Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Il

MENENTUKAN VARIASI UKURAN KACANG MERAH

OLEH :

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN

: DARWIN AZIS : 08101004060 : VIII (DELAPAN) : AMRAN HALIM

LABORATORIUM ZOOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan volume yang signifikan. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multi sel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume tetapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan tinhkat kerumitan (Campbell 2003: 23). Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir yang digolongkan sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita akan mendefinisikan spesies sebagai suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur dialam bebas. Masing-masing spesies memiliki suatu wilayah geografis tempat individu tersebar secara tidak merata, tetapi ada umumnya terpusat pada beberapa populasi terlokalisasi (Anonim 2011: 1). Suatu populasi mungkin terisolasi dari populasi lain yang berspesies sama, dan jarang sekali dapat mempertukarkan materi genetikanya. Isolasi seperti itu sangat umum ditemukan pada populasi yang dibatasi oleh pulau-pulau yang saling berjauhan, danau-danau yang tidak saling berhubungan, atau daerah pegunungan yang dipisahkan oleh dataran rendah. Namun demikian, populasi tidak selalu terisolasi, juga tidak harus memiliki perbatasan yang jelas. Satu pusat populasi yang padat bisa saja berbaur dengan populasi lain dalam suatu wilayah antara (pertemuan) di mana anggota spesies itu ditemukan dalam jumlah sedikit (Campbell 2003: 22). Kumpulan total gen dalam suatu populasi pada suatu periode tertentu disebut kumpulan gen (gene pool) populasi itu. Kumpulan gen ini terdiri atas semua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua individu yang menyusun populasi tersebut. Untuk spesies diploid, masing-masing lokus diwakili dua kali dalam genom suatu individu, yang bisa bersifat homozigot atau heterozigot untuk lokus homolog tersebut. Jika semua anggota suatu populasi adalah homozigot untuk alel yang sama, alel tersebut dikatakan tetap atau fixed dalam kumpulan gen tersebut. Namun demikian,

yang masing-masing memiliki frekuensi relatif (proporsi) dalam kumpulan gen (Campbell 2003: 23). Gen adalah materi yang terdapat pada kromosom makhluk hidup yang mengendalikan ciri organisme. Gen merupakan faktor pembawa sifat menurun suatu individu. Sifat menurun ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan gen (variasi gen) pada setiap makhluk hidup menyebabkan genotipe atau fenotipe pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda. Contoh: pisang (Musa paradisiacal), di Indonesia dikenal berbagai macam variasi pisang seperti pisang ambon, pisang tanduk, dan pisang kapok. Mangga, di Indonesia dikenal macammacam varietas mangga seperti, mangga arum manis, mangga manalagi, dan mangga golek. Suatu organism dikatakan satu jenis jika kedua individu dikawinkan akan menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Keanekaragaman tingkat menunjukan adanya variasi bentuk, penampakan dan frekuensii jenis

gennya

(Dwisang 2008: 69). Meskipun termasuk spesies yang sama, tidak ada satu individu yang sama persis dengan yang lain, karena adanya keanekaragaman gen. Sekilas memang ada kemiripan bentuk luar. Namun jika diamati, akan terdapat variasi sifat, sehingga tampaklah adanya keanekaragaman. Perbedaan gen tidak hanya terjadi antar jenis. Di dalam satu spesies pun terjadi keanekaragaman gen. Dengan adanya keanekaragaman gen, maka sifat-sifat di dalam satu spesies bervariasi (Anonim 2011: 2). Ukuran biji kacang dari satu pohon bervariasi, ada yang kecil, ada yang sedang, dan ada pula yang besar. Warna bulu ayam sering beragam. Demikian pula jeruk keprok memiliki variasi dalam hal ukuran daun, kulit buah, rasa buah, dan ukuran buah. Keanekaragaman gen dapat memunculkan varietas. Akan tetapi, setiap varietas memiliki gen yang berbeda sehingga memunculkan sifat-sifat khas yang dimiliki oleh masing-masing varietas itu (Syamsuri 2004: 95).

