Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan pertolongan
dan hidayah-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Shalat"

Adapun tujuan penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas


terstruktur mata kuliah “Materi Pendidikan Agama Islam ”.Penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada Ibu Yeni Yuliana,S.Sos.I.,M.Pd.I selaku dosen mata
kuliah .Penulis minta maaf apabila dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, saran & kritik yang membangun sangat penulis
butuhkan.Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya pembaca pada umumnya.

Prabumulih,27 September 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................2

1.3. Tujuan makalah..............................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN ..............................................................................3

2.1. Pengertian shalat............................................................................3

2.2. Pengertian shalat fardhu................................................................3

2.3. Waktu shalat fardhu.......................................................................4

2.4 Syarat syarat wajib shalat fardhu....................................................7

2.5. Syarat syarat sah shalat .................................................................8

2.6. Hal - hal yang membatalkan shalat................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................11

3.1. Kesimpulan..................................................................................11

3.2. Saran............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................12

LAMPIRAN ................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sholat menurut arti bahasa adalah doa dan pada awalnya merupakan istilah
untuk menunjukkan makna dari doa secara keseluruhan, namun semakin
mengikuti zaman kemudian berubah menjadi istilah secara khusus. Sehingga yang
pada awalnya berasal dari kata doa kemudian di pindahartikan kepada
pemahaman shalat berdasarkan syariat.

Shalat di wajibkan atas dasar Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ Ummat bagi
semua umat muslim yang baligh dan berakal kecuali bagi wanita yang haid dan
nifas, ada lima shalat yang Alloh wajibkan bagi hambanya, bagi siapa yang
menunaikannya dan tidak mengabaikanya dengan sikap menyepelekan maka
Alloh berjanji akan memasukkannya ke dalam surga. (Sa’id, 2008).

Mengingat ibadah sholat adalah wajib dan menjadi keharusan semua orang
baik dari usia baligh hingga lansia sebelum dia meninggal tetap melaksanakannya.
Kududukan shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang menempati posisi
penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah apapun juga, shalat sebagai tiang
agama, amal yang paling pertama di hisab, pilar kedua setelah syahadat dan dalam
garis besarnya di bagi menjadi dua yaitu shalat fardhu atau diwajibkan dan sunnah
atau tidak diwajibkan.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima
sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan
shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan
shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan dalam satu
hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut
merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf
baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat
sunah. Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka
penulis hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan
sehari – hari.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian shalat?
2. Apa pengertian shalat fardhu?
3. Kapan waktu shalat fardhu?
4. Apa saja syarat-syarat shalat fardhu?
5. Apa saja syarat-syarat sah shalat?
6. Apa saja hal-hal yang membatalkan shalat?

1.3. Tujuan Makalah


1. Mengetahui pengertian shalat
2. Mengetahui pengertian shalat fardhu
3. Mengetaui kapan saja waktu shalat fardhu
4. Mengetahui syarat-syarat shalat fardhu
5. Mengetahui syarat-syarat sah shalat fardhu
6. Mengetahui apa saja hal-hal yang dapat membatalkan shalat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian shalat

Salat adalah ibadah yang meliputi peragaan tubuh yang khusus dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam (taslim). Salat adalah wajib dilakukan
oleh setiap muslim mukalaf dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu. Pengertian
salat adalah ibadah yang didalamnya memuat zikir, tilawah, berdiri menghadap
Allah SWT, sujud, doa, tasbih, dan takbir.

Shalat menurut bahasa adalah berdoa (memohon), pujian. Sedangkan


pepengertia menurut syara’ sebagaimana pendapat imam Rafi’i yaitu ucapan-
ucapan yang dimulai dengan takbiratul dan ditutup dengan salam. Menurut para
ulama’ fuqaha’ sholat ialah ibadah yang terdiri dari perbuatan atau gerakan dan
perkataan atau ucapan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam. Sedangkan menurut ulama’ tasawuf shalat ialah mengahadapkan kalbu
kepada Allah SWT hingga menimbulkan rasa takut kepadaNya serta
kesempurnaan kekuasaanya,atau menghadap kepada Allah dengan kalbu, bersikap
khusyuk (konsentrasi penuh) dihadapan-Nya, disertai dengan penghhayatan penuh
takala berdzikir, berdo’a dan memujin-Nya.

2.2. Pengertian shalat fardhu


Salat Fardu adalah salat dengan status hukum Fardu, yakni wajib
dilaksanakan. Salat Fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan
yakni:
1. Fardhu 'Ain yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam salat
ini adalah salat lima waktu dan salat Jumat untuk pria. Jika meninggalkan hal
yang hukumnya fardu ain, maka akan mendapatkan dosa.
Menurut Al Ghazali dalam buku Pemikiran-pemikiran Emas para Tokoh
Pendidikan Islam oleh Yanuar Arifin, contoh ilmu yang fardhu ain adalah
ilmu agama, yaitu sholat, zakat, puasa, berbakti kepada kedua orang tua, dan
lain-lain. Dijelaskan pula dalam sebuah hadist yang membahas tentang
kewajiban sholat dan zakat, Rasulullah bersabda:

"Bertakwalah kepada Tuhanmu (Allah), tegakkan shalat lima waktumu,


berpuasalah di bulanmu (ramadan), tunaikanlah zakat harta-hartamu, dan

3
taatilah para pemimpinmu, niscaya kalian semua akan masuk ke dalam surga
Tuhanmu." (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

2. Fardhu Kifayah yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan
gugur dan menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang
lain. Contoh fardhu kifayah adalah mengurusi jenazah yang meliputi
memandikan, melaksanakan sholat jenazah, dan menguburkannya.

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan dalam buku Fikih Prioritas, fardu ain harus
selalu didahulukan daripada fardu kifayah. Perintah ini didasarkan dari hadist
berikut:
ِ‫ت َكانَ َرسُو ُل هللا‬ َّ ِ‫ْت ُع ْقبَةَ ْبنَ عَا ِم ٍر ْال ُجهَن‬
ُ ‫ ثَاَل‬:ُ‫ يَقُول‬،‫ي‬
ٍ ‫ث َساعَا‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ قَا َل‬،‫ ع َْن َأبِي ِه‬،‫ع َْن ُمو َسى ْب ِن ُعلَ ٍّي‬
‫ ةً َحتَّى‬y‫از َغ‬ َّ ‫ ُع‬yُ‫َطل‬
ِ َ‫ ْمسُ ب‬y‫الش‬ ْ ‫ ِحينَ ت‬:‫ا‬yyَ‫ر فِي ِه َّن َموْ تَان‬y
َ yُ‫ َأوْ َأ ْن نَ ْقب‬،‫لِّ َي فِي ِه َّن‬y‫ص‬
َ ُ‫ا َأ ْن ن‬yyَ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْنهَان‬
َ
َ ‫ب َحتَّى تَ ْغر‬
‫ُب‬ ِ ‫َّف ال َّش ْمسُ لِ ْل ُغرُو‬
ُ ‫ضي‬َ َ‫ َو ِحينَ ت‬، ُ‫ َو ِحينَ يَقُو ُم قَاِئ ُم الظَّ ِهي َر ِة َحتَّى تَ ِمي َل ال َّش ْمس‬،‫تَرْ تَفِ َع‬
Artinya: “Dari Musa bin Ulayy dari ayahnya, ia berkata: ‘saya mendengar
Uqbah bin ‘Amir al-Juhany berkata: tiga waktu yang dilarang Rasulullah
untuk menshalatkan dan mengubur mayat adalah waktu terbit matahari
sehingga naik, waktu matahari di tengah-tengah sehingga condong dan
waktu hampir terbenamnya matahari sehingga benar-benar terbenam.” (HR.
Muslim).

2.3. Waktu shalat fardhu

1. Shalat shubuh

Shalat Shubuh Awal waktu shalat shubuh ialah terbitnya fajar sidiq hingga
terbitnya matahari. Sholat subuh disebut juga dengan sholat fajar. Di mana
sholat fajar ini terbagi menjadi dua, yakni fajar pertama (fajar kadzib) adalah
pancaran sinar putih  yang mencuat ke atas lalu hilang dan langit pun gelap
kembali. Kemudian fajar ke dua yang adalah fajar shodiq. Di mana fajar ini
adalah cahaya putih yang bentuknya memanjang di arah ufuk. Cahaya tersebut
akan semakin terang sampai terbitnya matahari.

Awal waktu sholat subuh telah disepakati oleh para ulama adalah sejak
terbitnya sang fajar kedua atau yang disebut dengan fajar shodiq. Sedangkan
akhir waktu sholat subuh adalah dimuali sejak terbitnya matahari.

4
Hal ini pun dijelaskan dalam sebuah hadis berikut ini:

ٍ َ‫صالَةَ ْال َغدَا ِة بِ َغل‬


‫س‬ َ َ‫ ف‬، ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َغ َزا َخ ْيبَ َر‬
َ ‫صلَّ ْينَا ِع ْن َدهَا‬

Artinya: “ Sesungguhnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi was


sallam  berperang pada perang Khoibar, maka kami sholat ghodah (fajar) di
Khoibar pada saat  gholas” (HR. Bukhori No. 371, Muslim No. 1365).

2. Shalat dzuhur

Shalat Dzuhur Shalat dzuhur dimulai sejak tergelincirnya matahari di ufuk


barat hingga masuknya waktu ashar. Zuhur sendiri secara bahasa berarti waktu
tergelincirnya matahari menuju ke arah tenggelamnya matahari. Waktu awal sholat
zuhur dimulai saat matahari telah bergegser dari tengah langit ke arah tenggelamnya,
yakni di sebelah barat. Sunah untuk menyegerakan sholat dhuhur pun dijelaskan dalam
sebuah hadis berikut ini:

ُ‫ت ال َّش ْمس‬ ُّ ‫صلِّى‬


َ ‫الظ ْه َر ِإ َذا َد َح‬
ِ ‫ض‬ َ ُ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َكانَ النَّبِ ُّى‬

Artinya: “ Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam biasa mengerjakan sholat zhuhur


ketika matahari telah tergelincir.” (HR. Muslim No. 618).

Sedangkan akhir waktu sholat zuhur, hal ini terdapat perbedaan pendapat
di kalangan ulama. Pendapat dari sebagian besar ulama adalah saat panjang
bayang-bayang seseorang, misal dengan tingginya (masuknya waktu sholat
ashar). Pendapat tersebut adalah dengan berdasar pada sebuah hadis Nabi yang
berasal dari sahabat Abdullah bin ‘Amr ra. Setiap umat Islam pun disunahkan
untuk mengakhir sholat dhuhur ketika kondisinya sudah sangat panas. Hal ini
seperti dijelaskan dalam hadis berikut:

َّ ‫ وَِإ َذا ا ْشتَ َّد ْال َحرُّ َأ ْب َر َد بِال‬، ‫صالَ ِة‬


‫صالَ ِة‬ َّ ‫َكانَ النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإ َذا ا ْشتَ َّد ْالبَرْ ُد بَ َّك َر بِال‬

Artinya: “ Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam biasanya jika keadaan sangat


dingin beliau menyegerakan sholat dan jika keadaan sangat panas/terik beliau
mengakhirkan sholat.” (HR. Bukhori No. 906 dan Muslim No. 615).

5
3. Shalat Ashar

Shalat Ashar Waktu shalat ashar dimulai sejak bayangan benda sama
panjangnya dengan benda tersebut sampai terbenamnya matahari. Ashar dalam
bahasa berarti waktu sore sampai matahari berwarna memerah, yakni akhir
dalam sehari. Awal dari waktu sholat ashar adalah ketika panjang bayangan
sebagaimana tingginya. Hal ini seperti dijelaskan dalam sebuah hadis berikut:

ْ ‫ت ْال َعصْ ِر َما لَ ْم ت‬


‫فَ َّر‬y‫َص‬ ُ ‫ُر ْال َعصْ ُر َو َو ْق‬
ِ ‫ت ال َّش ْمسُ َو َكانَ ِظلُّ ال َّرج ُِل َكطُولِ ِه َما لَ ْم يَحْ ض‬ ُّ ‫ت‬
ِ َ‫الظه ِْر ِإ َذا َزال‬ ُ ‫َو ْق‬
ُ‫……ال َّش ْمس‬.

Artinya: “ Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari


(menuju arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana
tingginya selama belum masuk waktu ‘ashar dan waktu ‘ashar masih tetap ada
selama matahari belum menguning………” (HR. Muslim No. 612).
Sedangkan akhir dari waktu sholat ashar terdapat beberapa pendapat yang
berbeda. Di mana hadis dari Jabir bin Abdillah ra menjelaskan tentanga akhir
waktu terbaik ketika menjalankan sholat ashar. Lalu hadis dari Abdullah bin
Amr menjelaskan tentang waktu melaksanakan sholat ashar yang masih
diperbolehkan.
Kemudian hadis dari Abu Hurairah menjelaskan tentang waktu
menjalankan sholat ashar ketika kondisinya sedang terdesak. Di mana jika
kondisinya terdesak, maka hukumnya makruh untuk mengerjakan sholat, kecuali
jika orang tersebut memiliki uzur.

4.Shalat Maghrib

Shalat Maghrib Waktu shalat maghrib dimulai sejak terbenamnya matahari


hingga hilangnya awan berwarna merah dari cakrawala. Maghrib dalam bahasa
berarti waktu dan arah tempat tenggelamnya matahari. Di mana untuk awal waktu
sholat maghrib telah disepakati adalah saat matahari sudah tenggelam sampai matahari
tenggelam dengan sempurna.

Sedangkan akhir waktu sholat maghrib sendiri terdapat perbedaan pendapat.


Pendapat pertama mengatakan bahwa waktu maghrib hanya satu waktu saja.
Waktu tersebut hanya sebatas digunakan untuk bersuci, menutup aurat, adzan,
iqomah, dan sholat maghrib. Lalu pendapat kedua mengatakan bahwa akhir dari
sholat maghrib adalah saat sinar merah matahari tenggelam sudah hilang. Hal ini
disampaikan oleh Sufyan Ats Tsauri, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, madzhab

6
Hanafi dan sebagian madzhab Syafi’i. Pendapat inilah yang kemudian dianggap
paling tepat,

yakni sesuai dengan hadis berikut:

….ُ‫ب ال َّشفَق‬ ِ ‫صالَ ِة ْال َم ْغ ِر‬


ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬ ُ ‫… َو ْق‬..
َ ‫ت‬

Artinya: “ Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika
matahari tenggelam.” (HR. Muslim No. 612).

5.Shalat isya

Shalat Isya Waktu shalat isya dimulai sejak selesainya waktu maghrib
hingga terbitnya waktu fajar sebagai pertanda waktu masuknya sembahyang
shubuh. Isya dalam bahasa berarti awal langit mulai gelap (setelah maghrib)
sampai sepertiga malam yang awal. Untuk awal waktu sholat isya sendiri telah
disepakati, yakni jika sinar merah di langit sudah hilang.

Sedangkan akhir waktu sholat isya terjadi perbedaan pendapat. Namun


menurut Syaukani, waktu yang paling tepat untuk akhir sholat isya adalah
sampai setengah malam. Di sisi lain, untuk batas dibolehkannya melakukan
sholat isya adalah sampai terbitnya fajar. Lalu pendapat yang dianggap paling
kuat menurut penulis Shahih Fiqh Sunnah adalah pada setengah malam.

2.4. Syarat-syarat wajib shalat

1. Beragama Islam

Persyaratan pertama ini adalah untuk membedakan seorang muslim dan


non muslim. Setiap muslim diwajibkan melaksanakan perintah sholat.
Sedangkan bagi perempuan non muslim tidak diwajibkan sholat.

2. Balig

Seorang muslim yang telah mencapai pubertas atau mulai menginjak usia
dewasa sudah wajib sholat. Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang yang
tidak dibebankan tanggung jawab hukum ada tiga golongan yaitu orang yang
tidur hingga bangun, anak kecil hingga bermimpi (baligh) dan orang gila
hingga sembuh." (HR Ahmad).

7
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang muslim yang
dibebankan kewajiban sholat adalah mereka yang telah mencapai usia balig.

3. Berakal

Setiap muslim yang telah mencapai usia baligh pastilah sudah berakal.
Berakal artinya mampu membedakan perbuatan yang baik dan buruk,
perbuatan yang pantas dan tidak pantas. Karena itu, orang gila tidak diwajibkan
menjalankan ibadah sholat karena orang gila dianggap tidak berakal.

4. Menutup Aurat

Aurat adalah bagin tubuh yang wabih ditutup atas perintah Allah SWT
dan Rasul-Nya. Tidak sah sholat seseorang apabila saat sholat auratnya tidak
tertutup. Batas aurat laki-laki yakni antara pusar dan lutut. Sedangkan
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan.

5. Menghadap Kiblat

Kiblat adalah arah Baitullah atau Kakbah yang berada di Mekkah.


Menghadap kiblat. Dalam syarat ini ada dua pengecualian yaitu seorang yang
sholat tidak harus menghadap kiblat yaitu ketika saat berperang dan ketika naik
kendaraan

6. Telah masuk waktu sholat.

7.Menjauhi semua yang membatalkan wudhu dan yang membatalkan shalat

2.5. Syarat-syarat sah shalat


Adapun syarat sahnya salat berdasarkan kitab Fathul Mu’in yaitu sebagai
berikut:
1. Thaharah atau bersuci
Bersuci di sini yakni, suci dari hadas kecil dan besar. Hadas kecil adalah
hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudu atau tayamum. Sedangkan
hadas besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi. Contohnya,
haid, junub, nifas dan keluarnya mani.

2. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis

8
Yakni, termasuk suci dari badan adalah dalam mulut, hidup dan dua mata.
Sedangkan suci pakaiannya dari segala yang dibawa, meskipun tidak ikut
bergerak dan suci dari tempat mengerjakan salat.

2. Menutup aurat atau bahkan badan


Yakni, bagi laki-laki, mulai pusar hingga lutut. Karena maala yatimul
waajibu illa biji, fahuwa waajib. Sedangkan bagi perempuan, menutup seluruh
badan, selain muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan. Imam
Syafi’i menganjurkan menggunakan mukena rukuk (terusan) agar menutup
aurat.

4. Mengetahui masuk waktu salat

Harus mengetahui waktu salat tiba dengan penuh keyakinan. Karena


barangsiapa melakukan waktu salat tanpa mengetahui masuknya waktu salat,
maka salatnya tidak sah sekalipun dilakukan dalam waktu. Sebab, penilaian
suatu ibadah adalah keyakinan.

5. Menghadap kiblat

Yakni, menghadapkan dada ke arah kiblat (ka’bah). Imam Abu Hamidah


r.a., is berkata: “Kecuali bagi orang yang tidak mampu menghadapkan atau
ketika salat khauf sekalipun salat fardu. Salat khauf ini boleh dilakukan saat
sedang naik kendaraan.

6. Mengetahui fardunya salat

Yakni termasuk syarat sahnya salat juga. Karena jika seseorang tidak
mengetahui, salatnya tidak sah. Seperti menurut kitab Al-Majmu karya Imam
Nawawi, bahwa mengetahui kefarduan salat harus dapat membedakan mana
yang fardu dan mana yang sunah.

2.6. Hal-hal yang membatalkan shalat

1. Terkena Najis

Terkena najis adalah hal yang membatalkan salat. Najis merupakan zat
yang menyebabkan seseorang tidak dalam keadaan suci. Jika hendak
melakukan salat diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu.

2. Berhadas

9
Hal yang membatalkan salat adalah berhadas. Hadas dalam hal ini
adalah keadaan tidak suci seorang muslim yang telah baligh, hadas sendiri
terbagi menjadi 2 yaitu hadas besar dan hadas kecil.

3. Terbukanya Aurat

Dalam melaksanakan salat jika auratnya tebuka dan tidak segera ditutupi
maka hal ini termasuk menjadi hal yang membatalkan salat.

4. Berbicara dengan Sengaja

Hal yang membatalkan salat selanjutnya ialah sengaja berbicara dalam


salat. Hal ini telah dilarang oleh Nabi Muhammad SAW.

5. Niat Salat Berubah


Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat
di dalam hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah
rusak, meski dia belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya.

6. Meninggalkan Salah Satu Rukun Shalat


Apabila ada salah satu rukun shalat yang tidak dikerjakan, maka shalat itu
menjadi batal dengan sendirinya. Misalnya, seseorang lupa tidak membaca
surat Al-Fatihah lalu langsung ruku', maka shalatnya menjadi batal.

7. Mendahului Imam dalam Shalat Jama'ah


Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam,
seperti bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batal-lah shalatnya.
Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja, maka tidak termasuk yang
membatalkan shalat.

8. Terdapatnya Air bagi Orang yang Shalatnya dengan Tayammum


Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu ketika shalat tiba-tiba
terdapat air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan berwudhu',
maka shalatnya batal. Dia harus berwudhu' saat itu dan mengulangi lagi
shalatnya.

9. Mengucapkan Salam Secara Sengaja


Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar, maka
shalatnya batal. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW yang menyatakan bahwa

10
salam adalah hal yang mengakhiri shalat. Kecuali lafadz salam di dalam
bacaan shalat, seperti dalam bacaa tahiyat.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang
agama, dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat
mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah
yang menyangkut perilaku berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan
unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya tersembunyi dalam hati karena
hanya Allah-lah yang dapat menilainya. Shalat banyak macamnya ada shalat
sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di tentukan waktunya. Khilafiyyah
kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan dan
pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, hendaknya
perbedaan tersebut menjadi hikmah keberagaman umat islam.

3.2. Saran

Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak


mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami,hal tersebut
bertujuan agar informasi dan pengetahuan yang didapat semakin lengkap.
Sebelum dan sesudahnya kami haturkan banyak terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. https://m.liputan6.com/hot/read/4810813/pengertian-salat-adalah-ibadah-wajib-
umat-islam-yang-mukalaf-ini-perintah-dan-tata-caranya
2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salat_Fardu
3. https://islam.nu.or.id/shalat/ketentuan-waktu-shalat-fardhu-R2kQo
4. https://news.detik.com/berita/d-5486744/syarat-wajib-sholat-dan-
perbedaannya- dengan-syarat-sah-sholat
5. https://m.oase.id/read/Z3BYNw-6-syarat-sahnya-salat
6. https://radarsemarang.jawapos.com/khazanah/2022/08/16/hal-hal-yang-
membatalkan-salat-nomor-10-paling-sering-terjadi/
7. Yunus, Abu. 1997. Cara Shalat yang Khusyuk. Jakarta: Rineka Cipta Abadin,
Zainal. 1951. Kunci Ibadah. Semarang:PT Karya Toha Putra Semarang
http://google.com

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai