Dinamakan otot lurik karena sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau
seperti tabung dan berinti banyak, letaknya di pinggir, panjangnya 2,5 cm dan
diameternya 50 mikron.
Ciri-ciri otot rangka/lurik yaitu melekat pada rangka, bekerja secara sadar atas
perintah otak, ada garis-garis gelap dan terang yang melintang, dan multinuklei.
Cara kerja otot lurik yaitu bila otot lurik berkontraksi maka menjadi
pendek dan setiap serabut turut berkontraksi. Otot-otot ini hanya berkontraksi jika
di rangsang oleh rangsangan saraf sadar. Kerja otot lurik adalah bersifat sadar
karena itut di sebut otot sadar artinya bekerja menurut kemauan.
Otot jantung membentuk dinding kontraksi jantung. Otot ini tampak lurik seperti
otot rangka akan tetapi sel otot jantung bercabang dan bersambung satu sama lain.
Otot jantung berkontraksi tidak dapat di kendalikan kemauan, kontraksi tidak di
pengaruhi saraf. Fungsi saraf hanya untuk percepat dan memperlambat
kontrakasi.
Ciri-ciri otot jantung yaitu terletak di dinding jantung dan vena kava, berbentuk
seperti otot rangka, berkontraksi secara ritmit dan terus menerus, di kendalikan
oleh saraf tidak sadar dan terdapat satu inti sel di tengah.
1.3 Struktur otot
Otot rangka yang besar dikelilingi oleh lapisan penghubung yang kenyal yang di
sebut fasia, lapisan luar dari fasia di sebut epimysium. Fasia meluas dan menempel ke
tulang sebagai tendon. Lapisan lain dari jaringan penghubung di sebut perimysium,
mengelilingi kumpulan otot yang lebih kecil, kumpulan otot di sebut fesikulus. Serat
otot secara individual ditemukan dalam fesikulus dan di kelilingi oleh lapisan ke tiga
dari jaringan penghubung yang di sebut endomysium. Setiap serat oto terdiri dari
struktur silidrika Panjang yang di sebut miofibri. Setiap miofibri terbuat dari
serangkaian unit kontrakstil yang di sebut sarkomer. Unit dasar dari seluruh jenis otot
adalah myofibril taitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari
protein kompleks, yaitu filamen aktin dan myosin. Pada saat berkontraksi filamen-
filamen tersebut saling bertautan.
1.4 System Otot Pada Hewan Invetebrata
Pada invetebrata system otot tidak serupa dengan hewan-hewan vetebrata.pada
system otot invetebrata di bagi menjadi dua yaitu eksosskeleton dan system rangka
Hidrostatik.invetebrata lain membutuhkan system rangka luar untuk menututpi tubuh
mereka.
A. System otot pada cacing pipih (plathyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang mana
Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan tubuh nya,
longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot serong atau vertical
yang berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat dan merentangkan diri nya
keseluruh arah.
1. Otot Jantung
2. Otot Polos
3. Otot Lurik
1.5.3 Reptilia
Reptilia memiliki sistem otot daging yang lebih kompleks bila di
bandingkan dengan amfibia, karena otot daging harus mendukung tubuh di
daratan yang bersifat lebih berat dari pada di dalam air, selain itu juga untuk
gerakan-gerakan yang sifatnya harus cepat (Jasin,1984).
Sistem otot pada reptil mengalami modifikasi untuk mendukung organ-
organ vissera, berat badan, dan juga untuk memungkinkan beberapa jenis
gerakan. Begitu juga dengan otot-otot respirasi telah teradaptasi untuk
kehidupan di darat dan berkembang dengan baik. . Reptilia memiliki sistem
otot daging yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan amfibia, karena
otot daging harus mendukung tubuh di daratan yang bersifat lebih berat dari
pada di dalam air. Selain itu juga untuk gerakan-gerakan yang sifatnya
harus cepat (Jasin, 1984: 273).
Kadal dan buaya memiliki kekuatan pada rahang karena didukung oleh otot
adduktor pada rahang. Otot ini muncul dari fossa temporal dan menyisip
pada sudut kanan untuk membuka rahang. Otot-otot adduktor memanjang
dari daerah temporal menuju rahang bawah. Otot adduktor yang utama
adalah otot pterigoideus, yang muncul dari tulang-tulang pterigoid pada
langit-langit dan menyisip pada bagian posterior rahang bawah.
Otot pterigoideus memberi penampakan yang gemuk pada rahang kadal
jantan. Otot depresor mandibula berperan membuka rahang, muncul dari
bagian belakang tengkorak dan menyisip pada prosesus retroartikular dari
mandibula, otot ini lebih lemah dibandingkan otot-otot lain yang juga
berperan menutup rahang (Faisal, 2012).
Reptilia memiliki sistem otot daging yang lebih kompleks bila di
bandingkan dengan amfibia, karena otot daging harus mendukung tubuh di
daratan yang bersifat lebih berat dari pada di dalam air, selain itu juga untuk
gerakan-gerakan yang sifatnya harus cepat (Jasin,1984).
Otot aksial (otot badan) reptil mulai menunjukkan beberapa speasialisasi
seperti yang dikelompokkan pada mamal. Otot reptil terutama untuk
gerakan lateral tubuh dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini
bisa diamati terutama pada bangsa ular sebab jaringan otot lengan sudah
menghilang. Otot rangka pada kura-kura dan kerabatnya sangat berkurang
kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks dan plastron
Dermal atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan perkembangan
yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil
menunjukkan variasi bergatung pada tipe gerakannya (Sukiya, 2003). Otot
epaksial berada pada permukaan dorsal, sementara otot hipaksial berada
pada permukaan ventral dan diantara kosta. Otot-otot epaksial kurang
mengalami modifikasi jika dibandingkan dengan otot-otot hipaksial, otot-
otot epaksial juga kehilangan sifat metamerisme dan tersusun dalam berkas
serabut otot.
Disamping fungsinya yang memungkinkan gerakan dari satu sisi ke sisi
yang lain pada kolumna vertebra, otot-otot epaksial juga melakukan fungsi
yang lain yaitu mendukung, meluruskan atau membengkokkan kolumna
vertebra. Tulang rusuk terbentuk dalam miosepta dari otot-otot dinding
tubuh sepanjang kolumna vertebra pada sebahagian besar Ular.
Terdapat 20 otot yang berbeda pada masing-masing sisi dari setiap ruas
vertebra, otot-otot tersebut menghubungkan antara satu vertebra dengan
vertebra yang lain, antara vertebra dengan tulang rusuk, dan antara tulang
rusuk dan vertebra dengan kulit, serta membantu membentuk dan
mengontrol lekukan tubuh.
Otot-otot pada dinding abdominal tidak mengalami segmentasi dan
memiliki tiga lapisan, yaitu eksternal oblique, internal oblique, dan
abdominal transversal. Otot-otot hipaksial pada dinding tubuh bagian dada
dikenal sebagai otot-otot interkosta, membantu mengangkat dan
menurunkan sangkar rusuk dalam proses respirasi. Otot-otot pada tungkai,
gelang bahu, dan gelang pinggul terdiri dari otot-otot ekstensor dorsal dan
otot-otot fleksor ventral.
Dalam membentuk gerakan kuadrupedal, otot-otot yang menempel pada
humerus dan femur mesti merotasi tulang-tulang tersebut ke depan dan ke
belakang dengan tetap mempertahankan dalam posisi horizontal pada sudut
yang tepat, sehingga tubuh tetap berada diatas substrat. Otot-otot segmental
berperan menghubungkan sisik ventral dengan kosta, kontraksi otot-otot
segmental juga membantu ular bergerak ke depan.
Otot-otot pada lengkung faringeal yang pertama berlanjut untuk
menggerakkan rahang dan otot-otot pada lengkung faringeal yang kedua
menempel pada rangka hioid. Otot-otot pada sisa lengkung berhubungan
dengan faring dan laring. Otot-otot integumen ekstrinsik menyisip pada
permukaan bawah dermis dan memungkinkan gerakan bebas bagi kulit
(Faisal, 2012).
Fungsi-fungsi otot pada reptile :
1. Trapezius : untuk memperkuat bahu.
2. Latissimus dorsi : untuk memperkuat punggung.
3. Interkosta : untuk mengangkat rusuk.
4. Rectus abdominis : untuk mengempiskan dinding perut.
5. Transverses : untuk menekan perut,menegangkan dan menarik
dinding perut.
6. External oblique : rotasi thoraks ke sisi yang berlawanan.
7. Internal oblique : untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.
8. Extensors : pergerakan pergelangan tangan.
1.5.4 Aves
Sistem otot burung berbeda dalam banyak hal dari kebanyakan vertebrata
daratan lain. Otot-otot leher dan rahang menunjukkan banyak spesialisasi
yang dikaitkan dengan kebiasaan burung makan, fungsi paruh dan mobilitas
gerakan leher. Vertebra di bagian tubuh burung banyak yang menyatu,
sehingga menyebabkan adanya pengurangan otot di bagian dorsal. Otot perut
pada burung juga kurang berkembang, sedangkan otot sayap ekstrinsik
terutama otot pektoralis
Aves dapat terbang karena mempunyai sayap dan berat badanya relatif
ringan. Otot-otot yang berperan dalam proses terbang, adalah otot-otot
pektoral (musculli pectoralis). Otot-otot pektoral terdiri dari 2 otot, yaitu otot
pectoral mayor dan otot supracoracoideus atau lebih dikenal dengan otot
pectoral minor (Young, 1962).
Kedua ujung otot pektoral terikat di carina atau sterni, sedang ujung lain
terikat pada kepala humerus dari sayap di sebelah ventro lateral (Jasin,
1992). Warna otot pektoral ayam berbeda dengan otot pectoral merpati. Otot
pektoral ayam berwarna putih, sedangkan otot pektoral merpati berwarna
merah. Warna merah merupakan warna mioglobin. Semakin banyak
mioglobin pada otot, maka semakin merah warna otot. Fungsi mioglobin
sama dengan fungsi hemoglobin pada darah, yaitu sebagai pengikat oksigen
(Harvey and Marshall,1983).
Otot pektoralis mayor merupakan otot depressor dan berkaitan dengan
gerakan menurunkan sayap saat terbang. Otot pektoralis mayor ini menyusun
1/5 total berat tubuh burung. Otot pektoralis minor berperan dalam
mengangkat sayap pada saat burung sedang terbang (Sukiya, 2005).
Otot pektoral menjadi bagian utama untuk gerakan depresor pada sayap.
Kontraksi otot-otot pektoralis berperan menarik sayap kebawah dan kedepan
yang memberikan daya angkat bagi tubuh burung. Otot suprakorakoid
merupakan otot yang berkaitan dengan gerakan sayap keatas, juga terletak
pada sternum arah proksimal dari pectoralis mayor dan masuk pada sisi atas
humerus.
Otot suprakorakoid digunakan terutama saat akan terbang dan tidak
dibutuhkan saat sedang terbang, berperan mengangkat sayap untuk terbang
dengan tetap menjaga keseimbangan massa tubuh. Pada burung Merpati
pengangkatan sayap terutama disebabkan oleh kontraksi otot
suprakorakoideus, yang bermula pada sisi ventral dari sternum.
Tendon otot suprakorakoideus melewati foramen triosseum (sebuah
lubang yang dibentuk oleh klavikul, korakoid, dan scapula) untuk menyisip
pada huerus dan berperan menarik humerus. Susunan yang luar biasa
tersebut memungkinkan otot-otot abductor dan adductor dari sayap untuk
menyisip pada tulang yang sama. Otot-otot intrinsic pada sayap tereduksi
namun berkembang dengan baik pada kaki.
Pada burung kolibri , yang memiliki gerak sayap sangat cepat, otot
lattisimus dorsi secara proporsional besar. Bagian yang agak erat kaitannya
dengan otot deltoid adalah otot propatagialis yang mengirimkan tendo (urat
daging) kedalam patagium atau jaringan kulit yang memanjang dari bagian
pangkal sayap. Salah satu penegang (tensor) yang dikenal sebagai longus,
memanjang dari pangkal humerus sepanjang batas pangkal potagium hingga
pergelangan. Tensor yang lain disebut brevis dan memanjang dari humerus
hingga bagian dekat lengan depan. Tensor ketiga dikenal sebagai “biseps
slips” atau penegang tambahan, memanjang dari otot bisep ke sisi pangkal
patagiu.
Pad
a otot punggung aves (bagian belakang tubuh), otot ini di bagi menjadi 3
bagian, yakni :
1. Trapezius (otot kerudung). Terdapat di semua ruas-ruas tulang vertebra.
Berpangkal di tulang oksipital. Fungsinya mengangkat dan menarik sendi
bahu. Bagian atas menarik scapula ke bagian medial dan yang bawah
menarik ke bawah lateral.
2. Muskulus latisimus dorsi (otot punggung lebar), berpangkal pada ruas
tulang vertebra yang kelima dari bawah fasia lumboid, gunanya menutupi
ketiak bagian belakang, menengahkan dan memutar tulang pangkal
lengan ke dalam.
3. Muskulus lumboid (otot belah ketupat), berpangkal dari ujung prosesus
sifoid, dari tulang leher V, ruas tulang vertebra V, di sini menuju ke
pinggir tengah tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke
atas dan ke tengah.
Sedangkan otot antara ruas vertebra dan kosta yang bekerja menggerakkan
kosta atau otot bantu pernapasan. Terdiri dari dua:
1. Muskulus seratus inferior superior (otot gergaji belakang bawah).
Terletak di bawah otot punggung lebar, berpangkal di fasia
lumbodorsalis dan menuju ke kosta dari bawah. Gunanya menarik tulang
kosta ke bawah pada waktu bernapas.
2. Muskulus seratus posterior superior, terletak dibawah otot belah ketupat.
Gunanya menarik kosta ke atas waktu inspirasi.
Pada aves juga memiliki otot-otot yang menghubungkan otot-otot yang
menghubungkan lengan atas dengan tubuh
1.5.5 Mamalia
Otot pada mamalia berkembang meliputi otot wajah, otto kelopak mata, otot
hidung dan otot bibir yang mana otot tersebut mampu bergerak atau
menggerakkan kulit ataupun rambut.
Salah satu ciri mamalia yaitu rongga tubuh terbagia tas dua bagian oleh otot
daging melintang diafragma yang diliputi oleh peritonium. Coelom (rongga
tubuh) yang terbagi itu adalah cavum thoracalis (bagian anterior) yang berisi
cor dan pulmo dan cavum abdominalis (bagian posterior) yang berisi vicera
lainya.
Diantara musculus(otot) yang penting bila dibuka kulitnya antara lain:
1. Musculus Masseter: kanan kiri yang melekat pada rahang atas dan rahang
bawah. Muscular ini kuat berguna untuk mengunyah.
2. Musculi sterno cephalica: kanan kiri leher memanjang menggandeng
kepala.
3. Musculus pectoralis: berbentung leber melekat pada sternum dan
humerus,terdiri atas dua bagian.
4. Muculus rectus abdominalis: terletak di tengah-tegah perut
menghubungkan pelvicus dan sternum. Menutup ruang perutpada vetral
(bawah).
5. Musculus obligus abdominalis: terdiri atas dua bagian yaitu musculus
obligus external dan musculus obligus internal. Musculus tersebut
menutupi perut bagian samping.
6. Musculus transversus abdominalis: terletak dibagian bawah musculus
obligus internal.
7. Musculus intercostalis: terdiri atas dua bagian yaitu musculus
intercontalis internal dan musculus external terdapat di antara costae.
8. Musculus latissimus dorsi: terdapat di atas punggung membujur dari
leher hingga tulang pelvicus.
9. Musculus-musculus yang terdapat pada tiap-tiap extrenitas anterior dan
posterior berfungsi menggerakkan kaki dan bagian-bagianya.
1.6 Mekanisme Kontraksi Otot
Hewan dan manusia dapat bergerak, mengangkat barang, dan melakukan aktivitas
lainnya karena adanya kontraksi otot yang menyebabkan munculnya gerakan.
Kontraksi adalah menegangnya otot sehingga menjadi lebih pendek dan dapat
menggerakkan tulang, kontraksi tersebut akan selalu diiukti dengan relaksasi yang
menyebabkan otot kembali ke ukurannya semula. Apabila otot berkontraksi namun
gagal berelaksasi akan terjadi kelainan yang disebut dengan kram.
Otot tersusun atas serabut miofibril yang terdiri atas filamen tipis dan filament
tebal. Filamen tipis tersusun atas protein aktin sedangkan filamen tebal tersusun atas
protein miosin. Pada miofibril nampak bagian gelap dan terang (lurik) oleh karena itu
sel-sel otot rangka sering disebut dengan nama sel otot lurik. Bagian gelap dan terang
ini terus berulang-ulang, setiap set bagian gelap-terang disebut dengan sarkomer.
Untuk memahami mekanisme kontraksi otot, mari kita perhatikan bagian sarkomer
berikut.
Garis horizontal tebal adalah filamen tebal dan garis tipis merupakan filamen
tipis. Setiap sarkomer akan dibatasi oleh dua buah garis Z, pada tengah-tengah
sarkomer terdapat bagian saling tumpang tindih yang disebut pita A. Tepat di tengah-
tengah pita A terdapat bagian yang hanya terdapat filamen tebal saja yang disebut zona
H, dan di tengah-tengah zona H terdapat garis M (tidak ada pada gambar di atas). Pada
bagian ujung sarkomer terdapat bagian yang hanya terdiri dari filamen tipis dan garis
Z, bagian ini disebut pita I.
Mekanisme kontraksi otot disebut dengan sliding filament model, karena
berkaitan dengan gerakan meluncur dari filamen tebal dan tipis. Sebelum sampai pada
penjelasan sliding filament model, perhatikanlah bagian sarkomer di bawah ini.
Filamen tebal digambarkan dengan garis tebal biru, sedangkan filament tipis
digambarkan dengan garis kuning.
Pada filamen tebal (miosin) terdapat bagian mirip kepala yang berfungsi mengait
filament tipis (aktin). Kaitan dari kepala miosin inilah yang menyebabkan terjadinya
gerakan meluncur (sliding) yang menimbulkan otot berkontraksi.
berikut:
1. Pertama, kepala miosin akan mengikat ATP sebagai sumber energi untuk
terjadinya kontraksi.
2. Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik dan
menggunakan energi yang timbul dari pemecahan ATP tersebut.
3. Setelah mendapat energi dari ATP, kepala miosin akan mengait (berikatan dengan)
aktin.
4. Terjadi pelepasan ADP dan fosfat anorganik yang menyebabkan kepala miosin
bergerak sehingga menggerakkan aktin
5. Kepala miosin yang menangkap ATP baru akan menyebabkan kepala miosin
melapaskan diri dari aktin dan siklus akan berulang kembali.