Disusun oleh:
ROMBEL 1
PENDIDIKAN BIOLOGI/12
23 September 2014
Variasi Sifat pada Tanaman Hibiscus rosa-sinensis
I. Tujuan
1. Dapat menjelaskan tipe-tipe keragaman pada tanaman
2. Menyebutkan dan membedakan sedikitnya tiga ciri yang berbeda untuk suatu
karakter tertentu
3. Dapat mendiskripsikan hasil pengamatan tentang variasi pada tanaman
4. Dapat menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan
Pink
Putih
Kelabu dengan
pangkal keunguan
Jumlah lingkar Satu tingkat
petala
VI. Pembahasan
Pada percobaan tentang variasi yang ada pada spesies tumbuhan, digunakan
spesies Hibiscus rosa-sinensis sebagai satu sampel yang digunakan sebagai contoh
tumbuhan yang memiliki variasi dalam satu spesiesnya. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara mengambil beberapa gambar foto tumbuhan Hibiscus rosa-sinensis yang
ditemukan disekitar kampus dan sekitar pinggir jalan raya. Sifat yang ditemukan di
spesies ini antara lain variasi pada warna bunga, jumlah lingkar petala, warna daun, dan
kedalaman toreh pada petala. Variasi pada warna bunga antara lain ada yang berwarna
merah, pink, putih dan juga berwarna kelabu dengan pangkal petala berwarna keunguan.
Variasi pada jumlah lingkar petala, ada yang hanya ada satu tingkat dan ada yang lebih
dari satu tingkat lingkar petala. Variasi warna daun, ada yang memiliki satu warna (hijau),
dan ada yang memiliki dua warna dalam satu daun (hijau dan putih). Dan variasi terakhir
yang teramati adalah kedalaman toreh petala. Pada umumnya bunga Hibiscus rosa-
sinensis yang biasa memiliki toreh petala yang dangkal, sedangkan ada bunga yang
berukuran lebih kecil (berbeda individu/ variasi lain) memiliki toreh yang lebih dalam.
Sebenarnya masih ada lebih banyak lagi sifat pada tumbuhan Hibiscus rosa-sinensis
yang ada, namun hanya beberapa sifat yang teramati pada saat praktikum. Variasi yang
paling banyak dijumpai pada tanaman Hibiscus rosa-sinensis yaitu variasi pada warna
bunga yang beranekaragam antara lain dapat dijumpai warna bunga merah, pink, putih
dan kelabu dengan pangkal petala berwarna keunguan. Masih banyak variasi sifat pada
warna bunga, namun terbatasnya jangkauan maka tidak banyak variasi tumbuhan ini
yang dapat ditemukan.
Keanekaragaman tersebut merupakan variasi yang ada dalam satu spesies (variasi
gen), sifat individu ditentukan oleh gen yang dimilikinya. Variasi ada yang disebabkan
oleh gen dan ada yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga memunculkan fenotip yang
berbeda. Lowe dkk menyatakan bahwa variasi ini memungkinkan spesies untuk
berubah seiring waktu, sehingga bertahan hidup sesuai dengan perubahan kondisi
lingkungan. Diversitas genetik yang besar dapat menawarkan ketahanan yang lebih
besar Besarnya diversitas di dalam suatu spesies tergantung pada jumlah individu,
kisaran penyebaran geografinya, tingkat isolasi dari populasi dan sistem breeding-nya
(Lowe, Harris dan Ashton, 2006). Dengan adanya perubahan lingkungan, akan
mengakibatkan munculnya sifat yang berbeda meskipun memiliki gen yang sama. Jadi,
gen yang sama mampu memunculkan fenotip yang berbeda. Dan keanekaragaman gen
dapat memunculkan suatu varietas pada suatu spesies.
VII. Simpulan
1. Tipe keanekaragaman pada tanaman antara lain ada keanekaragaman gen,
spesies, genus, famili, dst.
2. Pada pembahasan telah dibedakan minimal tiga ciri yang berbeda untuk satu
karakter yang ada pada tumbuhan Hibiscus rosa-sinensis.
3. Pada tanaman Hibiscus rosa-sinensis dapat dijumpai berbagai macam variasi
sifat antara lain warna bunga, jumlah lingkar petala, warna daun, dan kedalaman
toreh pada petala. Untuk karakter warna bunga terdapat 4 macam variasi, jumlah
lingkar petala 2 macam, warna daun terdapat 2 macam, dan kedalaman toreh
petala terdapat 2 macam.
4. Hasil pengamatan dipresentasikan setelah praktikum di laboratorium biologi pada
23 September 2014.
Campbell, Neil A et al. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Elrod, Susan dan William Stanfield. 2007. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Indrawan, M., R. B. Primack dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konservasi.
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Julisaniah, N. I., L. Sulistyowati, dan A. N. Sugiharto. 2008. Analisis kekerabatan
Mentimun (Cucumis sativus L.) Menggunakan Metode RAPD-PCR dan
Isozim. Biodiversitas. 9 (2): 99-102.
Kusdiharti. 1996. Genetika Tumbuh-Tumbuhan. UGM : Yogyakarta.
Lowe, A., S., Harris, and P., Ashton. 2006. Ecological Genetics (Design, Analysis and
Application). Blackwell publishing : Singapore
Sobir, Poerwanto R. 2007. Mangosteen genetic and Improvement. Intl J Pl Breed
1(2): 105-111.
Suryanto, D. 2003. Melihat Keanekaragaman Organisme Melalui BeberapaTeknik
Genetika Molekuler: USU digital library.
Suryati, Dotti. 2008. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi
Universitas Bengkulu.
Syamsuardi dan Okada, Hiroshi. 2002. Genetic diversity and genetic structure of
populations of Ranunculus japonicus Thunb., (Ranunculaceae). Plant
Species Biology 17: 59-69.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Welsh, James R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta:
Erlangga