BIOSISTEMATIKA HEWAN II
AMPHIBIA
DISUSUN OLEH :
NAMA : CINDY NURLAILI KURNIAWATI
STAMBUK : G 401 17 007
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : HARTINA
APRIL, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi Amphibia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang belakang. Salah
satunya Amphibia, Amphibia berasal dari Bahasa Yunani yaitu “amphi” yang
berarti dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibia merupakan hewan yang
hidup dengan dua habitat, termasuk hewan poikiloterm atau berdarah dingin.
Pembagian tubuh terdiri atas kepala, badan dan ekor. Kulit lembab berlendir,
terdiri dari dermis dan epidermis (Iskandar, 1998).
Amphibia berasal dari Bahasa Yunani yaitu Amphibious yang berarti kehidupan
ganda yang menggambarkan kehidupannya yang rangkap. Amphibia adalah
sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam yakni di
air dan di daratan. Amphibia hidup didalam air saat tahap pertumbuhan dan hidup
di daratan ketika mereka telah menjadi dewasa Amphibia bertelur di air atau
menyimpan telurnya ditempat yang lembab dan basah. Larva Amphibia menetas
dinamakan berudu, hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan
insang. Berudu berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang
umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas
dengan paru-paru (Djuhanda, 1982).
Amphibia merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Amphibia bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat
Amphibia diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Amphibia
mempunyai kulit basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk
menembus kulit. Sebagian besar Amphibia dewasa bernafas menggunakan kulit
dan juga melalui paru-paru. Kelembaban kulit Amphibia dijaga oleh kelenjar
khusus dibawah kulitnya. Amphibia menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu
berada di dekat air. Sebagian besar Amphibia lahir dan tumbuh di air tawar
kemudian setelah dewasa berpindah ke daratan kering dan kembali ke air untuk
berkembang biak. Sebagian besar Amphibia menelurkan telur yang lembut
(Rinaldy, 2013).
Menurut Holmes (1928), Amphibia meliputi tiga ordo yang diuraikan berikut ini :
1. Ordo Urodela (Caudata)
Pembagian tubuh atas kepala, badan, ekor dan kaki sama besar. Bentuk larva
sama dengan dewasa, seperti pada bengkarung. Larva bernapas dengan
insang, sedangkan setelah dewasa dengan paru-paru. Hewan dewasa tetap
mempunyai insang.
2. Ordo Apoda (Gymnophiona)
Apoda merupakan Amphibia tidak berkaki. Bentuk mirip cacing, ekor
pendek. Kaki lunak dan menghasilkan cairan. Sisik terpendam dalam kulit.
Mempunyai tentakel diantara mata dan hidung mata dan hidungnya. Mata
tidak berkelopak. Hewan jantan memiliki alat kopulasi yang dapat di
tonjolkan keluar.
3. Ordo Anura (Salientia)
Anura merupakan Amphibia tidak berekor. Tubuh terbagi atas kepala dan
badan dan tidak memiliki leher. Kaki depan pendek, sedangkan kaki belakang
besar yang kuat berperan untuk melompat. Mempunyai selaput renang
diantara jari.
Kodok memiliki kulit yang kasar, bertubuh pendek, gempal atau kurus, jari mirip
cakar yang digunakan untuk menggali. Berpunggung agak bungkuk, berkaki
empat dan tak berekor. Kodok umumnya lembab, dengan kaki belakang yang
panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai
berbingkul-bingkul, kerap kali kering, dan kaki belakangnya sering pendek,
sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Ada yang beracun karena
memiliki kelenjar yang menonjol di bagian leher dan pundak memancarkan racun
ringan (Iskandar, 1996).
BAB III
METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
a. Alat tulis
b. Alat bedah
c. Jarum suntik
d. Kotak spesimen
e. Kamera
f. Buku panduan
g. Kantong plastik
h. Meteran
i. Kompas
j. Senter
3.1.2 Bahan
a. Katak dan kodok
b. Formalin
c. Alkohol 70%
d. Alkohol 96%
e. Kloroform
3.3 Prosedur Kerja
1. Bufo melanostictus
2. Rhacophorus edentulus
4.2 Pembahasan
Amphibia merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Amphibia bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat
Amphibia diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Amphibia
mempunyai kulit basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk
menembus kulit.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dari paktikum ini yaitu praktikan lebih teliti dan serius dalam
melakukan pengukuran dan melihat karakter spesifik dari masing-masing
spesimen.
DAFTAR PUSTAKA
Holmes, S. J. (1928). The Biology of The Frog. New York: The Mac Millan.