penyebab
keanekaragaman
genetik.
Keturunan
dari
hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua
induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk
tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies
berupa varietas-varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau
penyesuaian
diri
setiap
individu
dengan
lingkungan.
Sedangkan
Oleh karena itu, dua individu dalam suatu spesies dengan susunan gen
yang sama, belum tentu memiliki ciri yang sama pula (Wardah, 2013).
c. Contoh Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, keanekaragaman genetik
menimbulkan variasi baik dari segi bentuk, penampilan, maupun sifat dari
tiap individu. Adapun contoh dari keanekaragaman genetik antara lain
sebagai berikut:
1) Perbedaan kenampakan pada bunga mawar
Anjing Bulldog
Anjing Kampung
Anjing Doberman
Padi Rojolele
Padi Barito
Padi Mekongga
genetik
merupakan
sumber
kehidupan,
suatu
ancaman
serius
bagi
keberlangsungan
hidup
barang kerajinan yang berasal dari bagian tubuh satwa liar merupakan
pemicu peningkatan perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar.
Kuota tangkap monyet ekor panjang kembali naik. Untuk tahun
2008, berdasarkan rekomendasi dari LIPI, kuota tangkap keseluruhan
adalah 5.100 ekor, dengan rincian 2.000 ekor untuk induk penangkaran,
3.000 untuk riset biofarma, dan 100 ekor untuk PS IPB. Kuota tangkap
ini belum disahkan oleh Departemen Kehutanan atau masih dalam
proses. Pada tahun 2007, kuota tangkap monyet ekor panjang 4.100.
Sedangkan pada tahun 2006, kuota tangkap dari alam untuk monyet
ekor panjang adalah 2.000 ekor yang dimanfaatkan hanya untuk
pengganti induk tangkar.
Jika rekomendasi LIPI tersebut disahkan, tentunya mengancam
keberadaan monyet ekor panjang di alam. Belum lagi pada banyak
kasus, kuota tangkap banyak disalahgunakan untuk penangkapan
dengan tujuan perdagangan ilegal. Kuota tangkap dari alam yang
dikontrol pemerintah secara resmi pada tahun 2007 hanya 4.100 ekor.
Akan tetapi berdasarkan pantauan, penangkapan dari alam yang dijual
bebas di pasar burung di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 2007 tidak
kurang dari 5.000 ekor. Belum lagi di pulau-pulau lain yang masih
banyak eksplotasi monyet ekor panjang ini.
3) Konflik Manusia dan satwa
Konflik antara manusia dan satwa liar cenderung semakin
meningkat. Konflik ini terjadi karena aktivitas manusia di sekitar
habitat satwa liar semakin tinggi yang mengganggu ketersediaan air,
satwa mangsa dan ruang jelajah bagi satwa liar tersebut. Kerusakan
tanaman pertanian dan perkebunan serta ternak sering terjadi akibat
konflik antara manusia dan satwa liar. Namun pada akhirnya seringkali
satwa liar yang berkonflik dengan manusia ini yang menjadi korban.
Berdasarkan hasil patroli Wildlife Response Unit di sekitar Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan, pada sekitar bulan Maret dan April
2008 telah terjadi konflik antara manusia dan harimau yang
memiliki
kurang
lebih
350
etnis
dengan
tanaman
dilakukan
untuk
mempertahankan
dan
margasatwa, taman laut, taman buru, hutan, atau taman wisata, taman
provinsi, dan taman nasional.
2) Ex Situ
Ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar
habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan habitat aslinya.
Perkembangbiakan hewan di kebun binatang merupakan upaya
pemeliharaan ex situ. Jika berhasil dikembangbiakan, sering kali
organisme tersebut dikembalikan ke habitat aslinya. Contohnya, setelah
berhasil ditangkar secara ex situ, jalak Bali dilepaskan ke habitat
aslinya di Bali. Misalnya: konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan
konservasi fauna di suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.
Upaya melestarikannya juga meliputi ekosistem di suatu wilayah.
Perlindungan tersebut di antaranya:
1) Cagar Alam
Cagar alam adalah membiarkan ekosistem dalam suatu wilayah
apa adanya. Perkembangannya terjadi secara proses alami. Manusia
dilarang memasukinya tanpa izin khusus. Cagar alam bertujuan untuk:
a)
b)
c)
Nasional
adalah
kawasan
pelestarian
alam
yang
raya ialah Kebun rata Bogor dan Kebun Raya Ppurwodadi (Jawa
Timur)
Masyarakat awam hendaknya tidak memelihara hewan atau tumbuhan
langka yang rawan punah. Memelihara burung, kera, atau orang utan di
rumah akan menyebabkan hewan hewan tersebut semakin cepat punah.
Sebaiknya, hewan tersebut dibiarkan hidup secara alami atau diserahkan
pemeliharaannya kepada orang yang ahli agar ditangkarkan dan kemudian
dilepaskan kembali ke habitat aslinya. Kita dapat berperan serta untuk
melestarikannya dengan memelihara hewan atau tumbuhan hasil
penangkaran atau budi daya, misalnya burung kenari, ikan hias, tanaman
hias,
kucing
dan
anjing.
Kita
dapat
membantu
melestarikan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Desy. 2015. BIMBEL Rahasia Inti Biologi SMA Kelas 1, 2, dan 3.
Jakarta: OZ Production.
Anonim. 2012. Bunga Mawar Biru Ternyata Hasil Rekayasa Genetika. http://gam
barhidup.blogspot.co.id/2012/01/bunga-mawar-biru-ternyata-hasil-rekayasa.
html Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 Pukul 20.00 WIB
Budinugroho,
Lugtyastyono.
2011.
Keanekaragaman
Hayati.
Akhyari.
2011.
Keanekaragaman
Hayati:
Diversitas
Pisang.
2014.
Keanekaragaman Mawar.
http://dokumen.tips/documents/
Naomi,
Miey.
2013.
Usaha
Pelestarian
Keanekaragaman
Hayati.