Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM V

SISTEM SARAF
A. Judul
Refleks Pada Katak
B. Tujuan
1. Mempelajari refleks normal pada katak
2. Mempelajari refleks spiral pada katak
C. Dasar Teori
Tiap bagian susnan saraf pusat mempunyai fungsi tertentu dengan sifat
merangsang (fasilitasi) atau menghambat (inhibisi) bagian-bagianb tertentu dari
otak dan selanjutnya mengamati reaksi reaksi yang timbul,dapat diambil
kesimpulan yang tepat mengeanai fungsi bagian-bagian tersebut , tetapi dapat juga
bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu reseptor
dirangsang cukup kuat ,maka rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf aferen
berpusat. Dipusat, rangsangan tersebut diteruskan melalui beberapa saraf asesoris
menuju ke beberapa saraf aferen berpusat. Dipusat rangsangan tersebut diteruskan
melalui beberapa saraf asesoris menuju ke beberapa saraf aferen dan lebih dari
satu efektor. Jadi apabila saraf aferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan
serempak bereaksi (Iswari, 2010).
Sistem saraf pada Amphibi dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang
belakang (Medula spinalis). Pada amphibi, Otak dan sumsum tulang belakang
dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang juga dibungkus oleh 2
lapisan selaput yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater
yang batasan dengan jaringan saraf. Di antara dua lapisan tersebut terdapat
spatium subdurale dan terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena
infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi
terdiri dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang
lebih baik sehingga amphibi memiliki penglihatan yang baik. Walaupun otak dan
sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda.
Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian
putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi
putih (Andi, 2011).
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 bagian: a)
neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang
berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang
berhubungan dengan sel saraf lainnya, b) neuron motorik (nouronaferen), yaitu
sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf
pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain
sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor, c) neuron konektor adalah sel
saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang
lainnya, 4) neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron
sensorik dan neuron motorik yang terdapat dalam sumsum tulang belakang atau
di otak (Hawatiah, 2009).
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk
kedalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami
pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan
impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari
otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks. Pada
penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna
putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada
bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk
saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran
asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan
saluran desenden. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada
bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap
bawah disebut tanduk ventral (Hawatiah, 2009).
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat
dan 7 tidak melewati otak. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat.
Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi
kehendak. Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: Stimulus pada
organ reseptor - sel saraf sensorik - sel penghubung (asosiasi) pada sumsum
tulang belakang - sel saraf motorik - respon pada organ efektor. Jalan pintas pada
gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut
lengkung refleks. Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum
tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat
di dalam otak, seperti gerak mengedip atau mempersempit pupil pada saat ada
cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang terjadi apabila sel
saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang seperti refleks pada
lutut (Fujaya, 2002).
Unit dasar aktivitas integrative saraf adalah busur reflek. Busur ini terdiri dari
organ sensorik, reseptor neuron aferen, satu sinap atau lebih pada integrasi
sentral. Neuron aferen dan efektor. Neuron aferen termasuk melalui radiks dorsal
atau saraf-saraf kranial dan badan selnya terletak pada gangliom radiks dorsal
atau gangliom yang sejenis dari saraf kranial , serabut efern meninggalkan
rangsang melalui radiks ventral atau saraf motoric kranial yang sejenis.
Didapatkan dua macam reflex yaitu:
a. Refleks monosinaps, dimana hanya terdapat satu sinaps antara serabut
aferen dari eferen (contoh: reflex pada bagian patella atau reflex achilles)
b. Refleks polisisnaps yang mempunyai busus reflex dengan lebih dari satu
interneuoron diantara neuron aferen dan eferen (contoh: reflex pada
kornea mata)
Aktivitas Refkeks baik yang monosinaps dan polisisnaps adalah stereotype
dan spesifik menurut perangsangan dan responnya, dimana rangsangan tertentu
akan menimbulkan jawaban tertentu pula (Pearce, 2009).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain: ada tidaknya
rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivate dari
temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari
dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan
langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewanhewan
mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal
dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari
kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat
spinal sehingga terjadi reflek spinal. Sumsum tulang belakang mempunyai dua
fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat
reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan
kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi
respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi
efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangasangan (Isnaeni,
2006).
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Bekker gelas
2. Bak bedah
3. Statif
4. Sonde
5. Gunting bedah
6. Peneti
b. Bahan
1. Katak
2. Larutan HNO3 encer
3. Larutan H2SO4 : 1%, 2%, 3%
4. Larutan fisiologis (NaCl 0.9 %)
5. Aquadest
E. Prosedur Kerja
a. Katak Normal
Katak Normal

Memegang katak yang masih hidup dengan tangan kiri dan


genggamlah kedua kaki belakangnya,kemudian mendekatakn
gelas pengaduk atau sonde pada dearah mata. Mengamati
refleks apa yang terjadi pada katak.

Menyentuh nares eksterna dan memperhatikan gerakan yang


terjadi.

Mengusap bagian tenggorokan sampai bagian perut dan


memperhatikan gerakan anggota badan anterio.

Mengoreskan atau menyentuh bagian lateral atau dorsal


tubuh katak. Mengamati respon yang dihasilkan.

Memegang kedua kaki depannya dan membiarkan kedua kaki


belakang bebas,kemudian mengoreakan gelas pengaduk yang
telah dicelupkan kedalam HNO3 encer pada punggung katak.
Mengamati apa yang terjadi pada katak.

Hasil pengamatan
b. Katak Yang Telah didekapitasi
Katak Yang Telah
didekapitasi

Memasukan gunting bedah ke dalam mulut katak dan


mengangkat kepalanya,kemuadian menggunting di bawah
membran timpani.

Menutup ujung potongan tersebut dengan kapas dan


menggantung katak tersebut pada statif dengan mengkait
rahang bawahnya.

Menetesi dengan larutan fisiologi agar kesadarannya pulih


kembali. Menunggu sampai katak siuman

Memasukan tersebut ke dalam aquarium, memperhatiakan


gerakan katak.

Melentangkan pada bak bedah, memperhatikan usaha untuk


membalikan badannya atau tidak.

Meletakan pada bidang miring mengarah ke bawah bidang


miring tersebut memperhatikan gerakannya.

Mengantung katak tersebut pada bagian rahang bawahnya.

Melakukan sumasi dengan rangsang zat-zat kimia berikut :


a. Menyediakan tiga gelas bekker yang masing-masing berisi
larutan H2SO4 : 1%,2%,4%.
b. Mencelupkan ujung jari kaki katak pada larutan yang
terlemah, mengulangi beberapa kali sampai merespon.
c. Mencelupkan ujung jari kaki katak tersebut pada larutan
yang lebih kuat. Memperhatikan sebeluh dicelupkan jari
kaki katak harus dicuci terlebih dahulu.

Menyentuh jari kaki katak belakang dan jari kaki depan pada
dengan benda panas, memperhatikan reaksinya.

Menyentuh jari kaki katak belakang dan jari kaki depan pada
benda panas, memperhatikan reaksinya.

Hasil pengamatan
F. Hasil Pengamatan
a. Katak Normal

Tanggapan yang
Jenis Rangsang Keterangan
diberikan oleh katak
Mendekatkan sondo pada Mata Tidak berkedip
mata katak
Menyentuh nares eksterna bergerak
Mengusap tenggorokan Tidak merespon
sampai bagian perut
Menyentuh bagian dorsal Tidak bersuara
Menggosokkan pengaduk Bergerak ++++
yang telah diberi HNO3
encer di punggung

b. Katak yang sudah di dekapitasi

Tanggapan yang
Jenis Rangsang Keterangan
diberikan oleh katak
Memasukkan katak ke
Tidak merespon
dalam gelas beker
Melentangkan katak pada
Tidak merespon
bak bedah
Meletakkan katak pada
Tidak merespon
bidang miring
Mencelupkan kaki pada
Bergerak ++
larutan H2SO4 1%
Mencelupkan kaki pada
Bergerak +++
larutan H2SO4 2%
Mencelupkan kaki pada
Bergerak ++++
larutan H2SO4 3%
G. Pembahasan
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari,
yang berguna sebagai pertahanan tubuh dari bahaya. Berbeda dengan gerak sadar,
impuls yang menyebabkan gerakan ini dialirkan tidak melewati otak. Sistem saraf
pusat sebagai pengendali gerak refleks merupakan sebuah mekanisme yang terjadi
pada makhluk hidup, salah satunya katak sebagai bentuk pertahanan diri dari
berbagai rangsangan yang diberikan. Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka
sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi
elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf.
a. Katak Normal
Pada pengamatan katak normal, beberapa rangsangan yang diberikan akan
menghasilkan gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan sumsum tulang
belakang. Data-data yang didapatkan adalah mata katak yang tidak menutup dan
nares eksterna yang bergerak saat didekatkan dengan sonde, Pada saat
mendekatkan sondo pada mata katak, tidak ada gerak reflek yang terjadi. Hal ini
disebabkan karena katak memiliki membrane niktitan. Menurut Guyton dan Hall
(2002), membrane niktitan berfungsi untuk melindungi mata katak dari gesekan.
Jadi, meskipun mata katak dikejutkan dengan sesuatu, kelopak mata katak tidak
akan menutup. Selain itu, katak tidak mengeluarkan suara saat disentuh bagian
punggungnya. Hal yang sama terjadi saat mengusap tenggorokan sampai perut
dimana tidak ada gerakan yang timbul pada katak. Berbeda ketika punggung katak
digoreskan dengan sonde yang telah diberi HNO3 encer, respon yang terjadi pada
katak yaitu katak bergerak memberontak.
Hal ini menunjukkan bahwa katak normal memiliki sistem saraf (otak dan
sumsum tulang belakang) yang baik dimana saraf-saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus ke otak dan sum-sum tulang belakang dari resptor ke
efektor secara cepat.
b. Katak yang telah didekapitasi
Pada percobaan kedua, bagian otak katak di angkat sehingga hanya
mempunyai sumsum tulang belakang sebagai pusat saraf. Saat mendekapitasi,
bagian kepala yang otaknya telah diangkat ditetesi dengan larutan ringer. Hal ini
bertujuan agar sel-sel tidak mati sehingga katak masih bias hidup walaupun
otaknya telah diangkat.
Pada pengamatan ini, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak
coba menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang lambat dibandingkan
saat katak belum didekapitasi dan beberapa respon yang diberikan tidak
ditanggapi. Data-data yang didapat setelah melakukan dekapitasi adalah katak
tetap diam saat dimasukkan ke dalam gelas beker, saat dilentangkan pada bak
bedah dan saat katak diletakkan pada bidang miring. Hal ini terjadi karena, katak
sudah benarbenar tidak memiliki sistem saraf pusat, sehingga katak sudah tidak
dapat mengkoordinasikan tubuhnya lagi (Sherwood, 2001).
Perlakuan dengan kaki katak yang dicelupkan ke dalam H2SO4, terjadi
reflek pada katak dengan menimbulkan tanggapan berupa gerakan kaki yang
semakin besar konsentrasi larutan akan semakin besar pula kecepatan gerak reflek
katak. Hal ini menunjukkan bahwa katak tersebut mengalami gerak reflek yang
berpusat di sumsum tulang belakang, sehingga walaupun otak katak telah
didekapitasi, tetapi katak tersebut masih dapat melakukan gerak reflek. Jalannya
impuls pada gerak reflek menurut Bell dan Magendie; Sherwood (2001) adalah :
reseptor - saraf sensoris (melalui lengkung dorsal) – medulla spinalis (sumsum
tulang belakang) – saraf motoris (melalui lengkung ventral) – efektor. Saraf-saraf
spinalis berkaitan dengan tiap-tiap sisi korda spinalis melalui akar dorsal dan akar
ventral . Serat-serat aferen membawa sinyal datang masuk ke korda spinalis
melalui akar dorsal sedangkan serat-serat eferen membawa sinyal meninggalkan
korda melalui akar ventral. Akar ventral dan dorsal di setiap tingkat menyatu
membentuk sebuah saraf spinalis yang keluar dari kolumna vertebralis.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan double pithing
pada katak coba, gerak refleks yang diberikan oleh katak adalah lemah atau
lambat. Lemahnya respon refeks ini dikarenakan sistem saraf pada otak dan
sumsum tulang belakangnya (medulla spinalis) tidak mampu merespon dan
memberi menghantarkan perintah terhadap impuls saraf ke efektor.
H. Kesimpulan
1. Refleks yang dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan
otak kecil) yang dimana otak kecil ini berperan sebagai pusat
keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka.
Sebagai contoh refleks yang dikontrol oleh otak atau saraf kranial katak
meliputi gerakan menutup mata, nares eksterna, serta gerakan tungkai
depan dan belakang.
2. Refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal
pada katak adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang) yang
mampu memediasi sejumlah refleks, somatik dan autonomik, dan meliputi
reaksi ketika katak dicelupkan ke larutah H2SO4.
DAFTAR PUSTAKA

Andi, E. 2011. Perbedaan Kontraksi Otot Jantung. Universitas Brawijaya.


Indralaya
Fujaya, M. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Guyton and Hall. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Halwatiah. 2009. Fisiologi. Makassar: Alauddin Press
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Iswari, Mega .2010. Anatomi Fisiologi dan Dasar Neurologi (Dasar Ilmu Faal
dan Saraf untuk Pendidikan Luar Biasa). Padang : UNP PressPearce,
Evelyn. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT.
Gramedia
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai