NAMA : DARWIN AZIS NIM : 08101004060 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : DINA OKTAVIA
LABORATORIUM ZOOLOGI 1URUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWI1AYA INDRALAYA 2011 ABSTRAK Praktikum dengan judul 'Jaringan Kulit ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan kulit pada hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2011, pukul 13.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya Indralaya. Alat yang digunakan adalah baki bedah, gunting, atau cutter, pinset, kaca objek dan mikroskop. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah mencit (Mus musculus). Hasil yang didapat dari praktikum ini, bahwa terdapat lapisan yang melapisi kulit pada tubuh. Kesimpulan yang didapat bahwa jaringan kulit terdapat tiga lapisan, yaitu jaringan epidermis, dermis, dan endodermis. Fungsi dari jaringan kulit adalah sebagai pelindung bagian dari tubuh.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berIungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudoriIera) yang terletak di lapisan dermis. Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berIungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktiI membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraI, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak (Anonim
2011: 1). Dataran kulit terlihat halus, tetapi sebenarnya ada banyak sulci yang membagi dataran kulit dalam daerah-daerah empat segi yang tidak teratur, ialah areae cutaneae. Kecuali itu terdapat juga lipatan-lipatan melintang pada persendian-persendian, misalnya pada daerah articulation radiocarpea. Alat-alat tambahan ini ialah rambut atau pilus, kuku atau unguls dan kelenjar-kelenjar kulit atau glandule cutis. Cutis terdiri atas tiga lapisan yaitu dari luar ke dalam, epidermis, corium dan tela subcutanea atau subcutis (Bresnick 2003: 130 ). Lipatan ini yang ada di sebelah dorsal, pada waktu Ilexi tangan, hilang dan yang ada di sebelah ventral, pada waktu extensi tangan, hilang. Lipatan-lipatan kulit ini dibatasi oleh sulci. Sulci ini jelas misalnya di vola manus dan dataran voler jari-jari tangan. Pada waktu Ilexi pada articulations metacarpophalangeales dan Ilexi pada articulations interphalanges, kulit di sini dilipat. Kulit pada dasar sulcus itu melekat erat pada bangunan yang di bawahnya (Radiopoetro 1991: 31). Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang berada di antara epidermis dan hipodermis. Seperti jaringan ikat lainnya, dermis tersusun atas kolagen, retikulin, dan serat elastis. Kisi-kisi serat berIungsi sebagai penyangga untuk berhubungan dengan membran basal dan struktur yang berkaitan dengan kulit (misalnya, rambut, kelenjar). Tidak seperti epidermis, dermis memiliki jaringan kapiler luas yang secara langsung memberi makan dermis dan secara tidak langsung kepada epidermis melalui diIusi nutrient, dan gas melintasi membrane basal. Banyak struktur terkait-kait terbenam di dalam dermis (Bresnick 2003: 130 ). Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktiI dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. AktiInya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus (Anonim 2011: 2). Pecahan melanin yang tersebar diIIuse disebut melanoid. Melanoid ini lebih menimbulkan warna kuning pada kulit. Kuningnya tergantung pada banyaknya melanoid dan tebalnya epidermis, terutama stratum corneum. Melanoid tidak banyak terdapat pada tempat di mana stratum spinosum tebal dan stratum corneum tipis. Sel- sel di dalam stratum spinosum dapat lepas satu dari yang lain, sehingga terjadi rongga di antara sel-sel itu. Rongga itu dapat terisi oleh zat cair atau dapat dimasuki oelh leucocyt. Bangunan ini disbut vesicular atau pustule. Stratum lucidium kenyal, sehingga stratum cornemu yang keras dapat digerakkan terhadap stratum gervinatum. Stratum corneum terdiri atas sel-sel yang telah mengalami keritanisasi (Radiopoetro 1991: 32).
1.2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan kulit pada hewan.
BAB II TIN1AUAN PUSTAKA Fungsi kulit diantaranya adalah sebagai homeostatis, osmoregulasi dan termoregulasi. Homeostatis ialah kecenderungan organisme untuk mempertahankan keadaan stabil lingkungan internal meskipun terjadi perubahan lingkungan eksternal. Pada semua organisme, kedinamisan serta keseimbangan keadaan internal harus dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, proses metabolik harus dipantau dan terus menerus disesuaikan. Cara pengontrolan pengaturan diri ini peka terhadap gangguan kecil dan sangat eIisien dalam mencegah kehilangan waktu dan energi dalam jumlah banyak. Sedangkan osmoregulasi ialah proses mempertahankan kandungan air di dalam tubuh sebagai tambahan pengaturan konsentrasi dan penyebaran ion-ion. Dan termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh (Bresnick 2003: 134 ). Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hai, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan Iisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh. Kulit berIungsi sebagai pelindung (barier) Iisik antara tubuh dan lingkungan eksternal. Pemisahan Iisik ini mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai masuknya agen inIeksi dicegah. Kerusakan dari toksin kimia, Iluktuasi suhu yang ekstrem, dan sinar ultraviolet dikurangi. Tubuh dilindungi dari gaya abrasi yang merusak selama pergerakan (Anonim 2011: 1). Epidermis, dari dalam keluar, terdiri atas stratum germinativum, stratum lucidum dan stratum corneum. Stratum germinativum, dari dalam keluar, dibagi dalam stratum basale, stratum spinosum dan stratum granulosum. Sel-sel epithelium stratum basale mengandung butiran-butiran melanin yang berwarna hitam. Pada ras-ras yang berwarna, juga sel-sel epithelium di sebelah luar stratum basale mengandung pigmen melamin. Pada waktu sel-sel stratum basale terdorong ke permukaan, butir-butir pigmen oecah menjadi debu. Pada batas antara epidermis dan corium, agak menonjol ke dalam corium, ada sel-sel stellat yang juga mengandung butir-butir pigmen. Sel-sel ini disebut melanoblast atau melanocyt. Lanjutan-lanjutan menjulur di antara sel-sel epidermis. Sel-sel ini mengandung suatu tyrosunase yang mengoksidasi tyrosin menjadi melamin (Radiopetro 1991: 32). Epidermis yang berasal dari ektoderm, tersusun atas epitel skuamosa bertingkat yang mengekspresi Iilamen intermediate keratin. Epitel ini terdiri atas beberapa lapis sel dengan lapisan terbawah melekat pada membran basal yang memisahkan epidermis dari lapisan dermis di atasnya. Sebagai sel mati yang dibuang dari permukaan kulir, sel mati digantikan oleh sel di bawahnya. Laju pergantian sel setara dengan kecepatan pengelupasannya sehingga ketebalan lapisan dermis tetap terjaga walaupun ketebalannya di seluruh bagian tubuh bervariasi. Sel lapisan basal tepat di atas membran basal membelah dengan cepat dan terus menerus. Sejalan dengan perpindahan sel ke atas arah permukaan tubuh, sel tersebut berdiIerensiasi dan mulai mengekspresikan protein keratin. Keratin berperan dalam kekuatan mekanis dan Ileksibilitas kulit (Bresnick 2003: 130 ). Stratum basale merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapis yang paling bawah. Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin. Stratum spinosum, lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polyhedral. Pada pengamatan dengan mikroskop cahaya terlihat seakan- akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosom. Adanya desmosom menyebabkan eratnya hubungan antar sel hingga pada pembuatan sediaan walaupun bagian lain dari sel mengkerut namun tempat tersebut tetap dipertahankan. Stratum granulosum, lapisan ini terdri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam sel-selnya terdapat butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahan Iaali (Subowo 1999: 13). Pada corium dapat dibedakan dua lapisan yaitu, dari luar ke dalam, stratum papillare dan stratum reticulare. Stratum papilare merupkan papillae, ialah tonjolan- tonjolan yang berbentuk jari atay berupa crista. Terutama pada kulit dataran voler phalanx terakhir jari-jari, papillae ini tersusun dalam baris-baris yang merupakan pola tertentu. Di antara dua baris papillae, berjalan ductus excretorius glandula sudoriIera. Dua baris ini dapat dipandang merupakan pasangan. Antara sepasang baris dan sepasang baris lain tidak ada ductus excretorius yang berjalan. Pada epidermis yang menutupi stratum papillare ini pada tempat antara dua pasang papillae ada sulcus, sehingga epidermis yang menutupi sepasang baris papillae merupakan crista. Crista dan sulcus itu disebut crista dan sulcus cutis (Radiopetro 1991: 33). Stratum lucidum, lapisan ini kadang-kadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah mati yang mengandung zat yang dinamakan eleidin dalam sitoplasmanya. Stratum corneum, merupakan lapisan yang teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, bagian-bagian epidermis dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang dinamakan Stratum disfunctum (Subowo 1992: 13). Pada puncak crista bermuara ductus excretorius glandulae sudoriIerae. Pada umumnya ada tiga pola cristae cutis ialah : sinus, vortex, dan arcus. Sinus adalah bangunan seperti jirat yang mulai dari ulner atau radial. Vortex ialah bangunan seperti pusaran. Arcus ialah bangunan seperti lengkung. Oleh karena pola ini tetap seumur hidup, ia dapat dipaki sebagai tanda pengenal seseorang. Di dalam papillae terdapat pembuluh-pembuluh kapiler yang membentuk lengkung kea rah ujung pailla. (Radiopoetro 1999: 33). Adapun kelenjar yang terdapat pada kulit : (1) kelenjar sebaseus menghasilkan sebum, yaitu zat berminyak yang melapisi permukaan luar kulit, memperlambat penguapan air, dan memiliki eIek antimikroba. Sebum disekresi dari duktus ke dalam batang Iolikel rambut, kemudian berjalan naik melalui epidermis ke permukaan kulit. (2) kelenjar keringat menyekresi produk buangan buangan metabolik, garam dan ion lain, serta air. (3) Folikel rambut dimulai dari lapisan dermis meluas ke atas melewati epidermis di tempat asalnya. Rambut erat kaitannya dengan kelenjar sebaseus dan sejumlah struktur sensorik. Agar rambut tegak, otot erektor pili berkontraksi, menarik batang rambut tegak lurus ke permukaan kulit (Bresnick 2003: 132 ). BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2011, pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting, atau cutter, pinset, kaca objek dan mikroskop sedangkan bahan yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus).
3.3. Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati. Dan diletakkan di atas baki. Dibedah mencit , ambil sebagian kulit sebanyak 2 sayatan dan letakkan di atas kaca objek. Diamati di bawah mikroskop dan tentukan bagian-bagiannya. Digambar dalam kertas kerja dan diberi keterangan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:
Jaringan kulit (Mus musculus)
Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus Spesies : Mus musculus Nama Umum : Mencit Keterangan 1. Epidermis 2. Dermis 3. Granula
Jaringan kulit (igitaria ciliaris)
Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Ordo : GaliIormes Family : Phasinidae Genus : allus Spesies : allus gallus Nama Umum : Ayam Keterangan 1. Epidermis 2. Dermis 3. Granula
4.2. Pembahasan Fungsi kulit diantaranya adalah sebagai homeostatis, osmoregulasi dan termoregulasi. Menurut Anonim (2011: 1) bahwa Homeostatis ialah kecenderungan organisme untuk mempertahankan keadaan stabil lingkungan internal meskipun terjadi perubahan lingkungan eksternal. Pada semua organisme, kedinamisan serta keseimbangan keadaan internal harus dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, proses metabolik harus dipantau dan terus menerus disesuaikan. Cara pengontrolan pengaturan diri ini peka terhadap gangguan kecil dan sangat eIisien dalam mencegah kehilangan waktu dan energi dalam jumlah banyak. Dan termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh. Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Menurut Subowo (1999: 13) bahwaSel superIisial dari stratum ini secara kostan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga tediri dari sel-sel yang mengandung granula yang mampu mereIraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, suatu bahan yang bertindak sebagai perlindungan terhadap pengaruh sinar UV. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limIe bersirkulasi dalam ruang interselular. Hipodermis merupakan jaringan yang terdapat dibawah sekali setelah dermis hal ini sesuai dengan pendapat Radiopoetro (1991: 33) bahwa jaringan ini merupakan zona transisional di antara kulit dan jaringan adiposa di bawahnya. Mengandung sel lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah glandula sebasea dan radiks dari sejumlah rambut. Pemberian zat makanan dermis atau porium tergantung pada vena dan limIatika. Baik saraI bermielin maupun tidak bermielin ditemukan dalam kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraI. Organ ini memberikan respon sensasi panas, dingin, nyeri, gatal, dan raba ringan. Kulit berIungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudoriIera) yang terletak di lapisan dermis. Menurut Aninom (2011: 2) bahwa Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berIungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktiI membelah diri, mengantikan lapisan sel- sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraI, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak Jaringan epitel merupakan jaringan yang menutupi jaringan lain. Menurut Geneser (1994: 121) bahwa Jaringan ini meliputi epitel sederhana dan epitel berlapis. Jaringan epitel sederhana hanya terdiri dari satu lapis sel. Contohnya adalah jaringan epitel pipa sebelah dalam. Jaringan epitel berlapis terdiri atas beberapa lapis sel. Contohnya epitel usus dan saluran pernaIasan. Jaringan epitel ada yang bersilia, misalnya pada saluran pernaIasan. Silia tersebut berguna untuk menerima rangsangan dari luar, misalnya jika ada debu kita akan bersin. Epitel yang berada di luar tubuh biasanya disebut epidermis (epi tepi, dan derm kulit) misalnya pada kulit. Sebaiknya, epitel yang menutupi bagian dalam organ tubuh disebut endodermis. Pada suhu lingkungan panas, kelenjar pada keringat menjadi aktiI dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. AktiInya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Menurut Subowo (1999: 13) pada saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktiI dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Menurut Radiopoetro (1991: 33) Keluarnya keringat pada kulit di akibatkan kulit dikontrol oleh hipotalamus Pada epidermis yang menutupi stratum papillare ini pada tempat antara dua pasang papillae ada sulcus, sehingga epidermis yang menutupi sepasang baris papillae merupakan crista. Crista dan sulcus itu disebut crista dan sulcus cutis. Sedangkan osmoregulasi ialah proses mempertahankan kandungan air di dalam tubuh sebagai tambahan pengaturan konsentrasi dan penyebaran ion-ion. BAB V KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kulit berIungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat. 2. Pada suhu lingkungan panas, kelenjar pada keringat menjadi aktiI dan pembuluh kapiler di kulit melebar. 3. Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. 4. Keluarnya keringat pada kulit di akibatkan kulit dikontrol oleh hipotalamus. 5. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limIe bersirkulasi dalam ruang interselular.
DAFTAR PUSTAKA Anonim 2011. Artikel Jaringan. ttp.//id.wikipedia.org/wiki/faringan. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011.
Anonim 2011. Artikel Jaringan kulit. ttp.//id.wikipedia.org/wiki/faringan kulit. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jakarta. Binapura Aksara Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta. Erlangga : vi 298 hlm Subowo. 1999. Histologi Umum. Jakarta. Bumi Aksara : viii 196 hlm.