Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI HEWAN

PRAKTIKUM II
CLASSIS AMPHIBIA
KATAK SAWAH (Rana Sp.)

OLEH :
NAMA

: RISMAWATI

STAMBUK

: F1D1 15 0 67

KELOMPOK

: IV (EMPAT)

ASISTEN PEMBIMBING : MULKI MUHAMMAD ADAM

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur anatomi hewan berbeda-beda khususnya struktur anatomi pada
hewan amphibi seperti katak sawah (Rana sp.). Amphibi berasal dari kata
amphibious, berarti kedua cara hidup. Sebagian

besar dari kelas ini

menunjukan bahwa mempunyai fase kehidupan di darat, pada kedua fase


tersebut struktur dan fungsinya menunjukan sifat antara ikan dan reptilia dan
menunjukan bahwa amphibia merupakan suatu kelompok chordata yang
pertama kali keluar dari kehidupan dalam air.
Amphibi tidak memiliki alat fisik untuk mempertahankan diri seperti
taring dan cakar, sebagian besar untuk jenis katak mengandalkan kaki
belakangnya untuk melompat dan menghindari bahaya, alat pertahanan lain
yang cukup efektif adalah kulitnya yang beracun. Salah satu contoh kelas
amphibi yang sangat umum adalah katak sawah (Rana sp.).
Struktur anatomi hewan pada amphibi seperti katak terdiri dari sistem
muscular, sistem respiratorium, sistem urogenitale, sistem cardiovascular.
Katak adalah satu anggota dari classic amphibia yang disebut hewan yang
hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian
di darat. Kulit halus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk
meyakinkan terjadinya pernafasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan
kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan
agar selalu basah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan
praktikum classis amphibia katak sawah (Rana sp.).
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana bentuk,


struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak sawah (Rana sp.)?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk, struktur,
susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak sawah (Rana sp.)
D. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui bentuk, struktur,
susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak sawah (Rana sp.)

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar yang terdapat pada kulit amfibi menghasilkan senyawa peptida
dengan aktivitas biologis yang luas. Diperkirakan kurang lebih 100.000 peptida
yang berbeda dihasilkan dari kelenjar pada berbagai kulit katak. Senyawa
peptida yang dihasilkan dari sekresi kulit katak ini kemungkinan antara 10-20
peptida yang berbeda baik dalam ukuran, susunannya (sequences), muatan,
hidrofobisitas (hydrophobicity), struktur tridimensinya dan aktivitasnya. Kelenjar
granular dari katak ini mensekresikan beberapa senyawa peptida yang digunakan
untuk melindungi dirinya dari predator alamiahnya atau infeksi dari berbagai jenis
bakteri atau jamur (Karim dalam Zairi et al., 2012).

Ordo anura merupakan kelas amphibia. Anura adalah kelompok hewan


amphibi yang memerlukan air dalam siklus hidupnya, mereka sering sekali
ditemukkan di dalam dan disekitar sungai. Anggota ordo anura secara umum
dikenal dengan sebutan katak dan kodok. Beberapa jenis anura sering
dimanfaatkan untuk konsumsi, dijadikan hewan peliharaan, serta dapat dijadikan
sebagai indikator biologi adanya perubahan dan kerusakan lingkungan terutama
lingkungan perairan tawar atau sungai (Yudha, dkk., 2013).
Amfibi adalah vertebrata pertama yang mampu hidup didarat dan juga
kelompok yang kemudian menunjang berkembangnya reptil, aves, dan mamalia,
oleh karena itu, amfibi merupakan salah satu kelompok yang penting untuk
dipelajari. Kulitnya terdapat dua macam kelenjar kulit, yaitu kelenjar mukosa dan
kelenjar granular yang tersebar pada permukaan dorsal hewan. Sekresi kelenjar
granular terjadi sebagai respons untuk mempertahankan diri akibat adanya
gangguan dari predator (Palennasari, 2008).
Setiap jenis hewan mempunyai sistem pernafasan yang berbeda-beda
dengan hewan lainnya sesuai dengan sistem alat pencernaan yang dimiliki dan
juga disesuaikan dengan daerah dimana hewan itu hidup. Pada amphibi
mempunyai paru-paru yang dapat berfungsi untuk bernafas ketika berada
didaratan. Akan tetapi ketika berada di air, binatang ini bernafas dengan insang
yang fungsinya seperti layaknya ikan yaitu mengeluarkan oksigen (Pujaningsih,
2009).
Salah satu ordo dari kelas amfibi, yaitu anura (katak, kodok), banyak
dipergunakan sebagai bahan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pngetahuan.
Telah diketahui bahwa katak selalu mengeluarkan lendir pada permukaan
kulitnya. Lendir tersebut berguna untuk membasahi permukaan kulit agar

kelembabannya selalu terjaga. Hasil sekresi kulit ini terdiri dari berbagai senyawa
bioaktif yang potensial, antara lain alkaloid, amina biogenik, peptida, enzim dan
racun. Anura sebagai indikator biologi di alam memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap perubahan yang terjadi pada habitatnya (Tjandra, 2011 ).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 14 Oktober 2016,
pukul 13.30-15.00 WITA, bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam, Universitas Halu
Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
N
o
.
1
1

Nama
Alat

Kegunaan

2
Gunting

3
Untuk membantu dalam membedah katak
sawah (Rana sp.)

Pisau
bedah
Papan
bedah
Pinset
Jarum
pentul
Cawan

Untuk membedah katak sawah (Rana sp.)

3
4
5
6

untuk tempat membedah katak sawah


(Rana sp.)
Untuk menjepit katak sawah (Rana sp.)
Untuk ditusukkan pada kaki katak sawah
(Rana sp.)
Untuk meletakkan organ-organ dari katak

petri
Kamera
Alat tulis

7
8

sawah (Rana sp.)


Untuk mengambil gambar
Untuk menulis hasil pengamatan

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan
N
o
.
1
1

Nama Bahan

Kegunaan

2
katak
sawah
(Rana sp.)
Kapas

Kloroform

4
.

Alkohol

3
Sebagai objek pengamatan katak sawah
(Rana sp.)
Sebagai objek pengamatan katak sawah
(Rana sp.)
Untuk membius katak sawah (Rana
sp.)
Untuk mensterilkan alat-alat bedah
yang sudah digunakan

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil seekor katak sawah (Rana sp.) membius dengan menggunakan
kloroform, kemudian meletakkan di atas papan bedah.
2. Mengamati secara Inspectio dari caput, cervix, truncus dan extremitas.
3. Mengamati secara Sectio dengan membuka kulit katak sawah(Rana
limnocharis)secara hati-hati dan teliti menggunakan cutter, gunting,
menunjuk saccus lymphaticus subcutaneous.
4. Mengamati sistem muscular facies dorsalis dan facies ventralis
5. Membuka kulit sampai menembus otot katak sawah (Rana sp.) tanpa
melukai organ dalam, menunjukkan topografinya.
6. Mengamati sistem digestorium, menunjukkan bagian dari cavum oris,
tractus digestivus dan glandula digestoria.
7. Mengamati sistem digestorium, menujukkan bagian dari cavum oris,
tractus digestivus dan glandula digestoria
8. Mengamati sistem respiratorium dan mekanisme pernafasan dengan pulmo
secara aspirasi, inspirasi, ekspirasi.

9. Mengamati sistem urogenitalie katak dengan menunjukkan organ genitalia


dan organ uropoetica.
10. Mengamati cartilage hyoidea dan sternum, cingulum pectoral dengan cara
memisahkan dari organ lainnya menunjukkan bagian-bagian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum tercantum pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1.Hasil pengamatan secara inspectio
N
Gambar
Keterangan
o
.
1
2
3
1
1. Kepala (Caput)
1
1.a Rongga mulut (Cavumoris)
.
1.b Celah mulut (Rima oris)
1.c Mata (Organonvisus)
2
1.d
Selaput
Pendengaran
(Membran
timphani)
3
2. Leher (Cervix)
3. Badan (Truncus)
5
4. Anggota badan (Extremitas)
a. Alat gerak bagian depan
4
(Extremitas anterior) : a.1
6
lengan atas (brachium), a.2
lengan bawah (antebrachium)
dan a.3 tangan (manus)
5. Alat gerak bagian belakang
Tampak bawah
(Extremitas posterior) : b.1 paha
(femur), b.2 tangkaibawah (crus),
b.3 kaki (pessive pedes) dan
6. Perut (Abdomen)
7. Kloaka
b.
2

b.

a.1

a.
2

1.
c

b.
3

1.b

a.

Tampak atas

1.
d

1.
a

Literatur :

Tabel 2.Hasil pengamatan secara sectio


1. Sistem pencernaan (System digestorium)
N
Gambar
o
.
1
2
1
Saluran
Pencernaan
.
(Tractus digestivus)

Keterangan

3
1. Mulut (Cavumoris)
2. Lambung (ventriculus)
3. Usus (Intestinum)

Literatur :

2
.

Kelenjar
pencernaan
Glandula digestoria
1

Literatur :

1. Kantong empedu (Vesica


fellea)
2. Hati (Hepar)
3. Pankreas (pancreas)

2. Sistem kardiovasikuler (System cardiovasculare)


No
Gambar
.
1
2
1.
1.b

Keterangan
3
1. Jantung (Cor)
1.a
serambi
(Atrium) dan 1.b
bilik (Ventrikel)
1.a
a

Literatur :

3. Sistem respirasi (System respiratorium)


No
Gambar
.
1
2
1.

Keterangan
3
Paru-paru (Pulmo)

Literatur:

4. Sistem Reproduksi (system uronigentale)


N

Gambar

Keterangan

o
.
1

2
1

3
1. Telur (Ovum)
2. Uterus
3. Testis

2
.

Literatur :

5. Sistem Ekskresi (uropoetica)


N
o
.
1
1
.

Gambar

Keterangan

2
1

3
1. Ginjal (ren)
2. Kloaka
3. Hati(Hepar)

Literatur :

6. Sistem otot (System muscular)


N
o
.
1
1
.

Gambar

Keterangan

3
1. Otot perut (facies
ventralis)
2. Otot
punggung
(facies dorsalis)

Literatur :

B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka pengamatan pada
praktikum ini, menggunakan dua pengamatan yaitu pengamatan secara
inspectio dan pengamatan secara sectio.
Pengamatan secara inspectio terdiri dari kepala (Caput) yang bagianbagiannya yaitu rongga mulut (Cavum oris), celah mulut (Rima oris), dan alat
penglihat (Organon virus). Terdapat leher (Cervix), badan (Truncus)

dan

anggota badan (Extreminas). Anggota badan (Extreminas) terdiri dari


Extreminas anterior yang terdiri dari lengan atas (Brachium), lengan bawah
(Antebrachium) dan tangan (Manus). Sedangkan Extreminas posterior terdiri
dari paha (Femur), tangkai bawah (Crus) dan kaki (Pessive pedes).
Pengamatan secara sectio terdiri dari sistem Digestorium yaitu bagianbagiannya seperti mulut (Cavum oris), lambung (Stomatch) dan usus
(Intestinum) serta Glandula digetoria yang bagian-bagiannya terdiri dari
kantong empedu, hati (Hepar) dan pankreas (Pancreas). Sistem cardiovascular
terdiri dari jantung (Cor), sistem respirasi terdiri dari paru-paru serta sistem
reproduksi terdiri dari ovarium (Ovary) dan Uterus sedangkan untuk sistem
ekskresi terdiri dari ginjal (Ren)
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan terdiri atas mulut,
merupakan tempat makanan masuk pertama kali. Faring merupakan organ
yang pendek dan sempit serta lanjutan dari organ mulut. Esophagus disebut
sebagai usus pelan. Lambung mempunysi dinding tebal yang merupakan
organ penampung makanan. Bagian anterior disebut cardis, bagian tengah
fundus dan bagian pasterior agak menyempit disebut pilarus. Usus halus
(Intestinum), merupakan organ pilarus berliku-liku. Sebagai anterior setelah
pilarus disebut duodenum. Usus halus digantung oleh selaput tipis yang
disebut mesentrium. Pada duodenum terdapat muara saluran pernafasan dari
hati. Usus kasar, merupakan lanjutan dari usus halus dan tempat sisa
metabolisme dari makanan yang bermuara di kloaka.
Sistem otot tubuh katak tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang
kerjanya diluar kemauannya. Otot lurik yang kerjanya dalam kesadarannya
dan otot jantung yang secara morfologi seperti otot lurik, namun bekerja diluar

kendalinya. Sistem peredaran darah (cardiovascular) pada katak terdiri dari,


jantung beruang tiga, arteri, vena, sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan
limfa.darah katak tersusun dari plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel
sel darah (korpuskula), yakni sel sel darah merah , sel darah putih dan
keeping sel darah.
Sistem genitalia Jantan pada amphibi berupa sepasang testis,
vasa eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung tipis) yang terletak diatas
sebelah ginjal. testes adalah gonade yang menghasilkan spermatozoa. Di
sebelah cranial testis di temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian
posterior rongga abdomen sedangkan untuk betina berupa ovarium yang
berfungsi menghasilkan sel telur. Alat ekskresi utama pada katak adalah
sepasang ginjal yang terdapat di kanan kiri tulang belakang, berwarna
kecoklat-coklatan yang memanjang ke belakang. Sistem ekskresi pada katak
disebut suatu sistem gabungan karena masing masing sistem masih bergabung
pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem sekresi maupun untuk
sistem reproduksi. Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang
tidak berguna yang dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan yang dikeluarkan oleh
hati, yaitu berupa empedu.

III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah class ambhibia merupakan
kelompok hewan dengan fase daur hidup yang berlangsung di air dan di darat.
Amphibi mempunyai kulit yang selalu basah dan berkelenjar, berjari 4-5 atau
lebih sedikit, tidak bersirip. Sistem anatomi katak sawah(Rana limnocharis)
secara inspection

terdiri dari kaki belakang (ekstremis posterior) badan

(trunchus) kaki depan (ekstremis anterior), kepala (caput), mulut (cavum


orix), jari kaki (digiti), mata (oculus), paha (femur), betis (tibia) dan selaput
renang. Sedangkan anatomi katak sawah (Rana limnocharis) secara section
adalah terdiri dari sistem pernapasan yang terdiri dari organ paru-paru, Sistem
pencernaan (digestorium) terdiri Saluranpencernaan (tractus digestivus) yang
terdiri dari organ usus (intestinum), lambung (ventriculus), kerongkongan
(esopagus), kelenjar pencernaan (glandula digestoria) terdiri dari organ
kantung empedu (vesica fellea) dan hati (hepar), kemudian sistem
kardiovaskular terdiri dari jantung (cor) dan sistem reproduksi terdiri dari
organ testis dan kloaka.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum class ambhibi adalah
sebaiknya praktikan memperhatikan jalannya praktikum dalam hal ini tidak
main-main dalam kegiatan praktikum sehingga praktikan dapat mengerti.

DAFTAR PUSTAKA

Yudha, D.S., Eprilurahman, R., Andryani, K., dan Trijoko, 2013, Keanekaragaman
Jenis Katak dan Kodok Disepanjang Sungai Code Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ascientific Periodical, 12(1); 17-18
Karim, A. K., 2012, Potensi Keanekaragaman Katak Di Papua Sebagai Sumber
Senyawa Bioaktif Obat, Jurnal Fauna Indonesia, 11(2); 15-18
Pujaningsih, R. I., 2009, Seri Budi Daya Kodok Lembu, Kanisius, Yogyakarta.
Palennasari, H, M., 2008, Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik
Sulawesi Selatan (Eksploration Of Endemic Oxic Frog Variety In South
Sulawesi), Jurnal Bionature, 8(1); 1
Tjandra, L., 2011, Analisis Filogenetik Bufo melanostictus, Schnelder, 1799 dan
Bufo asper, Gravenhorst, 1829 (Bufonidae) Sumatra Barat dan Kawasan
Asia dengan Gen 16s rRNA dan Sitokrom b, FMIPA, UNAND, padang.

Anda mungkin juga menyukai