkan diri. Dalam istilah Indonesia
diartikan: perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang
didasari ketaatan untuk mengerjakan printah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Juga diartikan: segala usaha lahir dan batin sesuai
perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan
hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun
terhadap alam semesta1.
Secara garis besar, ibadah itu dibagi menjadi dua yaitu ibadah
pokok yangdalam kajian ushul fiqh dimasukkan kedalam hukum
wajib, baik wajib ‘anni atau wajib Kifayah..yang termasuk kedalam
ibadah pokok adalah ibadah yang keluar dari rukun Islam.
Disamping shalat fardhu yang lima terdapat beberapa bentuk
shalat yang pelaksanannya dalam bentuk tertentu yang terkadang
berbeda denngan shalat fardhu yang biasa. Diantaranya dalah shalat
jenazah, shalat Gerhana dan shalat Idhain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum melaksanakan sholat Jenazah?
2. Bagaimana hukum melaksanakan sholat Gerhana?
3. Bagaimana hukum melaksanakan sholat Idhain?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hukum melaksanakan sholat Jenazah
2. Untuk mengetahui hukum melaksanakan sholat Gerhana
3. Untuk mengetahui hukum melaksanakan sholat Idhain

1
BAB II PEMBAHASAN

1. SHALAT JENAZAH

Shalat jenazah merupakan slah satu shalat yang unik, karena


pada shalat jenazah tidak perlu ruku dan sujud, bahkan tidak ada istilah
rakaat dalam shalat jenazah.

A. Hukum Menjalankan Shalat jenazah

Menshalatkan jenazah seorang Muslim hukumnya fardhu


kifayah. Apabila ada sebagian sudah ada yang melaksanakan, maka yang
lain gugur kewajibannya. Shalat jenazah memiliki keutamaan yang amat
besar, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadist rasulullah Saw.

Shalat jenazah adalah shalat yang tidak memakai rukuk dan


sujud, terdiri dari empat takbir kemudian salam. Setelah takbir pertama
kita membaca surat alfatihah, kemudian setelah takbir yag kedua, kita
membaca shalawat atas Nabi. Kemudian, setelah takbir ketiga kita
membaca doa untuk diri kita, kemudian salam.

Dianjurkan untuk berjamah dengan barisan makmum sebanyak


tiga shaf. Kika mayat laki-laki, maka imam berdiri lurus dengan bagian
kepala mayat. Jika mayat wanita, maka imam berdiri lurus dengan perut
mayat.
B. Rukun Dalam Shalat Jenazah
Dalam pandangan mazhab As-Syafi’iyah dan Al-Hanabiyah
mengatakan bahwa shalat jenazah terdiri dari tujuh rukun. Rukun-rukun
tersebut ialah niat, empat takbir dengan takbiratul ikhram, membaca
surat Al-Fatihah setelah takbir yang pertama, shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw, doa untuk si Mayit, berdiri dan salam.
Sedangkan dalam mazhab Al-Malikiyah, rukun-rukun shalat jenazah
ada empat, yaitu niat, empat kali takbir, mendoakan mayit diantara
takbir, dan berdiri. Sedangkan dalam pandangan Mazhab Al-Hanafiyah,
cukup dua yaitu empat kali takbir dan berdiri.

a. Niat
Semua mazhab kecuali Hanafiyah menyatakan niat sebagai rukun
shalat jenazah yang berlandaskan pada hadist yang diriwayatkan oleh
Muttafaq Alaihi yang memiliki arti
“ sesungguhnya setiap amal ibadah itu tergantung niatnya. Setiap orang
mendapatkan sesuai niatnya.”

b. Berdiri Bila Mampu


Shalat jenazah dianggap tidak sah jika dilakukan smabil duduk atau
diatas kendaraan (hewan tunggangan) selama seseorang itu masih
mampu berdiri dan tidak ada uzur.
c. Takbir Empat Kali
Aturan ini di dapatkan dari hadist Jabir yang menceritakan
bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyalatkan jenazah
padazamannya.
d. Membaca surat Alfatihah
e. Membaca shalawat Nabi
Shalawat yang dimaksud adalah salawat Ibrahimiyah, yaitu yang
dimaksud adalah shalawat yang didalamnya ada shalawat dan
keberkahan buat nabi Ibrahim juga. Shalawat ini dibaca setelah takbir
yang kedua.
f. Doa untuk Jenazah

g. Salam

Dari penjelasan diatas kita bisa mengetahui bahwa menyalatkan


jenazah seorang muslim hukumnya fardhy kifayah, dalam menjalankan
shalat jenazah makmum diwajibkan untuk berdiri, terkecuali jika ada
uzurnya. Posisi imam saat menyolatkan jenazah laki-laki dan perempuan
berbeda, jika laki-laki posisi imam sejajar dengan kepala jenazah dan
jika perempuan imam sejajar dengan perut jenazah.

2. SHALAT GERHANA

Para ulama sepakat bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah


muakkad (sangat dianjurkan) bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan.
Yang lebih utama dikerjakan adalah dengan berjamaah, meskipun
berjamaah buka merupakan syarat dalam shalat gerhana.
Hendaknya ada seorang penyeru yang berseru “ash-shalata jami’ah”
(kerjakanlah shalat gerhana brjamaah). Mayoritas ulama berpendapat
bahwa shalat gerhana sebanyak dua rakaat: didalam setiap rakaat
dilakukan dua kali rukuk.
Aisyar r.a. berkata “ pernah terjadi gerhana matahari dimasa itu,
Rasulullah saw. berangkat ke masjid. Beliau berdiri dan bertakbir. Kaum
muslim berbaris dibelakang beliau, lalu beliau membaca (Al-Qur’an)
yang panjang, Beliau kemudian bertakbir dan melakukan rukuk dengan
cukup lama, tetapi lebih pendek dari pada bacaannya yang pertama.
Kemudian Beliau bangkit dari rukuk seraya berucap sami’allahu li man
hamidah rabbana wa laka al-hamdu. Kemudian beliau berdiri dan
membaca bacaan yang panjang, tetapi lebih pendek dari bacaan yang
pertama. Kemudian beliau bertakbir, lalu melakukan sujud yang lebih
singkat dari rukuk yang pertama. Kemudian beliau mengucapkan
sami’allahu li man hamidah rabbana wa laka al-hamdu. Kemudian
beliau bersujud. Kemudian mengerjakan satu rakaat lagi, sama dengan
rakaat yang pertama, hingga beliau melakukan empat kali ruruk dan
empat kali sujud. Matahari tampak kembali sebelum beliau
menyelesaikan shalatnya. Kemudian beliau berdiri dan berkhotbah di
hadapan kaum muslim. Beliau memuji Allah dengan pujian yang layak
bagi-Nya. Kemudian beliau bersabda,

“ sesungguhnya matahari dan rembulan merupakan dua tnda kekuasaan


Allag. Gerhana matahari dan gerhana rembulan terjadi bukan
disebabkan kematianatau kehidupan seseoranng. Apabila menyaksikan
gerhana matahari atau rembulan, maka segeralah mengingat Allah”

3. SHALAT IDHAIN

Shalat dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) diisyaratkan pada
tahun pertama dari hijrahnya Rasulullah saw.. Kedua shalat tersebut
hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Rasulullah selalu
mengerjakan shalat hari raya dan memerintahkannya kepada ummatnya,
baik laki-laki maupun prempuan, untuk menghadiri shalat hari raya.

a. Hukum sholat Idhain

Shalat idhain adalah shalat yang dilakukan pada hari raya, yaitu hari
raya Idul Fitri dan hari raya idul adha secara berjamaah. Hukum shalat
hari raya adalah sunnah untuk setiap orang beriman dan fardhu kifayah
atas golongan orang Islam, dengan arti bila telah ada yang
melaksanakannya tidak berdosa bagi orang lain yang tidak
melaksanakannya, tetapi bila tiak ada seorangpun yang
melaksanakannya sehingga dalam lingkungan itu tidak terlaksana shalat
hari raya, berdosa kaum muslim.

b. Tata Cara Sholat Idhain

Shalat hari raya dilakukan sebanyak dua rakaat dan dilanjutkan


dengan khutbah hari raya. Bedanya dengan shalat dua rakaat lainnya
adalah bahwa setelah takbir al-irham dilanjutkan dengan tujuh takbir
pada rakaat pertama dan lima takbir pada rakaat kedua setelah bangkit
dari sujud. Sesudah takbir tambahan dalam setiap rakaat dibaca Al-
Fatihah. Diantara setiap takbir tambahan itu dibaca

1. Niat

‫سنَّةً ل ِع ْي ِد ْالفِ ْط ِر ( َمْأ ُم ْو ًما\ِإ َما ًما) هلِل ِ تَ َعــــالَى‬ َ ‫ُأ‬


ُ ‫صلِّي َر ْك َعتَ ْي ِن‬

Usholli rak’ataini sunnatan li’idil fitri (ma’muman/imaman) lillahi


ta’ala

Artinya: “Aku berniat sholat sunnah idul fitri dua rakaat (menjadi


makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

2. Takbir Tujuh Kali untuk Rakaat Pertama

Takbir tujuh kali untuk rakaat pertama. Hal ini dilakukan setelah
pembacaan do’a iftitah selesai. Dengan membaca doa

‫س ْب َحانَ هللاِ َوا ْل َح ْم ُد هلِل ِ َوالَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَر‬
ُ

3. Membaca surat Qaf atau Al-A’la

Setelah membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama, bacaan yang


disunnahkan dalam sholat idul fitri selanjutnya adalah surat Qaf atau Al-
A’la.  Setelah membaca surat tersebut, berlanjut ke ruku’, sujud seperti
sholat biasa.

4. Lima kali takbir untuk rakaat kedua


5. Membaca Surat  Al-Qamar atau Al-Ghasiyyah

Membaca surat Al-Qamar atau Al-Ghasiyyah di rakaat kedua


setelah bacaan surat Al-Fatihah selesai merupakan sunnah.  Setelah
membaca surat tersebut, berlanjut ke ruku’, sujud hingga salam.

6. Mengikuti Khutbah Idul Fitri/Idul Adha

Setelah salam, para jamaah dianjurkan untuk mengikuti khutbah


idul fitri. Hal ini menambahkan kesempurnaan pelaksanaan Sholat
Idhain. Selain itu, mendengarkan khutbah merupakan salah satu upaya
untuk mendekatkan diri kepada Allah di saat kembali bersih. Adapun
bagi khatib disunnahkan memulai khutbah pertamanya dengan takbir
sebanyak 9 kali. Sedangkan di khutbah kedua memulai dengan takbir 7
kali.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjabaran tentang sholat Jenazah, sholat gerhana dan


sholat idhain dapat disimpulkan bahwa hukum melaksanakan ketiga
sholat tersebut adalah sama yaitu

Anda mungkin juga menyukai