Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI

NEUROMUSKULOSKLETAL I

DISUSUN OLEH

Nama : MOH.ALI AZHAR


NIM : 020.06.0054
Kelompok
: Sesi 2 Kelas B
Modul:Dosen
Neuromuskuluskeletal 1
: Rusmiatik, S.Si, M.Biomed dr. Rizki Mulianti, S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan hasil Laporan
Praktikum Histologi Dasar Blok neuromuscular 1 ini.

Dalam penyusunan Laporan Praktikum Histologi ini, saya menyadari sepenuhnya


banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki, saya menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidaklah mungkin hasil Laporan Praktikum
Histologi Dasar ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan dengan baik
2. Ibu Rusmiatik S.Si , M.Biomed.. Selaku dosen pembimbing praktikum histologi dasar,
atas segala masukkan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi keterbatasan saya
dan teman-teman.
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukkan dalam penyusunan laporan ini.

Akhir kata, semoga segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada saya
dan teman-teman, mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta Laporan
Praktikum Histologi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 25 Aril 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Tujuan...........................................................................................................................................4
1.3 Manfaat.........................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................8
METODE PENELITIAN....................................................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................................................8
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini adalah Mikroskop Binokuler dan bahan yang
digunakan adalah Preparat awetan terkait sistem saraf..................................................................8
3.3 Cara Kerja....................................................................................................................................8
BAB IV.................................................................................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................9
4.1 Hasil................................................................................................................................................9
4.2 Pembahasan.................................................................................................................................12
BAB V.................................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan
(Feriyawati, 2006). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil
dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan
saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan
yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013).

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga
tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik
akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat
(SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses
pengolahan informasi) dan sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang
berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap
stimulus (Bahrudin,2013).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui struktur histologi jaringan saraf


2. Untuk mengetahui tentang bagian - bagian jaringan saraf
3. Untuk mengetahui struktur histologi dari masing – masing jaringan saraf

1.3 Manfaat

1. Agar mahasiswa memahami struktur jaringan saraf


2. Agar mahasiswa memahami bagian - bagian jaringan saraf
3. Agar mahasiswa memahami masing - masing jaringan saraf
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

System saraf mencakup seluruh massa jaringan saraf dalam tubuh. Fungsi dasar
dari system saraf, yang menurun kepada yang lain, adalah komunikasi; ia tergantung pada
sifat kimiawi dan listrik khusus dari sel-sel saraf dan cabang-cabang sel yang panjang.
Sifat ini mencerminkan dua ciri fundamental protoplasma: irirabilitas, yaitu kemampuan
beraksi dengan secara bertingkat terhadap rangsang fisik atau kimiawi, dan konduktivitas,
kemampuan menghantar rangsang dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain ( Bloom,
2002).
Susunan saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinal dan mengandung
sel- sel saraf, atau neuron, dan sel-sel penyokong disebut neuroglia. Impuls saraf keluar
masuk SSP melalui cabang neuron panjang disebut akson (dilihat di bawah). Susunan
saraf tepi (SST) terdiri atas cabang-cabang ini yang berjalan dalam saraf klanial dan
spinal dan kelompok neuron di luar terkait tang dikenal sebagai ganglia. Fungsi semua
bagian tubuh diintegrasi oleh system ini. Meskipin terdapat perkecualian pada respons
saraf setempat tertentu (seperti pada kulit dan visera), sentrilisasi adalah prinsip
terpenting dari organisasi neural (Bloom, 2002).
Seperti epitel lain, jaringan saraf memiliki berbagai jenis kompleks tautan: taut
rekah, pada sinaps elektrotonik; zomula occludes di antara sel-sel pleksus koroid; dan
zonula adherens, pada sinaps kimiawi dan tempat lain. Dari semua ini, yang terakhir ini
sering berbentuk bintik dan disebut punctum adherens. Puncta adherentia rupanya penting
dalam menstabilkan hubungan special sel-sel dan cabang sel pada mana komunikasi
interneural bergantung. Namun bentuknya, yang membentuk jaringan saraf sangan
heterogen (Bloom, 2002).
Serebrum, pusat integratif yang paling kompleks di SSP, berkembang dari
telensefalon embrionik. Serebrum dibagi menjadi belahan serebral. Masing-masing
belahan terdiri atas penutup bagian luar yang terbuat dari bahan abu-abu, yang disebut
korteks serebral, bahan putih di bagian dalam, dan kelompok nukleus yang berada di
dalam bahan putih, yang disebut nukleus nasal juga disebut ganglia basal adalah pusat
yang penting untuk koordinasi motoris dan bertindak sebagai saklar untuk impuls dari
sistem motoris lain. Jika nukleus basal rusak, seseorang bisa menjadi pasif dan tidak
mampu
bergerak karena nukleus itu tidak lagi mengirimkan impuls motoris ke otot (Campbell,
2002).
Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah
ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan
cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya
disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu
pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak
amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang
menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung hanya
dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik sebuah
kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi sedikit
asam lemah ( Frandson, 1992).
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan
stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan
susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis
(sumsum tulang belakang) (Gunawan, 2007).
Jaringan saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan
lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia
yang berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur
dan fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula
spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar
diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur
neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan
fungsi tambahan yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat
hubungan anatomik dan fungsional antarneuron ( Johnson, 1994).
System saraf ototnom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut
aferennya membawa input dari organ-organ visceral (mengatur denyut jantung, diameter
pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan
sebagainya). Saraf eferen motorik SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan
kelenjar-kelenjar visceral. SSO teruta,a mengatur fungsi visceral dan interaksinya dengan
lingkungan internal (Muttaqin, 2008).
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol
aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan-
gerakan peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot
polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang
meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum
mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Terdapat
2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis (Nurcahyani, 2005).
Pada segmen tubuh vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian besar
saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum tulang
belakang saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan neuronnya terpisah.
Dalam akar neuron dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu
ganglion akar dorsal, yang mengandung badan-badan selnya sendiri. Saraf dari hidung,
mata, dan telinga berkembang dengan indera perasa khusus. Saraf ini seluruhnya terdiri
atas serabut aferen ,kecuali beberapa neuron eferen dalam saraf mata dan
vestibulokoklear (pendengar) yang menjulur ke organ indera dan dapat mengatur
aktivitasnya. Saraf kranial selebihnya mengandung sejumlah besar serabut aferen, dan
eferen yang dianggap secara serial homolog dengan akar yang terpisah dari saraf spinal
vertebrata. Lokasi badan sel saraf kranial dan ujung akhirnya di dalam otak mengikuti
pola yang telah diutarakan pada neuron spinal (Villee, 1984).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jumat, 16 april 2021

Waktu : 09.40 - 11.20 WITA

Tempat : Laboraturium Terpadu 1, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini adalah Mikroskop Binokuler dan
bahan yang digunakan adalah Preparat awetan terkait sistem saraf.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :

1. Siapkan alat dan bahan yang telah disediakan di Laboratorium Terpadu 1


2. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek pencahayaan, lensa okuler dan
binokulernya.
3. Siapkan preparathistologi yang telah disediakan
4. Mula-mula lihatlah preparat dengan pembesaran (10 x 10) setelah itu ke perbesaran
(40 x 10).
5. Dokumentasikan hasil pengamatan
6. Buat laporan sementaranya dengan memakai pedoman atlas histologi yang telah
disiapkan.
7. Rapikan seluruh alat dan bahan setelah selesai digunakan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
NO. NAMA PREPARAT PREPARAT KETERANGAN

1. Motor and plate Perbesaran 10x

2. Nerve Bundle, HE Perbesaran 10x


3. Nerve Bundle, OA Perbesaran 10x

4. Spinal Ganglion Perbesaran 10x

5. Sympathetic Ganglion Perbesaran 10x


6. Spinal Cord Perbesaran 10x

7. Cerebral Cortex/Motor Perbesaran 10x


Cortex

8. Cerebellar Cortex Perbesaran 10x


9. Motor Neurons Pebersaran 10x

4.2 Pembahasan
1. Cerebrum ( Otak Besar )

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak
yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini.

Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.


Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus
Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

1. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
2. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk
suara.
4. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
2. Cerebellum ( Otak Kecil )

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.

