Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

GERAK REFLEKS

NURUL FITRIYANI

3415161266

PENDIDIKAN BIOLOGI A 2016

DOSEN PENGAMPU: DR. Rusdi, M.Biomed.

Asisten : Desty Bulandari

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


1
2018
GERAK REFLEKS

A. TUJUAN
1. Mengetahui mekanisme gerak refleks
2. Mengetahui pengaruh penusukan otak terhadap gerak refleks katak
3. Mengetahui pengaruh penusukan susmsum tulang belakang terhadap gerak
refleks katak
4. Mengetahui reaksi katak saat direndam dalam air asam cuka
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi refleks spinal

B. KAJIAN PUSTAKA
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel schwann
yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel
penyokong (neuroglia). Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana
untuk menjelaskan penghantar impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara
sadar, namun ada pula garak yang terjadi tanpa di sadari yaitu gerak refleks. Impuls
pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensoris di
bawah ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak kemudian hasil olahan oleh otak
berupa tanggapan, di bawah oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor (Kimball, 1994).
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana.
Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor,
yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak refleks yang paling
sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf
sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (Wulandari, 2009: 209).
Gerak refleks adalah gerak spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini
dilakukan tanpa kesadaran. Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam
usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan.
Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang
bersangkutan. Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks
2
tunggal. Refleks kompleks adalah refleks yang diikuti oleh respon yang lain, misalnya
memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan pada waktu yang
sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal.
Berdasarkan tempat konektornya refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks tulang
belakang (refleks spinalis) dan refleks otak (Franson, 1992).
Sistem saraf merupakan system yang paling kompleks, baik dalam segi struktur
maupun fungsinya. Banyaknya senyawa yang dapat mengakibatkan keracunan
mempunyai target pada system saraf. Peralihan system saraf dengan organ tertentu,
atau jaringan). Produksi hasil sekresi kulit amfibi (peptida, bioamina, dan alkaloid)
selain dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dari predator, pada konsentrasi yang
berbeda dapat menimbulkan berbagai macam respons . Refleks dapat digambarkan
sebagai respons yang spontan dan otomatis. Refleks dapat terjadi bila ada lengkung
refleks yang meliputi reseptor, saraf sensorik, saraf pusat, saraf motorik dan efektor
(Hartati, 2008: 3).
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi pada hewan uji ditunjukkan dalam
bentuk gerakan geliat, frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat
nyeri yang dirasakannya. Nyeri permukaan dapat terjadi apabila ada rangsangan secara
kimiawi, fisik, mekanik pada kulit, mukosa, dan akan terasa nyeri di daerah rangsang.
Nyeri pertama dihantarkan oleh serabut nyeri jenis A delta yaitu serabut saraf dengan
pembungkus lapisan bermielin, garis tengah 2-5 μm. Serabut nyeri jenis A delta ini
menghantarkan isyarat nyeri lebih cepat dari saraf perifer ke medula spinalis karena
terjadi penghantaran rangsang secara saltatoris (gaya melompat) yaitu dari satu nodus
Ranvier ke nodus Ranvier lain, antar nodus-nodus ini dilewati oleh garis aliran listrik
dan dengan penghantaran saltatoris ini dimungkinkan suatu laju penghantaran yang
lebih cepat sampai dengan 120m/det (Puspitasari dkk, 2003: 50).
Mekanisme gerak refleks pada katak yaitu : 1) adanya reseptor rangsangan dari
luar, 2) induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang. 3) adanya
sinapsis, 4) terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh
efektor sebagai respon. Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu
sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi
oleh impuls saraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung- gelembung berjalan yang
berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron- neuron dan antara neuron otot
seringkali di mediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter. Sistem saraf vertebrata

3
memiliki peranan vital, yaitu: a) menerima stimulus dari lingkungan luar dan
mengkoordinir respon, b) mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja
sesuai fungsinya, c) empat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi
(Richard, 2012)
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain: ada tidaknya
rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivate dari
temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari
dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung
bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan- hewan mempunyai
kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat
spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda
memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal.
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls
dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang
pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam
tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka
tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangasangan
(Cunningham, 2007)

4
C. METODOLOGI
a. Alat
Penusuk katak, statif, pinset,beker glass, 50 ml (2 buah), papan bedah
b. Bahan
Rana tigrina, asam cuka.

c. Cara Kerja
1. Reflek Tungkai Belakang dan Depan pada Katak

Ditusuk bagian otak katak dengan penusuk, lalu diletakkan di papan


bedah. Ditunggu beberapa menit hingga keadaan shock hilang

Diperhatikan sikap tubuh katak ketika diletakkan diatas maja dan ketika
ditelentangkan

Dikaitkan rahang bawah katak dengan alat pengganung yang


disangkutkan pada klem statif hingga katak dalam keadaan tergantung
bebas. Dipijat salah satu kaki dengan pinset secara perlahan-lahan sampai
kaki tertarik ke arah tubuh.

