Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)

Oleh :
Nama : Restu Amalia
NIM : B1A017029
Rombongan :I
Kelompok :5
Asisten : Nur Oktavianie

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nama amphibi berasal dari bahasa Yunani dengan kata amphi yang berarti
rangkap dan bios berarti hidup. Amphibi merupakan suatu kelompok chordata yang
pertama kali keluar dalam kehidupan dalam air. Beberapa pola menunjukan pola
baru yang disesuaikan dengan kehidupan di darat, misalnya : kaki, paru-paru dan
nostril. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air
tawar maupun di darat. Amphibi sebagian besar mengalami metamorfosis dari
berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas
dengan paru-paru), namun beberapa jenis amfibia tetap mempunyai insang dalam
hidupnya. Salah satu yang tergolong kedalamnya adalah katak sawah (Fejervarya
cancrivora) (Brotowidjoyo, 1993).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya
memiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar dan tidak memiliki sisik luar.
Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan dan berenang, berjari 4 pada kaki bagian
depan dan berjari 5 pada kaki bagian belakang. Tidak memiliki sirip dan
pernapasannya menggunakan insang ketika masih berbentuk berudu dan
menggunakan kulit dan paru-paru ketika telah dewasa. Cor terbagi atas tiga
ruangan, yakni dua ruangan auricula dan satu ventriculum. Terdapat dua buah
nares, mata berkelopak yang dapat digerakkan, mulut bergigi dan berlidah (Storer
& Usinger, 1975).
Perbedaan katak dengan kodok yaitu dapat dilihat dari fisiknya, kulit pada
katak biasanya memiliki kulit berwarna hijau, bercak hitam dan terkadang pada
bagian punggungnya bergaris cokelat muda. Habitat ditemukan di sawah dan
saluran irigasi sekitar sawah, sedangkan kodok memiliki kulit kasar, berbintil-bintil,
dan kering. Bentuk kaki belakang katak umumnya kuat, panjang, dan berselaput
yang diadaptasikan untuk melompat, memanjat, dan berenang. Sedangkan kaki
belakang kodok pendek karena lebih disesuaikan untuk berjalan sehingga kurang
pandai melompat. Katak memiliki bentuk tubuh yang ramping, sedangkan kodok
memiliki tubuh yang gemuk dan pendek. Kemampuan melompat katak dapat
melompat hingga jauh bahkan jenis-jenis katak pohon mampu melompat dari satu
pohon ke pohon lainnya, sedangkan kodok umumnya kurang pandai dalam
masalahmelompat. Kodok juga memiliki suatu kelenjar yang dapat menghasilkan
racun, yaitu kelenjar paratoid, sedangkan katak tidak menghasilkan racun (Arie,
1999).
Praktikum kali ini menggunakan katak sawah (Fejervarya cancrivora),
digunakan sebagai preparat karena katak sawah (Fejervarya cancrivora) ini lebih
mudah diperoleh dan terdapat banyak di alam. Tubuhnya berukuran besar, memiliki
organ yang kompleks untuk mewakili kelas amphibi. Katak sawah ini juga dapat
menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tinggi
termasuk manusia. Susunan tubuh mudah dipelajari dan memiliki cara hidup
sederhana (Pujaningsih, 2007).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan
anatomi katak sawah (Fejervarya cancrivora).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah katak sawah
(Fejervarya cancrivora).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting, pinset, dan
baki preparat.

B. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Katak dimatikan dengan cara dibius dengan kloroform.
2. Rongga mulut diamati dengan dibuka lebar-lebar.
3. Katak diletakkan dengan bagian dorsal pada bak preparat.
4. Kulit katak digunting dari medio posterior ke arah anterior, kemudian kulit
dilepas dengan hati-hati.
5. Lapisan otot sebelah kiri dan kanan linea alba digunting dengan hati-hati untuk
menjaga kemungkinan terpotongnya vena abdominalis yang berada dibawah
linea alba.
6. Pengguntingan dilakukan dari arah anterior sampai dekat pristernum.
7. Arah pemotongan dilanjutkan kekiri dan kekanan sampai pangkal lengan atas.
8. Organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan diamati tanpa merubah letaknya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1. Morfologi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)

Keterangan Gambar :

1. Cavum oris 12. Antebrachium


2. Nares eksterna 13. Mannus
3. Organon visus 14. Digiti
4. Palpebra inferior 15. Femur
5. Palpebra superior 16. Crus
6. Membrana nictitans 17. Pes
7. Membrana tymphanicus 18. Web
8. Columella 19. Caput
9. Annulus tymphanicus 20. Truncus
10. Saccus vocalis 21. Ekstremitas posterior
11. Brachium 22. Ekstremitas anterior
B. Pembahasan
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) dimasukkan ke dalam ordo Anura.
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura ekor). Ordo
ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan,
tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan, hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat
(Iskandar, 1998).
Menurut Radiopoetro (1977), klasifikasi Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Species : Fejervarya cancrivora
Hasil pengamatan morfologi Katak sawah (Fejervarya cancrivora)
didapatkan bahwa tubuh katak sawah dibagi menjadi empat bagian yaitu kepala
(caput), badan (truncus), sepasang extrimitas anterior (kaki depan), dan sepasang
extrimitas posterior (kaki belakang). Katak mempunyai kulit yang selalu basah
karena adanya sekresi kelenjar kulit (kelenjar mucus) yang menghasilkan lendir.
Katak tidak mempunyai ekor karena dapat menghalangi gerak melompat. Kepala
katak lebar dan pipih, mempunyai lidah yang panjang, lubang hidung tertutup katup
pada saat katak menyelam di air. Matanya menonjol di sisi kepala, sisi belakang
mata terdapat selaput gendang telinga (Radiopoetro,1977).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki ciri-ciri khusus diantaranya
memiliki bentuk timpanum bulat utuh tanpa ada lapisan kulit yang menutupi.
Diameter timpanum sekitar separuh diameter mata. Selaput renang pada jari tangan
tidak ada, sedangkan pada jari kaki hanya menjangkau ¾ dari panjang jari tengah
(jari paling panjang). Bagian punggungnya terdapat banyak guratan yang menonjol
dan memanjang. Umumnya pada bagian punggungnya dihiasi dengan bercak-
bercak berwarna gelap. Warna punggung sangat bervariasi, dari warna hijau muda
sampai hijau tua atau coklat muda sampai coklat tua. Beberapa individu terdapat
garis terang panjang pada bagian punggungnya yang merupakan variasi dari
individu tersebut. Membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat dari kantung
suara yang terdapat di bagian ventral kepala yang ditandai dengan warna hitam,
sedangkan pada betinanya hanya berwarna putih polos (Kurniati & Sulistyadi,
2016).
Katak memiliki caput (kepala) yang terdiri dari mulut, hidung, mata, dan
telinga. Mata katak berpasangan dan bentuknya menonjol keluar, yang terletak di
sebelah postero dorsal dari nares atau hidung. Mata tersebut terlindung oleh dua
buah palpebra atau kelopak mata, yaitu palpebra inferior (berupa kulit yang tidak
dapat digeser-geserkan). Mata juga dilindungi oleh selaput yang disebut membran
nictitans yang dapat digerakkan ke arah superior-inferior. Selaput ini melindungi
mata saat katak berada di dalam air. Mulut katak berfungsi dalam pernafasan dan
pengambilan makanan. Mulut terletak pada ujung anterior dari caput, lebar dan
dibatasi oleh os mandibula (tulang rahang bawah) yang tidak bergigi dan os
premaksilla dan maksilla (tulang rahang atas) dengan gigi kecil berbentuk kerucut
tajam. Hidung (nares) berhubungan dengan mulut melalui struktur yang disebut
choane. Membran tymphani atau selaput gendang pendengaran terletak poste-
lateral dari mata. Membran ini dikelilingi oleh annulus tymphanicus (cincin rawan)
yang ditengahnya membayang columella (tulang telinga) sebesar sebuah titik
(Radiopoetro, 1977).
Truncus pendek dan memipih pada bagian distal yaitu daerah yang
menempati vertebrae sacrales. Bagian-bagian yang terdapat pada truncus
diantaranya lubang cloaca, sepasang extremitas anterior, dan extremitas posterior.
Lubang cloaca yang terletak terminal. Extrimitas anteriornya pendek terdapat
empat buah jari disetiap bagiannya. Extremitas posterior lebih panjang dengan lima
buah jari yang disela-selanya terdapat selaput renang (web) yang membantu katak
berenang. Extremitas posterior terdiri dari femur, crus, dan pars (Pujaningsih,
2007).
Sistem pencernaan pada katak sawah (Fejervarya cancrivora) meliputi
bagian saluran pencernaan dan kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak
secara berturut-turut adalah rongga mulut (cavum oris), faring, kerongkongan,
lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan cloaca. Pada rongga mulut
terdapat lidah (lingua) pangkalnya melekat pada ujung anterior yang ujungnya
bercabang berfungsi untuk menangkap mangsa dan terdapat choane (lubang
hidung) bagian dalam. Kelenjar pencernaan katak meliputi hati, kantung empedu,
dan pankreas. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati
dengan dibantu dengan kelenjar air ludah makan didorong ke kerongkongan. Lidah
katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran
pencernaan mulai dari esofagus yang sagat pendek, terdiri dari konstruksi yang
kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian
ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus besar
yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju ke cloaca yaitu tempat lubang
pelepasan (Saktiono, 1989).
Reproduksi pada vertebrata umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada proses fertilisasi. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas
testis, vassa defferentia, vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan
cadangan makanan yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan
mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak di
sebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesorchium. Testis terdapat saluran yang disebut vassa defferentia yang bermuara
di cloaca. Bagian ureter yang dekat kloaka mengalami pembesaran yang disebut
vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa
(Zug,1993).
Organ reproduksi katak betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat
pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut
mesovarium. Katak betina ketika musim kawin pada ovarium terpadat, ovum yang
masak akan menuju ke saluran yang disebut oviduct. Bagian posterior oviduct
membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui kloaka keluar
dari tubuh. Katak sendiri terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh) dan
pada musim kawin terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina.
Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas punggung katak
betina, lalu keduanya menyemprotkan sel–sel gametnya ke luar tubuh (Zug,1993).
Otot pada extrimitas posterior, bagian femur di bangun oleh muscullus
trisep femoris, otot besar letaknya paling lateral. Muscullus sartorius, otot pipih
yang letaknya sebelah medial dari muscullus trisep femoris. Muscullus adductor
magnus, medial dari muscullus sartorius dari luar tampak sebagai kerucut.
Muscullus gracillis mayor, otot-otot yang agak besar pada femur bagian medial dan
muscullus gracillis minor, berbentuk pita tipis. Bagian crus di bangun oleh
muscullus gastromineus, besar bagian atasnya di lanjutkan dengan tendo achilis.
Muscullus tibialis anticus longus, otot-otot tedepan pada kaki bawah ujungnya
melekat pada femur bagian distal dengan perantaraan suatu tendo yang panjang.
Muscullus tibialis anticus brevis, terletak di bawah muscullus tibialis anticus
longus, pangkalnya melekat pada tibio-fibula bagian tengah dan muscullus tibialis
posticus, terletak antara muscullus gastronimeus dan muscullus tibialis anticus
longus yang ujungnya melekat sepanjang tibio-fibula (Moment, 1967).
Otot pada katak berdempet dengan tulang dan tertutup oleh lembaran
jaringan yang saling menyambung antara tendon. Otot dengan sedikit gerakan pada
poros atau pangkal otot, sedangkan otot dengan banyak gerakan dinamakan otot
sisipan, contoh otot pada kaki belakang dengan otot betis, disebut juga
gastronimeus yaitu 2 pangkal dangan satu dekat femus distal dan lainnya bergabung
dangan otot tendon lainnya (Brotowidjoyo, 1993).
Kelenjar hipofisis katak sawah memiliki beberapa kelenjar endokrin yang
menghasilkan beberapa hormon. Hormon ini berfungsi untuk mengatur dan
mengendalikan tugas tubuh, merangsang dan juga mengaktifkan sitem reproduksi.
Bagian anterior kelenjar pituitari mengeluarkan hormon pertumbuhan dan
reproduksi yang merangsang pematangan gonad dan pemijahan induk (Fadjar,
2015).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


Morfologi tubuh katak sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri atas empat bagian
yaitu: caput (kepala), badan (truncus), extremitas anterior dan extremitas
posterior. Anatomi dari katak sawah (Fejervarya cancrivora) yaitu sistem
pencernaan terdiri dari cavum oris, faring, oesophagus, gastrum, intestine, colon
dan berakhir di cloaca. Organ reproduksi atau genitalia pada katak sawah
(Fejervarya cancrivora) jantan terdiri atas: testis, vassa defferentia, vesica
seminalis dan corpus adiposum. Organ reproduksi atau genitalia pada katak sawah
(Fejervarya cancrivora) betina terdiri atas sepasang ovarium, oviduct, uterus dan
cloaca. Sistem otot daerah extrimitas posterior dari katak sawah (Fejervarya
cancrivora) terdiri atas : muscullus tricep femoris, muscullus gracillis minor,
muscullus gracillis mayor, muscullus sartorius, muscullus adductor magnus pada
bagian femur (paha), sedangkan pada bagian crus dibangun oleh muscullus
gastronimeus, muscullus tibialis anticus longus, muscullus tibialis anticus brevis,
muscullus tibialis posticus dan juga terdapat tedon dan tulang tibio fibula.
DAFTAR PUSTAKA

Arie, U., 1999. Pembibitan dan Perbesaran Bullfrog. Jakarta: Penebar Swadaya.
Brotowidjoyo, M. D., 1993. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Fadjar, M., Anne R., & Yenni R., 2015. The Introduction of Pituitary Gland Extract of
Crab-eater Frog (Fejervarya cancrivora) to Accelerate Ovulation of Eggs and
Spawning of Common Carp (Cyprinus Carpio). Journal of Life Science and
Biomedicine, 5(5), pp. 153-158.
Iskandar, T., 1998. Amphibia Jawa dan Bali. Bogor : Puslitbang Biologi.
Kurniati, H., & Sulistyadi, E., 2016. Kepadatan Populasi Kodok Fejervarya cancrivora
di Persawahan Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Jurnal Biologi
Indonesia,13(1), pp. 71-83.
Moment, G. B., 1967. General Zoology. Boston : Bentley Glass.
Pujaningsih, R. I., 2007. Kodok Lembu. Yogyakarta : Kanisius.
Radiopoetro, 1977. Zoologi. Jakarta : Erlangga.
Saktiono, 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Storer dan Usinger, 1975. General Zoologi. New Dehli : Mc Graw-Hill.
Zug, George R., 1993. Herpetolology: an Introduction Biology of Ampibians and
Reptiles. London : Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai