Anda di halaman 1dari 16

Fisignomi Vegetasi Pohon di Taman Hutan Kota Lamongan

Fuatus Sabili Rosad


Mahasiswa Jurusan Tadris Biologi IAIN Tulungagung
e-mail: fuatusabili.rosad@gmail.com
Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fisiognomi vegetasi pohon yang menyusun Taman Hutan
Kota Lamongan. Populasi dalam penelitian ini adalah vegetasi pohon yang terkover dalam plot
ukuran 10 X 10 M. Teknik pengambilan sampelnya adalah dengan menggunakan sistematik
sampling. Analisis data dilakukan secara eksporatif dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa fisiognomi vegetasi pohon yang ada di Taman Hutan Kota Lamongan memiliki keragaman
bentuk yang khas. Fisiognomi dipengaruhi oleh factor genetic, klimatik dan edafik.

Kata Kunci : Fisiognomi, Vegetasi Pohon, Taman Hutan Kota Lamongan

Abstract

The purpose of this study was to determine the physiognomy of the vegetation trees that compose
the Lamongan City Forest Park. The population in this study were all the vegetation trees covered
in plot of size 10 X 10 M. The sampling technique was systematic sampling. Data analysis was
carried out in an exportative and descriptive manner. The results of this study indicate that the
physiognomy of tree vegetation in the Lamongan City Park area has a variety of distinctive shapes.
Physiognomy is influenced by genetic, climatic and edaphic factors.

Keywords: The physiognomy, Vegetation of Trees, Lamongan City Forest Park

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang didunia setelah negara Brazil. Potensi sumber
memiliki sumber daya alam yang melimpah, daya alam di Indonesia dapat dimanfaatkan
baik sumber daya alam hayati ataupun sebagai sumber penghasilan negara.
sumber daya alam non hayati. Indonesia
Salah satu usaha dalam meningkatkan
disebut sebagai negara Megabiodiversity
penghasilan negara adalah sektor pariwisata.
karena Indonesia termasuk salah satu negara
Selain dapat meningkatkan penghasilan
yang memiliki keanekaragaman terbesar
negara, pariwisata juga dapat menjadi
penyedia lapangan kerja bagi penduduk dalam konservasi keanekaragaman hayati,
sekitar. Hal ini sejalan dengan pendapat terutama bagi kota dengan kepadatan yang
United Nation World Tourism Organizations tinggi (Kemal, Yulita, Nufadianti, Rosadi, &
atau UNWTO bahwa sektor pariwisata Muthmainah, 2015).
adalah sektor unggulan dan merupakan salah
. Taman Hutan Kota Lamongan
satu kunci penting dalam pembangunan
merupakan salah satu ruang terbuka hijau
wilayah di suatu negara maupun peningkatan
yang terletak di jalan Panglima Sudirman
kesejahteraan bagi masyarakat.
No.20, Dapur Barat, Sidokumpul, Kecamatan
Meningkatnya jumlah destinasi dan investasi
Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa
pariwisata menjadikan sector pariwisata
Timur. Taman Hutan Kota Lamongan
sebagai faktor kunci dalam peningkatan
ditumbuhi dengan berbagai vegetasi pohon
devisa, penciptaan lapangan kerja,
dan tanaman hias. Taman Hutan kota berada
pengembangan usaha dan infrastruktur.
di tengah-tengah perkotaan berfungsi sebagai
(Mohamad, 2019)
penyedia oksigen dan mengurangi
Lamongan adalah salah satu kota di pencemaran udara.
Jawa Timur dengan letak geografis pada
Vegetasi didefinisikan sebagai suatu
6o51’-7o23’ Lintang Utara dan 112o33’-
sistem yang terdiri dari sekelompok besar
112o34’ Bujur Timur. Kabupaten Lamongan
tumbuhan yang tumbuh dan menghuni suatu
memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8
wilayah. (Maarel, 2005). Dalam mempelajari
2
KM atau kurang lebih 3,78% dari luas
susunan vegetasi perlu untuk melakukan
provinsi Jawa Timur. (Dinas Lingkungan
analisis vegetasi.
Hidup Kab. Lamongan, 2016) Lamongan
memiliki ruang terbuka hijau yang berpotensi Analisis vegetasi adalah suatu cara

dijadikan objek pariwisata. Ruang Terbuka mempelajari susunan dan atau komposisi

Hijau atau RTH merupakan salah satu vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi

lansekap kota yang secara ekologis memiliki dari tumbuh-tumbuhan. Diperlukan data-data