Dijepit kaki sebelahnya sampai kaki yang dijepit akan ditarik sedangkan
kaki yang sebelahnya masih dibengkokan akan diluruskan, dicatat lama
penarikan kaki.

Diambil 2 beker glass dan satu gelas diisi aquades dan sisanya dengan
asam cuka. Dicelupkan salah satu kaki katak ke dalam asam cuka
tersebut. dicatat waktu yang diperlukan sampai timbul tanggapan berupa
gerakan penarikan kaki dari dalam gelas yang berisi asam tersebut atau
pada kaki yang sebelahnya.

Ditusuk sumsum tulang belakang sedalam 1 cm dengan penusuk katak.


Diulangi percobaan dengan memberikan rangsang.

Dirusak seluruh sum sum tulang belakang. Diulangi percobaan dan


disimpulkan hasilnya

5
D. HASIL PENGAMATAN
1. Reflek Tungkai Belakang dan Depan pada Katak
Penusukan Sumsum
Penusukan Otak
Tulang Belakang
Duduk Tidak terjadi perubahan Duduk menggunakan
perut
Berbaring Tidak dapat berbalik Dapat berbalik
ditelentangkan
Betis dijepit Tidak terdapat respon Tidak terdapat respon
Dicelupkan dalam Memberontak setelah 1 Kaki terangkat setelah 6
asam cuka menit detik

6
E. PEMBAHASAN

Refleks Tungkai Belakang dan Depan pada Katak

Penusukan pada otak Katak dijepit pada statif

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap gerak refleks katak. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menusuk bagian kepalanya (bagian kepala agak
kebelakang, daerah yang cekung) dengan menggunakan jarum. Hal ini bertujuan untuk
merusak saraf spinal pada katak, Dimana pada daerah tersebut merupakan pangkal
saraf spinal katak sehingga penusukan tersebut bertujuan agar saraf spinal katak
sebagian akan rusak sehingga dapat mengetahui respon yang dilakukan dari
rangsangan yang dibuat setelah saraf spinalnya rusak sebagian.
Hasil percobaan menunjukaan hasil setelah dilakukan penusukan otak pada posisi
normal katak tidak menunjukkan adanya perubahan, saat katak ditelentangkan katak
tidak dapat berbalik, saat katak digantung dan betis dijepit dengan pinset juga tidak
menunjukkan respon, saat salah satu kaki katak dicelupkan dalam asam cuka katak
menunjukkan reaksi memberontak setelah 1 menit. Setelah dilakukan penusukan pada
sumsum tulang belakang pada posisi normal katak menunjukkan adanya perubahan
yaitu katak duduk dengan menggunakan perut, saat katak ditelentangkan katak dapat
berbalik, saat katak digantung dan betis dijepit dengan pinset tidak menunjukkan
respon, saat salah satu kaki katak dicelupkan dalam asam cuka katak menunjukkan
reaksi kaki terangkat setelah 6 detik.

7
Pada saat setelah dilakukan penusukan otak katak tidak berbalik karena reflek
koreksi sikap sudah menghilang yang disebabkan oleh sudah putusnya hubungan
antara labirin dan sumsum tulang belakang (traktus vestibularis spinalis) sehingga
katak tidak berbalik saat ditelentangkan. Saat katak digantung dan betisnya dijepit
dengan pinset katak tidak memberikan repon, seharusnya katak menunjukkan reaksi
dengan menarik kaki yang dijepit dan kaki sebelahnya diluruskan. Hal ini
kemungkinan terjadi karena katak yang digunakan untuk percobaan sudah lemas
sehingga tidak menunjukkan respon saat diberi perlakuan.
Saat dilakukan perendaman dengan asam cuka katak memberontak setelah 1
menit. Asam cuka atau umum dikenal dengan asam asetat merupakan senyawa kimia
yang bersifat asam lemah. Asam asetat termasuk larutan elektrolit kuat yang dapat
menghantarkanlistrik, sifat hantaran listrik ini disebabkan karenaadanya partikel
bermuatan positifdan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa katak tersebut mengalami
gerak reflek yang berpusat di sumsum tulang belakang, sehingga walaupun otak katak
telah dirusak, tetapi, katak tersebut masih dapat melakukan gerak reflek.
Pada percobaan perusakan sumsum tulang belakang pada katak, respon yang
diberikan yaitu katak masih dapat mengangkat salah satu kakinya ketika dicelupkan ke
dalam cuka selama 6 detik. Timbulnya respon terhadap penarikan salah satu kaki ini
mungkin disebabkan oleh sumsum tulang belakang belum seluruhnya mengalami
kerusakan sehingga katak masih dapat memberikan respon. Pearce (1989),
menambahkan bahwa perusakan tulang belakang ternyata merusakkan tali-tali spinal
sebagian jalur saraf. Tali-tali spinal sendiri terdiri dari saraf sensori dan motorik,
sehingga bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak terjadi. Larutan
cuka merupakan asam lemah dan berbahaya apabila terkena tubuh. Ketika Kaki katak
dicelupkan ke dalam larutan cuka akan mengakibatkan katak sebisa mungkin akan
menarik kakinya dari larutan itu karena berbahaya bagi tubuhnya, ini merupakan salah
satu gerakan untuk perlindungan tubuhnya dari zat-zat kimia yang berbahaya.
Percobaan ini membuktikan bahwa dalam suatu sistem refleks diperlukan sumsum
tulang belakang sebagai pusat koordinasi dan pengaturan gerak refleks.
Faktor mempengaruhi refleks spinal yaitu adanya refleks spinal dari katak berupa
respon dengan menarik kaki depan atau kaki belakang saat perusakan sumsum tulang
belakang disebabkan karena masih terjadi interkoneksi dari satu sisi korda spinalis ke
sisi yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya refleks spinal adalah masih

8
berfungsinya sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang mempunyai dua
fungsi penting yaitu mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat refleks.
Adanya sumsum tulang belakang, pasangan saraf spinal dan cranial akan
menghubungkan tiap reseptor dan efektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila
sumsum tulang belakangnya telah rusak total maka tali-tali spinal sebagai jalur syaraf
akan rusak dan tidak ada lagi yang menunjukkan respon terhadap stimulus

9
F. KESIMPULAN
1. Mekanisme gerak refleks pada katak yaitu adanya reseptor rangsangan dari luar
yang menginduksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang yang
dihubungkan oleh adanya sinapsis,dan terjadi penerimaan rangsangan oleh
neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon.
2. setelah dilakukan penusukan otak pada posisi normal katak tidak menunjukkan
adanya perubahan, saat katak ditelentangkan katak tidak dapat berbalik, saat katak
digantung dan betis dijepit dengan pinset juga tidak menunjukkan respon, saat
salah satu kaki katak dicelupkan dalam asam cuka katak menunjukkan reaksi
memberontak setelah 1 menit
3. Setelah dilakukan penusukan pada sumsum tulang belakang pada posisi normal
katak menunjukkan adanya perubahan yaitu katak duduk dengan menggunakan
perut, saat katak ditelentangkan katak dapat berbalik, saat katak digantung dan
betis dijepit dengan pinset tidak menunjukkan respon, saat salah satu kaki katak
dicelupkan dalam asam cuka katak menunjukkan reaksi kaki terangkat setelah 6
detik.
4. Ketika Kaki katak dicelupkan ke dalam larutan cuka akan mengakibatkan katak
sebisa mungkin akan menarik kakinya dari larutan itu karena berbahaya bagi
tubuhnya, ini merupakan salah satu gerakan untuk perlindungan tubuhnya dari
zat-zat kimia yang berbahaya
5. Faktor yang mempengaruhi refleks spinal yaitu aada tidaknya rangsangan atau
stimulus yang dapat berupa temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan
sebagainya serta kondisi dari sumsum tulang belakang yang berfungsi sebagai
pusat refleks menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai
terjadi respon.

10
G. DAFTAR PUSTAKA
Cuuningham, James G. and Klein, Bradley G. 2007.Textbook of Veterinary of
Physiology. China: Saunders Elseviers
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hartati, Muhiddin Palennari. 2008. Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik
Sulawesi Selatan . ISSN: 1411-4720. Bionature. Vol.8 (1): 1- 9.
Kimball, John W.1994.Biologi Edisi Kelima; Jilid 1. Jakarta Erlangga.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Puspitasari , Hesti., Shanti Listyawati dan Tetri Widiyani. 2003. Aktivitas Analgetik
Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) padaMencit Putih ( Mus musculus L.)
Jantan. Jurnal Biofarmasi. ISSN: 1693-2242. Vol. 1 ( 2) : 50-57
Richard, W.H dan Gordan. 2012. Animal Physiology. New York: Harper-
CollinsPublisher
Wulandari, Ika Puspita.2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia
Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Neutrino.Vol.1 No.2 April.

11

Anda mungkin juga menyukai