Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI HEWAN

PERCOBAAN IV
KELAS AMPHIBIA

OLEH :

NAMA : NURKHALISAH. M
STAMBUK : F1DI I8 052
KELOMPOK : II ( DUA )
ASISTEN PEMBIMBING : ST. MANTASIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amfibi merupakan hewan bertulang belakang (vertebrta) berdarah dingin

(poikiloterm) yang tubuhnya (truncus) di tutupi oleh kulit (intigumen) dan

berlendir yang mengandung pembuluh darah (kapiler) serta tidak bersisik

(squama). Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti dua dan bios yang berarti

hidup, amfibi dapat hidup di air dan di darat. Amfibi terbagi menjadi tiga ordo

yaitu, ordo urodela (contohnya Salamander), ordo anura ( contohnya ( Rana sp)

dan Ordo apoda (contohnya Ichthyosis glutinous).

Katak (Rana sp) merupakan salah satu hewan dalam kelas amfibi yang

memiliki ukuran tubuh (truncus) sedang dengan bintik- bintik dan tidak memiliki

ekor (caudal). Katak (Rana sp) juga memiliki lipatan kulit (intigumen) yang

berkelenjar, mulai dari belakang mata (organon visus) hingga di atas pangkal paha

(lipatan dorsal). Secara umum tubuhnya (truncus) terdiri atas kepala (caput),

badan (truncus) dan leher (serviks). Katak (Rana sp) mengalami metamorfosis

dari berudu yang bernapas dengan insang (branchia) dan ketika dewasa bernapas

dengan paru-paru (pulmo).

Mekanisme pernapasan pada katak (Ranasp) melalui dua fase, yaitu

inspirasi dan ekspirasi. Sistem pencernaan pada katak (Rana sp) terdiri dari mulut

(cavum oris), kerongkongan (esophagus) dari kerongkongan masuk ke lambung

(ventikulus), usus (intestinum) dan sisa makanan di buang melalui kloaka yang di

serap oleh tubuh. Sistem pernapasan ada katak (Rana sp) tersusun atas celah

glottis laring,percabangan paru-paru (bronchus), gelembung paru-paru (alveoli)


dan paru-paru (pulmo). Berdasarka uraian tersebut maka di lakukan praktikum

Kelas Amphibia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum adalah bagaimana mengamati

berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak (Rana

sp) (Rana sp) secara inspectio dan section?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengamati

berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak (Rana

sp) katak (Rana sp) (Rana sp) secara inspectio dan sectio.
D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah agar dapat mengetahui

bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak (Rana sp)

(Rana sp) secara inspectio dan sectio.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Amfibi
Amfibi adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki

dua fase kehidupan pada dua lingkungan yang berbeda. Ketika menetas hidup di

air dan bernafas dengan insang (branchia), kemudian saat dewasa hidup di darat

dan bernafas dengan paru-paru (pulmo). Amfibi merupakan komponen utama

dalam ekosistem dan sering digunakan sebagai indikator status suatu kerusakan

lingkungan dan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan

lingkungan, sebagai objek pertanian dan peternakan, dan dalam bidang

pengobatan dijadikan suplemen ( Ningsih, dkk, 2015).

B. Morfologi
Amfibi mudah untuk dikenali dengan bentuk tubuhnya (truncus) yang

seperti sedang berjongkok, matanya (organon visus) berukuran besar dengan pupil

mata horizontal dan vertikal, memiliki permukaan kulit (integumen) yang lembab,

licin dan kasar serta memiliki kelenjar-kelenjar (glandula). Amfibi juga memiliki

dua pasang tungkai yang digunakan sebagai alat gerak (exteremitas). Kaki

belakang lebih panjang dari kaki depan, Kaki belakang digunakan untuk

melompat. Ukuran tubuh (truncus) bervariasi,beberapa ada yang memiliki lipatan

dorsalateral, lipatan supratimantik yang berawal dari belakang mata (organon

visus) yang memanjang di atas pangkal paha, serta lipatan supratimantik yang

berawal dari belakang mata (organon visus) yang memanjang diatas gendang

telinga dan berakhir didekat pangal lengan (Mardinata, 2017).

Kulit (intigumen) merupakan suatu organ yang melapisi permukaan tubuh

(truncus) dan berfungsi untuk melindungi lapisan di bawahnya dari pengaruh luar

misalnya dari pathogen. Selain itu didalam kulit (intigumen) juga terdapat reseptor
yang dapat mengenali perubahan. Amfibi memiliki kulit (intigumen) yang tipis,

banyak pembuluh darah dan selalu basah. Kondisi kulit (intigumen) tersebut pada

amfibi berperan sebagai alat respirasi. Bahkan beberapa jenis amfibi paru-parunya

(pulmo) mereduksi sehingga sistem respirasi hanya menggunakan kulit

(intigumen) saja. (Pramana dan Qurniawan, 2013).

C. Habitat Amfibi

Amfibi didalam suatu habitat dapat menentukan tipe habitat tersebut dan

dapat membantu penelitan untuk mengetahui aktivitas manusia merusak habitat.

Habitat amfibi biasanya ditemukan pada daerah persawahan dan umumnya di

daerah yang tergenang air seperti rawa, danau dan telaga tetapi ada beberapa jenis

yang dapat ditemukan di daerah hutan primer dan hutan sekunder dan hutan yang

telah terdegradasi. Masing-masing tipe perairan memiliki karakteristik yang

berbeda baik mikro maupun makro habitat.Perbedaan ini menjadi faktor yang

mempengaruhi keberadaan jenis-jenis amfibi. Beberapa jenis ada yang hanya

ditemukan di daerah perairan dengan kecepatan arus tinggi, namun ada pula yang

hanya ditemukan pada daerah dengan kecepatan arus rendah, bahkan perairan

tenang. Keberadaan jenis Amphibia pada suatu habitat dapat tergambar dari

struktur komunitas Amphibia dan penyebarannya pada habitat tersebut. Struktur

komunitas dan pola penyebarannya sangat bergantung pada sifat fisika kimia

lingkungan serta keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keberadaan suatu

spesies juga berpengaruh terhadap keberadaan spesies lain (Tjong, dkk, 2012).

D. Katak (Rana Sp)


Katak (Rana sp) merupakan satu dari lima jenis katak (Rana sp) yang

dikonsumsi di Indonesia. Katak (Rana sp) ini juga banyak dijumpai di Sumatera

Barat. Kelebihan katak ini diantaranya daging katak mengandung protein hewani

yang cukup tingg, limbah katak (Rana sp) yang tidak dipakai sebagai bahan

makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan

ayam. Karena banyaknya kelebihan katak (Rana sp) tersebut, sekarang ini

populasi katak (Rana sp) di alam sudah menurun. Untuk mengatasi hal tersebut

sudahdilakukan budidaya katak (Rana sp), namun ada beberapa kendala yang

ditemukan diantaranya pertumbuhannya lambat, ukurannya kecil, waktu panen

lama, sangat tergantung kepada alam dan bergerak sehingga sulit dibudidayakan

(Safitri dan Kasmeri,2014).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 Oktober

20179 pukul 07.00 - 9.00 WITA Bertempat di Laboratorium Unit Ekologi,


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu oleo, Kendari.


B. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan

No. Alat Kegunaan


1 2 3
1. Papan bedah Sebagai tempat untuk membedah
2. Jarum pentul Sebagai alat untuk membantu pembedahan
Sebagai tempat organ-organ kecil pada saat
3. Kaca objek
pengamatan
4. Alat bedah Sebagai alat untuk membedah
5. Kamera Untuk mengambil gambar hasil pengamatan
6. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan
No. Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Katak (Rana sp) Sebagai objek pengamatan
2. Kapas Untuk membersihkan alat bedah
Untuk membersihkan darah saat
3. Tissue
pembedahan
4. Nacl 0,9 % Untuk mensterilkan alat bedah
5. Klorofom Sebagai obat pembius

D. Prosedur kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati katak (Rana sp) (Rana sp) diatas papan bedah dan menjepitnya

dengan jarum pentul.


2. Mengamati secara insepectio dan menggambar serta memberi keterangan

pada masing-masing bagian.


3. Mengamati secara insectio membuka kulit katak (Rana sp) (Rana sp) secara

hati-hati. Menunjukan saccus Lymphaticus subcutaneous, menggambar dan

memberi keterangan pada masing-masing bagian.


4. Mengamati sistem muscular Facies dorsalis dan facies ventrali. Menggambar

dan memberi keterangan pada masing-masing bagian.


5. Membuka kulit sampai menembus otot katak (Rana sp) (Rana sp) tanpa

melukai organ dalam, lalu menunjukan topografinya. Menggambar dan

memberi keterangan pada masing-masing bagian


6. Mengamati sistem digestorium, menunjukkan bagian dari cavum oris, tractus

digestivus dan glandula digestoria.


7. Mengamati sistem cardiovaskuler, menggambar dan memberi keterangan

pada masing-masing bagian.


8. Mengamati sistem respiratorium dan mekanisme pernapasan dengan pulmo

secara aspirasi, inspirasi dan ekspirasi. Menggambar dan member keterangan

masing-masing bagian.

DAFTAR PUSTAKA

Mardinata, R., 2017, Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) Di Tipe Habitat


Berbeda Resort Balik Bukit Tanaman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Skripsi, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Ningsih, O,C., Ekarina, D,F., Muhtianda, I, A., Epilurahman R., Yudha D., 2015,
Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan
Suakamargasatwa Sermo Daerah Istimewa Jogyakarta, Jurnal Mipa
38(1): 8-13

Pramana, A.D dan Qurniawan,T.F.,2013,Mikroanatomi Kelenjar Duttaphrynus


Melanosticus (Schneider, 1997) Dan Kalaoula baleata (Muller,1836)
(Amphibia, Anura), Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 21(2):1-8

Safitri, E dan Kasmeri, R., 2014, Induksi Kejutan Suhu 36 C Terhadap


Perkembangan Embrio Dan Keberhasilan Poilipodasi Katak, Jurnal
pelangi, 6(2) : 145-151
Tjong, H.D., Rizaldi dan Putra, K., 2012, Komunitas Anura(Amphibia) Pada Tiga
Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi, jurnal biologi
universitas andalas, 1(2) :156-165

Anda mungkin juga menyukai