Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

KEANEKARAGAMAN BUAH DI TOKO BUAH

Disusun oleh :

1. Rizka Noviandani (22304241001)

2. Alvi Maharani (22304241016)

3. Qothrun Nada (22304241034)

4. Rina Nur Fadila (22304241039)

A. Keanekaragaman Hayati

Menurut World WIldlifer Fund dalam Anggriani (2018),


keanekaragaman hayati merupakan jutaan dari spesies tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme termasuk segala sesuatu yang mereka miliki beserta
ekosistem yang mereka bentuk menjadi suatu lingkungan hidup.
Keanekaragaman hayati umunya merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keanekaragaman sumber daya yang ada di alam, baik
jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen yang ada di
suatu tempat.

Pada dasarnya keanekaragaman menggambarkan suatu keadaan


yang beragam atau bermacam-macam terhadap suatu benda akibat adanya
perbedaan dalam hal bentuk, jumlah, ukuran, maupun teksturnya.
Sedangkan penertian dari hayati adalah sesuatu yang hidup. Dari pengertian
keanekaragaman dan hayati di atas, dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang
terjadi akibat adanya perbedaan, baik dari perbedaan bentuk, tekstur,
ukuran, jumlah, maupun sifatnya. Keanekaragaman hayati dapat dibedakan
menjadi beberapa tingkatan dan bisa jadi akan terus berkembang, yakni:
1. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman tingkat jenis merupakan keberagaman atau


keanekaragaman yang dapat ditemukan di antara makhluk hidup
yang berbeda jenis. Terdapat bermacam-macam spesies makhluk
hidup baik tumbuhan, jamur, hewan, maupun mikroorganisme yang
ada di dalam suatu daerah. Contoh keanekaragaman jenis yaitu pada
famili Palmae, anggota dari familiki Palmae antara lain kelapa, aren,
lontar, pinang, dan palem. Keanekaragaman hayati tingkat jenis
lebih mudah diamati karena perbedaannya yang sangat mudah
terlihat dan mencolok. Misalnya variasi antara kelapa, siwalan,
lontar, aren, dan pinang. Meskipun mereka merupakan satu
kelompok tumbuhan palem-paleman, namun masing-masing
memiliki fisik yang berbeda dan hidup di tempat yang berbeda.
Misalnya kelapa tumbuh di pantai dan aren tumbuh di pegunungan
basah.

2. Keanekaragaman Gen

Gen merupakan suatu substansi kimia yang digunakan


sebagai faktor penentu sifat keturunan. Keanekaragaman hayati
tingkat genetik adalah suatu variasi genetik yang ada dalam satu
spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara
geografis maupun di antara individu-individu yang ada dalam satu
populasi. Keanekaragaman tingkat gen juga bisa disebut sebagai
variasi gen yang terjadi dalam suatu jenis atau spesies makhluk
hidup. Keanekaragaman genetik tidak hanya nampak antar spesies,
bahkan didalam satu spesies juga terdapat keragaman gen, dengan
adanya keragaman gen inilah sifat-sifat didalam satu spesies
bervariasi yang dikenal dengan istilah varietas bahkan sampai pada
asesi. Contohnya bunga mawar merah (Rosa hiproida), bunga
mawar putih (Rosa sericea), dan bunga mawar kuning. Contoh
lainnya pada manusia adalah variasi bentuk hidung, warna kulit,
golongan darah, dan bentuk rambutnya. Sedangkan pada hewan
misalnya variasi bentuk pial ayam yaitu gerigi, biji, bilah ,dan
sumpel.

3. Keanekaraganan Kromosom

Kromosom merupakan sebuah molekul yang berbentuk


seperti benang yang membawa informasi herediter untuk segala hal.
Kromosom dibuat dari protein dan satu molekul DNA yang berisi
instruksi genetik suatu organisme yang diturunkan dari orang tua.
Pada manusia, hewan, dan tumbuhan, sebagian besar kromosom
diatur berpasangan di dalam inti sel. Fungsi kromosom salah satunya
adalah berperan penting dalam proses pembelahham sel. Masing-
masing organisme tentu memiliki kromosom yang berbeda-beda,
perbedaan kromosom tersebut dapat menyebabkan keberagaman.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa keanekaragaman kromosom adalah
perbedaan molekul-molekul penyusun materi genetik yang dimiliki
oleh setiap organisme yang kemudian dapat menyebabkan
perbedaan sifat maupun ciri dari organisme tersebut.

Perbedaan yang terjadi pada buah yang memiliki


keanekaragaman kromosom yaitu adanya buah manis dan buah
asam pada satu pohon mangga yang sama, adanya buah yang berbiji
dan tidak berbiji dalam satu jenis, dan perbedaan dari ukuran buah
yang cenderung lebih besar.

Penentuan kromosom pada buah dilakukan menggunakan


metode squash. Sampel yang digunakan berupa tunas pucuk
tanaman buah yang sehat karena pada daerah tersebut terdapat
banyak sel meristem yang masih aktif membelah. Pembuatan
preparat perlu diperhatikan agar menghasilkan obyek pengamatan
yang baik. Teknik squash yang diaplikasikan dalam pembuatan
preparat tidak menggunakan ibu jari, tetapi diketuk-ketukan
menggunakan pensil berpenghapus hingga sampel menjadi pipih.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan sel. Prometafase
merupakan fase pembelahan sel yang diamati untuk mengetahui
jumlah kromosom. Kromosom yang tampak pada pengamatan
dengan mikroskop dipotret dan dari hasil cetakan dapat dihitung
jumlah kromosomnya. Diploid (2n) adalah dua set kromosom.
Triploid(3n) adalah tiga set kromosom

Secara teknis metode squash merupakan metode yang mudah


dan memungkinkan untuk digunakan dalam mengamati kromosom
suatu tanaman buah tetapi karena ukuran kromosomnya sangat
kecil, maka pengamatan agak sulit dilakukan apabila tanpa bantuan
mikroskop dengan resolusi tinggi. Jika posisi kromosom tidak dapat
tersebar dengan baik dan terlihat saling tumpang tindih maka agak
menyulitkan untuk mengetahui jumlah serta bentuk kromosom
masing-masing aksesi.

Menurut Suhartini dalam Anggrianis (2018), menyatakan bahwa


ancaman terhadap keanekaragamn hayati disebabkan oleh beberapa hal,
antata lain :

a. Membuka atau mengeksploitasi hutan dalam rangka perluasan


areal pertanian, hal ini akan sangat berdampakpada kelestarian
varietas liar/lokal yang ada di hutan.

b. Adanya perubahan lingkungan akibat perubahan penggunaan


lahan yang dapat menyebabkan rusaknya habitat varietas liar.

c. Adanya alih fungsi lahan pertanian yang dapat menyebabkan


flora maupun fauna yang ada di dalamnya kehilangan
habitatnya.

d. Adanya pencemaran lingkungan akibat dari penggunaan


herbisida yang terlalu berlebihan sehingga mematikan gulma
serta varietas tanaman budidaya pada lingkungan tersebut.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keberagaman
Faktor-faktor yang mendorong keanekaragaman tumbuhan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
Pada saat pembentukan sel kelamin terjadi proses segregasi
(pemisahan) dan pada saat fertilisasi terjadi kombinasi gen yang
hasilnya tidak sama persis dengan induknya sehingga terciptalah
kombinasi baru. Faktor genetik atau faktor dalam (faktor keturunan)
mengalami penganekaragaman pada saat terjadinya proses pembelahan
meiosis, pada pembentukan sel kelamin. Pada masing-masing kelamin
secara normal memiliki setengah dari induknya, dan pada saat fertilisasi
yang diawali dengan peristiwa penyerbukan (polinasi), terjadi proses
rekombinasi gen-gen tertentu pada individu keturunannya. Pada faktor
genetik ini terjadinya evolusi tergantung pada tipe perkawinan
induknya, misalnya:
- Autogami (penyerbukan sendiri) terjadi segregasi yang kecil.
- Allogami (penyerbukan silang) dan geitonogami (penyerbukan
tetangga) terjadi segregasi yang kecil.
- Hibridasi (penyerbukan bastar) yaitu jika serbuk sari berasal dari
bunga pada tanaman lain yang berbeda jenis. Beberapa tipe bastar
daat terjadi:
a) Bastar intra jenis (antar varietas) menghasilkan deviasi
kecil.
b) Bastar jenis menyebabkan deviasi dengan induknya lebih
besar.
c) Bastar antar marga menyebabkan deviasi dengan induknya
akan lebih besar lagi.

2. Faktor Mutasi
Selain faktor intern dari tumbuhan yang menyebabkan
keanekragaman terdapat faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap
keanekaragaman tumbuhan. Beberapa faktor luar tersebut adalah
cahaya, unsur hara, air, dan suhu bumi. Gelombang cahaya yang
diperoleh pada permukaan tumbuhan cukup bervariasi, tetapi variasi
cahaya seperti sinar ultraviolet, infra merah, dan lainnya dapat
menyebabkan mutasi pada tumbuhan. Mutasi ialah perubahan yang
terjadi dengan mendadak yang bersifat kebakaan yaitu diteruskan
(diturunkan) ke generasi berikutnya dan berbeda dengan bentuk, sifat,
atau kualitas induknya. Mutasi dapat terjadi pada tingkat kromosom atau
susunan gen, pada tingkat ploidi kromosom dapat dijelaskan dengan
adanya peristiwa gagal berpisah kromosom sel kelamin (non
disjunction) atas pengaruh pemberian bahan kimia mutagenic (Heri dkk,
2015). Untuk membuktikan adanya mutasi yang terjadi pada tumbuhan
dilakukanlah beberapa percobaan pada tumbuhan misalnya:
- Sinar radioaktif. Pengaruh sinar radioaktif dapat merusak
kromosom sehingga menyebabkan salah satu atau beberapa gen
tertentu tidak lagi mendukung sifat yang dimiliki oleh induknya.
- Induksi dengan colchisin, acenaphten, dan digitonin. Zat-zat ini
mampu menimbulkan terjadinya tetraploidi. Tumbuhan 2n
kromosom dapat menjadi 4n kromosom, jika diinduksi dengan
colchicin. Penelitian tersebut juga akan menambah terjadinya
keanekaragaman.

3. Faktor Kompetisi
Kompetisi ialah persaingan antar makhluk satu dengan yang lain
pada lokasi yang sama. Hal ini akan menyebabkan persaingan, dan yang
dapat mempertahankan diri akan terus hidup yang mungkin menjadi
bentuk yang berlainan dengan individu sebelum ada persaingan.
Keanekaragaman tidak hanya menyangkut bentuk luarnya saja tetapi
juga menyangkut sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman berhubungan
dengan persyaratan untuk hidupnya, jenis satu mempunyai persyaratan
hidup yang berbeda dengan jenis lainnya. Oleh karena itu
keanekaragaman terjadi akibat tuntutan hidup yang wajar (Heri dkk,
2015).
4. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang dapat menyebabkan keanekaragaman selanjutnya
adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang menyebabkan
keanekaragaman pada tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu faktor
biotik dan faktor non biotik. Faktor biotik meliputi tumbuhan, hewan,
dan manusia. Faktor biotik yang disebabkan oleh manusia biasanya
berupa perlakuan pada tumbuhan. Seperti pemberian pupuk dan obat,
sistem perawatan pada tanaman, hingga proses pengembangbiakan
tumbuhan. Sedangkan faktor non biotik meliputi faktor klimatik, faktor
edafik (tanah), dan faktor fisiografik.
- Faktor klimatik (iklim)
Iklim dapat menyebabkan kelangsungan hidup tumbuhan yang
berupa temperatur, kelembapan, angin, dan curah hujan. Hal
tersebut dikarenakan setiap tumbuhan memiliki ketahanan
terhadap tekanan lingkungan yang berbeda.
- Faktor edafik (tanah)
Tanah menjadi media utama pertumbuhan vegetasi. Tanah
menyediakan erbagai unsur hara, zat organik, air, dan udara
yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Namun tanah memiliki jenis
yang berbeda dan memiliki unsur-unsur yang berbeda.
Sehingga setiap tumbuhan dapat hidup dan berkembang pada
setiap jenis tanah. Hal ini dikarenakan setiap tumbuhan
memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda sehingga unsur tanah
sangat berengaruh terhadap kehidupan suatu tanaman.
- Faktor fisiografik
Faktor fisiografik meliputi keadaan bentang alam suatu negara.
Yaitu bagaimana kondisi fisik seerti perbedaan ketinggian,
adanya gunung, laut, gurun, dan lain senagainya yang
menyebabkan pengaruh pada persebaran flora dan fauna.

Faktor-faktor dari lingkungan tersebut menyebabkan


timbulnya perubahan-perubahan yang permanen sehingga
menimbulkan keanekaragamn baru, bahkan dapat menimbulkan
terjadinya sesialisasi menjadi spesies baru (jenis baru). Spesiasi
adalah sebuah proses percabangan dari perbedaan bermacam-
macam organisme yang berasal dari nenek moyang yang sama. Pada
populasi tumbuhan dapat berbeda dalam ciri genetiknya akibat dua
proses yakni:
1. Penyimpangan genetik (Genetic drift)
Penyimpangan genetik dari populasi adalah peristiwa
perubahan yang terjadi karena perubahan penyusunan dalam
konstitusi genetik. Suatu generasi dalam sebuah populasi
mempunyai frekuensi allel (alternatif gen pada lokus yang
sama) yang cenderung berubah sebagai kelangsungan hidup
individu, hingga menghasilkan keturunan yang berbeda. Efek
penyimpangan genetik relatif kecil dalam populasi yang besar.
2. Seleksi alam (Natural selection)
Seleksi alam merupakan proses dari eliminasi sebuah populasi
melalui kelangsungan hidup dan reproduksi individu secara
fenotif yang mutunya rendah. Seleksi alam adalah suatu
kekuatan potensial untuk perubahan dalam evolusi sebuah
populasi besar dan kecil. Hasil seleksi alam diwariskan ke
generasi berikutnya, sehingga lebih menunjang bagi
kelangsungan hidupnya.

Dari kedua proses tersebut mengakibatkan terjadinya isolasi


geografik atau isolasi tumbuhan. Akibat dari isolasi tersebut adalah
populasi tumbuhan akan mengalami isolasi genetik yang
mempunyai sifat dan ciri reproduksi yang berbeda dengan populasi
induknya. Sehingga apabila dipertemukan kembali dengan
induknya, populasi yang terisolasi tidak akan mengalami proses
perkawinan. Hal tersebut disebabkan populasi tumbuhan tersebut
telah mengalami spesialisasi menjadi sebuah spesies yang berbeda
(jenis yang berbeda).
C. Pupuk Anorganik, Intensitas Cahaya, dan Curah Hujan Memengaruhi
Tingkat Kemanisan Buah
Pupuk Anorganik seperti NPK berperan pada proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman terutama unsur K. Unsur Kalium (K) berperan
untuk merangsang translokasi gula yang akan disimpan pada buah.
Ketersediaan unsur K yang cukup dalam tanaman dapat meningkatkan
produksi dan kualitas buah seperti ukuran buah dan kadar gula. Unsur
kalium dalam tanaman juga memiliki peran dalam mekanisme
pembentukan gula dan pati, translokasi gula, aktivator enzim dan
mempengaruhi pergerakan stomata. Selain itu, intensitas penyinaran cahaya
matahari juga mempengaruhi kadar gula dalam buah. Tingkat penyinaran
yang cukup akan berpengaruh pada laju fotosintesis. Laju fotosintesis yang
tinggi dapat memacu banyaknya asimilat yang dihasilkan oleh tanaman
sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Curah
hujan juga akan mempengaruhi rasa buah. Semakin tinggi curah hujan,
maka rasa dari buah tersebut semakin memudar. Kandungan senyawa gula
yang ada pada tanaman ketika musim kemarau dengan kadar serapan air
yang dikit, tentu akan membuat buah menjadi lebih manis dibanding
tanaman yang banyak menyerap air di musim hujan.

D. Kekayaan Keanekaragaman Jenis

Rifai (1986) menyatakan bahwa tidak kurang dari 329 jenis buah-
buahan (terdiri dari 61 suku dan 148 marga) baik yang merupakan jenis asli
Indonesia maupun pendatang (introduksi) dapat ditemukan di Indonesia.
Tercatat 266 jenis (termasuk 4 anak jenis dan 2 varietas) buah-buahan asli
Indonesia telah ditemukan. Sebagian besar masih tumbuh liar di hutan-hutan
dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan, berdasarkan hasil
pengumpulan data yang dilakukan. Dari 226 jenis buah-buahan tersebut
sebagian besar berupa pohon (203 jenis), liana (26 jenis), perdu (17 jenis),
herba (14 jenis) dan semak (4 jenis). Apabila dilihat berdasarkan lokasi maka
jumlah jenis yang paling banyak ditemukan adalah di daerah Sumatra (148
jenis), kemudian Kalimantan (144 jenis), selanjutnya adalah Jawa (96 jenis),
Sulawesi (43 jenis), Maluku (30 jenis), Nusa Tenggara (21 jenis), Papua (16
jenis) dan 34 jenis lainnya tersebar diseluruh Indonesia. Hal tersebut
disebabkan data tentang kekayaan flora Papua khususnya data tentang flora
buah-buahannya masih belum banyak yang diketahui dan dilaporkan.

E. Keanekaragaman Buah di Indonesia


Jenis tanaman buah yang mempunyai kultivar lokal

Nama lokal Nama ilmiah


Pisang Musa sp.
1 P. batu Musa x paradisiaca diploid BB
2 P. nangka Musa x paradisiaca triploid AAB
3 P. pulo Musa x paradisiaca triploid AAB
4 P. raja Musa x paradisiaca triploid AAB
5 P. raja sereh Musa x paradisiaca triploid AAB
6 P. tanduk Musa x paradisiaca triploid AAB
7 P. uli Musa x paradisiaca triploid AAB
8 P. siem Musa x paradisiaca triploid ABB
9 P. kepok Musa x paradisiaca triploid BBB
10 P. lampung Musa acuminata diploid AA
11 P. mas Musa acuminata diploid AA
12 P. ambon Musa acuminata triploid AAA
13 P. angleng Musa acuminata triploid AAA
14 P. susu Musa acuminata triploid AAA

Mangga Mangifera indica L.


1 M. harumanis Mangifera indica cv. harumanis
2 M. indramayu Mangifera indica cv. indramayu
3 M. kopyor Mangifera indica cv. kopyor
4 M. manalagi Mangifera indica cv. Manalagi

Pepaya Carica papaya L.


1 P. bangkok Carica papaya cv. bangkok
2 P. cibinong Carica papaya cv. cibinong
3 P. jingga Carica papaya cv. Jingga

Rambutan Nephelium lappaceum L.


1 R. aceh Nephelium lappaceum cv. aceh
2 R. rafiah Nephelium lappaceum cv. Rafiah

Duku Lansium domesticum Correa


1 Kokosan Lansium domesticum cv. kokosan
2 Duku Lansium domesticum cv. Duku

Durian Durio zibethinus Murray


1 Durian Durio zibethinus Murray
2 Durian jabon Durio zibethinus x D. kutejensis

Kelapa Cocos nucifera L.


1 Kelapa Cocos nucifera L.
2 Kelapa gading Cocos nucifera cv. Gading

- Durian dan kerabatnya (Durio spp.)


Di Indonesia terdapat 20 jenis Durio dan Kalimantan
merupakan pusat persebaran jenis-jenis Durio (Durio spp.). Uji
(2005) mengatakan bahwa dari 27 jenis Durio yang ada di seluruh
dunia, 18 jenis diantaranya terdapat di Kalimantan dan 14 jenis
merupakan jenis-jenis yang endemic. Tercatat ada sembilan jenis
Durio di Indonesia yang dapat dimakan, masing-masing adalah
Durio dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D. grandifloras (sukang),
D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianus (teruntung),
D. oxleyanus (kerantungan), D. testudinarum (durian sekura) dan
D. zibethinus (durian). Lima jenis diantaranya telah dibudidayakan,
yaitu D. dulcis, D. grandiflorus, D. kutejensis, D. oxleyanus dan D.
zibethinus. Di Indonesia juga dapat ditemukan puluhan bahkan bisa
mencapai ratusan kultivar (varietas) durian (Durio zibethinus) lokal.
Kultivar-kultivar durian local tersebut sangat beragam baik dalam
rasa, bau, tekstur dan warna daging buahnya, juga variasi dalam
bentuk dan ukuran buah, duri-duri pada kulit buah dan bijinya.
Ditemukan juga durian yang berbiji kempes atau tidak berbiji.
Selain itu juga dapat ditemukan berbagai jenis Durio mulai dari
yang ukuran buahnya sebesar bola tennis sampai sebesar buah
kelapa ataupun yang arilusnya berwarna keputihan atau kekuningan
sampai merah tua, juga yang rasanya manis sampai sangat manis
serta yang tidak berbau sampai berbau tajam.

- Mangga dan kerabatnya (Mangifera spp.)


Di Kalimantan ditemukan 23 jenis Mangifera yang
merupakan tumbuhan asli dan 4 jenis merupakan tumbuhan yang
endemic, sehingga dapat dikatakan bahwa Kalimantan merupakan
pusat persebaran jenis-jenis mangga (Mangifera spp.) (Uji, 2004).
Kalimantan juga merupakan pusat diversitas keanekaragaman
genetika manga. Di Kalimantan banyak ditanam beberapa jenis
mangga yang mempunyai keanekaragaman plasma nutfah yang
cukup tinggi (Purwanto, 2000). Jenis-jenis mangga tersebut antara
lain adalah M. pajang, M.indica, M. odorata dan M. foetida. Di
daerah Kalimantan juga dapat ditemukan berbagai macam buah-
buahan mangga, mulai yang buahnya berukuran mini (sebesar jari
jempol manusia dewasa) sampai yang berukuran besar (sebesar
buah kelapa). Selain itu juga yang berdaging buah rasa asam sampai
manis, tidak berserat sampai berserat kasar ataupun yang sedikit
beraroma sampai yang berbau tajam. Sebagai contoh kasturi
(Mangifera casturi), mangga ini ukuran buahnya kecil tetapi
mempunyai warna buah yang bervariasi dari kuning orange sampai
ungu kehitaman dan rasanya manis serta baunya harum. Berbeda
dengan asem paying (M. pajang), jenis mangga ini mempunyai
buah yang berukuran paling besar (bergaris tengah sampai 20 cm)
dibandingkan buah mangga lainnya. Tercatat ada 23 jenis mangga
asli Indonesia yang dapat dimakan, 14 jenis diantaranya telah
dibudidayakan dan 3 jenis merupakan tumbuhan yang endemik.
Ketiga jenis mangga yang endemik adalah M. casturi, M. pajang
dan M. havilandii. Khusus untuk M. casturi.

- Manggis dan kerabatnya (Garcinia spp.)


Tercatat ada 21 jenis Garcinia asli Indonesia yang dapat
dimakan, 5 jenis diantaranya telah dibudidayakan. Di Kalimantan
terdapat 20 jenis Garcinia asli Indonesia, 4 jenis diantaranya telah
dibudidayakan sedangkan jenis lainnya masih tumbuh liar di hutan-
hutan (Uji, 2004). Manggis (Garcinia mangostana) dari Indonesia
merupakan salah satu buah tropika terbaik yang paling disukai di
dunia, bahkan karena kelezatan rasanya buah ini mendapat julukan
“Queen of fruits”.

- Rambutan dan kerabatnya (Nephelium spp.)


Tercatat ada 9 jenis Nephelium asli Indonesia yang dapat
dimakan buahnya, 5 jenis diantaranya telah dibudidayakan dan 2
jenis lainnya merupakan tumbuhan endemik. Kesembilan jenis
Nephelium yang dapat dimakan tersebut semuanya dapat ditemukan
di Kalimantan. Kalimantan selain sebagai pusat persebaran
Nephelium juga sebagai pusat keanekaragaman genetika rambutan.
Siregar (2006) menyatakan bahwa tidak kurang dari 15 kultivar
rambutan (N. lappaceum) dapat ditemukan di desa Mekarjaya,
kabupaten Sambas di Kalimantan Barat. Dilaporkan juga bahwa N.
maingayi dan N. ramboutan-ake diperkirakan juga mempunyai
banyak variasinya. Hal ini disebabkan karena kedua jenis
Nephelium ini banyak ditanam oleh penduduk di sekitar halaman
rumah dan di kebun-kebun di Kalimantan Barat.
- Salak (Salacca zalacca)
Uji, dkk (1998) melaporkan bahawa salak dapat ditemukan
tumbuh liar hanya di Jawa Barat dan Sumatra bagian Selatan, tetapi
asal tanaman salak tepatnya tidak diketahui. Schuiling & Mogea
(1991) menyatakan bahwa di Indonesia terdapat cukup banyak
kultivar salak dan paling sedikit ada 20 kultivar yang umumnya
diberi nama berdasarkan lokasi dimana salak tersebut
dibudidayakan. Beberapa contoh kultivar salak yang cukup dikenal
antara lain salak “Condet”, “Bali”, “Pondoh” dan salak “Suwaru”.
Bahkan salak “Condet” telah dipergunakan sebagai mascot flora
identitas Provinsi di DKI Jakarta. Winarno (2000) berpendapat
bahwa tanaman salak termasuk dalam salah satu “buah-buahan
unggulan nasional”. Salah satu dari keempat kultivar yaitu salak
“Pondoh” mempunyai keistimewaan apabila dibandingkan dengan
kultivar lainnya. Karena buah yang masih muda dari salak
“Pondoh” rasanya sudah cukup manis dan enak dimakan.

- Duku (Lansium domesticum)


Di Indonesia memiliki cukup banyak kultivar duku. Salah
satu kultivar yang paling terkenal adalah duku “Palembang”. Oleh
karena itu pemerintah daerah Provinsi Sumatra Selatan telah
memilih duku “Palembang” sebagai flora identitasnya. Winarno
(2000) mengatakan bahwa duku juga termasuk dalam salah satu
“buah-buahan unggulan daerah. Duku Palembang terkenal di dunia
perdagangan karena rasanya sangat manis dan berkulit tipis.

- Buah merah (Pandanus conoideus)


Rovihandono (2005) melaporkan bahwa buah merah
merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia yang terdapat di
Maluku dan Irian Jaya. Sebagian dari masyarakat Irian Jaya tidak
dapat dipisahkan dengan keberadaan buah merah. Hal ini
disebabkan buahnya sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pangannya dan sangat disukai penduduk sebagai makanan
tambahan di samping sagu. Buah merah juga sangat bermanfaat
sebagai tanaman obat karena kandungan gizinya kaya zat
antioksidan seperti karoten, betakaroten dan tokoferol. Buah merah
dilaporkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh seorang penderita
HIV positif.

- Matoa (Pometia pinnata)


Kuswara dan Sumiasri (1997) menyatakan meskipun matoa
penyebarannya di Indonesia cukup luas namun yang paling terkenal
adalah matoa yang berasal dari Irian Jaya, karena mempunyai rasa
buah yang manis dan harum. Penduduk lokal mengenal adanya 3
varietas lokal, yaitu matoa”papeda”, “kenari” dan matoa “kelapa”.
Matoa “kelapa” dan “kenari” mempunyai kualitas buah yang lebih
baik dari pada matoa “papeda”. Ketiga matoa varietas lokal ini
termasuk dalam Pometia pinnata f. glabra.
F. Keanekaragaman Buah di Sekitar Tempat Tinggal Mahasiswa

A.Mangga
No Foto Buah Nama Lokal Nama Kro- Alamat
Ilmiah mosom
1 Mangga Mangifera 2n Klaten,
Indramayu indica L. Sleman,
Kulon Progo,
Turi
2 Mangga Mangifera 2n Klaten,
Arumanis indica L. Sleman,
Kulon Progo,
Turi, Tegal
3 Mangga Madu Mangifera 2n Klaten
indica L.

4 Mangga Mangifera 2n Sleman, Turi


Manalagi indica L.

5 Mangga Budi Mangifera 2n Sleman


Raja indica L.
var Budi
Raja
6 Mangga Mangifera 2n Sleman
Kweni indica Giff

7 Mangga Golek Mangifera 2n Sleman


indica L.

8 Mangga Mangifera 2n Tegal


Cengkir indica L.
Cengkir

Apel
1 Apel Malang Malus 2n Sleman
sylvestris
Mill

2 Apel Royal Malus 2n Sleman


Gala domestica
'Gala'
3 Apel Fuji Malus 2n Sleman,
Pumila Klaten,
Bantul,
Purworejo,
Kota
Yogyakarta
4 Apel Manalagi Malus 2n Sleman,
sylvestris Bantul, Kota
Yogyakarta

5 Apel Merah/ Malus 2n Sleman,


Washington domestica Klaten,
‘Red Purworejo,
Delicious’ Kota
Yogyakarta

6 Apel hijau Malus 2n Slema,


(granny smith) domestica Bantul
L.

A. Keanekaragaman Semangka
▪ Semangka Merah 1
1. Nama lokal : Semangka Merah
2. Nama ilmiah : Citrullus lonatus
3. Ketinggian tempat : Dataran rendah (rata rata 58 m
dpl)
4. Letak lintang : 14º04'50" - 27º50'50" LS dan
110º10'41" - 110º34'40" BT.
5. Curah hujan : Sedang (1000-2000 mm per
tahun)
6. Jenis kromosom : 3n (triploid)
7. Bentuk : Bulat lonjong
8. Warna : Merah cerah
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Mengandung banyak air
12. Tempat pengambilan gambar : Bantul, Yogyakarta

▪ Semangka Merah 2
1. Nama lokal : Semangka Merah
2. Nama ilmiah : Citrullus colocynthis
3. Ketinggian tempat : Dataran rendah (10 – 1000
m dpl)
4. Curah hujan : Sedang (2.500-3.500
mm/tahun)
5. Letak lintang : 01°53’39’’ - 02°46’02’’ LS
dan 102°03´39’’ - 103°13´17’’ BT
6. Jenis kromosom : 3n (triploid)
7. Bentuk : Bulat
8. Warna : Merah
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Mengandung banyak air
12. Tempat pengambilan gambar : Pasar buah Sarolangun,
Jambi, Sumatra

▪ Semangka Kuning 1
1. Nama lokal : Semangka Kuning
2. Nama ilmiah : Citrullus lonatus
3. Ketinggian tempat : Dataran rendah (rata-rata 58
m dpl)
4. Letak lintang : 14º04'50" - 27º50'50" LS
dan 110º10'41" - 110º34'40" BT.
5. Curah hujan : Sedang (1000-2000
mm/tahun)
6. Jenis kromosom : 3n (triploid)
7. Bentuk : Bulat lonjong
8. Warna : Kuning cerah
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Mengandung banyak air
12. Tempat pengambilan gambar : Bantul, Yogyakarta

▪ Semangka Kuning 2
1. Nama lokal : Semangka Kuning
2. Nama ilmiah : Citrullus colocynthis
3. Ketinggian tempat : Dataran rendah (10 - 1000
m dpl)
4. Curah hujan : Sedang (2.500-3.500
mm/tahun)
5. Letak lintang : 01°53’39’’ - 02°46’02’’
LSdan 102°03´39’’ - 103°13´17’’ BT
6. Jenis kromosom : 3n (triploid)
7. Bentuk : Lonjong
8. Warna : Kuning
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Mengandung banyak air
12. Tempat pengambilan gambar : Pasar buah Sarolangun,
Jambi Sumatra
B. Keanekaragaman Mangga
▪ Mangga Harum Manis
1. Nama lokal : Mangga Harum Manis
2. Nama ilmiah : Mangifera indica L.
3. Ketinggian tempat : Dataran rendah
4. Curah hujan : Sedang (1000-2000
mm/tahun)
5. Letak lintang : 1100 26’ 14” – 1100 47’ 51”
BT 70 32’ 19” – 70 48’ 33” LS
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Lonjong
8. Warna : Orange kekuningan
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Lunak
12. Tempat pengambilan gambar : Klaten, Jawa Tengah

▪ Mangga Manalagi
1. Nama lokal : Mangga Manalagi
2. Nama ilmiah : Mangifera indica L.
3. Ketinggian tempat : Dataran tinggi
4. Curah hujan : Sedang (1000-3500
mm/tahun)
5. Letak lintang : 110° 33′ 00″ dan 110° 13′
00″BT, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ LS
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Bulat
8. Warna : kuning
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Lunak
12. Tempat pengambilan gambar : Toko buah shafa, Donokerto,
Turi, Sleman

▪ Mangga Cengkir
1. Nama lokal : Mangga Cengkir
2. Nama ilmiah : Mangifera indica L.
3. Ketinggian tempat : Dataran tinggi (42 m dpl)
4. Curah hujan : Sedang (1000-2500
mm/tahun)
5. Letak lintang : 109°08’–109°10’ BT dan
6°50’–6°53’ LS
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Lonjong
8. Warna : Kuning
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Lunak
12. Tempat pengambilan gambar : Toko buah segar, Slawi,
Tegal, Jawa Tengah

▪ Mangga Indramayu
1. Nama lokal : Mangga Indramayu
2. Nama ilmiah : Mangifera indica L. var
indramayu
3. Ketinggian tempat : Dataran tinggi 500 – 1.000
mm dpl
4. Curah hujan : Curah hujan perbulan 241
mm
5. Letak lintang : 7°38’42’’ – 7°59’3” LS dan
110°1’37” – 110°16’26” BT
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Bulat bola
8. Warna : Kuning
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Lunak
12. Tempat pengambilan gambar : Jl. Temon - Kokap,
Polodadi, Kulur, Kec. Temon, Kab. Kulon Progo, DIY

C. Keanekaragaman Apel
▪ Apel Waashington/Apel Merah
1. Nama lokal : Apel Washington atau apel
merah
2. Nama ilmiah : Malus domestica 'Red
Delicious'
3. Ketinggian tempat : Dataran rendah
4. Curah hujan : Sedang (1 000-2.600
mm/tahun)
5. Letak lintang : 110° 33′ 00″ dan 110° 13′
00″ BT, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ LS
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Bulat menyerupai hati
8. Warna kulit buah : Merah tua mengkilap
9. Aroma : Wangi
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Lunak, juicy,berair
12. Tempat pengambilan gambar : Superindo Sultan Agung (
Yogyakarta)

▪ Apel Hijau
1. Nama lokal : Apel hijau
2. Nama ilmiah : Malus sylvestris Mill
3. Ketinggian tempat : Dataran tinggi (52 mdpl)
4. Curah hujan : Sedang (1000-2000 mm per
tahun)
5. Letak lintang : 14º04'50" - 27º50'50" LS
dan 110º10'41" - 110º34'40" BT.
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Bulat
8. Warna kulit buah : Hijau dengan semburat
merah
9. Aroma : Wangi
10. Rasa : Manis dan sedikit asam
11. Tekstur : Padat dan renyah
12. Tempat pengambilan gambar : Pleret, Bantul, Yogyakarta

▪ Apel Fuji
1. Nama lokal : Apel Fuji
2. Nama ilmiah : Malus pumila
3. Ketinggian tempat : Dataran tinggi ( 54 mdpl )
4. Curah hujan : Curah hujan perbulan 300
mm
5. Letak lintang : 109°47’28’’ - 10°8’20” BT
dan 7°0’32’’ - 7°0’54’’ LS
6. Jenis kromosom : 2n (diploid)
7. Bentuk : Bulat
8. Warna : Merah muda
9. Aroma : Segar
10. Rasa : Manis
11. Tekstur : Sedikit keras, mengandung
banyak air
12. Tempat pengambilan gambar : Purworejo, Jawa Tengah
G. Materi Hasil Diskusi
1. Puspita Widyaningrum (22304241003)
Meskipun masih dalam satu spesies tetapi penampakan buah jeruk
berbeda satu dengan lainnya apa penyebab dari perbedaan buah jeruk
tersebut?
Jawab :
Keragaman genetic tidak hanya Nampak antar spesies, bahkan didalam
satu spesies juga terdapat keragaman gen, dengan adanya keragaman gen
inilah sifat-sifat didalam satu spesies bervariasi yang dikenal dengan
istilah varietas bahkan sampai pada asesi.

2. Syifa Kumaladewi (22304241004)


Menurut kalian selain faktor yang telah disebutkan di PPT, apa faktor
lain yang dapat menyebabkan keanekaragaman buah?
Jawab :
Untuk secara rincinya faktor-faktor penyebab keanekaragaman hanya itu
saja, namun di dalamnya masih ada penjabaran yang lebih luas lagi,
seperti yang telah dijelaskan bahwa faktor tersebut terdiri dr faktor
genetik dan lingkungan. Di dalam faktor lingkungan masih dibedakan
lagi menjadi beberapa bagian, yaitu faktor klimatik yang berhubungan
dengan iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, dan angin), faktor edafik
yang berupa ketinggian tempat hidup dari tumbuhan, dan faktor
fisiografik yang meliputi letak kawasan suatu wilayah dihasilkannya
suatu tumbuhan. Untuk secara rincinya faktor-faktor penyebab
keanekaragaman hanya itu saja, namun di dalamnya masih ada
penjabaran yang lebih luas lagi.

3. Aulia Damayanti (22304241010)


Mengapa faktor edafik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman tumbuhan?
Jawab :
Faktor edafik berhubungan dengan tanah atau daratan yang menjadi
tempat tinggal makhluk hidup, baik itu flora maupun fauna. Tanah
merupakan media utama untuk pertumbuhan vegetasi. Tanah
menyediakan berbagai unsur hara, zat organik, air, dan udara yang
memang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman. Ketika vegetasi bisa
tumbuh dan berkembang dengan baik, maka hal ini juga berdampak
positif bagi kehidupan tumbuhan tersebut. Sebaliknya, ketika tanah
berada dalam kondisi buruk dan tanaman sulit tumbuh, maka tumbuhan
pun akan kesulitan untuk berkembang biak di kawasan tersebut. Di sisi
lain, kondisi tanah di permukaan bumi berbeda-beda, baik dalam hal
tekstur, tingkat kegemburan, maupun kesuburannya. Hal inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan jenis vegetasi di satu tempat dengan
tempat lainnya.

4. Tri Sutanti (22304241014)


Hal apa yang menyebabkan timbulnya keanekaragaman pada mangga?
Jawab :
Keanekaragaman pada varietas manga merupakan keanekaragaman
tingkat gen, yang terjadi krna adanya variasi dalam spesies. Variasi dlm
spesies ini disebut varietas. Banyaknya susunan variasi genetic pada
makhluk hidup berpengaruh pada genotip (sifat) dan fenotip
(kemampuan luar) suatu makhluk hidup. Variasi pada makhluk hidup
didalam suatu spesies dpt terjadi krna dua hal, yaitu factor gen dan
lingkungan. Factor gen merupakan gabungan sifat dari dua induk
sehingga terbentuk kombinasi sifat pada anaknya.

5. Aisyah Aprilia Dewi (22304241015)


Bagaimana proses penentuan kromosom pada buah sampai diperoleh ada
yang 2n ada yang 3n?
Jawab :
Proses penentuan kromosom pada buah sampai diperoleh ada yang 2n
dan ada yang 3n bisa dilakukan dengan metode squash. Metode squash
adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu sediaan dengan
cara memencet suatu potongan jaringan sehingga kromosom dapat
menyebar dan dapat diamati di bawah mikroskop.Kromosom yang
tampak pada pengamatan dengan mikroskop dipotret dan dari hasil
cetakan dapat dihitung jumlah kromosomnya. Diploid(2n) adalah dua set
kromosom. Triploid(3n) adalah tiga set kromosom

6. Solikhah Puji Rahayu (22304241017)


Menurut kalian, Diantara 2 faktor yang sudah disebutkan, faktor mana
yang paling mempengaruhi keanekaragaman pada buah? Apa alasannya?
Jawab :
Diantara dua faktor yang sudah disebutkan faktor yang paling
memengaruhi keanekaragaman buah adalah faktor genetik. Karena
faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologi buah. Sebaliknya faktor luar atau lingkungan relatif labil atau
berubah pengeruhnya terhadap morfologi buah. Faktor genetik
menyebabkan keanekaragaman gen. Yang mana keanekaragaman gen
menentukan dan mendasari keanekaragaman hayati karena gen
merupakan faktor terkecil yang bertanggung jawab pada beragamnya
individu atau organisme dalam satu spesies.

7. Restu Adam Nuryaman (22304241022)


Apakah akan ada kemungkinan jika ada jenis jeruk yang memiliki
kromosom 3n?
Jawab :
Kemungkinan ada jenis jeruk yang memiliki jumlah kromosom 3n atau
triploid. Karena Saat ini pemuliaan untuk mendapatkan tanaman jeruk
dengan karakter seedless (jeruk tanpa biji) banyak dilakukan melalui
pendekatan manipulasi ploidi dengan target diperolehnya tanaman
triploid yang akan menghasilkan buah seedless. Contohnya Tanaman
jeruk siam medan triploid yang diperoleh dengan mengkulturkan
jaringan endosperma yang diisolasi dari buah muda dan sudah
menghasilkan jeruk seedless. Pada pertengahan tahun 2017,
produktivitas jeruk siam medan triploid diuji di dataran tinggi
KaroSumatera Utara dan dataran rendah Banyuwangi Jawa Timur,
dengan teknik top working grafting pada tanaman jeruk milik petani
sebagai batang bawah.

8. Nurma Novita Sari (22304241024)


Mengapa rasa buah semangka kuning cenderung lebih manis
dibandingkan Semangka merah?
Jawab :
Semangka kuning yang matang sempurna umumnya cenderung lebih
manis daripada semangka merah karena kandungan gulanya yang sedikit
lebih tinggi. beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
tingkat kemanisan buah:
- Media Tanam : Tanah yang subur dengan pH netral dan kandungan
organik yang cukup tinggi dapat meningkatkan kemanisan buah.
Salah satu unsur hara yang dapat meningkatkan kemanisan pada
buah adalah kalium (K). Kalium membantu tanaman
menstranslokasikan gula pada bagian tanaman yang membutuhkan.
- Curah Hujan : Umumnya, curah hujan yang tinggi dapat
menurunkan tingkat kemanisan buah. Disamping itu, curah hujan
tinggi juga dapat membuat tanah menjadi asam sehingga membuat
kondisi tanaman menurun. Sebaliknya, curah hujan yang rendah
pada fase tertentu dapat menurunkan air, sehingga buah menjadi
lebih manis.
- Intensitas Matahari : Intensitas matahari yang tinggi dapat
meningkatkan kemanisan buah karena proses fotosintesis terjadi
secara optimal. Sementara itu, intensitas cahaya matahari yang
rendah dapat menyebabkan buah berkembang tidak sempurna.
Umumnya, intensitas matahari di dataran tinggi lebih tinggi
dibandingkan dengan di dataran rendah. Namun, panjang hari atau
waktu penyinaran di dataran rendah lebih lama. Akibatnya, buah
yang ditanam di dataran rendah biasanya berasa lebih manis.

9. Agil Rahmawati Sntani (22304241028)


Apa perbedaan yg terjadi pada buah yg mengalami keanekaragaman
kromosom? (Misal rasa, bentuk, warnanya dll)
Jawab :
Perbedaan yang terjadi pada buah yang memiliki keanekaragaman
kromosom yaitu adanya buah manis dan buah asam pada satu pohon
mangga yang sama, adanya buah yang berbiji dan tidak berbiji dalam
satu jenis, dan perbedaan dari ukuran buah yang cenderung lebih besar.

10. Nisriena Aulia Salsabila (22304241035)


Jika terjadi perubahan intensitas hujan, perubahan cuaca yang tidak dapat
diprediksi, dsb. Apakah dapat memengaruhi keanekaragaman buah?
Jawab :
Perubahan cuaca yang terjadi tentu sangat berpengaruh terhadap adanya
keanekaragaman buah, hal ini sangat bergantung pada tingkat ketahanan
tanaman buah pada perubahan cuaca yang terjadi. misalnya tidak semua
jenis tumbuhan mampu hidup pada daerah dengan intensitas hujan tinggi
hal tersebut kemudian mengakibatkan tumbuhan tersebut terseleksi
hingga akhirnya keanekaragamn buah pada wilayah tersebut berkurang.

11. Balqis Eaudatul Jamil (22304241036)


Perbedaan apa yang nampak dari buah yang memiliki perbedaan
fisiografik?
Jawab :
Perbedaan yang paling sering nampak akibat adanya faktor perbedaan
fisiografik adalah pada bentuk morfologi buah, seperti bentuk dan warna.
12. Hanifah Khoirunnisa (22304241040)
Apakah Letak lintang dan ketinggian tempat mempengaruhi rasa pada
buah?
Jawab :
Letak lintang dan ketinggian tempat biasanya tidak terlalu berpengaruh
terhadap rasa yang dihasilkan oleh buah, namun faktor tersebut juga
memungkinkan memberi pengaruh terhadap rasa buah seperti letak
lintang yang berpengaruh terhadap iklim, sedangkan saat ini perubahan
iklim sering kali terjadi sehingga berpengaruh terhadap curah hujan suatu
wilayah, yang mana curah hujan tinggi terkadang memberi pengaruh
pada rasa buah yakni menjadi kurang manis.

13. Ervina Septianingsih (22304241041)


Mengapa bentuk pada semangka merah dan kuning tsb. berbeda, padahal
sama-sama tumbuh di dataran rendah dengan curah hujan sedang?
Jawab :
Bentuk semangka kuning dan merah tersebut dapat berbeda walaupun
hidup pada lingkungan dengan ketinggan dan curah hujan yang sama
dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti wilayah
tempat tumbuh yang berbeda, perbedaan perlakuan yang diberikan,
faktor lingkungan lain seperti suhu, tekanan, dan tingkat kesuburan
tanah.

14. Helga Rifdah Fadhilah (22304241044)


Sebutkan contoh keanekaragaman buah yang disebabkan oleh faktor
perbedaan fisiografik?
Jawab :
Faktor fisiografi berhubungan dengan ketinggian tempat dan bentuk
wilayah. Buah yang memiliki perbedaan fisiografik misalnya aneka jenis
buah mangga, buah jeruk, dan buah jambu yang tumbuh baik di dataran
rendah sedangkan aneka buah apel tumbuh baik di dataran tinggi.
15. Alfina Risma Ramadhani (22304241048)
Apakah curah hujan mempengaruhi rasa buah?
Jawab :
Curah hujan mempengaruhi rasa buah. Semakin tinggi curah hujan,
maka rasa dari buah tersebut semakin memudar.Di musim kemarau atau
musim panas, intensitas cahaya matahari tentu sangat banyak dan
pastinya hampir tidak pernah turun hujan. Meskipun petani dengan alat
nya sudah giat menyirami tanaman, tentu air yang diserap tanaman tidak
sebanyak saat musim hujan. Sehingga, seringnya terpapar matahari,
tanaman akan giat melakukan fotosintesis. Dan hasilnya yang berupa
glukosa selain nantinya menjadi energi yang dipakai untuk bertahan
hidup dan juga metabolisme, sehingga mempengaruhi jumlah kadar
senyawa gula (cadangan energi) yang dihasilkan. kandungan senyawa
gula yang ada pada tanaman ketika musim kemarau dengan kadar
serapan air yang dikit, tentu akan membuat buah menjadi lebih manis
dibanding tanaman yang banyak menyerap air di musim hujan.

Anda mungkin juga menyukai