peran keseimbangan dan daya dukung spesies, diameter dan tinggi untuk analisis

lingkungan perkotaan dengan vegetasi vegetasi, sehingga diperoleh informasi

sebagai elemen utamanya. Karena RTH kuantitatif tentang struktur dan komposisi

adalah sumber keanekaragaman vegetasi di komunitas tumbuhan, diantaranya indeks

kota, maka RTH memainkan peran penting nilai penting (Greig-Smith, 1983).
Dalam penelitian ini, analisis vegetasi Penelitian di Taman Hutan Kota
dilakukan dengan mengunakan parameter Lamongan dilatar belakangi karena
kualitatif yaitu fisiognomi. Fisiognomi minimnya liteatur mengenai fisiognomi
adalah kenampakan vegetasi tumbuhan vegetasi pohon yang menyusun Taman Hutan
(struktur komunitas) yang berkombinasi Kota Lamongan sehingga peneliti merasa
dengan faktor lingkungan fisik, kimia dan perlu adanya literatur untuk memberikan
biotik. faktor biotik yang mempengaruhi informasi kepada masyarakat dan para
adalah spesies dominan, lifeform, stratifikasi, pelajar. Tujuan penelitian ini untuk
densitas daun (foliage density), penutupan mengetahui fisiognomi vegetasi pohon yang
(coverage), dispersal tumbuhan menyusun Taman Hutan Kota Lamongan.
(pemencaran), dan lain-lain. (Setyawan et.
al., 2002).

Metode

Penelitian dilakukan pada Minggu, 16


Mei 2021 pukul 07:00- selesai di Taman
Hutan Kota Lamongan. (Gambar 1.)
Penelitian ini mengunakan penelitian
eksporatif dan deskriptif. Penelitian
eksporatif adalah penelitian yang
Gambar 1. Peta Lokasi Taman Hutan Kota
mengunakan pendataan seluruh spesies
Lamongan
tumbuhan yang menyusun suatu daerah yang
digunakan dalam kajian penelitian, dengan Populasi penelitian ini adalah semua
mengunakan cara observasi, sedangkan vegetasi pohon yang hidup di area taman
penelitian deskripsi adalah penelitian yang hutan kota Lamongan. Sampel dalam
mendeskripsikan fisiognomi vegetasi pohon penelitian ini adalah seluruh vegetasi pohon
di Taman Hutan Kota Lamongan. (Nyoman, yang ada di area Taman Hutan Kota
2015) Lamongan yang terkover dalam plot.
(Gambar 2.)
Alat yang digunakan dalam penelitian
antara lain seperti meteran tanah digunakan
untuk mengukur luas plot yang akan dibuat,
meteran kain untuk mengukur diameter
batang pohon, tali rafia untuk membuat plot,
kamera untuk mendokumentasikan, buku
Gambar 2. Pembuatan Plot marfologi Tumbuhan karya Gembong
Tjitrosoepomo untuk mengidentifikasi
Metode pengambilan sempelnya
marfologi organ tumbuhan, dan alat tulis
dengan mengunkan metode kuadrat dengan
menulis untuk mencatat. Sedangkan bahan
plot ukuran 10x10 M. Teknik sampling yang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
digunakan adalah sistematik sampling. Data
vegetasi Taman Hutan Kota Lamongan
dianalisis secara eksporatif dan deskriptif.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Berdasarkan papan informasi yang mengambil vegetasi pohon yang terkover


terdapat di depan Taman Hutan Kota dalam plot berukuran 10x10 M, sehingga
Lamongan terdapat berbagai jenis vegetasi hanya didapatkan 4 jenis vegetasi pohon
pohon dan tanaman hias, diantaranya yaitu diantaranya: Pohon sawo kecik, pohon
jenis pohon angsana, pohon mahoni, pohon mahoni, pohon ketapang, dan pohon angsana.
ketapang, pohon sawo kecik, pohon jati, Penjelasan lebih lengkap (Tabel 1.)
pohon glodokan tiang, pohon glodokan biasa,
pohon trembesi, pohon tanjung, pohon johar,
pohonp inisium dan jenis tanaman hias palem
pinang sepuluh, tanaman hias palem kuning,
tanaman hias bugenvil, tanaman hias the-
tehan, tanaman hias kana, tanaman hias
lantana, tanaman hias agave, tanaman hias Gambar 3. Papan Nama Jenis Pohon dan

bakung. (Gambar 3.) Namun berdasarkan Tanaman Hias di depan Taman Hutan Kota

penelitian yang dilakukan, peneliti hanya


Tabel 1. Diskripsi Fisiognomi Vegetasi pohon di Taman Hutan Kota Lamongan

No Nama Fisiognomi Gambar


1. Nama Daerah: Bunga:
Sawo Kecik o Bunga terletak pada
Nama Ilmiah: ketiak daun, bunga
Manilkara kauki L. berkelamin dua.
Familia: Kelopak bunga
Sapotaceae berbentuk segitiga
atau bulat telur
meruncing, berwarna
putih kekuning-
kuningan dengan
bintik-bintik warna
merah muda, Tabung
mahkota pendek
dengan benang sari
berjumlah 6 (enam)
yang tertancap pada
leher. Bakal buah
mempunyai ruang 1-6.
Buah:
o Buah berbentuk bulat
telur atau elips. Buah
yang muda berwarna
hijau, semakin tua
warna buah
berangsur-angsur
menjadi kuning,
oranye sampai
kemerahan. Buah
mengandung biji 1-6.
Biji:
o Biji berbentuk
lonjong dan pipih,
berwarna hitam,
kecoklatan dan
mengkilap,
Daun:
o Tipe daun tidak
lengkap karena hanya
terdiri dari tangkai
daun dan helai daun
disebut juga dengan
daun bertangkai.
o Warna daun
permukaan hijau tua
dan permukaan bawah
hijau keputihan.
o Pangkal daun
meruncing.
o Ujung daun tumpul.
o Tepi daun bertoreh
rata.
o Tulang daun
menyirip.
o Helaian daun bulat
telur.
o Daging daun seperti
keras.
Batang:
o Batang berkayu
dengan ukuran
diameter batang 21
cm.
o Batang berbentu bulat.
o Permukaan beralur.
o Percabangan
sympodial ((batang
pokok dengan cabang-
cabangnya sulit
dibedakan).
o Arah tumbuh batang
tegak lurus.
2. Nama Daerah: Buah:
Mahoni o Buah berbentuk bulat
Nama Ilmiah: telur dengan bungkus
Switenia mahagoni cangkang berwarna
L. Jacq hijau ketika muda dan
Familia: berubah menjadi
Meliaceae cokelat ketika tua.
Cangkang mahoni
sangat keras. Buah
berisi biji-biji mahoni
yang memiliki rasa
sangat pahit.

Biji:

o Biji berjumlah sangat


banyak, berbentuk
pipih dan berwarna
cokelatan kehitaman.
Penyebaran biji secara
alami terjadi ketika
buah mahoni tua
pecah.

Daun:
o Daun tidak lengkap
karena hanya terdiri
dari tangkai daun dan
helai daun.
o Pangkal daun runcing.
o Pangkal daun
meruncing
o Tulang daun
menyirip.
o Daging daun seperti
kertas.
o Permukaan daun
gundul.
o Bentuk daun lansep..
Batang:
o Batang berkayu
dengan ukuran
diameter batang 22,3
cm.
o Bentuk batang bulat.
o Arah tumbuh batang
tegak lurus.
o Percabangan
monopodial (batang
pokok dengan cabang-
cabangnya dapat
dibedakan).
o Permukaan Batang
beralur.
o Pertumbuhan cabang
ortotropik.
3. Nama Daerah: Buah:
Ketapang o Buah katapang
Nama Ilmiah: berwarna hijau saat
Terminalia catappa masih muda dan
Familia: ketika tua warnanya
Combretaceae menjadi merah
kecoklatan. Kulit
terluar dari bijinya
licin dan ditutupi oleh
serat yang
mengelilingi biji.
Biji:
o Kulit biji dibagi
menjadi 2, yaitu
lapisan kulit luar
(testa) dan lapisan
kulit dalam (tegmen).
Lapisan kulit luar
bersifat keras seperti
kayu. berfungsi untuk
pelindung biji yang
ada di dalam.
Terdapat Tali Pusar
(Funiculus) yang
menghubungkan biji
dengan tembuni.
Bunga:
o Berukuran kecil,
berwarna kuning dan
terkumpul dalam bulir
yang berada dekat
ujung ranting, bunga
tidak memiliki
mahkota, hanya
memiliki kelopak
berjumlah 5 yang
bentuk seperti piring
atau lonceng berwarna
putih atau krem.
Benang sari berada
dalam 2 lingkaran
yang tersusun masing
– masing 5. Buah batu
berbentuk bulat telur
gepeng, bersegi atau
bersayap sempit
berwarna hijau,
kuning, merah atau
ungu kemerahan saat
telah masak.
Daun:
o Tipe daun tidak
lengkap karena hanya
terdiri dari tangkai dan
helaian daun.
o Ujung daun
meruncing.
o Pangkal daun
meruncing.
o Tepi daun rata.
o Tulang daun
menyirip.
o Bentuk daun bulat
telur terbalik.
o Permukaan daun
bagian atas agak licin,
sedangkan daun
bagian bawah
berambut halus.
o Daging daun tipis.
Batang:
o Batang berkayu
dengan ukuran
diameter batang 33,9
cm.
o Percabangan
monopodial (batang
pokok dengan cabang-
cabangnya dapat
dibedakan).
o pertumbuhan cabang
keatas (ortotropik).
o Permukaan batang
beralur.
4. Nama Daerah: Bunga:
Angsana o Bunga majemuk
Nama Ilmiah: bertandan, memiliki
Pterocarpus kelamin ganda dan
indicus terletak di ketiak
Familia: daun. kelopak daun
Fabaceae berbentuk lonceng
atau tabung.
Buah:
o Buah seperti polong,
berbentuk bulat,
berwarna coklat
muda, diselimuti oleh
sayap. Bakal buah
berambut lebat,
bertangkai pendek.
Daun:
o Daun tidak lengkap
karena hanya terdiri
dari tangkai daun dan
helai daun.
o Pangkal daun
membulat.
o Ujung daun
meriuncing.
o Tulang daun
menyirip.
o Tepi daun rata.
o Permukaan daun
licicn.
o Daging daun seperti
kertas.
o Bentuk dau majemuk.
Batang:
o Batang berkayu
(lignosus) dengan
ukuran diameter
batang 26,6 cm.
o Batang berbentuk
silindris.
o Permukaan batang
beralur.
o Percabangan
monopodial (batang
pokok dengan cabang-
cabangnya dapat
dibedakan).
o Kulit batang berwarna
abu-abu kecoklatan.

Pembahasan

Setiap spesies makhluk hidup bawaan dari masing-masing spesies tersebut.


memiliki karakter bentuk luar atau Faktor genetik akan mengatur life form suatu
fisiognomi yang khas. Seperti halnya spesies spesies vegetasi. Faktor klimatik,
vegetasi pohon yang ada di Taman Hutan menunjukkan kondisi iklim di suatu daerah.
Kota Lamongan. Secara umum di Indonesia memiliki iklim
tropis sehingga tumbuhan yang hidup adalah
Kekhasan karakter luar atau
tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap
fisiognomi ini dipengaruhi beberapa faktor
kondisi iklim tropis. Masing-masing daerah
seperti faktor genetik, faktor klimatik dan
memiliki komponen penyusun atau unsur
faktor edafik. Faktor genetik adalah faktor
iklim yang bervariasi, sehingga memberikan yaitu pH antara 6 – 7 (Mawardiani, 2013).
pengaruh terhadap jenis tumbuhan yang Pohon mahoni tumbuh baik pada tanah yang
hidup di dalamnya. Kondisi ini juga terjadi di mengandung sedikit lempung dan bersolum
Taman Hutan Kota Lamongan. Artinya agak tebal (Kusuma, 1956), Pertumbuhan
tumbuhan yang hidup di Taman Hutan Kota akan optimal pada tanah subur aerasi baik
Lamongan tersebut harus mampu beradaptasi dan pH 6,5 sampai 7,5 serta membutuhkan
dengan kondisi lingkungan yang ada di lokasi curah hujan 1.500 - 5000 mm/ tahun, dan
tersebut. Faktor edafik berpengaruh terhadap suhu udara rata-rata 11 - 36Co (Balai
fisiognomi dari spesies tumbuhan itu sendiri. Pengelolahan Hutan Wilayah Lebak Dan
Antara daerah yang satu dengan daerah yang Tangerang Dinas Lingkungan Hidup Dan
lain memiliki situs tanah yang berbeda. Kehutanan Provinsi Banten, 2017). Pohon
Dengan demikian faktor edafik akan ketapang cocok tumbuh di daerah panas,
berpengaruh terhadap tampilan luar dari dataran rendah, dan dekat pesisir hingga
suatu spesies yang sama dalam situs yang ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan
berbeda. Kondisi tumbuhan yang ada di air laut (Heyne, 1987). Pohon angsana akan
Taman Hutan Kota Lamongan mengikuti tumbuh dengan baik pada tempat-tempat
hukum alam tersebut, sehingga spesies yang yang terbuka atau sedikit terlindungi dari
eksis di hutan tersebut telah mampu sinar matahari baik di dataran rendah maupun
beradaptasi dengan kondisi edafik yang ada dataran tinggi. Ketinggian yang paling
di Taman Hutan kota Lamongan. optimal adalah 800 mdpl. Lahan yang akan
ditanami harus subur dan gembur serta kaya
Karena keterbatasan alat untuk
akan unsur hara.
meneliti faktor klimatk dan edafik, maka
penelitian ini mengunakan studi literatur dari Sehingga dapat disimpulkan bahwa
beberapa penelitian. Berdasarkan penelitian fisiognomi vegetasi pohon di Taman Hutan
yang dilakukan, pada pohon sawo kecik Kota Lamongan memiliki keragaman bentuk
diperoleh hasil bahwa pohon sawo kecik akan luar yang berbeda-beda atau khas antar
tumbuh baik pada tanah lempung berpasir vegetasi pohon (seperti tabel 1). Hal ini
(latosol) dengan kondisi yang subur, gembur, karena dipengaruhi factor klimatik seperti
banyak bahan organik, aerasi, dan drainase suhu yang hangat dan penyinaran sinar
baik serta memerlukan kondisi lahan dengan matahari sepanjang tahun serta factor edafik
tingkat keasaman tanah (pH) yang sesuai, seperti kondisi tanah yang gembur, subur
karena bahan organik, aerasi, dan drainase
baik serta memiliki pH tanah yang tidak
terlalu basa.

Penutup

Kesimpulan penelitian ini adalah karena dengan adanya pengetahuan tersebut


fisiognomi vegetasi pohon di Taman Hutan bisa menjadi gaya tarik bagi masyarakat dan
Kota Lamongan memiliki keanekaragaman para pelajar untuk melakukan kegiatan
bentuk yang khas bagi spesies tersebut. Hal pariwisata yang disertai dengan belajar
ini karena terdapat faktor yang memanfaatkan alam sekitar sehingga secara
mempengaruhi seperti faktor genetik, faktor tidak langsung juga dapat memantu
klimatik dan faktor edafik. Dari kesimpulan meningkatkan pemasukan negara khususnya
tersebut didapatkan saran, bahwa literatur pemerintah kabupaten lamongan dan mampu
terkait fisiognomi vegetasi pohon penyusun menyediakan lapangan pekerjaan masyarakat
Taman hutan kota sangat penting disediakan, sekitar.

Daftar Rujukan Greigh-Smith, P. 1983. Quantitative plant


ecology. Blackwell Scientific Publications,
Balai Pengelolahan Hutan Wilayah Lebak
Oxford.
Dan Tangerang Dinas Lingkungan Hidup
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Dan Kehutanan Provinsi Banten. 2017.
Indonesia Jilid 3. Jakarta: Departemen
Budidaya Mahoni (Swientenia Macrophylla
Kehutanan.
King.). Banten: Dinas Lingkungan Hidup dan
Kemal, R. A., Yulita, A., Nufadianti, G.,
Kehutanan Provinsi Banten.
Rosadi, I., & Muthmainah, S. I. 2015.
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Lamongan.
Review: Tumbuhan di Kota Urban Indonesia:
2016 Buku Laporan Informasi Kinerja
Nilai bioteknologis dan Proyeksi Keragaman
Pengelolahan Lingkungan Hidup Daerah
pada 2050. Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv.
Kabupaten Lamongan Tahun 2016.
Indon., 1(8), hal. 1836-1841.
Lamongan: Pemerintah Kabupaten
Kusuma A. 1956. Tentang Djenis-djenis kaju
Lamongan.
jang Disebut Mahoni atau Mahagoni.
Efendi yardi. 2014. struktur dan fisiognomi
Teristimewa Keluarga Khaya. Pengumuman
vegetasi mangrove di rempang cate kota
batam. hal. 2
Balai Penjelidikan Kehutanan, Bogor. No 49:
3-12.
Maarel, E.V.D. 2005. Vegetation Ecology.
Victoria: Blackwell Publish-ing.
Mawardiani, N. 2013. Kaya Raya Dari Pohon
Sawo Kecik. PT. Palapa. Depok. Jawa Barat.
Pratama, Mohamad Prisma Nur Wahyu.
2019. Pengembangan Wliayah Kabupaten
Lamongan di Bidang Pariwisata Berbasis
Community Based Tourism. Jurnal Geografi.
XX(XX). hal. 1
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Marfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wijana, Nyoman. 2015. Fisiognomi Spesies
Tumbuhan di Kawasan Hutan Monkey
Forest, Ubud, Gianyar. Buleleng: Seminar
nasional Riset Inovatif III. hal. 451

Anda mungkin juga menyukai