Anda di halaman 1dari 11

ANATOMI MERPATI (Columba domestica)

Oleh :
Nama : Restu Amalia
NIM : B1A017029
Rombongan :I
Kelompok :5
Asisten : Nur Oktavianie

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aves merupakan vertebrata yang hidup di darat, memiliki bulu hampir di
seluruh tubuhnya. Bagian bulunya, terutama di sayap tumbuh semakin lebar, ringan,
kuat, dan tersusun rapat. Susunan bulu aves yang rapat ini bertujuan untuk menolak
air, sehingga bulu pada aves biasanya tidak mudah basah dan mempertahankan
kehangatan tubuhnya. Burung dapat beradaptasi yaitu memiliki kemampuan untuk
terbang dengan kecepatan tinggi kecuali pada beberapa jenis yang primitif. Hal ini
berhubungan dengan adanya modifikasi kaki depan burung yang berubah menjadi
sayap, sehingga hanya terdapat dua kaki belakang (Hadjijah, 1985).
Columba domestica merupakan salah satu dari class aves. Burung ini
termasuk hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau bertelur.
Columba domestica mampu mengenal habitatnya. Burung merpati mempunyai ciri-
ciri badannnya terdiri atas caput, collum (cervix), truncus, dan cauda. Caput relatif
kecil, pada caput terdapat rostrum, nares externa, cera, organon visus dan porus
acusticus-externus. Ossa metacarpalia bersatu, jari kaki kedua yang terpanjang,
sternum dengan carina tidak bergigi, kebanyakan sayap berkembang baik, memiliki
5 atau 6 caudalis, coracoid tidak tumbuh melekat kepada scapula, ada pygostyle, ada
retrices, dan barbulae, memiliki kait berbentuk vexillum, paruh pendek ramping dan
langsing dengan cora pada pangkal paruhnya. Tarsus lebih pendek dari jari ingluvius
besar dan berlapis-lapis sel yang mudah mengelupas dan membentuk pigeon milk
(susu merpati) (Radiopoetro, 1977).
Burung merpati (Columba domestica) dipilih sebagai preparat pada praktikum
ini dikarenakan burung merpati mudah didapat dan termasuk burung peliharaan yang
dijual bebas dipasaran dengan harga yang terjangkau. Anatomi mudah diamati
dengan organ bagian dalam jelas dan mudah dibedakan. Selain itu, memiliki organ-
organ yang lengkap untuk mewakili kelas aves (Brotowidjoyo, 1993).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan
anatomi merpati (Columba domestica).

II. MATERI DAN CARA KERJA


A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah merpati (Columba
domestica), kloroform, dan air.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting bedah, pinset,
dan baki preparat.

B. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Merpati dibius dengan larutan kloroform dan dibiarkan sampai mati lemas.
2. Sebelum dilakukan pembedahan, bulu-bulu yang terdapat pada daerah dada,
perut dan leher dibasahi dengan air, kemudian dicabuti sebersih mungkin.
3. Pembedahan dimulai dengan melepas kulit yang membungkus di daerah dada,
tembolok dan leher. Di daerah tersebut terdapat otot yaitu carina sterni dan basi
sterni. Pembedahan dimulai pada bagian sepanjang carina sterni dengan
menggunakan scarpel.
4. Pembedahan selanjutnya dilakukan pada daerah perut, pengguntingan dimulai
dari depan cloaca menuju ke depan ke kiri kanan basi sternum, dengan
memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang furcula.
5. Untuk mengamati sistem pencernaan yang lebih sempurna, dilakukan dengan
melepaskan organ-organ dari rongga perut yaitu dengan menggunting ujung dari
lambung bagian anterior dan pangkal dari rectum.
6. Bagian-bagian dalam tubuh merpati diamati dan digambar serta diberi
keterangan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1. Anatomi Kepala Merpati (Columba domestica)

Keterangan Gambar :

1. Nares eksterna
2. Cerome
3. Paruh superior
4. Paruh inferior
5. Palpebra inferior
6. Organon visus
7. Membrana nictitans
8. Palpebra superior
9. Lubang telinga
10. Collar
B. Pembahasan
Merpati (Columba domestica), menurut Jasin (1989) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Columbiformer
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba domestica
Menurut Jasin (1989) menyatakan bahwa bulu adalah ciri khas kelas aves
yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh
bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa
dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papila dermal yang
selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada
tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit.
Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk
bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada
perkembangan selanjutnya.
Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini terdiri atas protein kasar 14%,
karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak 3,0%, selain itu, merpati juga
membutuhkan mineral dan vitamin. Pakan merpati terdiri atas unsur-unsur ransum
campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan air minum atau dalam bentuk pellet.
Pemberian pakan pada merpati cukup mudah karena merpati menyukai jagung,
kedelai, kacang tanah dan gandum (Soeseno, 1996).
Aves memiliki habitat yang beragam. Mereka dapat ditemukan di hutan-
hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-
puncak pegunungan. Burung ini juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput,
pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-
masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya. Tak
jarang burung ini juga menjadi hewan peliharaan (Sukiyah, 2001).
Morfologi tubuh burung dibedakan atas caput (kepala), collar (leher), yang
biasa panjang truncus (badan), dan ekor (cauda). Sepasang extremitas anterior
merupakan alae (sayap) yang terlipat seperti huruf Z pada tubuh burung waktu
tidak terbang. Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedangkan
bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Truncus digestivus terdiri dari cavum oris
dilanjutkan ke pharing yang pendek, kemudian oesophagus yang panjang dan
terjadi perluasan yang disebut crop yaitu sebagai tempat penimbunan bahan
makanan sementara, dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi
atas bagian yang halus dan bagian akhir adalah rectum ke kloaka dan terakhir ke
anus (Jasin, 1989).
Perbedaan morfologi jantan dan betina yaitu berdasarkan ciri-cirinya adapun
ciri-ciri merpati jantan yaitu sifat lebih dominan dan menguasai kandang, badan
lebih besar, memiliki kepala yang lebih besar, leher lebih berisi, punya kebiasaan
membuat suara dengan kepakan sayapnya diudara, berbekur. Sedangkan ciri-ciri
merpati betina yaitu kepala tidak bulat, tetapi panjang seperti kepala tikus dengan
mata yang menjorok kedalam (dengkok), jika dalam posisi berdiri punggungnya
kelihatan, paruh tipis serta panjang dan ujungnya melengkung ke bawah dengan
warna paruh sama dengan warna kuku, bisa kawin di atas dan di bawah, betina
seperti ini sangat diburu para pemain merpati balap, karena geberannya sangat
hidup sehingga dapat menambah kecepatan laju terbang pasangannya, kepala
kelihatan lebih kecil dari pada sang jantan (Pranoto et al., 2015).
Collar (leher) pada burung merpati dapat dijadikan sebagai pembeda antara
yang berjenis kelamis jantan dan betina. Merpati jantan biasanya memiliki collar
yang lebih panjang dan kecil. Ukuran tubuh pada merpati jantan lebih kecil
dibanding merpati betina. Collar pada jenis betina lebih terlihat gemuk dan pendek
(Kadri et al., 2016).
Sistem pencernaan dimulai dari saluran pencernaan yang terdiri dari paruh
dan merupakan modifikasi dari gigi, rongga mulut, pharynx yang berupa saluran
pendek, oesophagus yang dibagian tengahnya pada pangkal leher melebar menjadi
tembolok yang merupakan tempat penyimpanan sementara lalu menuju lambung.
Lambung terbagi menjadi dua, lambung kelenjar (proventriculus) dan lambung otot
(ventriculus). Pencernaan berlanjut ke usus halus yang terdiri dari duodenum,
jejunum, illeum lalu menuju usus besar dan bermuara pada cloaca. Duodenum
berbentuk seperti huruf U dan dibagian proksimal dan distalnya terdapat pancreas,
ductus cysticus bermuara ke duodenum bagian distal yang membawa empedu dari
hati langsung ke sistem saluran pencernaan. Jejunum dan illeum yaitu usus halus
sesudah duodenum diantara keduanya belum dapat dibedakan batasan-batasannya,
rectum adalah usus kasar yang bermuara di cloaca (Spenneman et al., 2017).
Sistem reproduksi merpati betina terdiri atas oviduct, ovarium, tuba fallopii,
osteum tuba, bursa fibrisi dan bermuara pada kloaka. Organ utama sistem
reproduksi pada merpati betina yaitu ovarium, selain pada burung elang, ovarium
aves yang berkembang hanya yang kiri dan terletak di bagian dorsal rongga
abdomen. Saluran reproduksinya adalah oviduct yang berkembang hanya yang
sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh
mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian, bagian anterior adalah
infundibulum yang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre, sebelah posteriornya adalah magnum
yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan
membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan
cangkang kapur (Pratiwi,1996).
Merpati jantan mempunyai testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau
bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling cranial, saat musim kawin ukurannya membesar, merupakan tempat
pembuatan dan penyimpanan spermatozoa. Saluran reproduksinya adalah tubulus
mesonefrus membentuk ductus afferens dan epididymis. Ductus wolf bergelung dan
membentuk ductus defferens. Pada burung-burung kecil, ductus defferens bagian
distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere.
Dekat glomere bagian posterior dari ductus afferens berdilatasi membentuk ductus
ampula yang bermuara di cloaca sebagai ductus ejakulatori. Ductus afferens
berhubungan dengan epididymis yang kecil kemudian menuju ductus defferens.
Ductus defferens tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk cloaca
(Pratiwi, 1996).
Sistem respirasi burung merpati (Columba domestica) berupa trachea,
berupa tabung yang dibangun oleh cincin rawan, tampak bersegmen-segmen, pada
bagian posterior bercabang menjadi bronchus yang menuju ke paru-paru. Merpati
(C. domestica) bernapas dengan menggunakan paru-paru yang kompak. Paru-paru
ini menempel pada costae dan menghubungkan dengan kantung udara (Saccus
pnenaticus) yang meluas pada alat-alat dalam. Merpati (C. domestica) memiliki
kotak suara pada dasar trachea (Storer & Usinger, 1978).
Sistem urogenitalia pada merpati terdiri dari sistem urinaria dan sistem
genitalia. Alat eksresinya berupa ren (ginjal) berukuran besar, berwarna merah
coklat, tertutup oleh peritonium (retroperitonial). Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi,
dari bagian ventral ren akan keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan
berakhir pada cloaca. Daerah yang berasal dari arteri renalis akan difiltrasi,
kemudian zat-zat yang tidak berguna akan dibuang dalam proses tersebut (Jasin,
1989).
Berdasarkan letaknya bulu terbagi menjadi 3 macam yaitu remiges,
tectrices, dan rectrices. Remiges berupa bulu besar yang terdapat pada sayap,
bentuknya simetris, digunakan untuk terbang. Tectrises berupa bulu-bulu kecil yang
menutupi tubuh burung. Rectrises adalah bulu-bulu ekor, bentuknya simetris,
digunakan sebagai kemudi saat terbang. Berdasarkan strukturnya, bulu terbagi
menjadi 3 macam, yaitu : plumae, plumulae dan filoplumae. Plumae terdiri dari
calamus, rachis, rami, radii dan radioli. Filoplumae hanya terdiri calamus dan
rami saja. Plumulae merupakan bulu yang lebih kecil dari plumae, mempunyai
calamus yang pendek, vexillum merpati tidak kukuh karena tidak ada radioli.
Filoplumae disebut juga bulu rambut karena bentuknya seperti rambut yang hanya
dibangun oleh calamus dan rami. Keseluruhannya membentuk bendera bulu atau
vexillum. Plumulae merupakan bulu yang sangat halus (Djuhanda, 1982).
Merpati (Columba domestica) memiliki tiga macam otot pada bagian ventral
yaitu muscullus pectoralis mayor, muscullus pectoralis minor dan muscullus
coracobrachialis. Muscullus pectoralis mayor yaitu otot paling besar yang origonya
terdapat pada carina sterni dan basi sterni, sedangkan insertionya terdapat pada
tulang humerus yang berfungsi untuk menarik sayap ke bawah. Muscullus
pectoralis minor origonya terdapat pada sternum dan insertionya terdapat pada
humerus otot ini berfungsi untuk mengangkat sayap, sedangkan muscullus
coracobrachialis sepasang otot yang bekerja secara antagonis, keduanya
mempunyai origo pada tulang coracobrachialis dan insertionya pada tulang
humerus. Muscullus coracobrachialis berfungsi untuk memutar sayap. Muscullus
coracobrachialis terdapat foramentrioceus, terdapat beberapa tulang humerus,
coracoid dan scapula (Djuhanda, 1982).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa morfologi tubuh merpati (Columba domestica) terdiri dari kepala
(caput), leher (cervix), badan (truncus) dan ekor (cauda). Bulu merpati
(Columba domestica) berdasarkan letaknya dapat dibagi menjadi tiga macam
yaitu : remiges, tectrises dan rectrises, sedangkan berdasarkan strukturnya dibagi
menjadi tiga macam yaitu: plumae, plumulae dan filoplumae. Anatomi dari
merpati (Columba domestica) yaitu sistem pencernaan merpati (Columba
domestica) yang terdiri dari cavum oris, pharynk, oesophagus, lambung,
intestinum, rectum, dan cloaca. Sistem ekskresi merpati (Columba domestica)
terdiri dari sepasang ren, ureter, vesica urinaria dan berakhir di cloaca. Sistem
genitalia merpati jantan terdiri dari sepasang testis, tubulus mesonerfus, ductus
deferens, epididymis dan cloaca. Sistem genitalia merpati betina terdiri dari
oviduct, ovarium, tuba fallopii, osteum tuba, bursa fibrisi dan bermuara pada
cloaca. Merpati (Columba domestica) memilki tiga macam otot ventral yaitu
muscullus pectoralis mayor, muscullus pectoralis minor dan muscullus
coracobranchialis. Muscullus branchialis terdapat foramen trioceus, beberapa
tulang humerus, coracoid dan scapula.

DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M. D., 1993. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Djuhanda, T., 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata II. Bandung: Armico.
Hadjijah, 1985. Sistematika Hewan. Surabaya: Sinar Wijaya.
Jasin, M., 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata untuk Universitas.
Jakarta: Sinar Wijaya.
Kadri, M., Dian S., & Rr. Riyanti. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati Tinggi
Lokal Jantan dan Betina. Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(2), pp.25-34.
Pranoto, E. A., Susetyorini, R. E., & Prihanta, W., 2015. Birds Identification in The Kai
Islands of Southeast Maluku. Biology Diversity, 5(3), pp.762-773.
Pratiwi, D. A., 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga
Radiopoetro., 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Soeseno, A., 1996. Burung Hias Aneka Jenis dan Perawatannya. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Spenneman, D. H. R., Manggie J., 2017. Dietary Habits Of Urban Pigeons (Columba
livia) and Implications Of Excreta pH - a review. Journal European of Ecology,
3(1), pp.27-41.
Storer & Usinger., 1978. General Zoology. New Dehli: McGraw-Hill.
Sukiyah., 2001. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.

Anda mungkin juga menyukai