PERCOBAAN IV
KELAS AMPHIBIA
OLEH :
NAMA : NURKHALISAH. M
STAMBUK : F1DI I8 052
KELOMPOK : II ( DUA )
ASISTEN PEMBIMBING : ST. MANTASIA
A. Latar Belakang
(squama). Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti dua dan bios yang berarti
hidup, amfibi dapat hidup di air dan di darat. Amfibi terbagi menjadi tiga ordo
yaitu, ordo urodela (contohnya Salamander), ordo anura ( contohnya ( Rana sp)
Katak (Rana sp) merupakan salah satu hewan dalam kelas amfibi yang
memiliki ukuran tubuh (truncus) sedang dengan bintik- bintik dan tidak memiliki
ekor (caudal). Katak (Rana sp) juga memiliki lipatan kulit (intigumen) yang
berkelenjar, mulai dari belakang mata (organon visus) hingga di atas pangkal paha
(lipatan dorsal). Secara umum tubuhnya (truncus) terdiri atas kepala (caput),
badan (truncus) dan leher (serviks). Katak (Rana sp) mengalami metamorfosis
dari berudu yang bernapas dengan insang (branchia) dan ketika dewasa bernapas
inspirasi dan ekspirasi. Sistem pencernaan pada katak (Rana sp) terdiri dari mulut
(ventikulus), usus (intestinum) dan sisa makanan di buang melalui kloaka yang di
serap oleh tubuh. Sistem pernapasan ada katak (Rana sp) tersusun atas celah
Kelas Amphibia.
B. Rumusan Masalah
berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak (Rana
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengamati
berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak (Rana
sp) katak (Rana sp) (Rana sp) secara inspectio dan sectio.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah agar dapat mengetahui
bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi katak (Rana sp)
A. Amfibi
Amfibi adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki
dua fase kehidupan pada dua lingkungan yang berbeda. Ketika menetas hidup di
air dan bernafas dengan insang (branchia), kemudian saat dewasa hidup di darat
dalam ekosistem dan sering digunakan sebagai indikator status suatu kerusakan
B. Morfologi
Amfibi mudah untuk dikenali dengan bentuk tubuhnya (truncus) yang
seperti sedang berjongkok, matanya (organon visus) berukuran besar dengan pupil
mata horizontal dan vertikal, memiliki permukaan kulit (integumen) yang lembab,
licin dan kasar serta memiliki kelenjar-kelenjar (glandula). Amfibi juga memiliki
dua pasang tungkai yang digunakan sebagai alat gerak (exteremitas). Kaki
belakang lebih panjang dari kaki depan, Kaki belakang digunakan untuk
visus) yang memanjang di atas pangkal paha, serta lipatan supratimantik yang
berawal dari belakang mata (organon visus) yang memanjang diatas gendang
(truncus) dan berfungsi untuk melindungi lapisan di bawahnya dari pengaruh luar
misalnya dari pathogen. Selain itu didalam kulit (intigumen) juga terdapat reseptor
yang dapat mengenali perubahan. Amfibi memiliki kulit (intigumen) yang tipis,
banyak pembuluh darah dan selalu basah. Kondisi kulit (intigumen) tersebut pada
amfibi berperan sebagai alat respirasi. Bahkan beberapa jenis amfibi paru-parunya
C. Habitat Amfibi
Amfibi didalam suatu habitat dapat menentukan tipe habitat tersebut dan
daerah yang tergenang air seperti rawa, danau dan telaga tetapi ada beberapa jenis
yang dapat ditemukan di daerah hutan primer dan hutan sekunder dan hutan yang
berbeda baik mikro maupun makro habitat.Perbedaan ini menjadi faktor yang
ditemukan di daerah perairan dengan kecepatan arus tinggi, namun ada pula yang
hanya ditemukan pada daerah dengan kecepatan arus rendah, bahkan perairan
tenang. Keberadaan jenis Amphibia pada suatu habitat dapat tergambar dari
komunitas dan pola penyebarannya sangat bergantung pada sifat fisika kimia
spesies juga berpengaruh terhadap keberadaan spesies lain (Tjong, dkk, 2012).
dikonsumsi di Indonesia. Katak (Rana sp) ini juga banyak dijumpai di Sumatera
Barat. Kelebihan katak ini diantaranya daging katak mengandung protein hewani
yang cukup tingg, limbah katak (Rana sp) yang tidak dipakai sebagai bahan
makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan
ayam. Karena banyaknya kelebihan katak (Rana sp) tersebut, sekarang ini
populasi katak (Rana sp) di alam sudah menurun. Untuk mengatasi hal tersebut
sudahdilakukan budidaya katak (Rana sp), namun ada beberapa kendala yang
lama, sangat tergantung kepada alam dan bergerak sehingga sulit dibudidayakan
C. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan
No. Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Katak (Rana sp) Sebagai objek pengamatan
2. Kapas Untuk membersihkan alat bedah
Untuk membersihkan darah saat
3. Tissue
pembedahan
4. Nacl 0,9 % Untuk mensterilkan alat bedah
5. Klorofom Sebagai obat pembius
D. Prosedur kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati katak (Rana sp) (Rana sp) diatas papan bedah dan menjepitnya
masing-masing bagian.
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, O,C., Ekarina, D,F., Muhtianda, I, A., Epilurahman R., Yudha D., 2015,
Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan
Suakamargasatwa Sermo Daerah Istimewa Jogyakarta, Jurnal Mipa
38(1): 8-13