Anda di halaman 1dari 16

1.

Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen


a. Pengertian Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Menurut Susilowarno dkk (2009) keanekaragaman genetik merupakan
variasi dalam satu spesies yang disebabkan oleh perbedaan urutan gen
pada tiap individu. Meskipun kerangka dasar genetik yang dimiliki oleh
setiap makhluk hidup adalah sama, namun susunan atau urutan dari
kerangka genetik setiap individu berbeda. Sehingga tidak ada seorangpun
yang memiliki ciri yang sama persis.
Ambarwati (2015) juga mengungkapkan pengertian dari keanekaragaman tingkat gen, yakni merupakan salah satu keanekaragaman hayati
yang terjadi pada individu yang sejenis (plasma nutfah). Keanekaragaman
ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu spesies jenis
makhluk hidup.
Sedangkan menurut Indrawan dkk (2007), keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasipopulasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individuindividu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki
perbedaan genetik antara satu dengan lainnya yang menimbulkan variasi.
Sehingga berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa keanekaragaman hayati tingkat gen merupakan variasi yang terjadi
pada individu yang sejenis (satu spesies) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan susunan genetik antar individu. Variasi pada makhluk hidup
dalam satu spesies ini meliputi variasi atau perbedaan bentuk, penampilan,
dan sifat antar individu.
Keanekaragaman genetik ini merupakan tingkat keanekaragaman
hayati yang paling luas/besar. Hal ini disebabkan karena setiap organisme
atau individu memiliki variasi komposisi susunan gen masing-masing
yang diwariskan dari induknya. Sehingga antar organisme memiliki
karakteristik yang berbeda. Karena variasi genetik inilah di dunia ini tidak
ada makhluk hidup yang sama persis dan membuat semakin banyak variasi
dari keanekaragaman tingkat gen itu sendiri (Maulana, 2015).

b. Penyebab Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen


Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis pada dasarnya
memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan
bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme
yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya
(Budinugroho, 2011).
Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya
sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing
induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat
suatu individu dalam satu spesies (Budinugroho, 2011).
Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan
salah satu

penyebab

keanekaragaman

genetik.

Keturunan

dari

hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua
induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk
tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies
berupa varietas-varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau
penyesuaian

diri

setiap

individu

dengan

lingkungan.

Sedangkan

keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan


silang (hibridisasi). Hibridisasi merupakan proes persilangan dua individu
yang berbeda komposisi genetikanya, seperti berlainan ras, varietas, jenis,
atau berlainan marga (Wirnawati dkk, 2015).
Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak
(fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya
(genotip). Lingkungan sendiri merupakan unsur biologi, fisika, dan kimia
yang selalu ada sekitar makhluk hidup atau keseluruhan faktor biotik,
iklim, tanah, cahaya, suhu, kelembaban udara yang mengelilingi suatu
makhluk hidup. Kondisi lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi
frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan dalam populasi. Dalam setiap
generasi, faktor lingkungan menyaring variasi yang dapat diwariskan,
yang lebih menguntungkan suatu variasi tertentu atas variasi yang lain.

Oleh karena itu, dua individu dalam suatu spesies dengan susunan gen
yang sama, belum tentu memiliki ciri yang sama pula (Wardah, 2013).
c. Contoh Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, keanekaragaman genetik
menimbulkan variasi baik dari segi bentuk, penampilan, maupun sifat dari
tiap individu. Adapun contoh dari keanekaragaman genetik antara lain
sebagai berikut:
1) Perbedaan kenampakan pada bunga mawar

Gambar 1. Variasi Warna Pada Bunga Mawar


Pada Gambar 1 tersebut terlihat adanya variasi pada ketiga bunga
mawar, yakni perbedaan warna. Perbedaan warna pada bunga tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bisa disebabkan karena
perbedaan susunan gen pembawa sifat warna pada masing-masing
bunga. Pigmen warna yang berbeda akan menghasilkan kenampakan
yang berbeda pula.
Kemudian faktor lain yang juga dapat mempengaruhi warna bunga
tersebut ialah lingkungan tempat hidup bunga mawar. Kondisi cuaca
beserta unsur-unsur yang mempengaruhi iklim suatu daerah dapat
memberikan kenampakan yang berbeda pada tanaman. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lilyaliah (2014) bunga mawar yang
ditanam pada dataran tinggi cenderung memiliki warna yang lebih
cerah dibandingkan bunga mawar yang ditanam pada daerah dataran
rendah.
Perbedaan warna pada bunga mawar ini juga bisa diperoleh melalui
berbagai perlakuan manusia antara lain perkawinan silang dan rekayasa
genetik. Perkawinan silang antara dua jenis mawar yang memiliki
kenampakan berbeda dapat menghasilkan suatu individu baru yang

memiliki campuran/gabungan sifat dari kedua induknya (Lenggo,


2011).
Sementara itu rekayasa genetik merupakan suatu proses manipulasi
gen yang bertujuan untuk memperoleh organisme unggul. Dengan
rekayasa genetik ini kita dapat memperoleh warna yang berbeda pada
bunga mawar. Contohnya bunga mawar berwarna biru. Bunga mawar
berwarna biru ternyata bisa didapatkan dengan cara mensintesis pigmen
yang ditemukan pada bunga biru bernama Petunia dan kemudian gen
tersebut dimasukkan ke dalam bunga mawar yang berwarna ungu pucat.
Percampuran ini akhirnya menghasilkan kelopak mawar berwarna
merah anggur tua akibat dari kelebihan pigmen biru. Agar mendapatkan
warna bunga mawar biru seperti yang diharapkan, para peneliti
memanfaatkan teknologi RNAi untuk mengurangi hasil pewarnaannya
(Anonim, 2012).
2) Variasi pada tanaman pisang

Gambar 2. Beberapa Variasi Pisang Mas


Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa tanaman pisang
memiliki keanekaragaman yang tinggi. Secara spesifik contohnya
adalah pisang mas yang memiliki 14 kultivar yang berbeda tetapi masih
dalam satu jenis pisang mas. Adapun jenis pisang mas tersebut antara
lain yaitu pisang mas bunga, mas lumut, mas soponyono, mas raja, mas
sloka, mas murli, mas empat puluh hari, mas pak djalil, mas talun, mas
tropong, mas santen, mas jambe, mas bromo, mas gading (Hidayah,
2011).

Keanekaragaman gen yang terdapat pada pisang mas dapat


diketahui dari ciri generatif misalnya bunga, dan ataupun buahnya,
dan ciri vegetatif misalnya kekerdilan tanaman, ketegakan daun, warna
batang semu, warna bercak batang semu, keadaan tepi tangkai daun,
warna tepi tangkai daun, bentuk pangkal daun, tipe kanal (potongan
melintang tangkai daun ketiga), bercak pada pangkal tangkai daun,
warna bercak tangkai daun (Hidayah, 2011).
3) Beberapa contoh lain dari keanekaragaman hayati tingkat gen ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
Variasi Genetik Beberapa Makhluk Hidup
Kelapa Gading
Kelapa Kopyor
Kelapa Hijau

Anjing Bulldog

Anjing Kampung

Anjing Doberman

Padi Rojolele

Padi Barito

Padi Mekongga

d. Manfaat Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Giri (2010) menyatakan bahwa keanekaragaman genetik sebagai tingkat


keanekaragaman dengan jumlah yang terbanyak mempunyai beberapa
manfaat yang tentunya menguntungkan bagi manusia. Manfaat tersebut di
antaranya adalah:
1) Keanekaragaman

