Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap
Tuhannya, dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan
kebahagiaan di dunia - akhirat.Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam-macam
seperti shalat,puasa,naik haji ,menbaca Al-Qur’an,dan lainnya.Seperti yang kita
ketahui agam islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah
shalat, yang mana shalat termasuk rukun islam yang kedua.Shalat merupakan
salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah berakal,baligh dan harus
dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan apapun.
Shalat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadat.Islam
didirikan atas lima sendi(tiang) salah satunya adalah shalat,sehingga barang
siapa yang mendirikan shalat,maka dia telah mendirikan agama dan barang siapa
yang meninggalkan shalat maka dia telah meruntuhkan agama.Oleh karena
itu,semua umat islam wajib melaksanakannya. Namun pada kenyataannya
banyak umat islam yang tidak melaksanakannya. Itu semua karena mereka tidak
mengetahui pentingnya shalat. Bahkan, umat islam juga masih banyak yang
tidak mengetahui pengertian shalat dan bagaimana menjalankan shalat dengan
benar sesuai dengan syariatnya.Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas tentang pengertian shalat, hukum shalat,hikmah shalat serta rukun-
rukunnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari shalat?
2. Apakah dasar hukum dan tujuan shalat?
3. Apakah syarat dan rukun shalat?
4. Apakah macam-macam shalat?
5. Kapan waktu dilaksanakannya shalat?
6. Bagaimana ketentuan melaksanakan shalat?

[1]
7. Apakah hikmah shalat?
8. Bagaimana cara menentukan arah kiblat shalat?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan menjelaskan pengertian shalat
2. Mengetahui dasar hukum dan tujuan shalat
3. Mengetahui dan menjelaskan syarat dan rukun shalat
4. Mengetahui macam-macam shalat
5. Mengetahui waktu dilaksanakannya shalat
6. Mengetahui ketentuan melaksanakan shalat
7. Mengetahui hikmah shalat
8. Mengetahui cara menentukan arah kibkat shalat
BAB II
PEMBAHASAN

A. . Pengertian Sholat
1. Menurut Bahasa Indonesia,shalat ialah:Ibadah kepada Allah SWT yang wajib
dilakukan oleh setiap orang islam yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam,dilengkapi dengan syarat rukun,gerak,dan bacaan tertentu
2. Menurut kamus Al Munawwir dan Munjid ,menerangkan:
a. Apabila ada kata sebagaimana di bawah ini artinya:

“Shalat adalah do`a dan menegakkan sholat”


b. Ada juga yang berpendapat:
“shalat adalah meninggikan atau mengangkat pikiran (konsentrasi) kepada
Allah agar supaya kita bersujud,bersyukur dan mencari pertolongan-Nya,
itulah disebut do`a atau memahasucikan.”

c. Jika ada kata-kata shalawatu minallah, artinya :


“Sholawat (do’a)dari Allah maksudnya rahmat dan sanjungan Allah kepada
hamba-Nya.”

d. Apabila ada kata-kata shallallahu ‘alahi,artinya:


“Do’a Allah kepadanya,maksudnya semoga Allah memberi berkah dari
kebaikan kepadanya sebagai sanjungan”.

3. Menurut Hasbi Ash Shiddieqy menegaskan:


Shalat dalam pengertian Bahasa Arab ialah do’a memohon kebajikan dan
pujian,sehingga jika ada kata-kata yang berbunyi “shalat Allah SWT kepada
nabi-Nya”, artinya pujian Allah SWT kepada nabi-Nya.pengertian ini dipahami
oleh orang Arab sebelum islam. Arti semacam itu terdapat juga di dalam Al
Qur’an (QS.9:103)
“Dan bershalatlah atas mereka (berdo’alah untuk mereka), karena sesungguhnya
shalatmu (do’amu) itu menenangkan dan menentramkan mereka”.

4. Menurut ta’rif para Fuqaha’:


“Beberapa ucapan dan perbuatan yang yang dimulai dari takbir dan
diakhiri dengan salam,dengannya kita beribadah kepada Allah SWT menurut
syarat syarat yang telah ditentukan”.
Ta’rif Fuqaha’ ini hanya mengenai rupa/bentuk shalat,tidak mengenai
hakikat dan ruhnya. Tegasnya,ta’rif Fuqaha’ ialah ta’rif yang menggambarkan
shalat dapat didengar,dilihat dan tidak termasuk didalamnya pengertian hakikat
dan jiwa shalat.
5. Menurut ta’rif ahli hakekat (haqieqatush shalat):
“Hakekat shalat ialah: melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataan, pekerjaan atau kedua_duanya

6. Menurut Ahlul Ma’rifat menta’rifkan ruhusshalat (jiwa shalat) sebagai berikut :


“Ruh shalat ialah: berharap kepada Allah SWT dengan sepenuh jiwa
dengan segala kekhusyuk’an di hadapanNya dengan ikhlas kepadanya serta
hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji”

Ringkasnya ruh shalat ialah menghadap kepada Allah dengan


khusyu’,ikhlas,menghadirkan hati,baik dalam berdzikir,berdo’a,maupun
memuji.Sedangkan untuk mewujudkan hal itu disyariat’kan shalat tidak sekali-kali
karena rupanya tetapi karena mengingat jiwanya(ruhnya)
Dari pengertian shalat dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Pertama,shalat yang hanya berupa bentuk atau rupa,yaitu shalat yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam disebut shalat struktural
Shalat struktural adalah : shalat yang dilakukan dalam bentuk vertikal, yaitu
hablum minallah(hubungan manusia dengan tuhan Allah SWT), contohnya
shalat wajib yang dilakukan sebanyak lima
kali(subuh,dhuhur,ashar,magrib,isya’). Shalat ini memiliki tiga pokok utama
yaitu wudlu,shalat,dan do’a
 Kedua, shalat yang mendatangkan hajat dan keperluan kepada Allah SWT
dengan perkataan dan pekerjaan(perbuatan). Shalat ini disebut salat fungsional
Shalat fungsional yaitu memfungsikan nilai-nilai shalat structural ke dalam
seluruh seluruh aktifitasyang dilakukan di luar shalat structural waktunya
diantara sholat lima waktu,contoh:makan,tidur,diam,bicara,dll. Shalat ini bersifat
hoisontal yaitu hablum minannas (hubungan manusia dengan manusia).

B. Tujuan Sholat dan Dasar Hukum


1) Tujuan shalat diantaranya adalah:
a) Shalat merupakan dasar dan tiang agama
b) Shalat merupakan penentu amalan-amalan manusia
c) Shalat sebagai penolong
d) Shalat merupakan pencegah kemungkaran
e) Shalat pembeda orang kafir dan orang islam
f) Shalat menjadikan sarana pengampun untuk dosa-dosa yang telah
dikerjakan,selama dosa itu bukan dosa besar
g) Shalat merupakan perbuatan yang paling utama di sisi Allah,apabila
dikerjakan pada waktunya
h) Shalat dapat meningkatkan keimanan kepada Allah. Maka apabila
ada orang yang meninggalkan shalat, itu artinya ia mengingkari
Allah
i) Salat merupakan bukti keimanan seseorang dan dapat meningkatkan
derajatnya disisi Allah
j) Shalat dapat membersihkan diri dari dosa,sebagaimana air yang
membersihkan badan dari kotoran.

2) Dasar hukum sholat

Shalat hukumnya wajib bagi setiap mukmin. Hal ini berdasarkan


firman Allah yang mana artinya.“ Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.”( an-Nisa’:103)
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman yang mana
artinya“Peliharalah segala shalat(mu) dan (peliharalah)shalat wustha….”
(al-Baqarah:238)

Dalam sebuah hadis, Rasullallah bersabda,“ Islam dibangun


berdasarkan lima perkara:bersaksi bahwa tiada tuhan Allah dan bahwa
Muhammad itu adalah utusanNya,mendirikan shalat,mengeluarkan
zakat,haji,dan puasa di bulan ramadhan.” (HR.Bukhari)
C. Syarat dan Rukun Shalat
1) Syarat-syarat wajib shalat lima waktu
a) Islam
Orang yang bukan islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak
dituntut untuk mengerjakannya di dunia hingga ia masuk islam, karena
meskipun dikerjakan tetap tidak sah. Tetapi mereka akan tetap menerima
siksaan di akhirat karena tidak shalat, sedangkan mereka dapat
mengerjakan shalat dengan masuk islam terlebih dahulu. Begitulah
seterusnya hukum-hukum furu’ terhadap orang yang tidak islam.
Firman Allah Swt. :
َ‫ت يَّتَ َسا َءلُوْ ن‬ ٍ ۛ ّ‫ۙ فِ ْي َج ٰن‬
َ‫ع َِن ْال ُمجْ ِر ِم ْين‬

“Berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan)


orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam
Saqar (neraka)?"Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-
orang yang mengerjakan shalat,dan kami tidak (pula) memberi makan
orang miskin.” (Al-Muddassir/74, 40-44)
b) Suci dari haid dan nifas
Telah diterangkan bahwa nifas ialah kotoran yang berkumpul
tertahan sewaktu perempuan hamil.
c) Berakal
Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat.
d) Baligh(dewasa)
Umur dewasa itu bisa diketahui melalui salah satu tanda meliputi
cukup berumur 15 tahun, keluar mani, mimpi bersetubuh, mulai keluar
haid bagi perempuan.
e) Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. kepadanya)
Orang yang belum menerim perintah tidak dituntut dengan hukum.
Firman Allah Swt. Yang artinya“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nissa/4, 165)
f) Melihat atau mendengar
Melihat atau mendengar menjadi syarat wajib mengerjakan shalat,
tetapi pada orang yang buta dan tuli sejak dilahirkan tidak dituntut
dengan hukum karena tidak ada jalan baginya untuk belajar hukum-
hukum syara’.
g) Terjaga
Maka bagi orang yang tidur tidak wajib shalat, begitu juga
orangyang lupa. Apabila seseorang meninggalkan shalat karena tidur atau
lupa, maka ia wajib shalat saat ia terbangun atau ingat, sehingga ia tidak
berdosa.
2) Syarat sah shalat
Suci dari hadas besar dan hadas kecilFirman Allah Swt. :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”(Al-
Maidah/5, 6)
a. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
Firman Allah Swt. :“Dan bersihkanlah pakaianmu.”(Al-
Mudassir/74, 4)Najis yang sedikit atau yang sukar memeliharanya seoerti
nanah bisul, darah khitan dan darah berpantik yang ada di tempatnya diberi
keringanan untuk dibawa shalat.
b. Menutup aurat
Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya
warna kulit. Aurat laki-laki antara pusar sampai lutut, aurat perempuan
seluruh badan nya kecuali muka dan dua tapak tangan.
Firman Allah Swt. :“ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah
setiap (memasuki) masjid “ (Al-A’raf/7, 31)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-
anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur /24, 3)
c. Mengetahui masuknya waktu shalat
Diantara syarat sah shalat ialah ia mengetahui bahwa waktu shalat
sudah tiba.
d. Menghadap kearah kiblat.
Selama shalat, wajib menghadap kiblat.
Firman Allah Swt. :“ Palingkanlah mukamu ke Masjidil Haram. Dan
dimana saja kamu berada, paligkanlah mukamu kearahnya.” (Al-
Baqarah/2, 144)
3) Rukun Shalat
a. Niat
Arti niat ada dua, yaitu :Asal makna niat ialah “menyengaja”
suatu perbuatan. Dengan adanya kesegajaan ini, perbuatan dinamakan
ikhtijari (kemauan sendiri, bukan paksaan).Niat pada syara’ ( yang
menjadi rukun islam dan ibadah yang lain), yaitu yang menyengaja
suatu perbuatan karena mengikuti perintah Allah Swt. Supaya di ridhoi-
Nya. Inilah yang dinamakan ikhkas. Maka orang yang shalat hendaklah
sengaja mengerjakan shalat karena mengikuti perintah Allah Swt.
Firman Allah Swt. :“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada- Nya dalam
menjalankan agama yang lurus.”(Al-Bayyinah, 5)
b. Berdiri bagi orang yang kuasa
Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat sambil duduk, kalau
tidak kuasa duduk, boleh berbaring, dan kalau tidak kuasa berbaring,
boleh menelentang, kalau tidak kuasa juga demikian shalatlah
sekuasanya, sekalipun dengan isyarat. Pada shalat fardhu diwajibkan
untuk berdiri karena itu merupakan rukun shalat, tetapi pada shalat
sunah, berdiri itu tidak menjadi rukun.
Ganjaran duduk dan berbaring itu kurang dari ganjaran berdiri,
apabila dilakukan ketika mampu. Tetapi jika dilakukan karena
berhalangan ganjarannya tetap sempurna seperti berdiri.
c. Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”)
Membaca surat Al Fatihah Imam Malik, Syafii, Ahmad bin
Hanbal, dan jumhurul ulama telah bersepakat bahwa membaca surah Al
Fatihah pada tiap-tiap rakaat shalat itu wajib dan menjadi rukun salat,
baik salat fardhu maupun salat sunah. Mereka beralasan kepada hadist-
hadist tersebut diatas. Al-Hanafiyah berpendapat bahwa yang fardhu
dibaca adalah Al-Qur’an, tidak tertentu pada Al-Fatihah saja.
d. Rukuk serta tumakninah(diam sebentar)
Adapun rukuk bagi orang yang salat berdiri sekurang-kurangnya
adalah menunduk kira-kira dua telapak tangannya sampai lutut,
sedangkan yang baiknya ialah menunduk sampai lurus tulang
punggungnya serta meletakkan telapak tangannya dilutut. Sedangkan
rukuk yang baik untuk orang yang salatnya duduk sekurang-kurangnya
ialah sampai muka sejajar dengan lutut, sedangkan yang baiknya yaitu
muka sejajar dengan tempat sujud.
e. I’tidal serta tumakninah
Artinya berdiri tegak kembali seperti posisi ketika membaca Al-
Fatihah.
f. Sujud dua kali serta tumakninah
Sekurang-kurangnya sujud adalah meletakkan dahi ketempat
sujud. Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud itu wajib
dilakukan dengan tujuh anggota, dahi, dua telapak tangan, dua
lutut, dan ujung jari kedua kaki dan sujud hendaknya dengan posisi
menungkit, berarti lebih tinggi dari kepala.
g. Duduk diantara dua sujud
h. Duduk akhir untuk tasyahud akhir, salawat atas Nabi Saw. dan atas
keluarga beliau.
i. Memberi salam (kekiri dan kekanan)
j. Menertibkan rukun
Artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada urutannya menurut
susunan yang telah disebut diatas.
D. Macam-macam Shalat
1. Macam-macam sholat wajib:
a) Shalat Isya'
yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan
menjelang malam (+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar)yang diiringi
dengan shalat sunnah qobliyah (sebelum) dan ba'diyah (sesudah) shalat
isya.
b) Shalat Subuh
yaitu shalat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul
04:10) yang hanya diiringi dengan shalat sunnah qobliyah saja, sedang
ba'diyah dilarang.
c) Shalat Dhuhur
yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan
sa'at matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang,
yang diiringi dengan shalat sunnah qobliyah dan shalat sunnah ba'diyah
(dua raka'at-dua raka'at atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu
kali salam).
d) Shalat Ashar
yaitu shalat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan
setelah matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan
mata) yang hanya diiringi oleh shalat sunnah qobliyah dengan dua
raka'at atau empat raka'at (satu kali salam).
e) Shalat Maghrib
yaitu shalat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan
setelah matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh shalat
sunnah ba'diyah dua raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam,
sedang shalat sunnah qobliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin
lakukan, tapi bila tidak, jangan (karena akan kehabisan waktu).

2. Macam-macam shalat sunah:


a. Shalat Sunah Tahajud
Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu
tengah malam di antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun
tidur. Jumlah rakaat shalat tahajud minimal dua rakaat hingga tidak
terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat
al-ikhlas, surat al-falaq dan surat an-nas.
b. Shalat Sunah Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari
antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah raka'at
shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas raka'at dengan
satu salam setiap dua raka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya
dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat melakukan
shalat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi'ah, adh-dhuha,
al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
c. Shalat Sunah Istikharah
Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan
hidup baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua.
Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan
kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan akan memberikan
pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa yang akan
datang. Contoh kasus penentuan pilihan : 
 memilih jodoh suami/istri.
 memilih pekerjaan     memutuskan suatu perkara.
 memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya.
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan,
puasa sunah, shodaqoh, zikir, dan amalan baik lainnya.
d. Shalat Sunah Tasbih
Shalat tasbih adalah shalat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap
rakaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan
siang hari, jumlah rakaatnya adalah empat rakaat salam salam,
sedangkan jika malam hari dengan dua salam.
e. Shalat Sunah Taubat
Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang
yang ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah
dilakukannya dengan bersumpah tidak akan melakukan serta
mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat
dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan sholat.

f. Shalat Sunah Hajat


Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan
oleh Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau
usaha untuk mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan
minimal dua rakaat dan maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu
salam setiap dua rakaat, namun lebih baik dilakukan pada sepertiga
terakhir waktu malam.
g. Shalat Sunah Safar
Shalat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang
sebelum bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan
untuk maksiat seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja,
berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah supaya mendapat
keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.
h. Shalat Sunah Rawatib.
Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat
fardhu. Yang sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang
setelah shalat fardhu di sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah
sebagai pelengkap dan penambal shalat fardhu yang mungkin kurang
khusu atau tidak tumaninah.
i. Shalat Sunah Istisqho’
Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan.
dilakukan secara berjamaah saat musim kemarau.
j. Shalat Sunah Witir.
Shalat sunah witir dilakukan  setelah sampai sebelum fajar. bagi
yang yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga
malam setelah shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup.
biasa dilakukan sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat
pertama salam dan dilanjutkan satu rakaat lagi.
k. Shalat Tahiyatul Masjid.
Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.
Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid,
sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.
l. Shalat Tarawih
Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan
hukumnya sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan,
boleh dikerjakan sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.
m. Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri)
Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul
fitri adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai
tergeincirnya. Akan tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya
matahari bahwa hari itu tanggal 1 syawal jadi waktu shalat telah habis,
maka hendaklah shalat di hari kedua atau tanggal 2 saja. Sedangkan
untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
n. Shalat Dua Gerhana
Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan.
Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan
sabda Nabi saw. Yang artinya :“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang maupun kehidupannya.
Maka apabila kalian menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa
kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).
E. Waktu Shalat Fardhu
Firman Allah SWT:
‫َت َعلَى ال ُمؤ ِمنِ ْينَ ِكتَابًا َموْ قُوْ تًا‬
ْ ‫صاَل ةَ َكان‬
َّ ‫اِ َّن ال‬
Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa’: 103)
Sholat yang fardhu atau wajib dilaksanakanoleh tiap-tiap mukallaf (olang
yang telah baligh dan juga berakal).
Sabda Rasulullah SAW:
َ َ‫ض هَّللا ُ َعلَى اُ َّمتِى لَ ْيلَةَ ا ِال ْس َرا ِء َخ ْم ِس ْين‬
‫ا فِى‬w‫ا َخ ْم ًس‬wwَ‫فَ َحتَّى َج َعلَه‬ww‫اَلُهُ التَّ ْخفِ ْي‬w‫ هُ َو اَ ْس‬w‫صالَةً فَلَ ْم اَزَلْ اُ َرا ِج ُع‬ َ ‫فَ َر‬
‫ُك ِّل يَوْ ٍم َو لَ ْيلَ ٍة – متفق عليه‬
Artinya: Telah difardhukan Allah atas ummatku pada malam Isra’ lima puluh
shalat, Maka senantiasa saya kembali ke hadirat Ilahi, dan saya minta
keringanan sehingga dijadikan-Nya menjadi lima kali dalam sehari semalam.
(sepakat ahli hadis)
1. Shalat Dhuhur.
Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertengahan
langit. Akhir waktunya apabila baying-bayang sesuatu telah sama dengan
panjangnya, selain dari baying-bayang yang ketika matahari
menonggak(tepat di atas ubun-ubun).
2. Shalat Ashar.
Waktunya mulai dari habisnya waktu dhuhur baying-bayang sesuatu
lebih dari panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika matahari
sedang menonngak, sampai terbenam matahari.
3. Shalat Magrib.
Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq merah
4. Shalat Isya’.
Waktunya mulaidari terbenam syafaq merah (sehabis waktu magrib)
sampai terbit fajar kedua.
5. Shalat Subuh.
Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.
ِ ‫ت ال َّش ْمسُ َما لَ ْم يَحْ ض‬
‫ – رواه المسلم‬.ُ‫ُر ال َعصْ ر‬ ُّ ‫ت‬
ِ َ‫الظه ِْر اِ َذا َزال‬ ُ ‫َو ْق‬
“Waktu Dhuhur ialah apabila tergelincir matahari ke sebelah barat,
selama belum dating waktu ashar.”(Riwayat Muslim)
‫ب ال َّش ْمسُ – رواه المسلم‬ ُ ‫َو ْق‬
ِ ‫ت ال َعصْ ر َما لَ ْم تَ ْغ ِر‬
“Ashar waktunya sebelum terbenam matahari.” (Riwayat Muslim)
‫ب ال َّشفَقُ– رواه المسلم‬ ُ ‫َو ْق‬
ِ ‫ت ال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم تَ ِغ‬
“Magrib waktunya sebelum hilang syafaq.” (Riwayat Muslim)
ُ ‫ ْد ُخ َل َو ْق‬w َ‫ت ي‬
‫ َرى – رواه‬w‫ت االُ ْخ‬ َ ‫ا لَ ْم ي‬ww‫طُ َعلَى َم‬w‫ا التَ ْف ِر ْي‬ww‫طٌ اِنَّ َم‬ww‫ْس فِى النَّوْ ِم تَ ْف ِر ْي‬
َّ ‫اَل ةَ َح‬w ‫ ِّل الص‬w‫ُص‬ َ ‫لَي‬
‫المسلم‬
“Tidur itu tidak sia-sia, tetapi yang sia-sia ialah orang yang tidak shalat
hingga masuk pula waktu shalat yang lain.”(Riwayat Muslim)
Pengertian hadis ini adalah, apabila habis waktu dhuhur datanglah waktu
ashar dan seterusnya, kecuali antara shalat subuh dan shalat dhuhur.
Yang lebih baik hendaknya shalat itu dikerjakan di awal waktunya, dan
haram mentakhirkan (melalaikan) shalat sampai habis waktunya. Makruh
tidur sesudah masuk waktu shalat, sedangkan ia belum shalat.
F. Ketentuan Melaksanakan Shalat
1. Ketika sakit.
Orang sakit wajib juga melaksanakan shalat semampunya selama
akal atau ingatannya masih tetap. Kalau tidak mampu berdiri, ia boleh
shalat sambil duduk. Kalau tidak mampu duduk, boleh berbaring ke
sebelah kanan menghadap kiblat. Kalau tidak kuat berbaring, boleh
menelentang dengan kedua kakinyake arah kiblat, dan kalau bisa
kepalanya diberi bantal agar mukanya mengahadap ke kiblat.
Termasuk dalam arti “tidak mampu” ialah apabila ia mendapatkesukaran
berdiri atau mendapat kesukaran duduk dan seterusnya, atau takut
sakitnya akan bertambah apabila ia berdiri, apalagi apabila ia takut
binasa.
Sabda Rasulullah SAW:Ali Bin Abi Thalib menceritakan hadis
berikut langsung dari Nabi SAW. Beliau telah bersabda, “Shalat orang
yang sakit sambil berdiri jika mampu, kalau tidak mampu shalatlah
sambil duduk. Jika ia tidak kuat sujud, isyaratkan saja dengan kepalanya,
tapi hendaklah sujudnya lebih rendah daripada rukuknya. Kalau ia tidak
mampu shalat sambil duduk, shalatlah sambil berbaring ke sebelah kanan
menghadap kiblat. Dan kalau tidak mampu sambil berbaring ke sebelah
kanan, shalatlah sambil menelentang kedua kakinya ke arah kiblat.”
2. Ketika dalam perjalanan jauh.
Orang yang dalam perjalanan jauh bisa mengqashar dan menjamak
sholat.
 Shalat qashar.
Shalat qashar artinya shalat yang diringkaskan bilangan
rakaatnya, yaitu antara shalat fardhu yang lima yang mestinya 4
rakaat dijadikan 2 rakaat saja. Shalat lima waktu yang boleh
diqashar hanya dhuhur, ashar, dan isya’. Adapun magrib dan
subuhtetap sebagaimana biasa, tidak boleh diqashar.
Syarat sah shalat qashar:
1) Perjalanan yang dilakukan itu bukan perjalaln maksiat
(terlarang), seperti haji, silaturrahmi, atau berniaga.
2) Perjalanan itu berjarak jauh, sekurang-kurangnya 80,640
km atau lebih (perjalanan sehari semalam).
3) Shalat yang diqashar adalah shalat adaan (tunai), buka
shalat qada. Adapun shalat yang ketinggalan di waktu
dalam perjalanan boleh diqashar kalau diqada dalam
perjalanan, tapi yang ketinggalan waktu mukim tidak
boleh diqada dengan qashar sewaktu dalam perjalanan.
4) Berniat qashar ketika takbiratul ikhram.
 Shalat jamak.
Shalat jamak artinya shalat yang dikumpulkan. Yang
dimaksudkan yaitu dua shalat fardhu yang lima itu dikerjakan
dalam satu waktu. Umpamanya shalat dhuhur dan ashar
dikerjakan di waktu dhuhur atau di waktu ashar. Hukum shalat
jamak ini “boleh” bagi orang yang dalam perjalanan dengan
syarat-syarat seperti yang telah disebutkan pada shalat qashar.
Shalat yang boleh dijamakkan hanya antara dhuhur dengan ashar,
dan antara magrib dengan isya’, sedangkan subuh tetap wajib
dikerjakan pada waktunya sendiri. Shalat jamak ada yang taqdim
(dahulu) dan takhir (terkemudian).
1) Jamak taqdim ialah shalat dhuhur dan ashar yang
dikerjakan di waktu dhuhur, shalat magrib dan isya’
dikerjakan di waktu magrib.
Syarat jamak taqdim:
a) Hendaklah dimulai dengan shalat yang pertama
(dhuhur sebelum ashar atau magrib sebelum isya’)
karena waktunya adalah yang pertama.
b) Berniat jamak agar berbeda dari shalat yang
terdahulu karena lupa.
c) Berturut-turut, sebab keduanya seolah=olah satu
shalat.
2) Jamak takhir ialah shalat dhuhur dan ashar yang
dikerjakan di waktu ashar, shalat magrib dan isya’
dikerjakan di waktu isya’
Syarat jamak takhir:
Pada waktu yang pertama hendaklah berniat akan
melakukan shalat pertama di waktunyang kedua, suapaya
ada maksud bersungguh-sungguh akan mengerjakan
shalat pertama itu dan tidak ditinggalkan begitu saja.
3. Ketika dalam keadaan darurat.
Shalat khauf adalah cara shalat ketika sangat mengkhawatirkan
kemungkinan adanya bahaya ketika sedang shalat. Umpamanya pada
waktu peperangan bagi tentara yang masuk medan perang karena setiap
waktu ada kemungkinan berkobarnya pertempuran yang datang dari
pihak musuh. Cara shalat ketika itu diatur berbeda dengan shalat pada
waktu aman.
a) Cara yang pertama ialah cara shalat ketika musuh tidak berada di
sebelah kiblat, ketika kita tidak merasa aman karena akan
digempur oleh musuh, serta tentara kaum muslim lebih banyak.
Dengan keadaan seperti ini pemimpin pertempuran hendaknya
membagi prajurit-prajuritnya atas dua bagian, sebagian berdiri
menjaga di sebelah musuh dan sebagian yg lain shalat satu rakaat
mengikuti imam. Apabila imam berdiri pada rakaat kedua, bagian
ini memeruskan shalat masing-masing untuk menyempurnakan
rakaat kedua dan sesudah memberi salam mereka terus pergi ke
arah musuh untuk menjaga musuh. Dan bagian lain yang tadi
menjaga musuh terus shalat mengikuti imam yang sedang
menunggu. Kemudian imam meneruskan shalat rakaat kedua
bersama-sama mereka. Apabila imam duduk untuk membaca
tasyahud, mereka yang baru shalat satu rakaatmeneruskan shalat
masing-masing untuk rakaat kedua, lalu imam duduk menunggu
mereka selesai. Apabila mereka sudah selesai membaca tasyahud,
imam memberi salam bersama-sama mereka.
b) Cara yang kedua ialah ketika musuh ada di sebelah kiblat. Berarti
apabila musuh datang menyerang ketika mereka sedang shalat,
niscaya akan dapat dilihat. Maka hendaknya pemimpin mengatur
tentaranya menjadi dua shaf. Imam shalat bersama-sama kedua
shaf itu. Membaca takbiratul hingga i’tidal bersama-sama.
Kemudian apabila imam sujud, hendaklah sujud pula salah satu
dari shaf itu mengikuti imam, sedangkan shaf yang lain menjaga
musuh. Apabila imam dan salah satu shaf yang mengikuti imam
itu berdiri dari sujud untuk rakaat yang kedua, maka hendaklah
shaf yang menjaga tadi sujud dan segera bangkit menyusul imam
pada rakaat kedua untuk membaca bacaan rukuk dan i’tidal
bersama-sama. Apabila imam sujud hendaklah shaf yang pada
rakaat pertama itu sujud pula dan yang tadinya sujud bersama
imam hendaklah sekarang menjaga musuh. Apabila imam
duduk , maka shaf yang menjaga itu hendaklah sujud kemudian
sujud kemudian duduk pula untuk memberi salam imam dan shaf
yang duduk bersama imam tadi.
c) Cara yang ketika ialah apabila keadaan sudah sangat menakutkan
dan mengkhawatirkan sehingga untuk membagi tentara berbaris-
baris itu tidak mungkin lagi dijalankan karena banyaknya musuh
pada semua pihak atau pertempuran sedang berkobar sehingga
orang yang berkendara tidak bisa turun lagi dari kendaraanya,
begitu pula orang yang berjalan kaki sudah tidak dapat berpaling
lagi ke kiri atau ke kanan. Maka ketika keadaan sudah
sedemikian rupa, masing-masing dari bala tentara boleh shalat
sendiri-sendiri menghadap kiblat atau tidak menghadap kiblat
sambil berjalan kaki atau berkendara. Ringkasnya boleh shalat
menurut kemungkinan masing-masing karena shalat tidak boleh
ditinggalkan dan melawan musuh membela diri pun tidak dapat
diabaikan.
G. Hikmah Shalat
1. .Meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT,karena melaui bacaan yang
diucapkan pada waktu shalat berarti kita selalu ingat kepada Allah.Demikian
pula gerakan amalan shalat merupakan symbol ketundukan kita kepada
Allah.Hal ini dijelaskan dalam.Firman Allah SWT :
َّ ‫َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
“Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”(Surah Thaahaa:14)
2. Mencegah darri perbuatan keji dan munkar hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an:
‫صلَ ٰوةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْٱلفَحْ َشٓا ِء َو ْٱل ُمن َك ِر‬
َّ ‫إِ َّن ٱل‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.”(Surah Al-
Ankhabut :45)
3. Mendekatkan diri kepada Allah yang dijelaskan dalam Al- Qura’an: ‫َوٱ ْس ُج ْد َوٱ ْقت َِرب‬
“Bersujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Allah).”(Surah Al-Alaq : 19)
4. Penyerahan diri manusia kepada Allah secara tulus ikhlas,karena segalanya,baik
jasmani maupun rohani ketika shalat dicurahkan hanya kepada Allah semata.
5. Meningkatkan disiplin,sabar dan khusyu’.Shalat harus dilakukan secara tertib
dan teratur sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh ajaran islam,dan tidak
boleh dilakukan sesukanya.karenanya kedisiplinan dan kesabaran sangat
diperlukan untuk dapat melakukan dengan shalat dengan baik.Di samping
itu,shalat harus dilakukan dengan khusyu’,sebab shalat tanpa dibarengi dengan
khusyu’, sholat tersebut tidak sempurna.Dalam al- qur’an :
“Sesungguhnya beruntung orang – orang yang beriman (yaitu) mereka yang
melaksankan shalat dengan khusyu”.(Al-Mukmin :1-2)
6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa-raga.Sebagaimana anda ketahui bahwa
syarat sah shalat adalah suci dari hadats dan najis.Dengan demikian,kita tidak
mungkin dapat melakukan shalat kecuali dalam keadaan suci.Kesucian sebagai
syarat dalam ibadah shalat merupakan suatu peringatan agar kita menjauhkan
diri dari perbuatan kotor,yaitu yang menyimpang dari garis ketentuan agama
islam.
7. Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia.Dalam bacaan doa dan
amalan salam dalam shalat,di samping berisi doa untuk diri sendiri juga untuk
orang lain.Kesedian berdoa untuk keselamatan orang lain merupakan sifat peduli
pada sesamanya dan sekaligus sebagai wujud toleransi terhadap sesame
manusia.Salam dengan menengok kekanan dan kekiri juga merupakan
perlambangan agar kita ingat dan memperhatikan apa yang ada di kanan dan di
kiri kita,khususnya dalam menciptakan keselamatan,kerahmatan dan keberkahan

H. Cara Menetukan Arah Kiblat Shalat


Selama dalam shalat,kita wajib menghadap kiblat.Kalau shalat berdiri atau
duduk menghadap dada.kalau shalat berbaring menghadap,menghadap dengan dada
dan muka kalau salat melentang,hendaklah dua tapak kaki dan mukanya menghadap
ke kiblat,kalau mungkin kepalanya diangkat dengan bantal atau sesuatu yang lain.
Firman Allah Swt yang mana artinya: “Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram.Dandimana saja kamu berada,palingkanlah mukamu ke arahnya.”(Al
Baqarah: 144).
Tidaklah ada perbedaan paham antara kaum muslim,bahwa menghadap
kiblat itu wajib untuk sahnya shalat.Hanya perbedaan paham tentang apakah yang
wajib dihadapi itu.Ada dua macam pendapat,yaitu:
1. Mahzab Syafii dan orang-orang yang sepahan dengan mereka
berpendapat.Untuk mereka yang melihat ka’bah,ia wajib benar-benar
menghadap ka’bah itu.Tetapi orang yang jauh melihat ka’bah,wajib atasnya
menyengaja menghadap ‘ain ka’bah,walaupun pada hakikatnya ia hanya
menghadap ke jihat (arah) ka’bsh.
2. Mahzab Hanafi dan orang-orang yang sependapat dengan
mereka,mengemukakan bahwa orang yang melihat ka’bah dan memungkinkan
menghadap ‘ain ka’bah wajib menghadap ka’bah itu sungguh-sungguh,tetapi
bagi orang yang jauh cukuplah menghadap ke jihat (arah) ka’bah itu saja.
Masing-masing golongan (mazhab) tersebut beralasan dengan surat Al-Baqarah :
144 tersebut diatas.
Alasannya yaitu:
1. Menurut arti yang terkandung dalam surah Al-Baqarah :144
2. Hadis Ibnu Umar :
“Dari Ibnu Umar Ia berkata,”Ketika orang – orang salat subuh di masjid
Quba’,tiba-tiba datang seseorang kepada mereka.Kata orang itu,Sesungguhnya
telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,pada malam ini Qur’an dan
beliau disuruh menghadap kiblat.Maka hendaklah kamu menghadapnya.Ketika
itu mereka menghadap ke Syam(kiblat lama)lantas mereka berputar menghadap
ke ka’bah.”(Riwayat ahadis).
Perbuatan ini tidak ditentang Rasullulah Saw.Hal ini menandakan
bolehnya menghadap ke jihat ka’bah,sebab menhadap ke ka’bah sungguh-
sungguh tentunya tidak bisa bila tidak dengan perhitungan secara ilmu ukur.
3. Karena menghadap ke jihat itulah yang mungkin baginya,dengan kemungkinan
itulah terletak hokum wajib atas seorang mualaf.
4. Mereka mengakui sahnya shalat orang-orang dibawah ini:
a) Salat orang yang safnya panjang berlipat ganda dari lintang ka’bah.
b) Salat orang diatas bukit menghadap ke lapangan diatas ka’bah.
c) Salat orang di atas tanah yang menghadap ke bawah dari ka’bah.
Diperbolehkan tidak menghadap kiblat dengan beberapa alas an:
1. Ketika sangat takut sehingga tidak dapat tetap menghadap
kiblat,umpamanya saat peperangan.
Allah SWT berfirman:
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan.”(Al-Baqarah :329).
Menurut tafsir Ibnu Umar,yang dimaksud dengan “berjalan atau
berkendaraan” di dalm ayat tersebut ialah menghadap kiblat atau
tdak menghadap ke kiblat.
2. Orang yang dalam perjalanan di atas kendaraan.Apabila
melakukan salat sunat diatas kendaraan,boleh menghadap kearah
tujuan perjalananya,walaupun tidak menghadap ke kiblat,hanya
diwajibkan menghadap ke kiblat sewaktu takbiratul
ihram.Menurut hadis ‘Dari Jabir,Rasulullah Saw,salat diatas
kendaraan menuruti arab kendaraanya.Maka apabila beliau
hendak salat fardu,beliau turun dari kendaraan,lantas beliau
menghadap ke kiblat,(Riwayat Bukhairi)
3. Bila kiblat tidak diketahui.
Sabda Rasulullah Saw: “Dari Mu’az, “Kami telah salat bersama
Rasulullah Saw,dalam suatu perjalanan ,ketika itu hari gelap
karena mega dengan tidak menghadp ke kiblat.Maka tatkala
sudah selesai salat dan sudah memeberi salam,matahari kelihatan
keluar dari balik mega.Kami berkata kepada Rasulullah, ‘Kita
salat tidak menghadap ke kiblat.’Jawab beliau,’salat kamu sudah
dinaikkan kehadirat Allah ‘Azza Wajalla dengan hak-
Nya.”(Riwayat Tabrani)
ANALISIS

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima
sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat
,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia
meruntuhkan agama (Islam).
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah
17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi
muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat –
shalat sunah. Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka
penulis hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari – hari.
Namun zaman sekarang urusan dunia seakan-akan di nomer satukan oleh
masyarakat padahal kita harus tahu bahwa Allah SWT menciptakan kita di dunia ini
tidak lain hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dan Allah SWT telah berjanji bahwa
Allah SWT akan menanggung rizki pada setiap mahkluk-Nya. Cukuplah bagi kita
bersyukur atas apa-apa yang di takdirkan kepada kita masalah rizki, berdoa dan
ihktiarlah.
Bekerja itu hukum nya wajib dangan ukuran sebatas kita bisa melangsungkan
kehidupan kita.yaitu kebutuhan kita akan makan,minum,membeli pakaian dan
menghidupi keluarga dst.dan apabila kita bekerja sampai melalaikan kewajiban-
kewajiban yang harus kita laksanakan maka pekerjaan tersebut haram hukumnya kita
lakukan.

1. HAKIKAT SHOLAT
a) Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa
Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena dapat
menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul
taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan
sebaliknya. Salah satu persyaratan orang – orang yang betul - betul taqwa
ialah diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam
surat Al Baqarah
b) Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan,
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang
maka semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya
dari perbuatan makasiat. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar
apabila dilaksanakan dengan khusu tidak akan ditemukan mereka yang
melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat, merampok dan
sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang
melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya
perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-
Ankabut: 45
c) Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur,
Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat
akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak
yang celaka bagi orang – orang yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat.
Selain mendidik perbuatan baik juga dapat mendidik perbuatan jujur dan
tertib. Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan syarat dan
rukunnya, karena apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi
maka shalatnya tidak sah (batal)
d) Shalat Akan membangun etos kerja,
Sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa pada intinya
shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik
dalam perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja.Apabila
mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap
etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam
melaksanakan tugas
2. TUJUAN SHOLAT
a. Sebagai tanda tunduk dan patuh kita terhadap Alloh SWT.
b. Untuk mendapatkan ridho Alloh SWT.
c. Mencegah dari fakhsa’ dan munkar
3. RAHASIA DIBALIK SHOLAT
a. Gerakan sholat sangat ideal sebagai gerakan senam yang sangat membantu
dan berperan dalam menstabilkan kesehatan (Ahli pengobatan Feng Shui ).
b. Ketenangan dan kenyamanan seringkali kita temui di dalmnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan
oleh Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini
tidak menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang
menjelaskan secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang
muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir,
semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar
karena masing-masing memilki dasar dan pendapaatnya masing-masing dan
tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya
memiliki paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di
perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat
yang lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.
Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat”
dengan waktu yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik
di dunia maupun akherat kelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan
yang kami sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami
juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk makalah-
makalah kami selanjutnya.
B. Saran
Kita menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya,
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Departement Agama RI.2002.Fiqih.Jakarta:Direktorat Jendral Kelembagaan Agama


Islam
Rasjid,Sulaiman.1986.Fiqih Islam.Yogyakarta:Sinar Baru Aglesindo
Thahir,Hamid Ahmad.2008.Fiqih Sunah untuk Anak.Surakarta:Ziyad Books
Nafsin,Abdul Karim.2005.Menggugat Orang Shalat.Mojokerto:Al-Hikmah

Anda mungkin juga menyukai