1.2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui variasi ukuran kacang merah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisiologi dan morfologi dari keragaman biologi reproduksi menimbulkan suatu keanekaragaman genetik baik di dalam populasi ataupun menjelang terjadinya evolusi tanaman. Setiap perubahan pada sifat reproduksi baik karena kerusakan lingkungan, perbaikan budidaya tanaman yang mengarah perbaikan kultivar akan menyebabkan keragaman dalam populasi (Anonim 2011: 1). Keragaman genetik dalam bentuk variasi adalah terjadi karena adanya mutasi Variasi ini terjadi secara spontan dalam frekuensi tertentu yang tergantung pada lokus itu sendiri dan informasi genetik di sekitar kromosom. Menurut Stadler (17), mutasi pada beberapa lokus dapat terjadi dengan mudah, sementara pada lokus-lokus lain kromosomnya sangat stabil. Tingkat kestabilan kromosom terhadap mutasi tergantung pada alel yang mengendalikan lokus (Campbell 2003: 23). Rekombinasi genetik di dalam suatu jenis tergantung pada tingginya tingkat persilangan diantara individu yang berbeda secara genetik. Tingginya tingkat silang luar diantara dipisah sejumlah tanaman merupakan mekanisme dengan pembuahan sendiri. Rekombinasi antar jenis, sementara pencampuran variabilitas genetik di dalam suatu jenis adalah penting penggabungan variabilitas dari berbagai jenis dan marga berperan dalam evolusi secara garis besar dapat dikatakan bahwa makin lebar jarak filogenetik anatar induk dalam suatu persilangan, makin rendahlah terjadinya keturunan berhasil hidup dan keturunan yang fertil. Fertilitas merupakan kondisi penting. Karena rekombinasi genetik yang efektif tidak mungkin tercapai bila sejumlah gen tadi hilang pada proses pewarisan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya (Kimball 2002: 22). Kontrol persilangan sangat penting dalam produksi benih hibrida. Tamanam hibrida memiliki keuntungan dari efek heterosis akibat persilangan dari galur yang berbeda. Heterosis atau hybrid vogir adalah peningkatan vigor tanaman dibandingkan tertuanya. Penampilan hibrida ini superior dibandingkan dengan tertuanya dalam hal produksi, vigor, adaptasi dan keseragaman. Untuk memproduksi benih hibrida yang

tidak

terkontaminasi

oleh

benih

polinasi

sendiri,

perlu

metode

untuk

mengontrol/menghindari polinasi sendiri. Dua metode untuk produksi hibrida F1: selfincompatibility (SI) dan cytoplasmic male sterility (CMS). Mandul = steril jantan (male sterility) (Dwisang 2008: 69). Tidak adanya poleh hidup pada tumbuhan yang normalnya monoecious atau hermaprodit. Mandul jantan terjadi pada tumbuhan yang gagal menghasilkan stamen atau anter. Kegagalan meiosis dalam anter, kematangan butir polen yang tidak normal. Tiga tipe mandul pada jantan akibat persilangan, yaitu genetik (gene male sterility = gms, yaitu gen jantan yang mandul), sitoplasma (cytoplasmic male sterility = cms, yaitu sitoplasma jantan yang bersifat steril atau mandul) dan cytoplasmicgenetic (gabungan gen dan sitoplasma jantan yang bersifat mandul (Anonim 2011: 1). Mandul jantan yang dikontrol oleh gen, biasanya ditentukan oleh satu gen resesif, ms. Alel mandul jantan ini mungkin timbul secara spontan atau diinduksi. Untuk memelihara mandul jantan, disilangkan dengan fertile jantan yang heterozygous. Persilangan ini akan menghasilkan 1:1 steril jantan dan fertile jantan. Gen tunggal resesif mandul jantan telah ditemukan pada tanaman jagung, sorgum, tembakau, ketimun, melon dan terong (Campbell 2003: 23). Sitoplasma jantan mandul ditentukan oleh sitoplasma, keturunannya akan selalu mandul jantan, karena sitoplasma berasal dari sel telur. Digunakan untuk produksi hibrida, misalnya pada sorghum, padi, tembakau, kapas, bunga matahari. Penyebab terjadinya CMS, yakni mutasi spontan, meski sangat jarang, ditemukan pada jagung dan bunga matahari. Persilangan antara spesies = interspesific hybridization. Diinduksi dengan ethidium bromide, misalnya pada Petunia sp. Gabungan dari gen dan sitoplasma yang steril agak kompleks dan jarang digunakan karena banyak limitasi. (Anonim 2011: 2). Kumpulan gen seperti yang dijelaskan oleh teorema Hardy-Weinberg, yang diambil dari nama dua saintis yang secara terpisah menghasilkan prinsip itu pada tahun 1908. Teorema tersebut menyatakan bahwa frekuensi alel dan genitope dalam kumpulan gen suatu populasi tetap konstan selama beberapa generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen lain selain rekombinasi seksual. Dengan kata lain,

pergeseran seksual alel akibat meiosis dan fertilisasi acak tidak akan berpengaruh pada keseluruhan struktur genetik suatu populasi (Campbell 2003: 24). Faktor-faktor memengaruhi frekuensi gen dan keanekaragamannya (variabilitas) genetik diantaranya adalah mutasi, seleksi alam, migrasi, rekombinasi dan hanyutan genetik. Apabila ada satu atau lebih gen yang bermutasi makan akan terjadi perubahan keseimbangan gen-gen dalam populasi. Individu-individu yang tidak dapat menghadapi seleksi alam akan mengurangi alel dalam populasi karena individu itu tidak memiliki keturunan yang mewariskan alel tersebut. Individu yang meninggalkan populasi (emigrasi) akan membawa alel keluar dan individu yang masuk ke dalam populasi (imigrasi) akan membawa alel yang berpotensi menjadi alel baru. Rekombinasi gen adalah munculnya keturunan yang mempunyai kombinasi gen yang tidak terdapat pada kedua induknya (Anonim 2011: 1). Rekombinasi gen terjadi karena perkawinan dan memungkinkan terbentuknya varietas baru. Hanyutan genetika merupakan perubahan frekuensi alel akibat adanya populasi kecil yang memisah dari populasi besar. Penyebab terjadinya hanyutan genetik antara lain penyebab yang mengacu kepada sekelompok individu yang menempati tempat baru dan membentuk koloni sendiri. Koloni baru ini dapat memiliki frekuensi alel yang berbeda dari populasi induknya karena mereka menikah dengan sesama anggota koloninya. Penyebab yang berasal dari hal yang mengacu kepada kondisi di mana banyak anggota populasi yang mati dan sisanya saling kawin hingga jumlah populasinya kembali seperti semula, tetapi memiliki variasi alel yang lebih sedikit (Dwisang 2008: 517). Phaseolus vulgaris memiliki ciri yang hampir sama dengan kacang ercis Phaseolus vulgaris memiliki banyak varietas. Organ kelamin dari tanaman kacang terdapat pada bunganya dan setiap bunga mempunyai sekaligus organ kelamin jantan dan betina, masing-masing stamen dan karpel. Biasanya tanaman seperti ini melakukan fertilisasi sendiri, yakni butir-butir polen lepas dari stamen dan jatuh di karpel dari bunga yang sama, dan sperma dari polen membuahi ovum di karpel. Perkawinan silang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya variasi (Campbell 2002: 257).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini di laksanakan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2011 pukul 13.0015.00 WIB, di laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah jangka sorong, kantung plastik, kertas milimeter, spidol, mistar transparan dan timbangan OHAUS Centogram, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah vigna angularis. 3.3. Cara Kerja Diberi kertas grafik menjadi 50 bagian dengan spidol : panjang dibagi 10, lebar dibagi 5. Diberi nomor pada tiap kotak, mulai 1 hingga 50. Kacang merah diberi nomor dengan spidol mulai 1 hingga 50. Diukur panjang tiap kacang merah dengan jangka sorong, mulai 1 hingga 50. Dicatat panjangnya (dalam mm) pada kotak dengan nomor yang sesuai, kemudian diletakkan kacang yang telah diukur pada kotak tadi. Kemudian ditimbang 20 kacang merah (misal no 1 hingga 20). Dan dicatatkan beratnya (dalam gram) pada kotak yang sesuai dengan nomornya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:

4.2. Pembahasan Vigna angularis mempunyai bentuk yang sama tetapi mempunyai ukuran dan berat yang bervariasi. Terlihat bahwa adanya perbandingan panjang dan berat dari hasil praktikum yang telah dilakukan, yaitu variasi ukuran dari Vigna angularis 140 variasi panjang menghasilkan 7 sampel variasi panjang dan 70 variasi berat menghasilkan 5 sampel variasi berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2002: 229). Bahwa adanya variasi sinambung suatu sifat dalam populasi (populasi kacang merah), sehingga dapat diterangkan bahwa yang mengendalikan varisi tersebut adalah beberapa pasang gen yang efek-efeknya digabung bersama (teori tentang pewarisan pilogenik). Hal ini menyatakan bahwa dua tipe ekstrim disilangkan, maka keturunannya bersifat intermediet. Menurut Anonim (2011: 1) menyatakan bahwa bila dua tipe intermediet disilangkan, kebanyakan keturunannya intermediet juga, tetapi beberapa tipe ekstrim juga ada hasil persilangan acak dalam populasi besar akan merupakan dalam kisaran luas tipetipe dengan jumlah terbesar dalam kisaran tengah dan jumlah yang terkecil pada ekstrimekstrimnya. Ketika efek ini sebenarnya diamati terhadap terhadap kebanyakan kasus tentang variasi kuantitatif pada makhluik hidup. Fertilitas merupakan kondisi penting. Karena rekombinasi genetik yang efektif tidak mungkin tercapai bila sejumlah gen tadi hilang pada proses pewarisan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya Panjang yang dihasilkan dari setiap pengukuran yang dilakukan bahwa tidak terdapat Vigna angularis yang mempunyai ukuran yang sama persis, baik ukuran panjang, berat, maupun warnanya. Setelah diukur dan dikelompokkan sesuai dengan ukurannya masingmasing, perbedaannya akan semakin tampak. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwisang (2008: 515) menyatakan bahwa Mendel membatasi penelitian pada sifat-sifat yang kuantitatif berbeda-beda antara berbagai individu yang mudah dikenal secara nyata. Beberapa variasi ini dapat diterangkan dengan perbedaan-perbedaan dalam diet dan faktorfaktor lain dalam lingkungan, misalnya lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang. Vigna angularis memiliki ciri yang hampir sama dengan kacang buncis. Menurut Campbell (2002: 257). Bahwa Vigna angularis memiliki banyak varietas. Organ kelamin dari tanaman kacang terdapat pada bunganya dan setiap bunga mempunyai sekaligus organ

kelamin jantan dan betina, masing-masing stamen dan karpel. Biasanya tanaman seperti ini melakukan fertilisasi sendiri, yakni butir-butir polen lepas dari stamen dan jatuh di karpel dari bunga yang sama, dan sperma dari polen membuahi ovum di karpel. Perkawinan silang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya variasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwisang (2008: 482). Bahwa kawin silang meningkatkan populasi individu homozigo. Apabila suatu alel jarang, biasanya terbatas dalam heterozigot. Kawin silang akan memudahkan alel jarang ada dalam populasi kemudian dapat dilakukan seleksi untuk menghilangnya homozigot resesif. Keanekaragaman tingkat jenis menunjukan adanya variasi bentuk, penampakan dan frekuensi gennya. Organ kelamin dari tanaman kacang terdapat pada bunganya dan setiap bunga mempunyai sekaligus organ kelamin jantan dan betina, masing-masing stamen dan karpel. Perbandingan panjang/berat yang harganya besar, volume yang besar, dan panjang/berat yang kecil diartikan bahwa pada harga yang kecil memilki volume yang kecil pula. Menurut Campbell (2002: 234). Pasangan alel dari harga besar merupakan alel homozigot, sedangkan pasangan alel yang harganya kecil berasal dari alel heterozigot. Pada pengukuran, setiap kacang merah memilki panjang yang berbeda karena sesuai dengan induknya masing-masing. Sama halnya dengan penimbangan, setiap Phaseolus vulgaris memiliki berat yang berbeda-beda sehingga pada perhitungan dan analisis data yang didapat juga berbeda-beda. Variasi panjang dan berat suatu sampel dapat diketahui dengan mengelompokkan sampel berdasarkan rangenya (ukuran panjang dan berat). Sifat fisiologi dan morfologi dari keanekaragaman biologi menimbulkan suatu keanekaragaman genetik dalam populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Apandi (1995: 302-305). Bahwa adanya variasi dalam suatu sifat dalam populasi dapat diterangkan dalam mengasumsikan bahwa yang mengendalikan pewarisan sifat adalah beberapa pasang gen yang efek-efeknya bergabung bersama. Hipotesis ini dinamakan hipotesis berganda atau sering disebut teori pewarisan poligenik dan biasanya terdapat dalam kebanyakan variasi kuantitatif makhluk hidup. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keseimbangan genetik adalah migrasi gen ke dalam atau ke luar populasi sekelumpok individual dengan fenotip tertentu dan berbeda-beda, serta arus genetik secara acak. Perkawinan silang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya variasi.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum ini, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Varietas dipengaruhi oleh faktor gen dan lingkungan. 2. Hasil pengukuran panjang sampel didapat dengan menjumlahkan seluruh data dibagi dengan total keseluruhan sampel. 3. Hasil rata-rata didapat dengan menjumlahkan berat seluruh sampel dibagi dengan Banyak sampel. 4. Variasi juga disebabkan oleh adanya perkawinan silang. 5. Variasi panjang dan berat suatu sampel dapat diketahui dengan mengelompokkan sampel berdasarkan rangenya (ukuran panjang dan berat).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2009. Persilangan dan Varietas. Http://www.google.com/persilangan_varietas. Diakses tanggal 24 Maret 2011 jam 19.28 WIB. Apandi, M. 1995. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga. Jakarta : xiv + 438 hlm. Campbell, N A. 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta : vi + 436 hlm. Campbell, N A. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta : v + 472 hlm. Dwisang, E L. 2008. Inti Sari Biologi. Tangerang. Scientific Press : 3 + 563 hlm.

ABSTRAK

Praktikum ini berjudul Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran kacang merah (Vigna angularis). Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 Maret 2011, Pukul 13.00-15.00 WIB, Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Alat yang digunakan adalah kantung plastik, kertas grafik, spidol, timbangan AHOUS centogram. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Vigna angularis. Adapun hasil yang di dapat yaitu data ukuran panjang dan berat rata-rata serta nilai maksimum dan nilai minimum dari Vigna angularis yang selanjutnya di klasifikasikan dalam histogram. Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini ukuran panjang dan berat pada Vigna angularis yang bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai