Anda di halaman 1dari 36

ANATOMI MERPATI

(Columba domestica)

Oleh :
Nama : Mohamad Binna Prasetyo
NIM : B1A015111
Rombongan : VII
Kelompok : 3
Asisten : Iis Islamiyah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aves merupakan vertebrata yang hidup di darat, memiliki bulu hampir di
seluruh tubuhnya dan sayap yang berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan
distal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Aves tidak begitu banyak berbeda
dengan reptilian yang menjadi nenek moyangnya. Bulu merupakan struktur
khusus yang penting untuk burung sebagai penerbang dan kelas inilah dalam
subphylum vertebrata yang mencapai keberhasilan menggabungkan sifat bipedal
dengan terbang (Hildebrand, 1995).
Tubuh burung merpati (Columba domestica) terbagi atas caput, cervix,
truncus dan cauda. Caputnya relatif kecil, terdapat paruh yang dibentuk oleh
maksilla dan mandibula, nares terletak pada bagian lateral paruh bagian atas.
Selain itu, aves mempunyai kaki yang dapat digunakan untuk berjalan,
bertengger maupun berenang (dengan selaput interdigital), tidak bergigi dan
mempunyai paruh yang berbeda-beda sesuai jenis makanannya (Storer, 1957).
Columba domestica merupakan salah satu dari kelas Aves. Burung ini
termasuk hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau
bertelur. Columba domestica mampu mengenal habitatnya. Ketika burung dilepas
maka ia akan kembali ke sarangnya (Storer, 1957).
Praktikum kali ini menggunakan merpati (Columba domestica) karena
mempunyai tubuh yang relatif besar sehingga mudah diamati. Disamping itu,
juga mempunyai organ-organ yang lengkap untuk mewakili kelas Aves. Serta
aves jenis ini mudah untuk didapatkan.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengamati
dan mempelajari morfologi dan anatomi merpati (Columba domestica).
B. Pembahasan
Burung merpati (Columba domestica) merupakan bangsa Aves yang
seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh bulu. Bulu berfungsi untuk melindungi
badan terhadap cuaca yang tidak cocok dan digunakan juga untuk terbang.
Berdasarkan strukturnya ada tiga macam bulu yaitu plumae, plumulae, dan
filoplumae. Plumae atau bulu kasar merupakan bulu-bulu penutup tubuh yang
kasar dinamakan tetrices, sedangkan yang terdapat di permukaan posterior dari
sayap dinamakan remiges, dan yang terdapat disebelah posterior dan superior
dinamakan retrices. Bagian-bagian dari plumae yaitu calamus, rachis, rami, radii,
radioli. Keseluruhannya membentuk bendera bulu (vexillum). Plumulae atau bulu
halus di bawah plumae. Filoplumae atau bulu-bulu rambut merupakan bulu yang
sangat halus (Sari et al., 2013)
Klasifikasi merpati (Columba domestica) menurut Jasin (1989), adalah
sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Species : Columba domestica
Tubuh merpati (Columba domestica) dibedakan atas caput, cervix, truncus
dan cauda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djuhanda (1982) yang menyatakan
bahwa badan merpati (Columba domestica) terbagi atas caput, cervix, truncus dan
cauda. Bagian kepala terdiri atas paruh, merupakan struktur yang dibangun dari
zat tanduk, mata (palpebra superior dan palpebra inferior), membrane niktitans,
lubang telinga luar dan nares externa yang terdapat suatu penebalan kulit yang
disebut cerome yang dapat membuka dan menutup lubang hidung. Anggota badan
(extrimitas) yang seluruhnya tertutup bulu kecuali pada paruh dan kakinya.
Berdasarkan letaknya bulu terbagi menjadi 3 macam yaitu remiges,
tetrices, retrices. Remiges berupa bulu besar yang terdapat pada sayap, bentuknya
simetris, digunakan untuk terbang. Tectrises berupa bulu-bulu kecil yang
menutupi tubuh burung. Rectrises adalah bulu-bulu ekor, bentuknya simetris,
digunakan sebagai kemudi saat terbang. Berdasarkan strukturnya, bulun terbagi
menjadi 3 macam, yaitu: plumae, plumulae dan filoplumae. Plumae terdiri dari
calamus, rachis, rami, radii dan radioli. Filoplumae hanya terdiri calamus dan
rami saja. Plumulae merupakan bulu yang lebih kecil dari plumae, mempunyai
calamus yang pendek, vexillumnya tidak kukuh karena tidak ada radioli.
Filoplumae disebut juga bulu rambut karena bentuknya seperti rambut yang hanya
dibangun oleh calamus dan rami. Keseluruhannya membentuk bendera bulu atau
vexillum. Plumulae merupakan bulu yang sangat halus (Djuhanda, 1982).
Sistem pernafasan pada aves (Columba domestica) secara umum sudah
berkembang dengan baik. Sistem pernafasan pada burung memiliki keunikan
diantara hewan vertebrata lain karena mempunyai paru-paru yang sangat efisien.
Bentuk sangat kompak dan dilengkapi oleh kantong udara dihampir di seluruh
bagian abdomen yang berupa selaput yang sangat tipis dan terdiri dari broncialis,
sehingga tidak memiliki alveolus pada paru-paru (Chaeri, 1974).
Burung merpati mempunyai otot-otot dada ada tiga macam yaitu
muscullus pectoralis mayor, yaitu otot dada yang paling besar terletak pada
daerah diluar dada. Origonya terdapat pada carina sterni dan basi sterni
sedangkan insertionya terdapat pada tulang humerus. Fungsi untuk menarik sayap
ke bawah. Kedua adalah muscullus pectoralis minor, origonya terdapat pada
sternum dan insertionya terdapat pada tulang humerus. Fungsinya untuk
mengangkat sayap. Ketiga musculus coraco branchialis, ada sepasang yang
bekerja secara antagonis. Keduanya mempunyai origo pada tulang koracoid dan
insertionya pada tulang humerus. Berfungsi untuk memutar sayap (Radiopoetro,
1986).
Sistem pencernaan pada burung merpati (Columba domestica) terdiri dari
mulut, oesophagus, lambung, usus halus, usus besar dan berakhir di cloaca.
Kelenjar pencernaan burung merpati diantaranya adalah pancreas dan hati.
Burung merpati tidak memiliki vesica felea, karena burung merpati merupakan
hewan pemakan biji-bijian yang tidak mengandung banyak lemak sehingga tidak
memiliki vesica felea yang berfungsi untuk mengemulsi lemak. Organ-organ
pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri dari paruh dan merupakan modifikasi dari
gigi, rongga mulut, pharink yang berupa saluran pendek, oesophagus yang
dibagian tengahnya pada pangkal leher melebar menjadi tembolok yang
merupakan tempat penyimpanan sementara lalu menuju lambung. Lambung
terbagi menjadi dua, lambung kelenjar dan lambung otot. Pencernaan berlanjut ke
usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, ileum lalu menuju usus besar dan
bermuara pada kloaka. Duodenum berbentuk seperti huruf U dan dibagian
proksimal dan distalnya terdapat pancreas, ductus sisticus bermuara ke duodenum
bagian distal yang membawa empedu dari hati langsung ke sistem saluran
pencernaan. Jejunum dan ileum yaitu usus halus sesudah duodenum, usus bagian-
bagiannya tidak nyata, rectum adalah usus kasar yang bermuara di cloaca (Water
and Leonard, 1959).
Ginjal merupakan salah satu alat ekskresi pada burung merpati. Ginjal
terletak di sebelah dorsal. Ginjal pada semua vertebrata terdiri atas unit-unit yang
disebut tubulus ginjal atau nefron yang ujungnya buntu dan menerima filtrat dari
darah (Villee et al.,1988). Saluran keluar pada merpati mengarah ke posterior
yaitu ureter yang bermuara ke vesica urinaria. Langkah pertama dalam
pembentukan urin adalah penyaringan atau filtrasi. Sisa-sisa dan materi lain
dibawa ke aliran darah oleh arteria renalis dan arteriola ke glomerulus. Langkah
kedua yaitu penghisapan differensial oleh sel-sel tubulus convoluted proximal dan
loop of handle serta tubulus convoluted distalis (Jasin, 1989).
Anak burung merpati menempatkan paruhnya ke dalam mulut induk atau
ayah untuk mengambil zat yang menyerupai keju yang disebut susu merpati. Susu
merpati sifatnya khas dan unik, merupakan sekresi dari tembolok. Ayah dan induk
merpati berperan secara bersama-sama dalam memberi pakan kepada anak-
anaknya. Bebatuan sangat diperlukan untuk menggiling dan mencerna biji-bijian
kering yang dimakan merpati (Cowan et al., 2014).
Pada sistem reproduksinya, hewan jantan memiliki sepasang testis yang
bulat, berwarna putih, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat
penggantung. Testis sebelah kanan lebih kecil daripada yang kiri. Masing-masing
testis terjulur saluran vasa deferrens sejajar dengan ureter yang berasal dari ren.
Pada sebagian besar aves memiliki vesicular seminalis yang merupakan
gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat menampung sementara sperma
sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada kloaka. Di dalam cloaca
pada beberapa species memiliki penis sebagai alat untuk menuangkan sperma ke
kloaka hewan betina. Hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dextrum
mengalami otrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur
oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan suatu
bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium opdominalis. Dinding oviduct
selanjutnya tersusun atas muskulus dan epithelium yang bersifat glandulair, yang
memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai putih
telur, membran tipis disebelah luar albumen dan cangkok yang berbahan zat kapur
yang dibuat oleh kelenjar di sebelah caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada
(Jasin, 1989).
DAFTAR REFERENSI

Chaeri, A. 1974. Praktikum struktur Hewan. Jakarta: UT.


Djuhanda, E. A. 1982. Analisa Struktur Vertebrata 2. Bandung: Armico.
Hildebrand, M. 1983. Analysis of Vertebrate Structure Second Edition. New York:
Jhon Wiley & Sons.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Cowan, 2014..Journal of Avian Medicine and Surgery, 28(2):102-108.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Sari W, S kamal, R umami. 2013. Perbandingan Tipe dan Jenis Bulu Pada Tiga Jenis
Unggas. Jurnal FMIPA UNILA.
Storer, T. I. & R. L. Usinger. 1957. Elements of Zoology. London: Mc Graw Hill
BookCompany.
Villee, Walker, Barnes. 1988. General Zoology 6th Edition. London: W. B. Saunders
Company.
Walter, H. 1959. Biology of Vertebrate. New York: The Mac Millan Company.
ANATOMI MARMUT
(Cavia porcellus)

Oleh :
Nama : Mohamad Binna Prasetyo
NIM : B1A015111
Rombongan : VII
Kelompok : 3
Asisten : Iis Islamiyah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Morfologi Caput Marmut (Cavia porcellus)

KeteranganGambar :

1.Palpebra superior
2. Organonvisus
3. Palpebra inferior
4. Pinaauricula
5. Nares externa
6. Vibrisae
7. Labium superior
8. Incisivi
9. Labium inferior
B. Pembahasan

Menurut Brotowidjoyo (1990) Marmut (Cavia porcellus) termasuk mamalia


yaitu hewan yang memiliki kelenjar mammae untuk menyusui anaknya sebagai
makanan pertama setelah mereka dilahirkan. Ciri lain dari mamalia adalah tubuhnya
dilindungi oleh rambut, kulit mengandung bermacam-macam kelenjar, jari kaki
mempunyai cakar, kuku dan telapak. Jantung beruang empat dengan sekat-sekat
yang sempurna, lengkung aorta hanya satu yaitu pada sebelah kiri, paru-paru relatif
besar dan kenyal terdapat di rongga dada.
Storer dan Usinger (1957) mengklasifikasikan Marmut (Cavia porcellus)
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Cavidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia porcellus
Habitat Marmut adalah di sebuah padang rumput yang luas dan biasanya
hidup dalam sebuah kelompok atau koloni yang besar, karena untuk menjaga ketika
ada serangan dari predator. Marmut tidaklah menggali lubangnya sendiri. Ia hanya
menempati dan memanfaatkan lubang yang sudah tidak tidak dihuni oleh
pemiliknya. Marmut adalah hewan yang dapat menyerang musuh dengan ganas,
namun Marmut juga termasuk binatang yang penakut dan juga pemalu (Natali MN et
al., 2012).
Hasil pengamatan anatomi marmut (Cavia porcellus) didapatkan hasil bahwa
tubuh marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus) dan ekor
(cauda). Seluruh tubuh marmut ditutupi oleh rambut yang merupakan karakteristik
mammalia. Daerah kepala terdiri atas rima oris (mulut), nares externa, mata dan
telinga. Daerah anggota badan terbagi menjadi thorax (dada), extrimitas anterior
(kaki depan) yang berjari empat digiti, abdomen (perut), dan extrimitas posterior
(kaki belakang) yang berjari tiga digiti. Daerah ekor tumbuh rudimen.
(Hildebran,1995).
Sistem pernapasan Cavia porcellus terdiri dari trachea, broncus dan paru-
paru. Trachea disokong oleh cincin-cincin rawan yang terbuka pada bagian
dorsalnya, bekerja sebagai jalan napas. Pangkal dari trakhea berupa rongga yang
disebut larink. Cabang dari trakhea adalah broncus, yang kemudian membentuk
percabangan lagi disebut bronchioli. Paru-paru terdiri dari beberapa lobi, terdapat
dalam rongga pleural , selaput yang membungkusnya disebut pleura (Sugeng, 2011).
Sistem ekskresi pada Marmut (Cavia porcellus) dibangun oleh sepasang
ginjal yang berwarna merah tua, berbentuk seperti kacang, terletak di sebelah dorsal
dari rongga abdomen dan saluran pelepasan yang merupakan bagian medial ginjal
yang berupa hilus tempat keluarnya urin. Kelanjutan dari ginjal adalah ureter, yaitu
saluran yang bermuara pada vesica urinaria yang merupakan tempat penampungan
urin sementara. Akhirnya urin dikeluarkan melalui urethra ke luar tubuh (Jasin,
1989).
Sistem genitalia marmut jantan dibangun oleh sepasang testis, epididymis,
vas deferens, sepasang glandula vesiculosa, glandula prostata, glandula bulbo-uretra
(glandula cowperi), dan uretra. Vas deferens berpasangan berjalan kesebelah dorsal
dari vesica urinaria dan bermuara pada uretra yang kemudian melanjutkan diri ke
penis. Glandula vesiculosa bentuknya seperti cacing. Glandula prostat bentuknya
irreguler dan terletak di sebelah dorsal vesica urinaria. Glandula bulbo-uretra kecil
dan letaknya caudal dari glandula prostat. Kelenjar-kelenjar accesoris tersebut
semuanya bermuara di uretra (Djuhanda, 1982).
Sistem genitalia marmut betina terdiri dari ovarium, tuba falopii, uterus, dan
vagina. Ovarium berjumlah sepasang dan terletak di belakang ginjal, di ujung lateral
terdapat saluran kecil berliku-liku yang disebut tuba falopii (ujung anteriornya
berupa corong disebut osteum tuba, tempat masuknya sel telur atau ovum) yang
menuju oviduct. Saluran ini berlanjut sebagai kantung tebal yang merupakan tanduk
dari uterus, kedua tanduk menyatu pada bagian posterior sebagai badan uterus.
Uterus berjumlah sepasang, merupakan tempat tumbuh embryo sampai waktu untuk
dilahirkan. Marmut mempunyai vagina dan lubang keluar yang disebut vulva (Storer
& Usinger, 1961).

Marmut bisa mulai hamil ketika baru berusia 4 minggu, sementara marmut
jantan bisa menghamili marmut betina pada usia 3 minggu. Marmut betina memiliki
siklus estrus setiap 15 sampai 17 hari. Anak marmut akan dilahirkan setelah berada
dalam rahim antara 59-73 hari. Marmut betina yang hamil saat berusia terlalu muda
akan kesulitan selama periode kehamilan akibat tubuh yang masih tumbuh. Marmut
bisa melahirkan antara satu hingga tujuh anak, namun kebanyakan induk melahirkan
antara dua hingga lima anak (Rood & Barbara,2011)
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, D. M. 1990. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.


Brotowidjoyo, D.M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, T. 1980. Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.
Djuhanda,T.1982.Penghantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico, Bandung.
Hildebrand, M. 1995. Analisis of Vertebrata Structure. John Wiley and Son Inc.,
New York.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Avertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya,
Surabaya.
Rood. J.P. & Barbara J. Weir, 2011. Reproduction In Female Wild Guinea-pigs. The
journal of the society for reproduction and fertilitation.
Nathalie, M. N.; Fernand, T.; Ference, M. N. E.; Emile, M.; Benoit, B.; Etienne, P.
T. 2014. Influence of the inclusion of graded levels of cassava leaf meal in
the diet on post partum weight and pre-weaning growth of guinea pigs (Cavia
porcellus L.). International Journal of Agriculture Innovations and Research
2014 Vol. 2 No. 6 pp. 939-945.
Moment, Gairduer B. 1967. General Zoology. Houghton Mifflin Company, Boston
USA.
Radiopoetro. 1977. Zoology. Erlangga, Jakarta.
Storer, T. I. & Usinger, R. L. 1957. General Zoology. Mc Graw-Hill Company Inc.,
New York.
Storer & Usinger. 1961. Element of Zoology. MacGraw-Hill Book Company Inc,
USA.
Sugeng, Mashudi., Anatomi dan Fisiologi Dasar, Jakarta: Salemba Medika, 2011
ANATOMI KADAL
(Eutropis multifasciata)

Oleh :
Nama : Mohamad Binna Prasetyo
NIM : B1A015111
Rombongan : VII
Kelompok : 3
Asisten : Iis Islamiyah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)
DAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)

Oleh :
Nama : Mohamad Binna Prasetyo
NIM : B1A015111
Rombongan : VII
Kelompok : 3
Asisten : Iis Islamiyah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reptil adalah hewan darat atau hewan terestris yang berdarah dingin atau
poikiloterm. Hewan berdarah dingin berarti hewan yang suhu tubuhnya selalu
berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungan luar.Kulit reptil kering, tidak
mengandung kelenjar lendir dan berlapis sisik dari zat tanduk. Beberapa jenis reptil
memiliki zat bau yang berguna untuk mengusir musuh. Ada juga jenis reptil yang
memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulit tubuhnya.Perubahan warna
tersebut disesuaikan dengan warna lingkungan sekitarnya.Alat gerak reptil berupa
kaki.Ada juga jenis reptil yang kakinya berubah bentuk menjadi sirip untu
berenang.Dan ada pula jenis reptil yang jari-jarinya memiliki alat pengisap sehingga
memungkinkan untuk dapat merayap pada tempat vertikal, misalnya cicak dan
tokek.Reptil bernapas menggunakan dua buah paru-paru yaitu paru-paru kanan dan
kiri.Sedangkan peredaran darah reptil adalah peredaran darah ganda, artinya dalam
sekali beredar darah dua kali melewati jantung (Mahardono, 2005).
Kadal merupakan salah satu dari anggota hewan vertebrata yang berasal dari
ordo squamata.Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik zat tanduk
di permukaannya tanpa adanya kelenjar lendir.Kadal dalam kalsifikasinya termasuk
dalam reptilian.Kadal berhabitat di tempat-tempat yang kering atau lembab.Tubuh
kadal terbagi 3 bagian yaitu bagian kepala (Caput), badan (Truncus) dan ekor
(Cauda). Kadal yang terkenal dengan nama ilmiah Mabouya multifasciata bernafas
dengan hidung karena sistem pernafasannya dengan menggunakan paru-paru dan
berfungsi untuk sirkulasi CO dan O (Mahardono, 2005).
Reproduksi perkembangan kadal adalah fertilisasi internal. Kadal jantan
mempunyai hemipenis (seperti pada penyu) didekat kloaka. Hemipenis dimasukan
dalam kloaka betina pada waktu kopulasi. Kebanyakan perkembangan telur terjadi
dialam bebas, tetapi kadang-kadang jika tidak sesuai, kadal betina menahan telur
yang sudah dibuahi (ovipar dan ovovipar). Telur diletakan ditanah berkulit keras.
Embrio dikelilingi oleh amonion, korion, dan allantois. Menetasnya hewan muda
seperti burung, yaitu kulit telur dipecahkan. Hewan muda berikut merupakan
miniatur hewan dewasa (Brotowidjoyo, 1995)
Praktikum kali ini menggunakan Kadal (Eutropis multifasciata) di gunakan
sebagai preparatwakil dari kelas Reptilia.Selain banyak terdapat di alam, kadal juga
mempunya anatomi yang mudah untuk daimati dan dipelajari.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui
morfologi dan anatomi Kadal (Eutropis multifasciata).
Gambar 3. Anatomi Viscera Insitu Kadal (Eutropis multifasciata)

Keterangan :

1. Oesophagus
2. Cor
3. Pulmo
4. Hepar
5. Gastrum
6. Intestine
7. Rectum
8. Cloaca
Gambar 5. Anatomi Sistem Urogenitalia Kadal betina (Eutropis multifasciata)

Keterangan :

1. Osteum tuba
2. Ovarium
3. Oviduct
4. Ren
5. Vesica urinaria
6. Ureter
7. Uterus
8. Cloaca
pada kadal dimulai dari rima glottis, larink, trachea, annulus tracheslis (trachea yang
tersusun dari cincin tulang rawan), bronchus, bronchioles, bifurcartrachea
(percabangan trachea) dan sepasang paru-paru atau pulmo (Radiopoetro,1997).
Kadal (Eutropis multifasciata) merupakan hewan yang fertilisasinya terjadi
di dalam tubuh (fertilisasi internal). Kadal bersifat ovovivipar, telur kadal akan
menetas di dalam tubuh induk betinanya. Makanannya diperoleh dari cadangan
makanan yang ada dalam telur. Sistem reproduksi pada kadal jantan terdiri dari
sepasang testis, epididimis, vas deferens dan sepasang hemipenis. Hemipenis
merupakan alat kopulasi yaitu untuk memasukan sperma ke dalam tubuh kadal
betina, hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang
dapat dibolak-balikan seperti jari-jari pada sarung tangan karet.Karena kadal
mempunyai alat kopulasi, maka kadal mengadakan fertilisasi internal. Kadal betina
menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak disepanjang
oviduct menuju kloaka. Ovum kadal betina yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh
cangkang yang tahan air, hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakan
dalam lingkungan basah (Parker, 1962).
Kadal betina terbukti lebih unggul dibanding kadal jantan. Mereka
menentukan pasangan, memegang keputusan tentang di mana mereka akan tinggal,
bahkan juga menentukan jenis kelamin anak. Semua siklus reproduksi dan
perkawinan sangat tergantung oleh pihak betina.Ukuran tubuh betinanya hanya
setengah dari kadal jantan.Namun mereka memiliki siklus reproduksi yang cukup
unik. Bukan hanya menentukan pasangan dan tempat tinggal saja, kadal betina juga
bebas berpasangan dengan lima atau enam kadal jantan sekaligus dalam sekali masa
reproduksi. Kadal betina mengumpulkan semua sperma dari pasangannya di dalam
rongga perutnya yang bernama spermatesa.Ia juga bebas memilih sperma ini untuk
menentukan jenis kelamin anak sesuai keinginannya. secara teori, mereka memilih
sperma berdasarkan kromosom seks. Kepioniran kadal betina dibanding pejantannya
ini masih merupakan teka-teki, sebab terbukti tubuh kadal betina lebih kecil dari
pejantan.Sebelum mengawini betinanya, kadal jantan biasanya berkelahi terlebih
dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya (Smith,1963).
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. D. 1995. Zoology Dasar.Jakarta: Erlangga.


Mahardono, A. 2005.Anatomi Reptil. Surabaya: PT Internasa.
Parker, T.J. and Haswell. 1962. Textbook og Zoologi Volume II. Hongkong: Mac Co.
Ltd.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Saktiyono. 1997. Biologi SMU. Jakarta: Erlangga.
Smith, E.F. 1963. General Zoology. London: WB Saunders Company.
Storer, T.I., Usinger, R.L. 1957.General Zoology. New York: Mc Graw Hill.
ANATOMI KATAK SAWAH
(Fejervarya cancrivora)

Oleh :
Nama : Mohamad Binna Prasetyo
NIM : B1A015111
Rombongan : VII
Kelompok : 3
Asisten : Iis Islamiyah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang hidup di 2 habitat, yaitu


perairan dan daratan. Amfibi memiliki kelembaban kulit yang tinggi sehingga
kulitnya relatif licin. Kata amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan
bios yang berarti hidup. Amfibi didefinisikan sebagai hewan-hewan yang dapat
hidup di dua habitat, terdapat 5.359 jenis amfibi yang terbagi atas bangsa yaitu
Caudata, Anura dan Gymnophiona. Umumnya ordo anura memiliki siklus
kehidupan yang mengalami metamorfosis (Rinaldy, 2013).
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi
diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Rata-rata amfibi mempunyai kulit
basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk menembus kulit.
Sebagian besar amfibi dewasa bernafas menggunakan kulit dan juga melalui paru-
paru. Kelembaban kulit amfibi dijaga oleh kelenjar khusus dibawah kulitnya. Banyak
amfibi menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu berada di dekat air. Sebagian
besar amfibi lahir dan tumbuh di air tawar kemudian setelah dewasa berpindah ke
daratan kering dan kembali ke air untuk berkembang biak. Sebagian besar amfibi
menelurkan telur yang lembut. Telur tersebut bisa berbentuk untaian atau gumpalan
yang sangat kecil menyerupai jeli (Rinaldy, 2013).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki ciri-ciri khusus diantaranya
memiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar. Memiliki dua
pasang kaki untuk berjalan dan berenang, berjari 4 pada kaki bagian depan dan
berjari 5 pada kaki bagian belakang. Tidak memiliki sirip dan pernapasannya dengan
menggunakan insang ketika masih berbentuk berudu dan menggunakan kulit dan
paru-paru ketika telah dewasa. Cor terbagi atas 3 ruangan, yakni dua ruangan
auricula dan satu ventriculum. Terdapat 2 buah nares, mata berkelopak yang dapat
digerakan, mulut bergigi dan berlidah (Rinaldy, 2013).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki karakter yang unik. Katak
sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan untuk preparat pada praktikum kali ini
sebagai wakil dari kelas amphibia. Selain banyak terdapat di alam sehingga mudah
diperoleh ukurannya cukup besar. Katak sawah (Fejervarya cancrivora) menunjukan
banyak persamaan bentuk dan fungsi dengan vertebrata tinggi termasuk manusia.
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) susunan tubuhnya mudah dipelajari dan
diamati.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui
Morfologi dan Anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, dan
jarum penusuk.
Bahan yang digunakan adalah Katak Sawah (Fejervarya cancrivora), dan
tissue.
B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Katak Sawah yang telah disiapkan, dibius dengan larutan eter, lalu
didiamkan beberapa menit sampai mati lemas.
2. Alat-alat disiapkan dan Katak Sawah dengan bagian dorsalnya diletakkan
dalam bak preparat.
3. Rongga mulut (Cavum oris) diamati dengan menggunting sudut mulutnya
agar bagian-bagiannya terlihat lebih jelas.
4. Sistem muscularnya diamati.
5. Kulit digunting dari medio posterior ke arah anterior kemudian seluruh
ventral dilepaskan.
6. Dinding perut sebelah medio posterior dijepit dengan pinset dengan hati-
hati.
7. Lapisan otot sebelah kiri dan kanan linea alba digunting dengan hati-hati
untuk menjaga kemungkinan terpotongnya vena abdominalis yang berada di
bawah linea alba.
8. Pengguntingan dilakukan dari arah anterior sampai dekat xipristernum.
9. Arah pemotongan dilanjutkan ke kiri dan ke kanan sampai pangkal lengan
atas.
10. Otot-otot pada sternum dibuang dan tulang-tulang yang menyusun gelang
pectoral dipotong, sehingga sternum dapat dihilangkan.
11. Organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan, diamati tanpa mengubah
letaknya.
12. Organ-organ yang menyusun sistem pencernaan dapat dilihat lebih jelas
dengan jalan pemotongan dari pangkal oesophagus sampai ujung rectum.
B. Pembahasan