genetik

merupakan

sumber

kehidupan,

penghidupan, dan kelangsungan hidup bagi umat manusia. Karena


keanekaragaman genetik ini berpotensi sebagai sumber pangan,
papan, sandang, obat-obatan, serta kebutuhan yang lain.
2) Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan genetik merupakan
modal dasar untuk melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi
(kawin silang) untuk mendapatkan bibit unggul yang diharapkan.
3) Keanekaragaman genetik merupakan pelengkap dan cadangan
pendukung kehidupan di sebuah ekosistem dan juga di bumi. Variasi
pada tiap individu memiliki peranan dalam mempertahankan
keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki
peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh
jenis yang lain. Sehingga kepunahan salah satu jenis organisme dapat
merusak keseimbangan ekosistem.
4) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekayaan aneka
flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan
tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya.
Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai
sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai
bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan
dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Keanekaragaman hayati
merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat
berguna untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa dipelajari
tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih
baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang
terpakai, dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang
terdegradasi. Daerah alami menyediakan laboratorium yang baik

sekali untuk studi seperti ini, sebagai perbandingan terhadap daerah


lain dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk penelitian
yang berharga mengenai ekologi dan evolusi. Habitat yang tidak
dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa pendekatan
tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan
mengenai sistem pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan.
e. Ancaman Keanekaragaman Genetik
Musliadi (2011) menyatakan bahwa ancaman terhadap keanekaragaman
hayati di Indonesia umumnya disebabkan oleh kerusakan dan pemanfaatan
yang berlebihan. Fenomena perubahan iklim akhir-akhir ini juga
merupakan

suatu

ancaman

serius

bagi

keberlangsungan

hidup

keanekaragaman hayati di Indonesia. Dengan naiknya suhu global rata-rata


permukaan bumi sebesar 1,5 2,5oC risiko kepunahan tumbuhan dan
hewan akan meningkat menjadi sebesar 20-30 %. Adapun ancaman
terhadap keanekaragaman hayati, yaitu:
1) Perubahan ekosistem
Ancaman yang paling utama dalam pelestarian keanekaragaman
hayati adalah terjadinya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor dari alam maupun
akibat aktivitas manusia yang merugikan bagi lingkungan. Dengan
berubahnya ekosistem yang sejatinya menjadi habitat asli dari suatu
organisme maka dapat mengancam keberadaan suatu organisme lokal.
Akibatnya organisme tersebut tidak dapat beradaptasi dengan baik pada
kondisi lingkungan barunya, sehingga mengurangi sifat genetik yang
mampu diwariskan kepada keturunannya dan merubah kenampakan
maupun sifat yang dimiliki atau bahkan dapat menyebabkan kepunahan
suatu organisme karena seleksi alam.
2) Perburuan dan perdagangan illegal satwa liar
Perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar merupakan ancaman
serius bagi kelangsungan hidup satwa tersebut. Tingginya harga barang-

barang kerajinan yang berasal dari bagian tubuh satwa liar merupakan
pemicu peningkatan perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar.
Kuota tangkap monyet ekor panjang kembali naik. Untuk tahun
2008, berdasarkan rekomendasi dari LIPI, kuota tangkap keseluruhan
adalah 5.100 ekor, dengan rincian 2.000 ekor untuk induk penangkaran,
3.000 untuk riset biofarma, dan 100 ekor untuk PS IPB. Kuota tangkap
ini belum disahkan oleh Departemen Kehutanan atau masih dalam
proses. Pada tahun 2007, kuota tangkap monyet ekor panjang 4.100.
Sedangkan pada tahun 2006, kuota tangkap dari alam untuk monyet
ekor panjang adalah 2.000 ekor yang dimanfaatkan hanya untuk
pengganti induk tangkar.
Jika rekomendasi LIPI tersebut disahkan, tentunya mengancam
keberadaan monyet ekor panjang di alam. Belum lagi pada banyak
kasus, kuota tangkap banyak disalahgunakan untuk penangkapan
dengan tujuan perdagangan ilegal. Kuota tangkap dari alam yang
dikontrol pemerintah secara resmi pada tahun 2007 hanya 4.100 ekor.
Akan tetapi berdasarkan pantauan, penangkapan dari alam yang dijual
bebas di pasar burung di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 2007 tidak
kurang dari 5.000 ekor. Belum lagi di pulau-pulau lain yang masih
banyak eksplotasi monyet ekor panjang ini.
3) Konflik Manusia dan satwa
Konflik antara manusia dan satwa liar cenderung semakin
meningkat. Konflik ini terjadi karena aktivitas manusia di sekitar
habitat satwa liar semakin tinggi yang mengganggu ketersediaan air,
satwa mangsa dan ruang jelajah bagi satwa liar tersebut. Kerusakan
tanaman pertanian dan perkebunan serta ternak sering terjadi akibat
konflik antara manusia dan satwa liar. Namun pada akhirnya seringkali
satwa liar yang berkonflik dengan manusia ini yang menjadi korban.
Berdasarkan hasil patroli Wildlife Response Unit di sekitar Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan, pada sekitar bulan Maret dan April
2008 telah terjadi konflik antara manusia dan harimau yang

mengakibatkan kerugian 5 ekor kambing, 3 ekor anjing dan 1 orang


korban jiwa serta 1 ekor harimau.
4) Sumber Daya Genetik
Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya genetik (SDG)
belum memanfaatkan SDG asli Indonesia secara optimal. Banyak SDG
yang dibudidayakan dan dimanfaatkan di Indonesia berasal dari negara
lain. Sebaliknya, negara lain sudah banyak memanfaatkan SDG yang
berada di Indonesia. Banyak SDG Indonesia diteliti dan dimanfaatkan
negara lain untuk dijadikan obat komersial dan dipatenkan. Apabila
pemanfaatan SDG Indonesia ini terus dibiarkan, kondisi ini akan
menjadi ancaman bagi kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Penggunaan varietas unggul secara monokultur, juga akan menggusur
varietas lokal dan mempersempit basis genetis tanaman pertanian yang
akhirnya berpotensi terhadap kepunahan varietas lokal tersebut.
5) Aspek Kultural Sumber Daya Hayati di Indonesia
Indonesia

memiliki

kurang

lebih

350

etnis

dengan

keanekaragaman agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya. Dalam


upacara ritual keagamaan atau dalam upacara adat banyak sekali
sumber daya hayati yang dipergunakan. Sebagai contoh, ummat Islam
menggunakan sapi dan kambing jantan dewasa pada setiap hari raya
korban, sedangkan umat nasrani memerlukan pohon cemara setiap
natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai jenis sumber daya hayati
untuk setiap upacara keagamaan yang dilakukan. Banyak jenis pohon di
Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal
roh jahat seperti beringin, bambu kuning (di Jawa). Upacara kematian
di Toraja menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang dianggap
mempunya nilai magis untuk ramuan memandikan mayat misalnya
limau, daun kelapa, pisang dan rempah-rempah lainnya. Disamping itu
dipergunakan pula kerbau belang. Pada upacara ngaben di Bali
dipergunakan 39 jenis tumbuhan. Dari 39 jenis tersebut banyak yang
tergolong penghasil minyak atsiri dan bau harum seperti kenanga,
melati, cempaka, pandan, sirih dan cendana. Jenis lain yaitu dadap dan

tebu hitam diperlukan untuk, kelapa gading diperlukan untuk


menghanyutkan abu ke sungai.
Pada masyarakat Minangkabau dikenal juga upacara adat. Jenis
tanaman yang banyak dipergunakan dalam upacara adat ini adalah padi,
kelapa, jeruk, kapur barus, pinang dan tebu. Budaya nyekar di Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan upacara mengirim doa pada leluhur.
Upacara ini juga menggunakan berbagai jenis tumbuhan bunga yaitu
mawar, kenanga, kantil, dan selasih. Untuk pembuatan kembar mayang
pada pesta perkawinan suku Jawa dipergunakan jenis tumbuhan yaitu
janur muda dari kelapa, mayang (bunga pinang), beringin, kemuning,
daun spa-spa (Flemingialineata), daun kara (phaseolus lunatus), daun
maja, daun, alang slang, daun kluwih (Artocarpus cornmunis), daun
salam, daun dadap, daun girang, dan daun andhong. Disamping itu
dikenal juga pemotongan ayam jantan untuk ingkung yang biasanya
ayam berbulu putih mulus atau ayam berbulu hitam mulus (ayam
cemani).
Aneka tanaman yang dipergunakan untuk upacara memandikan
keris di Yogyakarta adalah jeruk nipis, pace, nanas, kelapa, cendana,
mawar, melati, kenanga, dan kemenyan Selain melekat pada upacara
adat, kekayaan sumber daya hayati Indonesia tampak pada hasil-hasil
kerajinan daerah dan kawasan. Misalnya kerajinan mutiara, dan kerangkerangan di Nusa Tenggara dan Ambon, kerajinan kenari di Bogor,
daerah. Pada hari lingkungan hidup sedunia ke-18, Presiden RI
menetapkan melati sebagai puspa bangsa, anggrek bulan sebagai puspa
pesona dan bunga raflesia sebagai puspa langka. Tiga satwa langka
yang ditetapkan sebagai satwa nasional adalah Komodo, ikan siluk
merah dan elang jawa. Kerajinan batik dan tenun ikat, kerajinan tikar,
patung, dan lain-lain. Kekayaan sunber daya hayati juga nampak pada
penggunaan maskot flora dan fauna di senua propinsi di Indonesia
sebagai identitas.
Berbagai ritual tersebut di atas seringkali menggunakan
sumberdaya hayati dalam jumlah yang besar. Belum lagi ritual tersebut

dilakukan secara berkala dalam kurun waktu tertentu. Jika pemanfaatan


berbagai organisme secara besar-besaran ini tidak diimbangi dengan
pelestarian yang baik maka tentunya dapat mengancam jumlah populasi
dari masing-masing organisme tersebut.
f. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Menurut Naomi (2013), agar keanekaragaman makhluk hidup dapat
terus lestari dan mampu memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada
manusia, pemanfaatannya harus secara bijaksana. Beberapa usaha
penyelamatan dan pelestarian keanekaragaman makhluk hidup sebagai
berikut.
1) Sistem tebang pilih dengan cara memilih tanaman yang bila ditebang
tidak sangat berpengaruh terhadap ekosistem.
2) Peremajaan

tanaman

dilakukan

untuk

mempertahankan

dan

meningkatkan hasil dengan mempersiapkan tanaman pengganti.


3) Penangkapan musiman yang dilakukan pada saat populasi hewan
paling banyak dan tidak pada saat kondisi yang dapat mengakibatkan
kepunahan. Contohnya tidak berburu pada saat musim berkembang
biak.
4) Pembuatan cagar alam dan tempat perlindungan bagi tumbuhan dan
hewan langka seperti suaka margasatwa dan taman nasional. Tempattempat tersebut melindungi flora atau fauna yang sudah terancam
punah.
Perlindungan (konservasi) keanekaragaman hayati bertujuan untuk
melindungi flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Konservasi dibagi
dua macam, yaitu:
1) In Situ
In situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan pada
habitat asli. Misalnya memelihara ikan yang terdapat di suatu danau
yang dilakukan di danau tersebut, tidak dibawa ke danau lain atau
sungai. Ini dilakukan agar lingkungannya tetap sesuai dengan
lingkungan alaminya. Meliputi 7 kategori, yaitu cagar alam, suaka

margasatwa, taman laut, taman buru, hutan, atau taman wisata, taman
provinsi, dan taman nasional.
2) Ex Situ
Ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar
habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan habitat aslinya.
Perkembangbiakan hewan di kebun binatang merupakan upaya
pemeliharaan ex situ. Jika berhasil dikembangbiakan, sering kali
organisme tersebut dikembalikan ke habitat aslinya. Contohnya, setelah
berhasil ditangkar secara ex situ, jalak Bali dilepaskan ke habitat
aslinya di Bali. Misalnya: konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan
konservasi fauna di suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.
Upaya melestarikannya juga meliputi ekosistem di suatu wilayah.
Perlindungan tersebut di antaranya:
1) Cagar Alam
Cagar alam adalah membiarkan ekosistem dalam suatu wilayah
apa adanya. Perkembangannya terjadi secara proses alami. Manusia
dilarang memasukinya tanpa izin khusus. Cagar alam bertujuan untuk:
a)

melindungi ciri khas tumbuhan, hewan, dan ekosistem alami

b)

mempertahankan keanekaragaman gen

c)

menjamin pemanfaatan ekosistem secara berkesinambungan

d) memelihara proses ekologi


Contohnya Cagar Alam Pangandaran (Jawa Barat).
2) Suaka Margasatwa
Merupakan pelestarian satwa langka. Perburuan dibuatkan
peraturan tertentu. Satwa langka dilindungi oleh undang-undang
konservasi, sehingga kepemilikannya harus memiliki izin khusus.
3) Taman Nasional
Taman

Nasional

adalah

kawasan

pelestarian

alam

yang

mempunyai ekosistem asli. Taman nasional dimanfaatkan untuk tujuan


penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional juga berfungsi melindungi

ekosistem, melestarikan keanekaragam flora dan fauna, dan


melestarikan pemanfaatan sumber daya alam hayati.
Beberapa taman nasional tersebut misalnya Taman Nasional (TN)
Gunung Leuseur (Aceh dan Sumatera Utara), TN Kerinci Seblat
(Sumatera Selatan dan Bengkulu), TN Bukit Barisan Selatan
(Bengkulu dan Lampung), TN Ujung Kulon (Banten), TN Gunung
Gede Pangrango (Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat), TN Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), TN Bromo Tengger (Jawa Timur), TN Meru
Betiri (Jawa Timur), TN Baluran (Banyuwangi, Jawa Timur), TN Bali
Barat, TN Komodo (Nusa Tenggara Barat) dan TN Tanjung Puting
(Kalimantan Tengah).
4) Taman Laut
Taman laut adalah wilayah lautan yang memiliki keanekaragaman
flora dan fauna yang tinggi dan indah. Kawasan ini dijadikan sebagai
konservasi alam, misalnya Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara.
Konservasi alam adalah upaya pengelolaan sumber daya alam untuk
menjamin kelangsungan hidup manusia di masa kini dan masa
mendatang. Konservasi alam meliputi tiga hal, yaitu:
a) Perlindungan, melindungi proses ekologis dan sistem penyangga
kehidupan. Misalnya, perlindungan siklus udara dan air.
b) Pelestarian, melestarikan sumber daya alam dan keanekaragam
hayati
c) Pemanfaatan, memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam
dan lingkungannya.
5) Hutan Lindung
Hutan lindung biasanya terletak di daerah pegunungan. Hutan
tersebut berfungsi sebagai resapan air. Hal ini untuk mengatur tata air
dan menjaga agar tidak terjadi erosi.
6) Kebun Raya
Kebun raya adalah kebun buatan yan berguna untuk menghimpun
tumbuhan dari berbagai tempat untuk dilestarikan. Selain itu, kebun

raya ialah Kebun rata Bogor dan Kebun Raya Ppurwodadi (Jawa
Timur)
Masyarakat awam hendaknya tidak memelihara hewan atau tumbuhan
langka yang rawan punah. Memelihara burung, kera, atau orang utan di
rumah akan menyebabkan hewan hewan tersebut semakin cepat punah.
Sebaiknya, hewan tersebut dibiarkan hidup secara alami atau diserahkan
pemeliharaannya kepada orang yang ahli agar ditangkarkan dan kemudian
dilepaskan kembali ke habitat aslinya. Kita dapat berperan serta untuk
melestarikannya dengan memelihara hewan atau tumbuhan hasil
penangkaran atau budi daya, misalnya burung kenari, ikan hias, tanaman
hias,

kucing

dan

anjing.

Kita

dapat

membantu

melestarikan

keanekaragaman makhluk hidup dengan cara:


1) Tidak membunuh hewan dan tumbuhan liar
2) Tidak mempermainkan hewan liar dan memetik tumbuhan langka
3) Sewaktu bertamasya atau berkemah, tetaplah memelihara kelestarian
lingkungan, tidak membawa pulang hewan dan tumbuhan langka
4) Tidak membuang sampah di sembarang tempat, karena dapat
mengganggu kesehatan hewan jika termakan hewan tersebut
5) Tidak membuang limbah ke lingkungan, misal limbah rumah tangga
atau pestisida, karena dapat membahayakan kehidupan hewan dan
tumbuhan yang ada di lingkungan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Desy. 2015. BIMBEL Rahasia Inti Biologi SMA Kelas 1, 2, dan 3.
Jakarta: OZ Production.
Anonim. 2012. Bunga Mawar Biru Ternyata Hasil Rekayasa Genetika. http://gam
barhidup.blogspot.co.id/2012/01/bunga-mawar-biru-ternyata-hasil-rekayasa.
html Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 20.00 WIB
Budinugroho,

Lugtyastyono.

2011.

Keanekaragaman

Hayati.

https://biologiklaten. wordpress.com/keanekaragaman-hayati/ Diakses pada


tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 19.30 WIB.
Giri, Wratsongko. 2010. Manfaat Keanekaragaman Hayati dan Pengembangan
Biodiversity. https://girinemo.wordpress.com/2010/05/23/manfaat-keanekaragaman-hayati-dan-pengembangan-biodiversity/ Diakses pada tanggal 22
Oktober 2016 Pukul 23.00 WIB
Hidayah,

Akhyari.

2011.

Keanekaragaman

Hayati:

Diversitas

Pisang.

http://diversitaspisang.blogspot.co.id/2011_07_01_archive.html Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 22.00 WIB.


Indrawan, Mochamad, dkk. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Lenggo, Putri. 2011. Mengawinkan Bunga Persilangan Tanaman. http://pricrimbun.blogspot.co.id/2011/06/mengawinkan-bunga-persilangan-tanaman.
Html Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 21.02 WIB.
Lilyaliah.

2014.

Keanekaragaman Mawar.

http://dokumen.tips/documents/

keanekaragaman-mawar.html Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul


20.45 WIB.
Maulana, Ahmad. 2015. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen Beserta
Contohnya. http://www.informasibelajar.com/2015/09/keanekaragaman-hayati-tingkat-gen.html# Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 17.00
WIB.
Musliadi. 2011. Keanekaragaman Hayati. http://debotsmusliadi.blogspot.co.id/
2011/02/keanekaragaman-hayati.html Diakses pada tanggal 23 Oktober
2016 Pukul 06.00 WIB

Naomi,

Miey.

2013.

Usaha

Pelestarian

Keanekaragaman

Hayati.

http://belajarbiologiasik.blogspot.co.id/2013/03/usaha-pelestarian-keanekaragaman-hayati.html Diakses pada tanggal 23 Oktober 2016 Pukul 11.00


WIB.
Susilowarno, Gunawan, dkk. 2009. Biologi SMA/MA Kelas XI (Diknas). Jakarta:
PT. Grasindo.
Wardah, Nurul. 2013. Hubungan Genetika dan Lingkungan Dengan Evolusi.
http://yoroelz09.blogspot.co.id/2013/05/hubungan-genetika-dan-lingkungan
-dengan_5.html Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 19.59 WIB.
Wirnawati, dkk. 2015. Keanekaragaman Gen. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai