Dasar Teori
Salah satu ciri makhluk hidup adalah peka terhadap rangsangan atau disebut juga
dengan iritabilitas. Iritabilitas merupakan kemampuan untuk merespon stimulus, yang
mayoritasnya dari lingkungan luar. Pada hewan ataupun manusia memiliki respon
terhadap stimulus yang diterima karena melibatkan tiga proses yaitu menerima stimulus,
menghantarkan implus dan respon oleh efektor.1
Berdasarkan reseptor dan jalur saraf, sensasi dikelompokkan menjadi dua yaitu
sensasi sederhana dan sensasi kompleks. Sensasi sederhana adalah sensasi yang
melibatkan reseptor dan jalur saraf sederhana seperti sentuhan (taktil), panas-dingin
(termoreseptif), sensasi sakit dan sensasi kesadaran akibat aktivitas otot (proprioseptik).
Sedangkan sensasi kompleks adalah sensai yang reseptor dan jalur sarafnya kompleks
seperti sensasi olfaktori, gustatory, visual, auditori dan ekuilibrium.2
Sensasi dapat dirasakan manakalah memenuhi empat syarat yaitu: Harus ada
rangsangan, organ indera harus menerima rangsangan dan mengubahnya kedalam implus
saraf, impuls disalurkan melalui sistem syaraf dari sensori ke otak atau sumsum belakang
dan terakhir bagian otak yang menerima akan menerjemahkan impuls menjadi sensasi.
Indera merupakan sebuah reseptor sensori yang terdiri dari banyak sel saraf. Sel
saraf terdiri dari badan sel yang membesar dan mengandung inti, satu atau lebih tonjolan
yang kelur dari badan sel yang dibedakan menjadi dendrit (tonjolan yang membawa
implus ke badan sel) dan akson (tonjolan yang membawa implus dari reseptor disebut sel
sensori: membawa implus ke efektor di sebut efektor dan sel saraf yang menghubungkan
sel saraf sensori dan sel saraf motoric disebut interneuron.
Semua reseptor sensori berisi dendrit dari neuron sensori, menampilkan derajat
eksitabilitas tinggi, dan memiliki stimulus rendah. Sebagian inplus sensori akan
dihantarkan kearah sensori dari korteks serebral, disinilah suatu implus menghasilkan
sensasi. sehingga kita dapat mendengar, melihat, dan mencium bau adalah akibat korteks
serebral yang menerjemahkan implus sensori yang dirangsang.
Refleks merupakan respon yang terjadi secara otomatis (tanpa didasari). Terdapat
dua refleks yaitu: Refleks sederhana dan refleks kompleks. Refleks sederhana adalah
1
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. hal. 241
2
Desi, Kartikasari.2021. Petunjuk Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Tulungagung: Universitas
Islam Negeri Sayyid Rahmatullah. hal. 11
refleks dasar yang menyatu tanpa disadari seperti refleks menutup mata bila ada benda
yang menuju ke mata, Refleks sederhana hanya melibatkan dua neuron, tanpa neuron
penghubung (refleks monosinap), misalnya refleks patella. Karena penundaan atau
penghambatan refleks dapat terjadi pada sinap-sinap, maka makin banyak sinap yang
terlibat pada lengkung refleks makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu refleks. Sedangkan refleks kompleks adalah refleks yang
dikondisikan dari hasil belajar, biasanya refleks ini refleks yang rumit yang melibatkan
neuron penghubung antar neuron sensorik dan neuron motorik (refleks polisinap) sebagai
contohnya refleks menarik tangan yang kena benda panas (withdrawal reflex).
Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut dengan
lengkung refleks yang terdiri dari lima komponen dasar yaitu: reseptor, saraf aferen,
pusat saraf (otak atau sumsum belakang), saraf aferen, eferen.3
Berdasarkan sistem pengendaliannya, refleks digolongkan atas refleks somatic
(yang dikendalikan oleh system saraf somatic) dan refleks otonom (yang dikendalikan
oleh system saraf otonom). Kedua macam refleks tersebut dapat berupa refleks kranial
atau refleks spinal. Refleks spinal dapat terjadi tanpa melihat otak, misalnya refleks
fleksor. Meskipun demikian otak seringkali memberikan “pertimbangan” pada aktivitas
refleks spinal, sehingga dapat menguatkan atau menghambat refleks tersebut.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui adanya berbagai macam sensasi indera umum dan khusus serta
kerja indera atau reseptor.
2. Untuk mengetahui beberapa refleks pada manusia.
C. Data Praktikum
1. Denyut Nadi
No. Jumlah Denyut Nadi Sebelum Jumlah Denyut Nadi Sesudah Lari
Lari
1. 63/detik 101/detik
2. Menentukan Reseptor Sentuh
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
3
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. hal. 262
√ √ √ √
3. Menentukan Reseptor Sakit
√ √ - √
√ √ √ -
√ √ √ √
√ √ √ -
4. Pentingnya Penglihatan Binokuler
Daftar Rujukan
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Kartikasari, Desi. 2021. Petunjuk Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia.
Tulungagung: Universitas Islam Negeri Sayyid Rahmatullah.
Lampiran