Anda di halaman 1dari 33

Makalah Fiqih Ibadah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan hukum islam dikalangan ummat islam adalah sebagai patokan
dan pedoman untuk mengatur kepentingan masyarakat dan menciptakan
masyarakat yang islami. Kehidupan yang teratur dan sepantasnya diyakini dapat
diterima oleh setiap manusia walaupun menurut manusia ukurannya berbeda-
beda. Hukum islam sebagai Negara yang bukan mendasari berlakunya hukum atas
hukum agama tertentu, maka Indonesia mengakomodir semua agama, karena itu
hukum islam mempunyai peran besar dalam menyumbangkan materi hukum atas
hukum Indonesia.
Shalat, Zakat, dan Puasa merupakan beberapa komponen dalam rukun
islam. Hal ini berarti ketiga komponen tersebut merupakan suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan umat islam. Shalat sebagai cara untuk menyembah Allah telah
ada bahkan semenjak Rasulullah Muhammad SAW belum diutus menjadi nabi
terakhir, Sholat Juga merupakan tiang agama, Zakat merupakan suatu kewajiban
kita untuk membantu saudara seiman kita. Begitupun dengan ibadah puasa.
Mungkin masih ada beberapa hal yang belum kita mengerti atau belum kita
ketahui mengenai macam-macam atau peraturan dalam kewajiban tersebut.
Seperti apa saja puasa wajib dan puasa sunah serta larangan-larangan di
dalamnya. ,
Hal tersebut yang melatarbelakangi kami untuk membuat makalah ini.
Dengan harapan kita dapat mengetahui lebih jelas apa itu Shalat, zakat, dan
puasa,. Agar nantinya ibadah kita dapat terlaksana dengan baik dan benar.

Sholat, Zakat, dan Puasa 1


Makalah Fiqih Ibadah

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja definisi Shalat, Zakat, dan Puasa?
2. Apa saja yang membatalkan Shalat, Zakat, dan Puasa?
3. Apa saja hukum, syarat, rukun dan macam-macam Shalat, Zakat, dan
Puasa?
4. Bagaimana cara pelaksanaannya Shalat, Zakat, dan Puasa?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui apa itu Shalat, Zakat, dan Puasa,
2. Dapat mengetahui apa yang membatalkan Shalat, Zakat, dan Puasa,
3. Dapat mengetahui apa saja, syarat, rukun dan macam-macam Shalat, Zakat,
dan Puasa
4. Dapat mengetahui Bagaimana cara pelaksanaan Shalat, Zakat, dan Puasa

Sholat, Zakat, dan Puasa 2


Makalah Fiqih Ibadah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SHALAT
A. Arti dan kedudukan shalat
Shalat menurut bahasa artinya do’a, sedangkan menurut istilah berarti ucapan-
ucapan dan perbuatan yang didahului dengan takbirotul ikhram dan diakhiri
dengan salam.
Adapun kewajiban Shalat itu sendiri berdasarkan QS. An-Nisa: 103;

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu


berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah
merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman
Semua kaum muslim sepakat bahwa solat merupakan salah satu dari lima
rukun islam yang disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw. “ islam dibangun di
atas lima fondasi (rukun)”. Dan sesungguhnya shalat diwajibkan kepada kaum
muslim sehari lima waktu yaitu sebanyak 17 rakaat. Kewajiban itu tidak gugur
bagi semua mukallaf, melainkan orang yang sudah meninggal dunia. Demikian
menurut imam mazhab kecuali hanafi. Hanafi berpendapat bahwa ketik seseorang
tidak mampu memberi isyarat dengan kepala maka gugurlah kewajiban shalatnya.
Dan maliki, syafi’i dan Hanafi menganggap bahwa ketika pingsan sehari semalam
atau kurang harus mengqada shalatnya, namun hambali tidak menganggap itu
sebagai hal yang menggugurkan shalatnya.

B. Hukuman bagi orang yang meninggalkan shalat.


Hukuman atas mukallaf yang meninggalkan shalatnya karena mengingkari
kewajibannya dihukumi sebagai kafir dan wajib dibunuh. Namun ada perbedaan
pendapat atas apa yang menyebabkan orang tersebut meninggalkan shalatnya dan
ada juga penyebutan yang berbeda. Pertama maliki dan syafi’I berpendapat ketika

Sholat, Zakat, dan Puasa 3


Makalah Fiqih Ibadah

shalatnya ditinggalkan karena malas dan meremehkannya ia harus dibunuh namun


ia dibunuh atas nama had, bukan karena dikafirkan menurut pendapat yang shahih
dari mereka. Yang kedua, menurut syafi’i meninggalkan satu sholat saja ia wajib
di bunuh, namun terlebih dahulu di beri kesempatan untuk bertobat. Yang ketiga,
menurut hanafi, orang yang mininggalkan sholat di penjarakan sampai ia mau
sholat. Yang terakhir, Hambali, orang yang meninggalkan satu sholat harus di
bunuh.

C. Fungsi dan Hikmah Shalat


1. Untuk mengingat Allah SWT
Inilah fungsi shalat yang utama yakni sebagai saran dzikrullah (mengingat Allah
SWT) orang yang memfungsikan Shalatnya sebagai sarana untuk mengingat
Allah, akan mendapatan ketrentaman hati. Tidak mungkin orang bisa
mendapatkan ketenanagan dan khe-khusuyu-an shalat sangat seseorang sangat
bergantung pada sejauh mana orang tersebut mengenal Allah SWT. Hal lain yang
dapat membantu kekkhusyu’an yakni memahami dan menghayati makna bacaan
shalat.

2. Shalat sebagai cara mendidik seseorang menjadi tenang


Shalat yang dilakukan secara insentif akan memdidik dan melatih
seseorang menjadi tenang dalam menghadapi kesusahan dan tidak bersifat kikir
saat mendapat nukmat dari Allah SWT.

3. mencegah perbuatan keji dan mungkar


Shalat yang dilakukan sesuai denagn fungsi utamanya
yakni dzikkrullah (mengingat Allah SWT) mestinya memiliki kualitas dan
pengaruh yang sangt kuat dalam mencegah seseorang terhadap perbuatan keji dan
mungkar

Sholat, Zakat, dan Puasa 4


Makalah Fiqih Ibadah

D. Syarat sahnya Shalat


ar shalat menjadi sah, disyaratkan hal-hal berikut:

1. Mengetahui Masuknya Waktu


Berdasarkan firman Allah:
‫ِإَّن الَّص اَل َة َكاَنْت َع َلى اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِكَتاًبا َّم ْو ُقوًتا‬
“… Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” [An-Nissa’: 103].
Tidak sah shalat yang dikerjakan sebelum masuknya waktu ataupun setelah
keluarnya waktu kecuali ada halangan.
2. Suci dari Hadats Besar dan Kecil
Berdasarkan firman Allah:
‫َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ُقْم ُتْم ِإَلى الَّص اَل ِة َفاْغ ِس ُلوا ُوُجوَهُك ْم َو َأْيِدَيُك ْم ِإَلى اْلَم َر اِفِق َو اْمَس ُحوا ِبُر ُء وِس ُك ْم َو َأْر ُج َلُك ْم ِإَلى‬
‫اْلَكْع َبْيِن ۚ َو ِإن ُك نُتْم ُج ُنًبا َفاَّطَّهُروا‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah…” [Al-Maa-idah: 6].
Dan hadits Ibnu ‘Umar, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َال َيْقَبُل ُهللا َص َالًة ِبَغْيِر َطُهْو ٍر‬.
“Allah tidak menerima shalat (yang dikerjakan) tanpa bersuci.”
3. Kesucian Baju, Badan, dan Tempat yang Digunakan Untuk Shalat
Dalil bagi disyaratkannya kesucian baju adalah firman Allah:
‫َو ِثَياَبَك َفَطِّهْر‬
“Dan Pakaianmu bersihkanlah.” [Al-Muddatstsir: 4].
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫ َفْلَيْمَس ْح ُه ِبْاَألْر ِض ُثَّم ِلُيَص ِّل ِفْيِهَم ا‬،‫ َو ِلَيْنُظْر ِفْيِهَم ا َفِإْن َر َأى َخ َبًثا‬،‫ َفْلُيَقِّلْب َنْع َلْيِه‬،‫ِإَذ ا َج اَء َأَح ُد ُك ُم اْلَم ْس ِج َد‬.
“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia
membalik sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia
menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.“

Sholat, Zakat, dan Puasa 5


Makalah Fiqih Ibadah

Adapun dalil bagi disyaratkannya kesucian badan adalah sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali. Dia menanyai beliau tentang madzi dan berkata:
‫َتَو َّض ْأ َو اْغ ِس ْل َذ َك َر َك‬.
“Wudhu’ dan basuhlah kemaluanmu.”
Beliau berkata pada wanita yang istihadhah:
‫ِاْغ ِسِلْي َع ْنِك الَّد َم َو َص ِّلْي‬.
“Basuhlah darah itu darimu dan shalatlah.”
Adapun dalil bagi sucinya tempat adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada para Sahabatnya di saat seorang Badui kencing di dalam masjid:
‫َأِرْيُقْو ا َعلى َبْو ِلِه َس ْج ًال ِم ْن َم اٍء‬.
“Siramlah air kencingnya dengan air satu ember.
4. Menutup Aurat
Berdasarkan firman Allah:
‫َيا َبِني آَد َم ُخ ُذ وا ِز يَنَتُك ْم ِع نَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid...”
[Al-A’raaf: 31].
Yaitu, tutupilah aurat kalian. Karena mereka dulu thawaf di Baitullah dengan
telanjang.
Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫َال َيْقَبُل هللا َص َالَة َح اِئٍض ِإَّال ِبِح َم اٍر‬.
“Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah haidh (baligh) kecuali dengan
mengenakan penutup kepala (jilbab).”
Aurat laki-laki antara pusar dan lutut. Sebagaimana dalam hadits ‘Amr bin
Syu’aib Radhiyallahu anhum, dari ayahnya, dari kakeknya, secara marfu’:

‫َم ا َبْيَن الُّسَّر ِة َو الُّر ْك َبِة َعْو َر ٌة‬.


“Antara pusar dan lutut adalah aurat.”
Dari Jarhad al-Aslami, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat
ketika aku mengenakan kain yang tersingkap hingga pahaku terlihat. Beliau
bersabda:
‫َغ ِّط َفِخ َذ َك َفِإَّن اْلَفِخ َذ َعْو َر ٌة‬
“Tutuplah pahamu. Karena sesungguhnya paha adalah aurat.”

Sholat, Zakat, dan Puasa 6


Makalah Fiqih Ibadah

Sedangkan bagi wanita, maka seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya dalam shalat.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫اْلَم ْر َأُة َعْو َر ٌة‬


“Wanita adalah aurat.”
Juga sabda beliau:
‫َال َيْقَبُل هللا َص َالَة َح اِئٍض ِإَّال ِبِح َم اٍر‬.

“Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah pernah haidh (baligh) kecuali
dengan mengenakan kain penutup.”
5. Menghadap ke Kiblat
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
‫َفَو ِّل َو ْج َهَك َش ْطَر اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم ۚ َو َح ْيُث َم ا ُك نُتْم َفَو ُّلوا ُوُجوَهُك ْم َش ْطَر ُه‬

“… maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu


(sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya…” [Al-Baqarah: 150].

Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang buruk dalam
shalatnya:

‫ِإَذ ا ُقْم َت ِإَلى الَّص َالِة َفَأْس ِبِع اْلُوُضْو َء ُثَّم اْسَتْقِبِل اْلِقْبَلَة‬.

“Jika engkau hendak shalat, maka berwudhu’lah dengan sempurna. Kemudian


menghadaplah ke Kiblat...”

Boleh (shalat) dengan tidak menghadap ke Kiblat ketika dalam keadaan takut
yang sangat dan ketika shalat sunnat di atas kendaraan sewaktu dalam perjalanan.

Allah berfirman:

‫َفِإْن ِخ ْفُتْم َفِر َج ااًل َأْو ُر ْك َباًنا‬


“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan...” [Al-Baqarah: 239].

Sholat, Zakat, dan Puasa 7


Makalah Fiqih Ibadah

Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata, “Menghadap ke Kiblat atau tidak


menghadap ke sana.”
Nafi’ berkata, “Menurutku, tidaklah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma
menyebutkan hal itu melainkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam shalat di atas kendaraannya menghadap ke arah mana saja dan shalat
Witir di atasnya. Namun, beliau tidak shalat wajib di atasnya.”

Catatan:
Barangsiapa berusaha mencari arah Kiblat lalu ia shalat menghadap ke arah yang
disangka olehnya sebagai arah Kiblat, namun ternyata salah, maka dia tidak wajib
mengulang.
Dari ‘Amir bin Rabi’ah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Kami pernah bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan di suatu malam
yang gelap dan kami tidak mengetahui arah Kiblat. Lalu tiap-tiap orang dari kami
shalat menurut arahnya masing-masing. Ketika tiba waktu pagi, kami ceritakan
hal itu pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu turunlah ayat:

‫َفَأْيَنَم ا ُتَو ُّلوا َفَثَّم َو ْج ُه ِهَّللا‬


“… maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah…” [Al-Baqarah:
115].”

F. Niat
Hendaklah orang yang ingin shalat meniatkan dan menentukan shalat yang
hendak ia kerjakan dengan hatinya, misalnya seperti (meniatkan) shalat Zhuhur,
‘Ashar, atau shalat sunnahnya. Tidak disyari’atkan mengucapkannya karena Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkannya. Jika Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, beliau mengucapan, “Allaahu
Akbar,” dan tidak mengucapkan apa pun sebelumnya. Sebelumnya beliau tidak
melafazhkan niat sama sekali, dan tidak pula mengucapkan, “Aku shalat untuk
Allah, shalat ini, menghadap Kiblat, empat raka’at, sebagai imam atau makmum.”
Tidak juga mengucapkan, “Tunai atau qadha’…”

Sholat, Zakat, dan Puasa 8


Makalah Fiqih Ibadah

Ini semua adalah bid’ah. Tidak seorang pun meriwayatkannya dengan sanad
shahih atau dha’if, musnad atau pun mursal. Tidak satu lafazh pun. Tidak dari
salah seorang Sahabat beliau, dan tidak pula dianggap baik oleh Tabi’in, ataupun
Imam yang empat.

E. Azan dan Iqamah


Pengertian Adzan dan Iqomah
Kata Adzan berasal dari bahasa Arab yang bermakna pemberitahuan,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َفِإن َّلْم َتْفَع ُلوا َفْأَذُنوا ِبَح ْر ٍب ِّم َن ِهللا َو َر ُسوِلِه َوِإن ُتْبُتْم َفَلُك ْم ُر ُء وُس َأْم َو اِلُك ْم َال َتْظِلُم وَن َو َال ُتْظَلُم وَن‬

Maka jika kamu tidakmengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah


bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya. [Al Baqarah/2 : 279].

‫َو َأَذ اٌن ِّم َن ِهللا َو َر ُسوِلِه ِإَلى الَّناِس َيْو َم الَح ِّج ْاَألْك َبِر َأَّن َهللا َبِر ىٌء ِّم َن اْلُم ْش ِرِكيَن َو َر ُسوُلُه َفِإن ُتْبُتْم َفُهَو َخْي ٌر َّلُك ْم‬
}3{ ‫َو ِإن َتَو َّلْيُتْم َفاْعَلُم وا َأَّنُك ْم َغْيُر ُم ْع ِج ِز ي ِهللا َو َبِّش ِر اَّلِذ يَن َكَفُروا ِبَع َذ اٍب َأِليٍم‬

Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan RasulNya kepada manusia pada
hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-
orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka
bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakan kepada orang-
orang kafir (bahwa mereka akan mendapat ) siksa yang pedih. [At Taubah/9 : 3].

Adapun menurut syariat, adzan adalah beribadah kepada Allah dengan


pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan dzikir tertentu. Inilah yang
dirajihkan Ibnu ‘Utsaimin, sebagaimana pernyataan beliau: “Ini lebih tepat dari
hanya (sekedar) pengertian bahwa adzan adalah pemberitahuan masuknya waktu
shalat, sebab adzan itu ikut shalat. Oleh karena itu, jika diysariatkan ibrad dalam
shalat Dhuhur (memperlambat shalat Dhuhur sampai agak dingin), maka
disyariatkan mengakhirkan adzan”.

Sholat, Zakat, dan Puasa 9


Makalah Fiqih Ibadah

Adapun iqamah, menurut kaidah bahasa Arab berasal dari kata aqama yang
maknanya, menjadikannya lurus atau menegakkan. Sedangkan menurut istilah
syariat, iqamah ialah, ibadah kepada Allah untuk menegakkan shalat dengan
dzikir tertentu.
 Perbedaan Adzan dan Iqamah
Dari pengertian adzan dan iqamah di atas, maka dapat diketahui perbedaan antara
adzan dan iqamah ialah:
Adzan untuk memberitahukan masuknya waktu shalat agar bersiap-siap
menunaikannya, dan iqamah untuk masuk dan memulai shalat.
Lafadz (dzikir) yang dikumandangkan, dan masing-masing (antara adzan dan
iqamah) juga berbeda, sebagaimana akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini.
Sifat dan Lafadz Adzan dan Iqamah
Lafadz adzan yang ada dan digunakan pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan terkenal dalam madzhab para Ulama terdapat adalah tiga macam :
1. Lafadz adzan dengan 15 kalimat, yaitu : 4 takbir, 2 syahadat Lailaha illa Allah,
2 syahadat Rasulullah, 2 hayya ‘ala as shalat, 2 hayya ‘alal falah, 2 takbir dan 1
kalimat tauhid.
‫ َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا‬. ‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬. ‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر‬
‫ُهَّللا َأْك َب ُر‬. ‫ َح َّي َع َلى اْلَفاَل ِح َح َّي َع َلى اْلَفاَل ِح‬. ‫ َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة‬. ‫َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬. ‫ُهَّللا َأْك َبُر‬
Inilah yang dipakai madzhab Ahmad bin Hanbal dan Abu Hanifah. Dasarnya ialah
hadits Abdullah bin Zaid yang berbunyi:
‫َلَّم ا َأَم َر َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبالَّناُقوِس ُيْع َم ُل ِلُيْض َر َب ِبِه ِللَّناِس ِلَجْم ِع الَّص اَل ِة َط اَف ِبي َو َأَن ا َن اِئٌم‬
‫َر ُجٌل َيْح ِم ُل َناُقوًسا ِفي َيِدِه َفُقْلُت َيا َع ْبَد ِهَّللا َأَتِبيُع الَّناُقوَس َقاَل َو َم ا َتْص َنُع ِبِه َفُقْلُت َنْد ُعو ِبِه ِإَلى الَّص اَل ِة َقاَل َأَفاَل‬
‫َأُد ُّلَك َع َلى َم ا ُهَو َخْيٌر ِم ْن َذ ِلَك َفُقْلُت َلُه َبَلى َقاَل َفَقاَل َتُقوُل ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َب ُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه‬
‫ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى‬
‫الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َقاَل ُثَّم اْسَتْأَخ َر َع ِّني َغْيَر َبِع يٍد ُثَّم َق اَل‬
‫َو َتُقوُل ِإَذ ا َأَقْم َت الَّص اَل َة ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة‬
‫َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َفَلَّم ا َأْص َبْح ُت َأَتْيُت َر ُس وَل‬
‫ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَأْخ َبْر ُتُه ِبَم ا َر َأْيُت َفَقاَل ِإَّنَها َلُر ْؤ َيا َح ٌّق ِإْن َش اَء ُهَّللا َفُقْم َم َع ِباَل ٍل َف َأْلِق َع َلْي ِه َم ا َر َأْيَت‬
‫َفْلُيَؤ ِّذ ْن ِبِه َفِإَّنُه َأْنَدى َص ْو ًتا ِم ْنَك َفُقْم ُت َم َع ِباَل ٍل َفَجَع ْلُت ُأْلِقيِه َع َلْيِه َو ُيَؤ ِّذ ُن ِبِه َقاَل َفَسِمَع َذ ِلَك ُع َم ُر ْبُن اْلَخ َّط اِب‬

Sholat, Zakat, dan Puasa 10


Makalah Fiqih Ibadah

‫َو ُهَو ِفي َبْيِتِه َفَخ َر َج َيُجُّر ِرَداَءُه َو َيُقوُل َو اَّلِذ ي َبَع َثَك ِباْلَح ِّق َيا َر ُسوَل ِهَّللا َلَقْد َر َأْيُت ِم ْثَل َم ا َر َأى َفَقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفِلَّلِه اْلَحْم ُد‬

Ketika Rasulullah memerintahkan penggunaan lonceng untuk memanggil orang


berkumpul untuk shalat, maka dalam tidurku, aku bermimpi ada seseorang yang
mengelilingiku dengan memanggul lonceng di tangannya, lalu aku berkata
kepadanya: “Wahai, hamba Allah. Apakah kamu menjual lonceng itu?” Maka ia
menjawab: “Hendak engkau apakan ia?” Maka aku menjawb: “Memanggil orang
shalat dengannya”. Lalu orang tersebut menyatakan: “Maukah engkau, aku
tunjukkan yang lebih baik dari itu?” Aku menjawab: “Ya, mau”. Maka ia
mengatakan : “Katakanlah:

‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا‬
‫َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا‬
‫َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

Ia berkata: “Kemudian orang tersebut muncul tidak jauh dariku,” kemudian


menyatakan: Dan jika engkau melakukan iqamah, (maka) katakanlah:

‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َقْد َق اَم ْت‬
‫الَّص اَل ُة َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

Ketika subuh, aku menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan


menceritakan mimpiku tersebut. Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyatakan: “Sungguh, itu adalah mimpi yang benar, insya Allah. Maka pergilah
ke Bilal dan ajarkanlah apa yang engkau lihat, lalu hendaklah Bilal
mengumandangkan adzan dengannya, karena ia lebih keras suaranya darimu.”
Lalu aku menemui Bilal dan mengajarkan kepadanya, dan iapun adzan
dengannya. Lalu Umar bin Khaththab mendengar hal itu di dalam rumahnya, lalu
ia keluar menyeret selendangnya dan menyatakan: “Demi Dzat yang mengutus
engkau dengan benar, wahai Rasulullah, sungguh akupun melihat apa yang ia
lihat dalam mimpi”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan :
“Alhamdulillah”.

Sholat, Zakat, dan Puasa 11


Makalah Fiqih Ibadah

Baca Juga Menggunakan Pengeras Suara Dalam Adzan dan Iqamah Shalat?

2. Lafadz adzan sejumlah 17 kalimat, yaitu 2 takbir, 2 syahadatain diulang dua


kali = 8 kalimat, 2 hayya ‘ala as shalat, 2 hayya alal falah, 2 takbir dan 1 kalimat
tauhid. Inilah adzan menurut Imam Malik, dan dasarnya ialah hadits Abu
Mahdzurah:

‫َع ْن َأِبي َم ْح ُذ وَر َة َأَّن َنِبَّي ِهَّللا َع َّلَم ُه َهَذ ا اَأْلَذ اَن ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َب ُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا‬
‫َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا ُثَّم َيُع وُد َفَيُقوُل َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل‬
‫ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َم َّرَتْيِن َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َم َّرَتْيِن َز اَد‬
‫ِإْس َح ُق ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

Dari Abu Mahdzurah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarinya


adzan dengan:

‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا‬. ‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر‬
‫َر ُسوُل ِهَّللا‬

Kemudian mengulang, lalu membaca:

‫ َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َحَّي َع َلى‬. ‫َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬
‫( الَّص اَل ِة‬dua kali)

Dan (membaca) ‫ َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح‬dua kali.

Ishaq menambahkan bacaan:[4]

‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

3. Lafadznya 19 kalimat, yaitu 4 takbir, 2 syahadatain dengan tarji’ (diulang dua


kali = 8 kalimat), 2 hayya ‘ala as shalat, 2 hayya alal falah, 2 takbir dan 1 kalimat
tauhid. Inilah yang dijadikan pedoman dalam madzhab Syafi’i. Dalilnya ialah
hadits Abu Mahdzurah :

‫َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َّلَم ُه اَأْلَذ اَن ِتْس َع َع ْش َر َة َك ِلَم ًة َو اِإْل َقاَم َة َس ْبَع َع ْش َر َة َك ِلَم ًة‬

Sholat, Zakat, dan Puasa 12


Makalah Fiqih Ibadah

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarinya adzan 19 kalimat dan iqamah 17


kalimat.

Hal ini dijelaskan dalam riwayat lain dari Abu Mahdzurah, ia berkata:

‫ُقْلُت َيا َر ُسوَل ِهَّللا َع ِّلْمِني ُس َّنَة اَأْلَذ اِن َفَم َسَح ُم َقَّد َم َر ْأِس ي َو َقاَل َتُقوُل ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا َأْك َب ُر َتْر َف ُع‬
‫ِبَها َص ْو َتَك ُثَّم َتُقوُل َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا‬
‫َر ُسوُل ِهَّللا َتْخ ِفُض ِبَها َص ْو َتَك ُثَّم َتْر َفُع َص ْو َتَك ِبالَّشَهاَد ِة َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن‬
‫ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َحَّي َع َلى‬
‫اْلَفاَل ِح َفِإْن َك اَن َص اَل ُة الُّص ْبِح ُقْلَت الَّص اَل ُة َخْيٌر ِم ْن الَّنْو ِم الَّص اَل ُة َخْيٌر ِم ْن الَّنْو ِم ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

Aku berkata: “Wahai Rasulullah. Ajarilah aku sunnah adzan.” Lalu Beliau
memegang bagian depan kepalaku dan berkata: “Ucapkanlah dengan suara
perlahan

‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا‬. ‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر‬
‫َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا‬

Kemudian keraskanlah suaramu dalam membaca syahadat:

‫َحَّي َع َلى‬. ‫َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا‬. ‫َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

‫ َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح‬.‫الَّص اَل ِة َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة‬
Jika shalat Subuh, katakanlah :
‫الَّص اَل ُة َخْيٌر ِم ْن الَّنْو ِم الَّص اَل ُة َخْيٌر ِم ْن الَّنْو ِم‬
Lalu :
‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل هَّللا‬

Ibnu Abdil Bar mengatakan: “Ahmad, Ishaq, Dawud dan Ibnu Jarir berpendapat,
ini termasuk khilaf yang mubah, karena takbir yang empat pertama atau dibuat
dua kali, atau dengan tarji’ dalam syahadat atau tidak, iqamah dibuat dua-dua atau
satu-satu semuanya kecuali ‫ َقْد َقاَم ِت الَّص َالُة‬semuanya boleh.

Dalam permasalahan ini, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin memberikan


tarjih sebagaimana pernyataan beliau: Semua yang ada dalam hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari lafadz adzan, maka diperbolehkan, bahkan

Sholat, Zakat, dan Puasa 13


Makalah Fiqih Ibadah

semestinya, terkadang menggunakan yang ini dan terkadang yang itu, jika tidak
menimbulkan keresahan dan fitnah. Ada kaidah yang menyatakan, ibadah-ibadah
yang diajarkan dalam sisi yang berbeda-beda, hendaknya dilakukan atas sisi-sisi
tersebut semuanya. Hal ini memiliki beberapa faidah (manfaat):

Menjaga Sunnah dalam berbagai sisinya.

Mempermudah para mukallaf.

Kehadiran hati (membuat khusyu`) dan tidak bosan.

Menjaga dan memelihara syariat.[8]

Kemudian ada riwayat lain yang menjelaskan bahwa adzan dilakukan dua-dua,
dan iqamah satu-satu, sebagaimana disebtukan dalam hadits Ibnu Umar :

‫َك اَن اّألَذ اُن َع َلى َع ْهِد الَّنِبْي َم ْثَنى َم ْثَنى َو اِإل َقاَم ُة َو اِح َد ٌة َغْيُر َأَّنُه ِإَذ ا َقاَل َقْد َقاَم ِت الَّص َالُة َثَنى ِبَها‬

Adzan pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dua-dua, dan iqamah satu-
satu, kecuali ‫ َقْد َقاَم ِت الَّص َالُة‬dua kali.[9]

Sedangkan lafadz iqamah ada tiga juga, yaitu:

a). Iqamah 11 kalimat, yaitu :

‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َقْد َق اَم ْت‬
‫الَّص اَل ُة َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

Inilah iqamah menurut pendapat Syafi’i, Ahmad dan kebanyakan ulama, dengan
dasar hadits Abdullah bin Zaid di atas.

b). Iqamah seperti di atas dengan dikurangi ‫ َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة‬menjadi satu sehingga
jumlahnya 10 kalimat. Demikian ini iqamah menurut madzhab Malikiyah.

c). Iqamah berjumlah 17 kalimat, yaitu :

Sholat, Zakat, dan Puasa 14


Makalah Fiqih Ibadah

‫ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا‬
‫َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس وُل ِهَّللا َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى الَّص اَل ِة َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َحَّي َع َلى اْلَفاَل ِح َق ْد َق اَم ْت‬
‫الَّص اَل ُة َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة ُهَّللا َأْك َبُر ُهَّللا َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬

Inilah iqamah menurut madzhab Abu Hanifah, dengan dasar hadits Abu
Mahdzurah yang menyatakan:

‫َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َّلَم ُه اَأْلَذ اَن ِتْس َع َع ْش َر َة َك ِلَم ًة َو اِإْل َقاَم َة َس ْبَع َع ْش َر َة َك ِلَم ًة َق اَل َأُب و ِع يَس ى َه َذ ا‬
‫َحِد يٌث َحَس ٌن َص ِح يٌح‬

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarinya adzan 19 kalimat


dan iqamah 17 kalimat.

Abu Isa Al Tirmidzi menyatakan : “Ini hadits hasan shahih”.

4. Iqamah dengan 9 kalimat, dengan satu-satu kecuali ‫ َق ْد َق اَم ِت الَّص َالُة‬dua kali,
dasarnya ialah hadits Ibnu Umar di atas.

Imam Bukhari juga menulis masalah ini dalam bab Al Iqamatu Wahidah Illa
Qaulahu ‫ َقْد َقاَم ِت الَّص َالُة‬, yang didukung disepakati Al Hafizh Ibnu Hajar dalam
pensyariatannya.

Baca Juga Adzân Shubuh, Anjuran Dua Adzan Untuk Shalat Fajar

Semua lafadz adzan di atas boleh dipergunakan, dan lebih baik bila digunakan
seluruhnya, kecuali jika menimbulkan fitnah di masyarakat, sebagaimana telah
disampaikan Syaikh Ibnu Utsaimin di atas.

Kandungan Lafadz Adzan

Lafazd adzan dan iqamah mencakup kandungan aqidah seorang muslim, sehingga
Imam Al Qadhi Iyadh berpendapat: “Ketahuilah, bahwa adzan adalah kalimat
yang berisi aqidah iman yang mencakup jenis-jenisnya. Yang pertama,
menetapkan Dzat dan yang seharusnya dimiliki Dzat Allah dari kesempurnaan
dan pensucian dari lawan kesempurnaan. Dan itu terkandung pada ucapan “Allahu
Akbar”. Lafadz ini, walaupun sangat ringkas, namun sudah menjelaskan apa yang
Sholat, Zakat, dan Puasa 15
Makalah Fiqih Ibadah

telah kami sebutkan di atas. Kemudian (yang kedua), menegaskan keesaan Allah
dan penolakan sekutu yang mustahil ada bagiNya. Ini merupakan dasar dan
tonggak iman, dan tauhid yang didahulukan ada di atas segala tugas agama
lainnya. Kemudian menegaskan penetapan kenabian dan persakisan akan
kebenaran risalah (kerasulan) bagi Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dan ini merupakan kaidah agung setelah syahadat tentang keesaaan Allah.
Kemudian mengajak kepada ibadah yang diperintahkan. Mengajak untuk shalat
dan menjadikannya setelah penetapan kenabian, karena kewajibannya diketahui
melalui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan melalui akal. Kemudian
mengajak kapada kemenangan, yaitu kekal di dalam kenikmatan yang abadi.
Disini terdapat isyarat untuk perkara-perkara akhirat dalam hal kebangkitan dan
pembalasan yang merupakan akhir masalah aqidah Islam. Lalu hal itu diulang-
ulang dengan iqamat shalat untuk memberitahu mulainya. Hal ini mengandung
penegasan iman dan pengulangan penjelasan iman ketika memulai suatu ibadah
dengan hati dan lisan, dan agar orang yang shalat senantiasa berada di atas
kejelasan amalannya dan ilmu tentang imannya, serta merasakan keagungan shalat
dan keagungan Dzat yang disembah serta pahala yang besar”.

Imam Al Qurthubi juga menyatakan: “Adzan, walaupun lafadznya sangat ringkas,


namun mengandung banyak masalah aqidah; karena adzan dimulai dengan takbir
yang mengandung penetapan keberadaan dan kesempurnaan Allah. Kemudian
diikuti dengan penetapan tauhid dan menafikan syirik. Lalu penetapan risalah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ajakan untuk mentaati Beliau
secara khusus setelah syahadat (persaksian) tentang risalah (kerasulan), karena
tidak diketahui ibadah shalat tersebut kecuali dari jalan rasul. Kemudian ajakan
kepada kemenangan, yaitu kekekalan dan berisi isyarat tentang hari pembalasan,
lalu diulang-ulang sebagai penegasan. Sehingga dari adzan didapatkanlah
pemberitahuan tentang masuk waktu shalat, ajakan berjamaah dan menampakkan
syiar Islam”.

Sholat, Zakat, dan Puasa 16


Makalah Fiqih Ibadah

F. Tata Cara Shalat Nabi SAW


1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan takbiratul
ihram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan ucapan “Allahu
Akbar” sebagaimana beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang jelek
shalatnya. Kemudian mengangkat kedua tangan beliau, terkadang bersama takbir,
setelah takbir, atau sebelum takbir. Dan beliau mengangkat kedua tangannya
dengan jemari dijulurkan sehingga lurus dengan pundak. Setelah itu beliau
meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya (bersedekap) dan melatakkan
kedua tangannya di atas dada dengan mengarahkan pandangan ke arah tempat
sujud. (lihat Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani).
2. Bacaan-bacaan setelah takbiratul ihram
Setelah melakukan takbiratul ihram, beliau membaca do’a istiftah, yang berisi
pujian dan sanjungan kepada Allah Ta’ala. Beliau bersabda: ”Tidak sempurna
shalat seseorang sampai dia bertakbir, memuji dan menyanjung Allah jalla wa
‘azza, kemudian membaca (beberapa ayat) dari Al-Qur’an yang mudah baginya.”
(HR. Abu Dawud dan Al Hakim, Shahih). Salah satu bacaan do’a istiftah yang
diajarkan Rasulullah adalah : Subhanakallahumma wa bihamdika
tabaarakasmuka wa Ta’ala Jadduka Wa Laa ilaaha ghairuka (Artinya : Maha
suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu
penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ada ilah yang berhak disembah selain
Engkau” (HR.Abu Daud dan An Nasa-i, dihasankan oleh Al Albani 1/252).

Kemudian beliau beristi’adzah (memohon perlindungan) kepada


Allah Ta’ala. Berdasarkan hadits dari Abu Said Al Khudri: “Apabila beliau
berdiri mengerjakan shalat beliau membaca do’a istiftah kemudian

Sholat, Zakat, dan Puasa 17


Makalah Fiqih Ibadah

mengucapkan: “A’udzubillahi As Sami’i Al ‘Alimi minasy syaithanirrajim min


hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi, Shahih).

Selanjutnya beliau membaca surat Al Fatihah disetiap rakaat. Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca
Fatihatul Kitab (suarat Al Fatihah).” (HR Bukhari dan Muslim). Beliau membaca
surat Al Fatihah dengan berhenti pada setiap ayat hingga ayat terakhir, lalu
mengucapkan “Aamiin”. Dilanjutkan dengan membaca surat selain Al Fatihah
(pada dua rakaat pertama dalam setiap shalat).

Disunnahkan membacanya dengan suara lantang pada shalat shubuh, dua rakaat
pertama shalat maghrib, dua rakaat pertama shalat Isya’, dan membacanya dengan
lirih pada shalat zhuhur, ashar, rakaat ketiga shalat maghrib, dan dua rakaat
terakhir shalat isya. (lihat Al Wajiz karya DR Abdul ‘Azhim Badawiy).
3. Rukuk dengan tumakninah
Nabi bersabda kepada orang yang jelak shalatnya: “Kemudian rukuklah sampai
engkau tumakninah dalam rukuk.” (HR Bukhari dan Muslim). Beliau rukuk
dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lututnya, dengan jemari
direnggangkan dan menjauhkan lengan dari lambung. Kemudian disunnahkan
membaca tasbih dengan lafal “Subhana rabbiyal Azhim” (artinya : Maha suci
Rabbku yang Maha Agung) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya
Syaikh Al Albani).
4. I’tidal (bangkit dari rukuk) dengan tumakninah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya:
“Kemudian bangkitlah (dari rukuk) hingga tegak berdiri” (HR Bukhari dan
Muslim), lalu mengucapkan “Sami’Allahu liman hamidah” (artinya : Allah
mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya) dan “Rabbana lakal
hamdu” (artinya : Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) (HR Bukhari dan
Muslim).
5. Sujud dan duduk di antara dua sujud dengan Tumakninah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman rukuk
dan sujudlah kalian” (QS. Al Hajj : 77). Nabi shallallahu ‘alaihi wa

Sholat, Zakat, dan Puasa 18


Makalah Fiqih Ibadah

sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Kemudian sujudlah sampai
engkau tumakninah, lalu bangkit sampai engkau duduk dengan tumakninah,
kemudian sujud sampai engkau tumakninah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Di
dalam sujud beliau membaca “Subhana Rabbiyal A’la” (Artinya : Mahasuci
Rabb-ku Yang Maha Tinggi) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya
Syaikh Al Albani), dan beliau membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud
dengan mengucapkan “Rabbighfirli, rabbighfirli” (Artinya : Wahai Rabbku
ampunilah aku) (HR. An Nasa’I, Shahih) dan do’a lainnya yang berasal dari
Rasulullah.

6. Tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian duduk pada setiap
dua rakaat, ucapkanlah: at tahiyatu lillah…(hingga akhir)” (An Nasa’I, Shahih).
Salah satu bacaan tasyahud adalah : “At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath
thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wa barokaatuh.
As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu al laa ilaaha
illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh” (artinya: Segala
ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan
barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan
kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).” (HR. Bukhari).

7. Membaca shalawat atas Nabi setelah tasyahud


Membaca shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah
tasyahud yang pertama hukumnya sunnah, sedangkan membaca shalawat atas
Nabi setelah tasyahud akhir termasuk rukun shalat. (lihat Al Wajiz karya DR
Abdul ‘Azhim Badawiy). Salah satu bacaan shalawat adalah : “Allahumma shalli
‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala ibrahim wa ‘ala
aali ibrahim innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala muhammad wa

Sholat, Zakat, dan Puasa 19


Makalah Fiqih Ibadah

‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka
hamiidum majiid” (artinya : Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan
kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha
Mulia. Ya Allah, Berkahilah Muhammaddan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia) (HR. Bukhari dan Muslim).
8. Salam
Salam merupakan rukun sekaligus penutup ibadah shalat, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kunci shalat adalah bersuci, yang
mengaharamkan (awal shalat) adalah takbir dan yang menghalalkan (akhir
shalat) adalah salam.” (HR Ibnu Majah, Shahih). Salah satu bacaan salam untuk
menoleh ke kanan dan kiri adalah Assalamu alaikum wa rahmatullah (artinya :
Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian) (HR. Nasai, Abu
Daud dan dishahihkan al-Albani).
Demikian pemaparan yang dapat kami sampaikan, semoga
Allah Ta’ala memberikan kepahaman dan ilmu yang bermanfaat.
Allahul Muwaffiq, washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa’ala alihi
washahbihi ajma’in.

2.2Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat (Bahasa Arab: ‫زكاة‬transliterasi: Zakah) zakat dari segi bahasa
berarti bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang. Dalam segi istilah zakat
adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya). Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat islam. Zakat
merupakan rukun ketiga dari rukun islam.
Zakat dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 43:
‫َو َأِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو َء اُتوْا ٱلَّز َكٰو َة َو ٱۡر َك ُعوْا َم َع ٱلَّٰر ِكِع يَن‬

Sholat, Zakat, dan Puasa 20


Makalah Fiqih Ibadah

Artinya: “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah


beserta orang yang rukuk”. (Al-Baqarah 2:43)1

2. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun islam, dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. 2

3. Macam-Macam Zakat
Jenis-jenis zakat terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Zakat Fitrah
Zakat fitrah juga dinamakan zakat badan. Zakat fitrah ialah zakat diri yang
di wajibkan atas diri setiap manusia yang berkemampuan dengan syarat-syarat
yang ditetapkan. Membayar zakat fitrah hukumnya wajib a’in yang artinya wajib
bagi umat muslim.3
Adapun orang yang dibebani untuk mengeluarkan zakat fitrah menurut 4
mazhab zakat fitrah ini diwajibkan kepada setiap orang Islam yang kuat, baik tua
maupun muda. Maka bagi wali anak kecil dan orang gila wajib mengeluarkan
hartanya serta memberikannya kepada orang fakir.
Syafi’i, Maliki dan Hambali orang yang mampu adalah orang yang
mempunyai lebih dalam makanan pokoknya untuk dirinya dan untuk keluarganya
pada hari dan malam hari raya, dengan pengecualian kebutuhan tempat tinggal,
dan alat-alat primer. Maliki menambahkan bahwa orang yang mampu itu adalah
orang yang bisa berhutang kalau dia mempunyai harapan untuk membayarnya.4

1
2
3
4
Sholat, Zakat, dan Puasa 21
Makalah Fiqih Ibadah

a. Syarat-Syarat Wajib Membayar Zakat Fitrah


a. Beragama islam.
b. Dilaksanakan setelah terbenamnya matahari dari bulan ramadhan
sampai akhir bulan ramadhan.
c. Memiliki harta yang berlebih dengan ketentuan kelebihan harta
untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya.

b. Rukun-Rukun Zakat Fitrah


a. Niat untuk menunaikan zakat fitrah.
b. Terdapat pemberi zakat fitrah atau musakki.
c. Terdapat penerima zakat fitrah atau mustahik.
d. Terdapat makanan pokok yang dizakatkan.

c. Cara Pelaksanaan Zakat Fitrah

Sebagian besar masyarakat Indonesia sering membayar zakat fitrah


ini dalam bentuk beras. Jumlah untuk zakat fitrah ini adalah satu sa’ atau
3,2 liter, atau setara dengan 2,5 kg.
Terdapat beberapa waktu yang diperbolehkan dalam membayar
zakat fitrah baik itu yang wajib, sunnah, makruh, dan haram antara lain:
a. Wajib, dari bulan ramadhan sampai terakhir bulan ramadhan.
Waktu yang wajib adalah pada saat terbenamnya matahari pada
penghabisan bulan ramadhan (malam takbiran).
b. Sunnah, yaitu dibayarkan sesudah shalat subuh sebelum pergi
shalat ied.
c. Makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah shalat ied tetapi
belum terbenam matahari pada hari raya idhul fitri.
d. Haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari
pada hari raya idhul fitri.

2) Zakat Mal

Sholat, Zakat, dan Puasa 22


Makalah Fiqih Ibadah

Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki individu
dengan syarat-syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan secara syarak.5
a. Syarat-Syarat Wajib Zakat Mal
a. Islam
b. Merdeka
c. Sudah mencapai ukuran nisab
d. Sudah mencapai satu tahun (untuk hasil pertanian maka
dikeluarkan setiap kali panen)
e. Berakal dan baligh
f. Milik pribadi, tidak punya orang lain atau yang bersifat utang

b. Rukun-Rukun Zakat Mal


a. Niat.
b. Muzakki (orang yang zakat).
c. Mustahik (penerima zakat).
d. Barang yang dizakatkan.

c. Cara Pelaksanaan Zakat Mal


Harta yang dizakati harus berjalan selama 1 tahun (haul) terhitung
dari hari kepemilikan nishabnya, terkecuali zakat dari hasil pertanian dan
buah-buahan. Karena zakat dari bidang tersebut diambil ketika tiba masa
panen. Demikian pula dengan zakat harta karun (rikaz) yang diambil
ketika menemukannya.

4. Jenis- Jenis Harta Yang Harus Dizakati


a. Zakat binatang ternak: unta, sapi termasuk kerbau dan kambing,
biri-biri dan kambing kibas
b. Zakat emas dan perak
c. Zakat tanaman dan buah-buahan: makanan pokok
d. Zakat harta dagangan6
5
6

Sholat, Zakat, dan Puasa 23


Makalah Fiqih Ibadah

5. Hal-Hal Yang Membatalkan Zakat


Menurut tokoh bermazhab Maliki ini, hal yang bisa menggugurkan pahala
zakat, antara lain ialah mengukit-ungkit zakat yang telah diberikan. Motifnya bisa
jadi untuk menyakiti si penerima atau agar khalayak ramai mengetahui
kedermawanannya. Ini sangat dikecam dan akan merugikan musakki.
Padahal, anjuran yang ditekankan saat membayar zakat ialah dilakukan
secara tertutup dan tidak perlu diketahui banyak orang. Sedekah wajib ataupun
sunah supaya ditunaikan jauh dari mata manusia ramai karena ini sangat utama.
Namun, menurut mazhab Syafi’I dan Hanbali, bila sedekah itu ialah wajib
seperti zakat, boleh menampakannya didepan orang lain. Dengan catatan, jauh
dari sikap pamer. Penampakan zakat tersebut dianggap sebagai salah satu cara
untuk menarik minat yang lain untuk berzakat.

6. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat


a. Orang fakir
b. Orang miskin
c. Orang-orang yang menjadi ‘Amil zakat
d. Para muallaf
e. Riqab (orang-orang yang memerdekakan budak)
f. Orang yang mempunyai utang (Al-Gharimun)
g. Orang yang berada dijalan Allah
h. Ibnu Sabil7

7. Hukum Orang Yang Enggan Berzakat


a. Orang yang tidak mau menunaikan zakat, sedang dia masih
berkeyakinan bahwa zakat itu wajib, maka dengan keengganannya itu
dia berdosa.
b. Orang yang tidak mau menunaikan zakat, sedang dia masih
berkeyaninan bahwa zakat itu wajib, tapi dia unjuk gigi membela diri,
maka dia berhak diperangi sampai dia mau menunaikannya.

Sholat, Zakat, dan Puasa 24


Makalah Fiqih Ibadah

Sedang orang yang tak mau menunaikan zakat sedang dia tidak mengakui lagi
bahwa zakat itu wajib, maka dia telah keluar dari islam dan berhak dibunuh
sebagai orang kafir

2.3 Puasa
1. Pengertian Puasa

Puasa menurut bahasa berasal dari bahasa arab yaitu ) ‫ صوم‬,‫”صيام‬Shoum”,


“Shiyam”) yang artinya adalah menahan diri dari sesuatu. Shaama ‘anil kalaam
artinya menahan diri dari berbicara.
Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada
siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya,
sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari.8
Puasa dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Q.S al-Baqarah ayat 183:
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلۡي ُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقوَن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa” (Q.S. al-Baqarah:183)9

2. Hukum Puasa
Berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun dari beberapa
rukun agama. Kewajiban melaksanakannya tidak membutuhkan dalil, dan orang
yang mengingkarinya berarti telah keluar dari islam, karena ia seperti shalat, yaitu
ditetapkan dengan keharusan. Dan ketetapan itu diketahui baik oleh yang bodoh
maupun orang yang alim’ dewasa maupun yang anak-anak.
Puasa mulai diwajibkan pada bulan Sya’ban, tahun kedua Hijjriyah. Puasa
merupakan fardhu ‘ain bagi setiap mukallaf, dan tak seorangpun dibolehkan
berbuka sampai waktunya tiba, kecuali mempunyai sebab-sebab seperti: Haid dan
nifas, sakit, wanita hamil yang hampir melahirkan, dan wanita yang sedang
menyusui, perjalanan yang sesuai dengan syarat-syarat yang dibolehkan

8
9

Sholat, Zakat, dan Puasa 25


Makalah Fiqih Ibadah

melakukan shalat qashar seperti yang telah dibicarakan oleh setiap mazhab,
semua ulama mazhab sepakat bahwa bagi orang yang mempunyai penyakit sangat
kehausan boleh berbuka, orang tua renta, baik lelaki maupun wanita, yang
mendapatkan kesulitan dan kesukaran serta tidak kuat lagi berpuasa. 10 Hukum
puasa juga ada yang sunnah, makruh dan haram.

3. Rukun Puasa
Rukun puasa adalah menahan diri dari syahwat perut dan syahwat
kemaluan; atau menahan diri dari hal-hal yang membatalkan. Madzhab Maliki
dan Syafi’I menambahkan rukun lainnya, yaitu niat pada malam hari.

4. Macam-Macam Puasa Menurut Hukumnya


a. Puasa Wajib
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan jika tidak maka akan
mendapat dosa. Ulama mazhab sepakat bahwa puasa Ramadhan, qadha’, kifarah,
dan puasa untuk melaksanakan nadzar, adalah wajib
Puasa bulan Ramadhan, hukumnya wajib bagi setiap muslim dan
muslimah yang telah mencapai usia baligh, yang berakal, sehat (tidak sakit),
mukim (bukan musafir) lagi suci dari haid dan nifas.
Mengqadha’ (mengganti) Puasa Ramadhan, orang yang diwajibkan
mengqadha’ (mengganti) hari-hari puasanya yang ditinggalkan pada bulan
Ramadhan, ia harus meng-qadha’-nya (menggantinya) pada tahun ini juga.
Puasa Kifarah/kafarat, puasa kifarah mempunyai beberapa bentuk,
diantaranya adalah: Puasa kifarah karena salah membunuh, puasa kifarah karena
sumpah dan nadzar, puasa kifarah karena berbuka pada waktu puasa Ramadhan.11

b. Puasa Haram
Menurut jumhur atau makruh tahriiman menurut madzhab Hanafi, antara
lain berikut ini.

10
11

Sholat, Zakat, dan Puasa 26


Makalah Fiqih Ibadah

i. Puasa Sunnah bagi istri tanpa izin suaminya atau tanpa keyakinan si istri
bahwa suaminya rela jika dia berpuasa, kecuali jika si suami tidak
membutuhkan istrinya, misalnya si suami sedang berpergian, sedang ihram
haji atau umrah atau sedang beritikaf.
ii. Puasa pada hari syakk (keraguan), yaitu tanggal 30 sya’ban apabila
masyarakat ragu pada hari tersebut sudah masuk bulan Ramadhan atau
belum.
iii. Puasa pada hari Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari-hari Tasyrik.
iv. Puasa wanita yang sedang haid atau nifas.
v. Menurut madzhab Syafi’I haram berpuasa pada paruh akhir bulan
Sya’ban, dan hari syakk termasuk didalamnya, kecuali jika ada kebiasaan
puasa yang dijalaninya, misalnya dia sudah biasa puasa dahr (tiap hari),
puasa dawud.
vi. Puasa seseorang yang dikhawatirkan dirinya akan celaka jika dia
melakukan puasa tersebut.

c. Puasa Makruh
Misalnya, puasa dahr, puasa hari jum’at semata, puasa hari sabtu semata,
puasa hari syakk, begitu juga juga hari Anniruz (hari awal tahun Arab), kalau
mengikuti pendapat selain Imam Syafi’i, juga berpuasa satu atau dua hari sebelum
puasa Ramadhan.
Ada juga dijelaskan bahwa seorang tamu dimakruhkan berpuasa tanpa izin
dari tuan rumah, begitu juga anak tanpa izin dari ayahnya. Dan makruh pula pada
hari Syakk dalam bulan Dzuhijjah, karena khawatir hari tersebut merupakan hari
raya.

d. Puasa Sunnah
a. Puasa sehari dan tidak puasa sehari (puasa Nabi Dawud).
b. Puasa tiga hari setiap bulan.
c. Puasa hari senin dan kamis setiap minggu.
d. Puasa enam hari dibulan Syawwal.
e. Puasa hari Arafah

Sholat, Zakat, dan Puasa 27


Makalah Fiqih Ibadah

f. Puasa delapan hari sebelum hari Arafah pada bulan Dzulhijjah.


g. Puasa Tasu’a dan Asyura.
h. Puasa pada empat bulan suci: tiga diantaranya berturutan, yaitu:
Dzulqodah, Zulhijjah, dan Muharram. Sedang yang satu terpisah yaitu
Rajab.
i. Puasa Sya’ban

5. Syarat -Syarat Puasa


a. Beragama Islam
b. Balig dan berakal
c. Mampu (sehat) dan berada di tempat tinggal (iqamah)12

6. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa


a. Makan atau minum walaupun sedikit misalnya sengaja makan biji-bijian.
b. Sampainya sesuatu kedalam perut, seperti bekas tikam dan obat, atau
masuknya sesuatu dari mata ke perut menyerap rasa obat tetes mata dalam
tenggorokan tidak masalah.
c. Muntah dengan sengaja.
d. Masuknya sesuatu saat berkumur atau instinsyaq yang dilakukan secara
berlebihan, atau air terlanjur masuk kedalam perut ketika membersihkan
najis.
e. Bersenggama atau bersetubuh pada siang hari
f. Ejakulasi sebab sentuhan tangan (onani), rabaan wanita atau lainnya,
ciuman atau bercumbu.
g. Haid atau nifas.
h. Menyuntikkan obat melalui kemaluan atau anus, atau menggunakan obat
hirup melalui hidung.
i. Terserang gangguan jiwa, karena dalam kondisi demikian orang yang
berpuasa telah keluar dari status orang yang dikenai kewajiban ibadah.
j. Murtad atau keluar dari agama islam.13
12
13

Sholat, Zakat, dan Puasa 28


Makalah Fiqih Ibadah

7. Ketetapan Hilal
Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa apabila ada yang melihat Hilal
seorang diri, maka ia wajib mengamalkan apa yang dilihatnya itu tanpa
membedakan antara hilal Ramadhan dengan hilal Syawal. Barang siapa yang
melihat hilal Ramadhan, maka ia wajib berpuasa, sekalipun semua manusia tidak
puasa. Dan barang siapa yang melihat hilal Syawal, maka ia wajib berbuka
walaupun semua orang di bumi masih berpuasa, tidak membedakan apakah yang
melihat itu orang yang adil atau tidak, wanita atau lelaki. Berdasarkan sabda
Rasulullah saw: “Berpuasalah kalian setelah melihat (ru’yah) hilal dan
berbukalah berdasarkan ru’yah (penglihatan) hilal”.14
8. Manfaat Puasa
a.Puasa mengistirahatkan pencernaan dan perut dari kelelahan kerja yang terus
menerus, mengeluarkan sisa makanan dalam tubuh, memperkuat badan dan
bermanfaat pula bagi penyembuhan beberapa penyakit.
b. Puasa merupakan latihan dan pembiasaan jiwa untuk berbuat kebaikan, disiplin,
ketaatan dan kesabaran.
c.Orang yang berpuasa merasakan adanya persamaan dengan saudaranya yang
berpuasa, ia berpuasa bersama, berbuka bersama, merasakan adanya kesatuan
islam yang menyeluruh, dan merasakan lapar sehingga dapat ikut prihatin
terhadap saudara-saudaranya yang mengalami kelaparan dan memerlukan
pertolongan.
d. Sebagai penghapus dosa.15
9. Hak Puasa Bagi Istri Yang Tanpa Izin Suami

Dalam syariat Islam, ibadah puasa berdasarkan hukumnya dapat


dibedakan menjadi beberapa bagaian, yaitu puasa wajib, puasa bulan Ramadhan,
puasa sunnah, baik yang memiliki waktu tertentu maupun yang tidak, puasa
makruh, dan puasa haram. Di antara puasa makruh, menurut sebagian fuqaha,

14
15

Sholat, Zakat, dan Puasa 29


Makalah Fiqih Ibadah

adalah puasa istri yang tanpa izin dari suaminya. Walaupun ada juga pendapat lain
yang menyatakan bahwa puasa yang demikian dihukumi dengan haram.
Perbedaan pendapat tersebut, didasari adanya hadis Nabi Saw, yakni:
º ‫النصيوم المرأة وبعلها شاهدإّال بإذنه‬
Hadis di atas merupakan sabda Nabi Saw, di latar belakangi oleh laporan
seorang perempuan, istri Safwan ibn al-Mu’attal, kepada Rasulullah Saw, bahwa
suaminya suka memukulnya jika ia (perempuan itu) sedang shalat, menyuruh
berbuka puasa jika ia berpuasa, dan suka mengerjakan shalat subuh setelah terbit
matahari.
Kemudian pada waktu itu juga, langsung diluruskan oleh Safwan ibn al-
Mu’attal tentang bagaimana keadaan yang sebenarnya.16
Adapun maksud dari tidak dibolehkannya istri tidak diperkenankan
berpuasa tanpa izin suaminya dengan syarat-syarat berikut, yaitu: pertama, puasa
yang hendak dilakukan adalah puasa sunnah. Kedua, puasa istri dilakukan ketika
suami tidak berpergian.17

16
17

Sholat, Zakat, dan Puasa 30


Makalah Fiqih Ibadah

BAB III
PENUTUP

2.4 Kesimpulan
shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan
shalat. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan
seseorang bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya. Perkara terakhir
yang hilang dari manusia adalah shalat. Perkara terakhir yang hilang dari
manusia adalah shalat.Allah memuji orang yang mengerjakan shalat. Allah
mencela orang yang melalaikan dan malas-malasan dalam menunaikan shalat.
Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah shalat.
Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang langsung mendapatkan
perintah shalat ketika beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj. Awalnya shalat
diwajibkan sebanyak 50 shalat. Ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai
ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memperingan bagi hamba-Nya hingga
menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut
dihitung dalam timbangan sebanyak 50 shalat, walaupun dalam amalan
hanyalah 5 waktu. Ini sudah menunjukkan mulianya kedudukan shalat. llah
membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya pula
dengan shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekankannya amalan shalat. Allah
memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat.
Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak
shalat pada waktu berumur 10 tahun. Perintah shalat ini tidak ditemukan pada
amalan lainnya, sekaligus hal ini menunjukkan mulianya ibadah shalat.

Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya

Sholat, Zakat, dan Puasa 31


Makalah Fiqih Ibadah

(fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh
syara’.
Puasa ialah menahan diri dari makan dan minum serta melakukan perkara-
perkara yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya
matahari.
Sedangkan haji adalah mengunjungi atau menziarahi Baitullah (Ka’bah)
dengan niat beribadah kepada Allah swt dalam waktu yang telah ditentukan
dan cara cara yang sesuai dengan syariat islam.

3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kami dari pemakalah
mengharapkan adanya tanggapan, kritikan dan lain-lainnya untuk
kesempurnaan makalah ini.

Sholat, Zakat, dan Puasa 32


Makalah Fiqih Ibadah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad bin Hanbal. Muassisah al-Risalah, 1421 H.
al-Qur’an dan Terjemah
Al-Zuhayly, Wahbah. Puasa dan Itikaf Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani, 2011.
Fuad, Muhammad. Fiqih Wanita Lengkap. Jombang: Lintas Media, 2007.
Maines P. “Makalah Zakat, Puasa dan Haji”.
https://neogeuliwo.blogspot.com/2017/03/makalah-zakat-puasa-dan-
haji.html (diakses Kamis, 28 November 2019, 14.40).
Mughniyah, Jawad Muhammad. 2004. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera,
2004.
Taqiyuddin, Hafidz. ”Hak Puasa bagi Istri yang Tanpa Izin Suami”. Misykat Vol
4, No 1 (2019): 101-124.
Widyani, Retno, dan Mansyur Pribadi. Panduan Haji dan Umrah. Cirebon:
Swagati Press, 2010.
Zainu, Jamil bin Muhammad. Bimbingan Islam Untuk Pribadi & Masyarakat.
Jakarta: Darul Haq, 2011.
Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta: Almahira, 2008.

Referensi : https://almanhaj.or.id/936-syarat-syarat-sahnya-shalat.html
Referensi : https://almanhaj.or.id/3080-adzan-dan-iqamah.html

terkomplit 2015: Makalah Fiqh Ibadah tentang Shalat, puasa, zakat dan haji

Sumber https://rumaysho.com/4953-13-kedudukan-shalat-dalam-islam.html

Sholat, Zakat, dan Puasa 33

Anda mungkin juga menyukai