3. Spinal Cord

Merupakan sumsum tulang belakang adalah struktur tubular yang panjang,


tipis, dan terdiri dari jarinagn saraf, yang memanjang dari medulla oblongata di
batang otak ke daerah lumbar kolom vertebra. Ini menutupi seluran pusat medulla
spinalis yang berisi cairan serebrospinalis. Otak dan sumsum tulang belakang
bersama-sama membentuk sistem saraf pusat (SSP). Pada manusia, sumsum tulang
belakang dimulai pada tulang oksipital dimana ia melewati foramen magnum, dan
bertemu dan memasuki kanal tulang belakang pada awal vertebra serviks. Sumsum
tulang belakang memanjang ke antara tulang belakang lumbar pertama dan kedua
dimana ia berakhir. Kolom tulang belakang relative lebih pendek, sekitar 4cm pada
pria dan 43cm pada wanita. Sumsum tulang belakang memiliki lebar yang bervariasi,
mulai dari 13mm (1-2 inci), tebal di daerah serviks dan lumbar hingga 6,4mm tebal di
daerah toraks. Fungsi sumsum tulang belakang terutama dalam transmisi sinya saraf
dari korteks motorik ke tubuh, dan dari serat aferen neuron sensorik ke korteks
sensorik. Ini juga merupakan pusat koordinasi banyak refleks dan mengandung busur
refleks yang dapat secara independen mengendalikan refleks. Sebagai kelompol
interneur tulang belakang yang membentuk sirkuit saraf yang dikenal sebagai
generator pola sentral. Sirkuit ini bertanggung jawab untuk mengendalikan instruksi
motorik untuk gerakan berirama seperti berjalan.

4. Cross and longitudinal section of nerve bundle

Pada pengamatan tentang Preparat histologist Nerve Bundle terlihat adanya jaringan
ikat. Selain mempunyai selubung mielin dan selubung Schwann, saraf tepi dibungkus
oleh jaringan ikat yang kuat. Jaringan ikat yang membungkus saraf tepi adalah:
a. Epineurium

Epineurium merupakan jaringan ikat fibrosa yang membungkus satu bundle


kumpulan berkas serat saraf yang dikenal sebagai bundle berkas serat saraf
(bundles of nerve
fibers) . Satu berkas serat saraf disebut sebagai fasikulus yang terdiri atas beberapa
serat saraf . Epineurium tersusun dari fibroblas dan serat kolagen yang tersusun secara
longitudinal. Selain itu juga mengandung sedikit serat elastin. Epineurium
mengandung pembuluh-pembuluh darah utama untuk saraf.

b. Perineurium

Perineurium merupakan jaringan ikat padat kolagen yang membungkus satu fasikulus.
Selubung ini dibentuk juga oleh sel-sel fibroblas dan lapisan serat-serat kolagen yang
tersusun secara konsentris. Perineurium merupakan sawar terhadap keluar masuknya
materi atau zat-zat pada fasikulus saraf. Satu fasikulus saraf tersusun oleh banyak
serat saraf (akson).

c. Endoneurium

Endoneurium merupakan jaringan ikat halus yang menyelubungi satu serat saraf
(akson). Lapisan ini dibentuk oleh sel fibroblas yang gepeng , serat kolagen dan serat
retikulin halus. Endoneurium berhubungan erat dengan neurilema.

5. Ganglion

Sel ganglion adalah sebuah sel saraf (neuron) yang umumnya tampak
berbentuk poligonal. Percabangan sitoplasmanya tidak terlihat jelad dan hanya
terlihat pangkalnya. Di sekitar ganglion terlihat banyak potongan serat saraf dan sel
satelit.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jaringan Saraf merupakan jaringan yang bertanggung jawab sebagai alat
komunikasi bagi tubuh dengan dunia luar. Jaringan saraf tersusun oleh sel-sel saraf
yang disebut neuron. Neuron ini banyak dan bercabang-cabang, menghubungkan
jaringan satu dengan yang lain. Setiap sel saraf terdiri atas badan sel saraf, akson
(neurit), dendrit, dan selubung saraf.

Rusaknya jaringan saraf di bagian tubuh tertentu akibat suatu penyakit atau
proses penuaan akan mengakibatkan lumpuh atau terganggunya fungsi bagian tubuh
tersebut. Rusaknya sel-sel saraf di kornu anterior medula spinalis kiri akibat penyakit
polio akan mengakibatkan lumpuhnya anggota gerak tubuh kiri yang dikontrol oleh
sel- sel saraf tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, 2019. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku Kedokteran.

Syarifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta. EGC.

Hall, 2014. Fisiologi Kedokteran.

Eroschenko, Victor P. 2015. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai