Anda di halaman 1dari 9

INOKULASI VIRUS PADA TELUR AYAM BEREMBRIO

Oleh:
Nama : Restu Amalia
NIM : B1A017029
Rombongan : III
Kelompok :6
Asisten : Okti Yuga Herarenika Tifani

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

New Castle Disease Virus atau disebut juga penyakit tetelo, Pseudofowl
pest, Pseudovogel pest, avian distemper, avian pneumoenchephalitis, pseudopoultry
plague dan ranikhet disease merupakan penyakit viral yang sangat menular pada
unggas, bersifat sistemik yang melibatkan saluran pernafasan dan menyerang
berbagai jenis unggas terutama ayam serta burung-burung liar dengan angka
mortalitas yang tinggi 80-100%. New Castle Disease adalah penyakit yang tersifat
kompleks sehingga isolat strain virus berbeda dapat menimbulkan variasi yang besar
dalam derivat keparahan dari penyakit, termasuk pada spesies unggas yang sama
(Alexander, 1991). Penyakit ND disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1
(APMV-1), genus Avulavirus famili Paramyxoviridae, merupakan virus RNA
dengan genom serat tunggal (single stranded/ss) dan berpolaritas negatif. Famili
Paramyxoviridae berbentuk pleomorfik, biasanya berbentuk bulat dengan diameter
100-500 nm, ada pula yang berbentuk filamen, dan beramplop. Sembilan serotype
dari avian Paramyxovirus yaitu APMV-1 sampai APMV-9 (Kencana et al., 2012).
Cara menginokulasikan virus ke embrio ayam terdapat 3 cara, yaitu in ovo
(menggunakan telur ayam berembrio), in vitro (menggunakan kultur jaringan), dan in
vivo (menggunakan hewan laboratorium yang peka) (Alexander, 1991).
Berdasarkan virulensinya, virus ND dikelompokkan menjadi tiga patotype
yaitu lentogenik adalah strain virus yang kurang virulen, mesogenik merupakan
strain virus dengan virulensi sedang, dan velogenik adalah strain virus ganas. Strain
velogenik dibedakan lagi menjadi bentuk neurotrofik dengan gejala gangguan saraf
dan kelainan sistem pernafasan, dan bentuk viserotrofik ditandai dengan kelainan
pada sistem pencernaan. Infeksi virus strain velogenik bersifat fatal, seringkali
diikuti dengan angka kematian yang tinggi kurang dari 60 jam. Gejala tersebut sangat
bervariasi, diawali dengan konjungtivitis, diare serta dikuti dengan gejala saraf
seperti tremor, tortikolis, atau kelumpuhan pada leher dan sayap (Ghiamirad et al.,
2010). Mesogenik ditandai dengan gejala pernapasan, gejala syaraf sesekali, tapi
tingkat kematian rendah yaitu 60-90 jam. Lentogenik yang menunjukkan adanya
infeksi pernafasan ringan atau subklinis, dan asimtomatik biasanya ditandai dengan
infeksi enterik yang bersifat subklinis (Aldous & Alexander, 2001).
Mekanisme infeksi virus dibagi menjadi 3 yaitu penetrasi langsung, fusi
membran, dan endositosis. Infeksi diawali oleh Protein HN berperan dalam tahap
penempelan virus ND pada reseptor sel inang yang mengandung sialic acid.
Molekul sialic acid adalah glycoprotein dan glycolipid. Penempelan virus dilakukan
dengan penyatuan virus dan membran sel yang diperantarai oleh protein F. Virus
RNA dilepaskan dalam sitoplasma dan terjadi replikasi. Envelope virus masuk ke
dalam sel melalui 2 jalan utama yaitu pertama, penyatuan secara langsung antara
envelope virus dengan membran plasma dan kedua, diperantarai oleh reseptor
endositosis. Penetrasi virus melalui reseptor endositosis tergantung pada kondisi
pH-nya. Proses penyatuan membran virus pada paramyxovirus dengan membran
plasma inang tidak tergantung pH. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
penyatuan virus ND dengan sel mampu meningkatkan pH. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa penetrasi virus ND pada sel inang melalui reseptor
endositosis juga dipengaruhi oleh kondisi pH (Hewajuli & Harmayanti, 2011).
Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang
sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum atau
minum, dan peralatan lainnya. Melalui vektor, berupa nyamuk, serangga, dan dapat
juga melalui angin/udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND ditemukan dalam
jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini terdapat
pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran, telur-telur yang diproduksi
selama gejala klinis dan dalam karkas selama infeksi akut sampai kematian.
Penularan penyakit ND dapat pula melalui bangkai penderita atau secara tidak
langsung melalui daging yang tercemar virus. Penularan virus ND dapat terjadi
secara oral akibat ingesti feses yang mengandung virus tersebut ataupun secara tidak
langsung melalui pakan atau minuman yang tercemar atau perinhalasi akibat
menghirup partikel feses yang mengering (Fenner, 1993).
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
macam-macam inokulasi virus, mengetahui bagaimana cara menginokulasikan virus
pada telur ayam berembrio, dan mengetahui ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi
virus New Castle Disease (ND).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pembakar spiritus,
spuit injeksi, filter 0,22 μm, cawan petri, tabung reaksi, senter, timbangan, mortar,
sentrifugator, jarum pentul, dan inkubator.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah organ unggas
terinfeksi NDV, telur berembrio umur 9-12 hari, alkohol 70%, korek api, lilin, dan
Phosfat Buffer saline (PBS).

B. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:


B.1 Pembuatan inokulum virus
Organ (otak, trakea, paru-paru) unggas terinfeksi ND dipotong kecil-kecil.
Organ dihaluskan menggunakan mortar dan ditimbang sebanyak 1 g. Sebanyak 9
ml PBS ditambahkan dan disentrifugasi 2500 rpm selama 15 menit. Ekstrak
disterilisasi menggunakan milipore 0,22 μm. Inokulum virus terbentuk.
B.2 Inokulasi virus
Telur ayam berembrio umur 9-12 hari disiapkan. Telur diteropong untuk
melihat bagian ruang chorioalantois dan letak embrio lalu diberi tanda. Telur
diolesi alkohol 70%. Telur dilubangi pada bagian yang sudah diberi tanda. Jarum
spuit yang berisi virus NDV dimasukkan dengan sudut 450 lalu diinjeksikan
virus NDV ke dalam telur. Lubang injeksi ditutup lilin. Diinkubasi selama 3 x 24
jam pada suhu 370 C. Setelah inkubasi embrio diamati dan dibandingkan dengan
telur yang tidak diinokulasikan virus.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Inokulasi Virus pada Telur Ayam Berembrio
Kel. Volume Lesi Hemoragi
(cc)
Kepala Badan Kaki
1 0,2 - - - -

2 0,4 Kepala ++ + +

3 0,2 Kepala + - -

4 0,4 Kepala + badan ++ - ++

5 0,2 - ++ - ++

6 0,4 Paruh + - +

7 0,2 Kepala + badan ++ ++ -

8 0,4 - - - -

Keterangan:
(-) : Tidak ada hemoragi
(+) : Ada hemoragi
(++) : Banyak hemoragi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami diperoleh bahwa


embrio yang disuntikan virus ND mengalami gejala-gejala yang disebabkan oleh
virus tersebut. Gejala yang timbul seperti lesi pada embrio yang ditandai dengan
perubahan warna biru pada embrio ayam, yaitu terdapat pada bagian paruh ayam.
Selain lesi terdapat gejala hemoragi yaitu pecahnya pembuluh darah pada embrio,
yaitu terdapat pada bagian kaki dan kepala. Menurut Beard & Hanson (1984),
ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus ND berupa kematian embrio, lesi pada
embrio, kekerdilan, hemoragi cutaneus, pembesaran hati, perubahan warna kehijuan
pada kaki, perkembangan otot dan buku yang abnormal, serta pembentukan lesi pada
CAM (Chorioalantois Membran). Perubahan mikroskopis dapat berupa hiperemi,
edema, trombosis, nekrosis pembuluh darah, hiperplasia sel-sel reticulohistiositik,
hemoragi, dan nekrosis pada hati. Zuckerman et al. (2000), menambahkan bahwa
keberhasilan dalam mengisolasi dan mengembangkan virus tergantung pada
beberapa kondisi yaitu rute inokulasi, umur embrio, temperatur inkubasi, waktu
inkubasi setelah inokulasi, volume dan pengenceran dari inokulum yang digunakan,
status imun dari kelompok dimana telur ayam berada.

Gambar 3.1 Hasil Inokulasi Gambar 3.2 Hasil Inokulasi


NDV 0,4 cc NDV Kontrol

Gambar di atas adalah hasil dari embrio ayam yang diinjeksi virus ND, yaitu
inokulasi NDV 0,4 cc dan kontrol. Sesuai dengan pernyataan Shane (1998) bahwa
bukti dari infkesi virus pada embrio ayam ditunjukkan dengan kematian embrio,
pembentukan lesi pada CAM (Chorioalantois Membran), lesi pada embrio,
perkembangan otot dan buku yang abnormal, abnormalitas pada organ visceral dan
perubahan warna kehijauan pada kaki. New Castle Disease virus (NDV) apabila
berada berada pada chorioalantois maka akan mengalami tiga tahap perkembangan
virus. Tahap pertama ditandai dengan dimulainya hipertrofi, hiperplasia sel dan
kehadiran dari sedikit badan inklusi sitoplasma yang biasanya ditemukan dalam sel.
Hasil dari infeksi NDV tergantung pada virulensi strain NDV dan kemampuan ayam
untuk melawan virus. Strain NDV dapat digolongkan dari yang paling sedikit sampai
yang paling virulen menjadi lentogenik, mesogenik, dan strain velogenik. Keparahan
infeksi dengan strain NDV yang sama juga bervariasi antara spesies unggas dan
keturunan ayam karena variasi genetik (Zhang et al., 2018). Virus ND dapat
ditemukan dalam telur ayam yang terinfeksi virus tersebut tapi penularan secara
transovarial mungkin tidak terjadi oleh karena embrio sudah mati sebelum telur
menetas. Virus ini juga dapat menembus kerabang telur untuk menginfeksi embrio
(Fenner, 1993).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Beberapa macam inokulasi virus antara lain bisa dengan cara in vivo, in ovo,
dan in vitro. In vivo dilakukan langsung dengan menginokulasikan virus ke
hewan uji, in ovo dilakukan dengan menginokulasikan virus lewat telur, dan in
vitro dilakukan dengan cara menginokulasikan virus lewat media kultur.
2. Cara menginokulasikan virus pada telur dengan cara telur yang sudah diolesi
alkohol dilubangi menggunakan jarum. Lalu injeksikan virus melalui spuit ke
dalam telur dengan kemiringan 450 . Setelah itu tutup lubang telur dengan lilin.
3. Ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus ND, yaitu kematian embrio,
pembentukan lesi pada CAM (Chorioalantois Membran), lesi pada embrio,
hemoragik, perkembangan otot dan buku yang abnormal.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya untuk setiap acara praktikan
selalu menggunakan masker dan dilakukan secara hati-hati agar tidak membuat
kontaminasi, sehingga tujuan yang ingin dicapai terlaksana.
DAFTAR REFERENSI

Aldous, E. W. & Alexander, D. J., 2001. Detection and differentiation of Newcastle


Disease virus (avian paramyxovirus type1). Avian Pathol. 30, pp.117-128.
Alexander, D. J. 1991. ND and Other Paramyxovirus Injection in Disease of
Poultry, 9th ed. USA: Iowa State University Press.
Beard, C. W., & Hanson, 1984. Newcastle Disease in Disease of Poultry. USA:
Lowa State University Press, Armes lowa.
Fenner, F., 1993. Virology Veteriner Edisi kedua. New York: Academic Press Inc.
Ghiamirad, M., A. Pourbakhsh, H. Keyvanfar, Momayaz, S. Charkhkar, & A.
Ashtari. 2010. Isolation and characterization of Newcastle disease virus from
ostriches in Iran. African J. of Microbiology Research 4(23), pp. 2492-2497.
Hewajuli, D. A., & Harmayanti P. I. D., 2011. Patogenitas Virus Newcastle Disease
pada Ayam. Wartazoa. 21 (2), pp.57-67.
Kencana, G. A. Y., Kardena, I. M., & Mahardika I. G. N., 2012. Peneguhan
Diagnosis Penyakit Newcastle disease Lapang pada Ayam Buras di Bali
Menggunakan Teknik RT-PCR. Jurnal Kedokteran Hewan. 6(1), pp. 28-31.
Shane, M., 1998. Buku pedoman penyakit unggas. Singapore: American Soybean
Assosiation.
Zhang, S., Michael G. K., Melissa, S. D., Rodrigo, A. G., David, A. B., Terra, R. K.,
Jack, C. M. D., Huaijun, Z., & Susan, J. L., 2018. Transcriptome Analysis in
Spleen Reveals Differential Regulation of Response to Newcastle Disease
Virus in Two Chicken Lines. Scientific Report, 8.pp. 1-13.
Zuckerman, A. J., Banatvala, J. E., & Pattison, J. R., 2000. Principles and Practice of
Clinical Virology. New York.: John Wiley & Sons.
LAMPIRAN

Kelompok: 4
Rombongan: III

SOAL

Jelaskan pembagian strain virus ND berdasarkan tingkat virulensi dan waktu


kematiannya!

JAWABAN

1. Velogenik = menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 60 jam.


Ciri-cirinyan adalah menyebabkan batuk-batuk, bersin-bersin, sengklek kepala,
dan kelumpuhan pada sayap. Velogenik dibagi 3 yaitu menyerang bagian saraf
(neurotropik), sistem pencernaan (visceraltropik), dan sistem pernapasan
(pneumotropik).
2. Mesogenik = menyebabkan kematian dalam waktu 60-90 jam. Ciri-cirinya adalah
batuk, bersin, berkurangnya frekuensi bertelur.
3. Lentogenik = menyebabkan kematian dalam waktu lebih dari 90 jam (subklinis).
Ciri-cirinya adalah batuk biasa, hidung meler.

Anda mungkin juga menyukai