Hasil pengamatan anatomi katak didapatkan bahwa tubuh katak dibagi


menjadi empat bagian, yaitu caput (kepala), truncus (badan), mempunyai kaki depan
(extrimitas anterior) serta kaki belakang (extrimitas posterior). Kepala katak menyatu
dengan badan. Seperti halnya pada ikan, katak juga tidak memiliki leher. Tubuh
katak tersusun atas kepala, badan, dan anggota gerak. Kepala katak lebar dan pipih,
mempunyai lidah yang panjang, lubang hidung tertutup katup pada saat katak
menyelam di air. Matanya menonjol di sisi kepala, sisi belakang mata terdapat
selaput gendang telinga dan katak mempunyai kulit yang berlendir serta gigi yang
berbentuk isodonti. Rongga mulut katak berfungsi sebagai pernafasan yang dibangun
oleh beberapa lapisan sel epithel yang pipih. Choane atau nares interna adalah
saluran yang menghubungkan rongga hidung dengan rongga mulut. Choane pada
katak terdapat dibagian depan langit-langit primer. Lidah katak mula-mulanya
berfungsi untuk menyemprotkan hasil sekresi dari kelenjar lidah dan berfungsi
sebagai indra pengecap. Amphibia selain kelenjar lidah dan sepasang kelenjar
choane, terdapat juga kelenjar tunggal glandula intermaksillaris. Ini adalah kelenjar
lendir tubuh yang bermuara di depan rongga mulut dan berfungsi untuk membasahi
lidah (Saputra, 2015).
Extremitas anterior yang berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri
dari brachium (lengan atas) yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang
berupa radioulna, carpus (pergelangan tangan), menus (telapak tangan) yang terdiri
atas metacarpus dan digiti (jari jari), di bawah jari pada hewan jantan terdapat
penebalan, terutama pada musim kawin. Extremitas belakang yang berupa kaki
belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah) yang terdiri atas tibia
dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas metatarsus
dan digiti (jari jari) yang mempunyai selaput renang atau web (Saputra, 2015).
Menurut Koesoema (2013), klasifikasi Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Species : Fejervarya cancrivora
Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) tergolong dalam ordo Anura. Sistem
pencernaannya terdiri atas rongga mulut, faring, oesophagus, lambung, hati, kantung
empedu, ductus hepaticus, ductus coledocus, ductus cysticus, mesentrium, usus,
philorus, rektum dan cloaca. Alat pencernaan yang tampak dari luar, yaitu cavum
oris, dibatasi oleh maxillae (rahang atas) atap pada sebelah atas, sedang di sebelah
bawah di batasi oleh mandibula (rahang bawah) dan oshyoid. Kemudian dilanjutkan
oleh pharynx, oesophagus, ventricullus dan intestinum yang terletak di dalam rongga
tubuh. Lingua (lidah) yang pipih berpangkal pada dasar di sebelah anterior mulut.
Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil, dilapisi oleh lendir, dapat
dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa. Lingua disokong oleh
oshyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan lidah tegar tapi lemas.
Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedang pada
atap cavum oris terdapt denta vomerin terdapat dua lubang nares interns yang
berhubungan dengan narens externs. Glottis terletak pada medium ventral pharynx
sebelah belakang lingua, merupakan pintu menuju ke pulmo (paru paru). Di
belakang mata di dekat sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari tuba auditiva
eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan ruang telinga dalam.
Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan yang terletak di sebelah dorsal
tenggorokan. Kerongkongan pada bangsa ikan dan amphibia lebih pendek daripada
bangsa reptilia karena bangsa ikan dan amphibia tidak mempunyai leher (Saputra,
2015).
Sistem eskskresi katak terdiri dari sepasang ginjal yang terdapat di kanan dan
kiri dari colum vertebralis terletak di bagian posterior rongga badan, berbentuk pipih
memanjang berwarna merah kehitam-hitaman. Galandula supernalis letaknya ventral
pada ginjal dan merupakan kelenjar endokrin. Ductus mesophros yang keluar
masing-masing dari tepi ginjal untuk menyalurkan urine, pada yang jantan disebut
ductus urospermaticus karena berfungsi juga sebagai penyalur spermatozoa. Vesica
urinaria merupakan tempat urin sebelum dikeluarkan melalui cloaca (Koesoema,
2013).
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada proses fertilisasi. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas
testis, vassa efferentia, vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan
cadangan makanan yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan
mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih putihan) terletak di
sebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesodrchiutn. Testis pada katak terdapat saluran yang disebut vas defferensia yang
bermuara di cloaca. Bagian ureter yang dekat cloaca mengalami pembesaran yang
disebut vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa.
Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian
belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium. Saat
musim kawin pada ovarium terpadat ovum yang masak dan menuju saluran yang
disebut oviduk. Bagian posterior oviduk membesar membentuk uterus, selanjutnya
telur dikeluarkan melalui cloaca keluar dari tubuh. Katak sendiri terjadi fertilisasi
eksternal (pembuahan di luar tubuh) dan pada musim kawin terjadi isyarat kawin
oleh katak jantan dan katak betina. Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan
menempel di atas punggung katak betina, lalu keduanya menyemprotkan sel sel
gametnya ke luar tubuh (Saputra, 2015).
Tubuh katak dan juga vertebrate lainnya tersusun atas 3 macam otot. Otot
polos yang kerjanya diluar kemauan, otot lurik yang kerjanya dalam kemauan dan
otot jantung yang kerjanya di luar kemauan. Sistem otot pada katak dibagi menjadi
empat bagian, yaitu sistem otot pada bagian kepala, sistem otot daerah pectoral,
sistem otot daerah abdomen, dan sistem otot pada extrimitas posterior. Sistem otot
pada bagian kepala terdiri dari muscullus mandibularis dan muscullus
submandibularis. Sistem otot pada daerah pectoral terdiri dari muscullus pars
episternalis, muscullus pars scapularis, muscullus coracoradialis, muscullus
deltoideus, muscullus epicoracoid, muscullus abdominalis. Muscullus pectoralis
terdiri dari tiga muscullus, yaitu muscullus coracoradialis, muscullus epicoracoid,
muscullus abdominalis. Sistem otot daerah abdomen terdiri dari muscullus rectus
abdominis, muscullus obliqus externus, muscullus obliqus internus. Muscullus rectus
abdominis terdapat medio ventral tubuh yang ditengahnya terdapat tendo berwarna
putih yang disebut linea alba dan juga terdapat inscriptio tendinae. Daerah extrimitas
posterior terdapat muscullus trisep femoris, muscullus gracillis minor, muscullus
gracillis mayor, muscullus sartorius, muscullus adductor magnus. Pada bagian crus
dibangun oleh muscullus gastronimeus, muscullus tibialis anticus longus, muscullus
tibialis anticus brevis, muscullus tibialis posticus, dan juga terdapat otot tendon dan
tulang tibio fibula (Saputra, 2015).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) adalah salah satu anggota dari kelas
Amphibia Ordo Anura yang penting secara ekologis dan ekonomis. Kondisi yang
baik untuk pengembangan dan reproduksi aktif Katak Sawah, yaitu pada suhu
berkisar dari 240C sampai 260C dan kelembaban 65% (Saputra, 2015). Katak Sawah
mempunyai ciri-ciri, yaitu bentuk timpanum bulat utuh tanpa ada lapisan kulit yang
menutupi. Diameter timpanum sekitar separuh diameter mata. Selaput renang pada
jari tangan tidak ada, sedangkan pada jari kaki hanya menjangkau dari panjang jari
tengah (jari paling panjang). Pada punggung terdapat banyak guratan yang menonjol
dan memanjang. Punggung umumnya dihiasi bercak-bercak berwarna gelap
(Koesoema, 2013).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Tubuh Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri atas empat bagian, yaitu
caput (kepala), badan (truncus), extrimitas anterior (kaki depan), dan
extrimitas posterior (kaki belakang).
2. Organ yang menyusun sistem pencernaan pada Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) secara berurutan adalah cavum oris, pharynk, oesophagus,
gastrum, intestine, colon dan berakhir di cloaca.
3. Organ reproduksi atau genitalia pada Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)
jantan terdiri dari testis, vassa efferentia, vesica seminalis, dan corpus
adiposum. Organ reproduksi atau genitalia pada Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) betina terdiri atas sepasang ovarium, oviduct, uterus, dan cloaca.
4. Sistem otot daerah extrimitas posterior dari Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) terdiri atas muscullus trisep femoris, muscullus gracillis minor,
muscullus gracillis mayor, musculus sartorius, muscullus adductor magnus
pada bagian femur (paha). Sedangkan pada bagian crus dibangun oleh
muscullus gastronimeus, muscullus tibialis anticus longus, muscullus tibialis
anticus brevis, muscullus tibialis posticus, dan juga terdapat tedon dan tulang
tibio fibula.
B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah dalam pemotongan bagian kulit, praktikan
diharapkan berhati-hati, agar tidak terjadi kesalahan dalam memotong.
Kurangnya ketelitian dapat menyebabkan terpotongnya jaringan didalam
preparat yang diamati. Sehingga pemgamatan dapat dilakukan dengan baik.
DAFTAR REFERENSI

Saputra, Deki et al. 2015. Karakteristik Populasi Katak Sawah. Jakarta:


Erlangga
Rinaldy. 2013. Amfibi dan Reptil. Surabaya: PT Internasa
Koesoema, Doni. 2013. Hewan Vertebrata. Jakarta: Erlangga
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) dan berdarah dingin


(poikilothermal) dimana hidupnya dilingkungan air. Pergerakan dan keseimbangan
dengan menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan insang. Ikan
merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan terdiri atas
beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup
(Nielsen.1990).
Ikan mempunyai peredaran darah tunggal, pada peredaran ini darah beredar
hanya satu kali melalui jantung. Jenis ikan dapat dibagi dalam dua bagian besar,
yaitu ikan bertulang rawan dan ikan bertulang keras. Ikan dapat hidup diberbagai
perairan tergantung jenisnya, terdapat jenis ikan yang hidup dilaut, dan ikan yang
hidup di air tawar. Ikan berkembang biak secara ovipar (Radiopoetro, 1977).
Tubuh ikan terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda).
Kepala dimulai dari mulut sampai batas tutup insang. Badannya bersisik dan dimulai
dari belakang tutup insang hingga anus. Ekornya dimulai dari belakang anus hingga
ujung sirip ekor (Djuhanda, 1984).
Pada praktikum kali ini, Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele
(Clarias batrachus) digunakan sebagai preparat karena kedua jenis tersebut mudah
didapatkan. Selain itu, Ikan Nilem dan Ikan Lele anatomi tubuhnya terlihat jelas.
Mudah diamati serta dibedakan satu sama lain organ di dalamnya (Saanin, 1987).
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui
morfologi dan anatomi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan Ikan Lele (Clarias
gariepinus).
B. Pembahasan
1. Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)
Hasil pengamatan dari anatomi ikan nilem didapatkan hasil bahwa Ikan
Nilem dibagi menjadi tiga bagian kepala, badan, dan ekor. Kepala atau caput yaitu
mulai dari moncong sampai dengan batas tutup insang. Badan atau truncus mulai
dari belakang tutup insang sampai dengan anus. Ekor atau cauda mulai dari
belakang anus sampai ujung sirip ekor. Seluruh badannya bersisik, pada kiri
kanan badan terdapat linea lateralis atau gurat sisi, yang memanjang dari belakang
tutup insang sampai ekor. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda,
dimana tidak ada batas nyata sebagai batas antara caput, truncus dipandang tepi
caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor dipandang anus
(Radiopoetro, 1977).
Klasifikasi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) menurut Saanin (1968) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Pisces
Sub ordo : Ostariopshy
Famili : Crypnidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus vittatus
Sistem pencernaannya terdiri atas mulut, lidah, hati, gastrum, intestine,
pancreas, kantung empedu. Sistem pencernaan ikan terdiri dari: rahang ikan
mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan
lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. Faring
terdapat insang di sisi dan samping lalu ke esophagus pendek mengikuti hingga
timbul lambung atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga
tubular pyloric caeca, fungsi mengabsorpsi, mengambil ken intestine.
Pankreasnya tidak jelas (Usinger, 1957).
Sistem pernapasannya terdiri nostril dan insang. Nostril hanya digunakan
ketika ikan nilem berada di permukaan air. Insang ikan nilem terdiri dari tutup
insang. Dalam tutup insang dibagi lagi menjadi empata potong tulang, yaitu
Operculum, Pre operculum, Inter operculum, Sub operculum, membran
branhiostegi yang berfungsi sebagai klep untuk mehanan air supaya tidak masuk
ke rongga insang. Radii branhiostegi fungsi utamanya adalah untuk keperluan lain
seperti makan dengan cara menyaring, ekskresi, pertukaran ion dan pengaturan
osmosis. Sebagian besar ikan, semua darah masuk ke dalam jantung melalui vena
mempunyai kadar oksigen yang rendah dan karbondioksida yang tinggi, yaitu
yang disebut darah vena. Jantung terdiri atas sebuah sinus venosus, sebuah trium,
sebuah ventrikel dan sebuah bulbus arteriosus yang tersusun dalam urutan linear.
Kontraksi otot jantung meningkatkan tekanan darat yang di dalam vena sangat
rendah dan mengeluarkan darah melalui arteri, aorta ventral,. Kelima atau enam
pasang lung aorta yang menjuluru secara dorsal melalui kapiler didalam insang
aorta dorsal. Waktu darah melalui insang karbondioksida dilepaskan oksigen
diambil, sehingga darah yang memasuki pembuluh arteri kaya akan oksigen.
Arteris dorsal membagi darah ini melalui cabang-cabangnya keseluruh bagian
tubuh (Ville, et al., (1988).
Sistem genitalia pada ikan nilem betina terdiri dari sepasang ovaria yang
panjang. Ovaria ini mempunya rongga yang ke caudal melanjutkan diri kedalam
oviduct, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Setelah umur satu tahun,
Osteochilus vittatus biasanya tekah dewasa. Fertilisasi dilakukan didalam air,
diluar tubuh dan fertilisasi ini disebut fertilisasi eksternal. Ikan jantan terdapat
testis yang panjang. Testis terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas
defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis (Radiopoetro, 1977).
2. Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Hasil pengamatan dalam praktikum anatomi ikan lele didapatkan hasil bahwa
tubuh ikan lel dibagi menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), truncus (badan),
cauda (ekor) dan terdapat juga patil sebagai senjata pertahan diri. Sesuai dengan
pernyataan Djuhanda (1981) yang menyatakan bahwa tubuh ikan dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan, ekor. Batas kepala adalah dari mulai
moncong sampai bagian belakang penutup insang, batas badan dari mulai
belakang tutup insang sampai dubur, sedangkan batas ekor dari mulai dubur
sampai ujung sirip ekor. Ikan tidak mempunyai leher, kepala langsung melekat
pada badan. Untuk bergerak, ikan mempunyai anggota gerak yang disebut sirip.
Secara garis besar, ikan mempunyai dua macam sirip: yaitu sirip berpasangan dan
sirip tunggal. Sirip berpasangan terdiri dari sepasang sirip dada dan sepasang sirip
perut, sedangkan sirip tunggal terdiri dari sirip punggung, sirip ekor dan sirip
anus. Bentuk tubuh ikan lele mempunyai bagian perut yang datar dan bagian
punggung yang cembung. Ikan lele tubuhnya tidak bersisik, lain dengan ikan pada
umumnya. Tubuh ikan lele juga licin dan berlendir, lendir tersebut juga bersifat
antiseptik yang berguna untuk membebaskan kulit dari macam-macam jamur dan
bakteri.
Klasifikasi Ikan Lele (Clarias gariepinus) menurut Saanin (1968) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub-phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub-class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Familia : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.
Pencernaan makanan dimulai dari bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya
gigi pada dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan, lalu makanan
dicerna di lambung dan usus dengan adanya kontraksi otot.proses pencernaan
makanan dipercepat oleh kelejar pencernaan yaitu hati dan empedu (Rendi.R, 1989).

Sistem respirasi kan adalah menggunakan insang dan ikan lele memiliki alat
tambahan yaitu aborocent. Rongga insang ikan terdapat empat pasang sisir insang
dengan bagian-bagiannya. Bagian-bagian tersebut yaitu filamen insang, lengkung
insang, dan tapis insang. Filamen insang merupakan tempat dimana terjadi
pengambilan iksigen dari dalam air dan pelepasan karbondioksida dari darah
kedalam air. Lengkung insang merupakan tempat melekatnya filamen-filamen
insang. Tapis insang berfungsi untuk menyaring air, supaya kotoran tidak sampai
masuk kedalam insang (Djuahanda, 1984)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Bagian tubuh Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) sama dengan Ikan Lele
(Clarias gariepinus) terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), dan cauda
(ekor) yang masing- masing mempunyai bagian yang rumit.
2. Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus)
mempunyai 5 jenis sirip yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip dubur, sirip
perut, dan sirip ekor, hanya perbedaannya terlihat pada sirip ekor, sirip ekor
Ikan Lele bentuknya membulat.
3. Sistem pencernaan Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) terdiri dari cavum oris,
oesophagus, kantung empedu. Perbedaan dengan Ikan Lele (Clarias
gariepinus) yaitu pada bagian lambung dan perbedaan panjang usus.
4. Sistem reproduksi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan Ikan Lele (Clarias
gariepinus) sama, hanya yang membedakan pada alat kelaminnya, Ikan Lele
(Clarias gariepinus) jantan memiliki alat kelamin yang dinamakan klasper.
5. Sistem respirasi Ikan Lele (Clarias gariepinus) dan Ikan Nilem (Osteochilus
vittatus) memiliki persamaan yaitu menggunakan insang, hanya saja pada
Ikan Lele (Clarias gariepinus) memiliki alat pernafasan tambahan berupa
arborescent.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah dalam pemotongan bagian kulit, praktikan
diharapkan berhati-hati, agar tidak terjadi kesalahan dalam memotong. Kurangnya
ketelitian dapat menyebabkan terpotongnya jaringan didalam preparat yang diamati.
Sehingga pemgamatan dapat dilakukan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai