Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Burung Merpati (Columba livia domestica)

Merpati adalah burung yang banyak digemari baik kalangan muda maupun

tua di seluruh dunia. Adapun klasifikasi dari burung merpati lokal yaitu Kingdom:

Animalia; Phylum: Chordata; Classis: Aves; Ordo: Columbiformes; Familia:

Columbidae; Genus: Columba; Spesies: Columba livia (Maskoeri, 1992). Merpati

merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang

kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke

sarang meskipun sudah terbang tinggi dengan jarak yang jauh dan waktu yang

lama (Soeseno, 2003).

Grizmek (1972) menyatakan bahwa merpati dapat dijumpai di seluruh

bagian bumi, kecuali bagian kutub. Hal ini ditunjukan dengan ditemukan fosil-

fosil burung merpati di benua Eropa dan Amerika. Menurut Tyne dan Berger

(1976), merpati terdapat di seluruh bagian bumi kecuali di benua Amerika bagian

Utara dan Selatan serta beberapa kepulauan Oceanian. Pigeon (2002) mengatakan

bahwa merpati berasal dari Asia beberapa juta tahun lalu.

Di Indonesia, rata-rata merpati adalah hasil perkawinan silang antara ras

Yansson (hidung besar) dan Delbar (jambul) dari Belgia dengan ras unggulan

lainnya. Seekor merpati betina umumnya bertelur sebanyak dua butir. Telur

tersebut dierami oleh merpati jantan dan betina secara bergantian. Anak burung

merpati dapat terbang dalam jarak yang dekat pada usia 60 hari. Untuk menjadi

merpati unggulan, merpati terlebih dahulu harus dilatih oleh pelatih khusus.
Pelatihan baru dapat dilakukan untuk merpati yang berusia tujuh bulan (Rasyaf,

1982).

Morfologi

Secara morfologi tubuh burung merpati lokal terbagi atas 4 bagian yang

terdiri dari Caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), dan caudal (ekor)

bagian caput terdapat rostrum (paruh) (Maskoeri, 1992). Morfologi burung

merpati lokal terdapat pada gambar 1.

Gambar 1. Burung merpati lokal (Columba livia domestica).

Tipe paruh pemecah biji-bijian, nostril, organon visus dengan membran

niktitans. Bagian cervix terdapat bulu tetrices. Bagian truncus terdapat alat

ekstremitas atas berupa sayap (ala). Bagian sayap tertutupi oleh remiges. Terdapat

2 jenis remiges pada sayap yaitu remiges primae yang melekat secara digital pada

digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia, remiges secundariae melekat


secara cubital pada radio-ulna. Selain itu, terdapat Parapterum yang menutupi

daerah bahu dan ala spuria yang menempel pada paluk (ibu jari). Alat ekstremitas

bawah berupa sepasang kaki yang memiliki falcula (kuku), falcula merupakan

derivat dari epidermis. Kaki Columba livia termasuk kaki tipe petengger. Pada

bagian caudal terdapat retrices (bulu ekor) yang memiliki vexillum yang simetris.

Adaptasi vexillum simetris ini berguna dalam keseimbangan saat terbang karena

ekor digunakan sebagai kemudi/ pengarah (navigator) pada saat seekor burung

terbang (Maskoeri, 1992).

Anatomi

Secara anatomi Columba livia terdiri dari espohagus, trachea, pulmo, cor,

crop, proventriculus, hepar, gizzard (rempela), pankreas, intestinum tenue,

intestinum crasum, ren, ureter, dan kloaka (King, 1982).

1. Sistem Pencernaan, terdiri dari cavum oris (dengan rostrum), esophagus

yang panjang, crop yang berfungsi sebagai tempan penimbunan makanan,

proventrikulus menghasilkan asam lambung, gizzard untuk menggiling

makanan, intestinum tenue, intestinum crassum, dan berakhir pada kloaka.

Kelenjar pencernaan berupa hepar, tak memiliki vesica fellea (empedu)

(King, 1982).

2. Sistem sirkulasi, sama seperti hewan dari kelas aves lainnya yakni terdiri

dari jantung beruang empat (atrium dextrum dan ventrikel sinistrum,

ventrikel dextrum dan atrium sinistrum) (King, 1982).


3. Sistem respirasi, terdiri dari nostril, cavum nasalis, cavum oris, larynx,

trakea, saccus pulmonalis anterior, pulmo, saccus pulmonalis posterior

(King, 1982).

4. Sistem reproduksi pada jantan terdapat sepasang testis bulat berwarna

putih, terletak di anterior ren. Pada betina terdapat sepasang ovari, hanya

yang dextum mengalami atrophis, oviduc panjang bekelok-kelok (King,

1982).

Penyakit Endoparasit Pada Burung Merpati

Secara tradisional, burung merpati umumnya diberi pakan berupa jagung,

beras merah, sisa nasi, dan terkadang dibiarkan mencari pakan sendiri.

Pemeliharaan dan pemberian pakan yang kerap tidak memadai tersebut,

menyebabkan merpati yang dipelihara sering berkeliaran. Pemberian pakan yang

di bawah standar, kondisi kandang yang buruk, serta sanitasi yang kurang baik,

menyebabkan imunitas tubuh burung merpati menurun dan merpati mudah

terserang penyakit. Faktor-faktor lain yang menyebabkan merpati mudah

terinfeksi penyakit bakteri, virus, parasit, dan jamur adalah penyakit yang dibawa

oleh hewan lain, berkontak dengan inang antara, dan kontaminasi agen penyakit

pada pakan (Dove dkk., 2004).

Jenis endoparasit yang sering menyerang burung merpati dan telah

dilaporkan dari berbagai negara adalah jenis protozoa Haemoproteus columbae,

Plasmodium gallinaceum, dan Eimeria labbeana (Sugiharjo, 1985; Urquhart dkk.,

2004; Erawan dkk., 2008). Sedangkan jenis cacing yang sering menyerang yaitu
Ascaridia columbae, Paratanaisia bragai, dan Railletina sp (Mushi dkk., 2000

dan Sahara dkk., 2013). Sangat sedikit ditemukan laporan mengenai penyakit

yang disebabkan oleh parasit khususnya endoparasit pada burung merpati yang

berada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai