Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN


“Keragaman Tanaman”

Oleh :

NAMA : HAMRIANI
NIM : D1B116084
KELAS : AGT-D
KELOMPOK : 7 (tujuh)

PROGRAM STUDI AGROTEKNONLOGI


JURUASAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemuliaan tanaman tidak jauh dari kata keragaman. Keragaman atau

variabilitas tanaman merupakan hal yang penting dalam pemuliaan tanaman, jika

dalam dunia pemuliaan tanaman tidak ada keragaman, maka kegiatan pemuliaan

(seleksi) akan sulit dilakukan. Keragaman dapat disebabkan oleh pengaruh faktor

lingkungan, faktor genetik atau dari kedua faktor tersebut. Keragaman lingkungan

(non-heritable variation) atau keragaman yang disebabkan oleh faktor lingkungan

yaitu tidak dipengaruhi oleh faktor genetiknya sehingga keragaman karakternya tidak

akan diwariskan keketurunannya. Keragaman lingkungan dapat diketahui dengan cara

menanam genotip yang sama pada kondisi lingkungan yang berbeda.

Keragaman genetik (heritable variation) merupakan keragaman yang terdapat

dalam suatu tanaman yang disebabkan oleh faktor genetiknya, sehingga keragaman

pada karakter tersebut dapat diturunkan pada keturunan yang selanjutnya. Keragaman

genetik dapat diketahui dengan cara menanam genotip yang berbeda pada kondisi

lingkungan yang relatif sama. Selain dari faktor lingkungan dan genetik, keragaman

dapat disebabkan oleh kedua faktor tersebut secara bersamaan (genetik dan

lingkungan) atau disebut keragaman fenotip. Keragaman fenotip dapat dilihat pada

populasi yang memiliki genotip berbeda ditanam pada kondisi lingkungan yang

berbeda pula. Keragaman genetik tanaman merupakan jenis keragaman yang

memiliki arti penting bagi pemuliaan dari ketiga jenis keragaman tersebut . Populasi
merupakan dasar yang memiliki keragaman genetik yang tinggi menjadi satu dari

beberapa syarat keberhasilan kegiatan pemuliaan tanaman. Maka dari itu, dapat

diketahui bahwa keragaman tanaman dapat dibedakan berdasarkan keragaman pada

karakter kualitatif dan karakter kuantitatif.

Keragaman pada suatu jenis tanaman dapat diketahui melalui kegiatan yang

disebut karakterisasi. Karakterisasi ialah kegiatan yang dilakukan dalam rangka

mengenali seluruh karakter-karakter yang dimiliki oleh suatu jenis tanaman. Sehingga

melalui karakterisasi dapat diidentifikasi penciri dari suatu jenis tanaman. Oleh

karena itu, perlu dilakukan identifikasi terhadap keragaman pada beberapa tanaman

seperti jagung, kedelai, tomat dan padi.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini yaitu untuk memahami konsep keragaman yang terjadi

pada populasi tanaman (penyebab, macam, arti penting bagi pemuliaan), untuk

mampu mengidentifikasi karakter yang dimiliki suatu tanaman berdasar pada standar

karakterisasinya (terutama karakter yang berkaitan dengan kegiatan pemuliaan),

untuk mampu membedakan keragaman yang terjadi pada populasi tanaman dan untuk

mengetahui karakter tanaman yang keragamanya dipenagaruhi oleh genetic atau

lingkungan.

Kegunaan praktikum ini yaitu dapat memahami konsep keragaman yang

terjadi pada populasi tanaman (penyebab, macam, arti penting bagi pemuliaan),

dapat mampu mengidentifikasi karakter yang dimiliki suatu tanaman berdasar pada
standar karakterisasinya (terutama karakter yang berkaitan dengan kegiatan

pemuliaan), dapat mampu membedakan keragaman yang terjadi pada populasi

tanaman dan dapat mengetahui karakter tanaman yang keragamanya dipenagaruhi

oleh genetic atau lingkungan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakterisasi Tanaman

Karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam

antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat

dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter kualitatif biasanya dapat diamati dan

dibedakan dengan jelas secara visual, karena umumnya bersifat diskret. Biasanya

karakter ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen. Bila karakter ini dikendalikan

oleh satu gen, maka disebut dengan karakter monogenik, dan bila beberapa gen

disebut dengan oligogenik. Di samping itu karena besarnya peranan satu unit gen

dalam mengekspresikan fenotipenya, maka sering juga disebut dengan gen mayor.

Karakter kualitatif meliputi umur tanaman, kandungan minyak, warna, rasa,

ketahanan terhadap organisme pengganggu, kandungan protein dalam biji, dan lain-

lain (Alavan et al., 2015).

Karakter kuantitatif umumnya dikendalikan oleh banyak gen dan merupakan

hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan

langsung dengan karakter fisiologi dan morfologis. Diantara kedua karakter ini,

karakter morfologis lebih mudah diamati, misalnya produksi tanaman sering

dijadikan obyek pemuliaan tanaman. Sebagai contoh, komponen hasil tanaman

bijibijian meliputi jumlah tanaman per satuan luas, jumlah malai per tanaman, jumlah

bulir per malai, berat bulir, berat biji kering, dan lain-lain. Untuk ubi jalar, komponen
hasil meliputi jumlah dan ukuran umbi, ukuran dan efisiensi kanopi, rasio bagian atas

dan umbi, lama masa dormansi, dan lain-lain (Subekti, 2008).

2.2 Keragaman Tanaman

Variabilitas adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi.

Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman organisme dalam

satu spesies. Keanekaragaman dapat terjadi dalam tingkat gen, populasi, atau

komunitas (Sridianti , 2018).

Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk

merakit varietas unggul baru. Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan

dengan memanfaatkan plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan

melakukan persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen

yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan (Hutami et al., 2010).

Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis

mahluk hidup. Setiap organisme dikendalikan oleh sepasang factor keturuna (gen).

Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengqan adanya variasi dalam satu

jenis. Variasi mahluk hidup dapat terjadi akibat perkawinan sehingga susunan gen

keturunannya berbeda dari susunan gen induknya . selain itu, variasi mahluk hidup

dapat pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan. Contoh: keanekaragaman

warna pada bunga tanaman mawar. Tanaman ini memiliki warna bunga yang ber

macam-macam, misalnya berwarna merah, putih, kuning dan sebagainya. Begitupun

keanekaragaman pada ayam, terdapat perbedaan bentuk dan ukuran tubuk, warna
bulu dan bentuk pial (jengger) antara ayam kampong, ayam cemani, ayam hutan,

ayam leghorn, ayam Bangkok, dan ayam kate (Askariyah, 2011).

Keanekaragam jenis menunjukan seluruh variasi yang terjadi antar spesies

yang masih dalam satu familia. Keanekaragaman hayati tingkat jenis (antar spesies)

lebih mudah diamati daripada keanekaragaman tingkat gen karna perbedaannya

mencolok (Sridianti, 2014). Keanekaragaman atau kekayaan jenis dapat diukur

dengan berbagai cara, misalnya dengan indeks keanekaragaman. satu tempat

dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki kekayaan jenis yang

merata, misalnya:satu tempat terdapat 3 jenis burung dan satu jenis ular, dianggap

secara teksonomi lebih beranekaragam dibanding dengan tempat lain yang

mempunyai 4 jenis burung saja (Fatimah, 2011).

Keanekaragaman ekosistem adalah segala perbedaan yang terdapat antar

ekosistem. Keanekaragaman ekosistem ini terjadi karena adanya keanekaragaman gen

dan keanekaragaman jenis (spesies) (Center, 2014).

Pengembangan jagung pulut untuk pangan, terutama di bidang industri olahan

jagung terhambat oleh produktivitas yang rendah. Hasil biji kering (kadar air 15%)

jagung pulut lokal (Takalar, Gorontalo) hanya 1,5 t/ha. Dibandingkan dengan varietas

lokal maka potensi hasil beberapa pasangan persilangan sudah dapat melampaui,

karena hasil bijinya lebih dari 2 t/ha. Heterosis dari persilangan mampu

meningkatkan ratarata hasil biji kering tetua 1,24 t/ha menjadi rata-rata hibrida 1,87

t/ha biji kering. Efek heterosis yang bervariasi dapat disebabkan oleh jarak genetik
yang dekat, karena tetua berasal dari seleksi varietas lokal Sulawesi Selatan, sehingga

latar belakang genetik sempit (Santoso et al., 2014)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keragaman

Kenekaragaman dipengaruhi baik faktor dari dalam (gen) dan faktor luar

(pengaruh lingkungan). Faktor lingkungan seperti makanan, suhu, cahaya,

kelembapan, curah hujan, derajat keasaman tanam (pH) bersama faktor keturunan

(gen) sangat berpengaruh terhadap fenotip. Fenotip merupakan hasil interaksi antara

genotip dengan lingkungan. Setiap makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan, dan

manusia memiliki persamaan dan perbedaan. Hal tersebut terjadi karena genotip yang

dimiliki individu berbeda, adanya gen yang bersifat dominan dan resesif, adanya

penetrasi dan ekspresivitas, adanya rekombinasi gen dan lainnya. Keanekaragaaman

sifat genetic sangat penting karena tanpa adanya variasi sifat makhluk hidup, ilmu

genetika tidak mungkin berkembang. Berbagai pola pewarisan sifat dapat ditemukan

dan diketahui karena adanya variasi sifat pada makhluk hidup (Mustofa et al., 2013)

Variasi somaklonal pada tanaman yang dihasilkan dari kultur jaringan dapat

digunakan untuk meregenerasikan kultivar baru. Dua tipe umum pada variasi ploidi,

yaitu poliploidi dan aneuploidi sering ditemukan pada kultur jaringan sel. Di antara

faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan spektrum variasi somaklonal, zat

pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam induksi beberapa perubahan di

dalam kromosom, dengan terbuktinya bahwa keragaman somaklonal dapat


membentuk variasi baru maka metode tersebut diaplikasikan pada tanaman

hortikultura, pangan, dan industry (Syahputra et al., 2017)

Perbedaan nama beras hitam tersebut diduga disebabkan oleh keragaman

warna berasnya, dari hitam cerah sampai hitam pekat. Perbedaan warna beras terjadi

sebagai akibat adanya perbedaan kandungan antosianin. Dengan kajian warna beras

maka kemungkinan dengan mudah dapat dibedakan suatu indvidu dengan individu

lainnya. Kajian keragaman genetik dapat dilakukan dengan penanda morfologis,

biokimia, dan molekuler. Penyandian sifat morfologi banyak dipengaruhi lingkungan

(Solouki et al., 2008)


DAFTAR PUSTAKA

Alavan, A., R. Hayati dan E. Hayati. 2015. Pengaruh pola kekerabatan terhadap
pertumbuhan beberapa varietas padi gogo (Oryza sativa L.). Jurnal
Floratek, 10: 61- 68
Askariyah, M., 2011. Variabilitas dan heritabilitas berbagai karakter tanaman jagung
(Zea mays L.) pada Generasi F3 Selfing. USU Press. Medan.
Center, B.M.. 2014. Keanekaragaman Hayati. Diunduh pada laman http://
www.biomediacenter.com/keanekaragaman/hayati/ pada tanggal 08 Mei
2008.
Fatimah, S. 2011. Analisa variansi genetic tanaman jagung (Zea mays L.) hasil
persilangan kultivar tambin dengan Srikandi Kuning. Jurnal Agrovigor,
4(2): 1979-5777.
Hutami, S., I. Mariska, dan Y. Supriati. 2010. Peningkatan keragaman genetik
tanaman melalui keragaman somaklonal. Jurnal AgroBiogen, 2(2): 81-88.
Mustofa, Z., I. M. Budiarsa dan G. B. N. Samdas. 2013. Variasi genetik jagung (Zea
mays L.) berdasarkan karakter fenotipik tongkol jagung yang dibudidaya
di Desa Jono Oge. Jurnal e-Jipbiol, 1:33-41.
Santoso, S.B., M.H.G. Yasin dan Faesal. 2014. Daya gabung inbred jagung pulut
untuk pembentukan varietas hibrida. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, 33(3).
Solouki, M.H., Mehdikhani, H. Zeinali dan A.A. Emamjomeh. 2008. Study of genetic
diversity in Chamomile (Matricaria chamomilla) based on morphological
traits and molecular markers. Sci. Hortic, 117: 281-287.
Sridianti. 2014. Biodiversity of Indonesia. Diunduh pada laman
http://sridianti.scribd.com/ pada tanggal 08 Mei 2018.
Subekti, A. 2008. Karakteristik dan pola kekerabatan plasma nutfah padi beras merah
di kalimantan barat. Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik
Pertanian. Pontianak.
Syahputra I., Lollie, A.P. Putri dan M. Basyuni. 2017. identifikasi keragaman
molekuler materialgenetik kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
berdasarkan marka ssr (Simple Sequence Repeats). Jurnal Pertanian
Tropik, 4(6): 57- 64.
4.2 Pembahasan

Setiap makhluk hidup memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut ada yang sama

dan ada yang berbeda degan makhluk hidup lain. Berdasarkan persamaan dan

perbedaan yang dimiliki, beberapa jenis makhluk hidup dapat dikelompokkan

menjadi satu kelompok. Perbedaan atau variasi dan persamaan yang tampak di antara

makhluk hidup dalam kelompok itulah yang dijadikan dasar untuk pembagiannya

menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil.

Variabilitas adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi,

dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman organisme dalam

satu spesies. Keanekaragaman dapat terjadi dalam tingkat gen, populasi, atau

komunitas.

Kenekaragaman dipengaruhi baik faktor dari dalam (gen) dan faktor luar

(pengaruh lingkungan). Faktor lingkungan seperti makanan, suhu, cahaya,

kelembapan, curah hujan, derajat keasaman tanam (pH) bersama faktor keturunan

(gen) sangat berpengaruh terhadap fenotip. Fenotip merupakan hasil interaksi antara

genotip dengan lingkungan. Setiap makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan, dan

manusia memiliki persamaan dan perbedaan. Hal tersebut terjadi karena genotip yang

dimiliki individu berbeda, adanya gen yang bersifat dominan dan resesif, adanya

penetrasi dan ekspresivitas, adanya rekombinasi gen dan lainnya. Keanekaragaaman

sifat genetic sangat penting karena tanpa adanya variasi sifat makhluk hidup, ilmu

genetika tidak mungkin berkembang. Berbagai pola pewarisan sifat dapat ditemukan

dan diketahui karena adanya variasi sifat pada makhluk hidup.


Keragaman fenotip dapat diketahui secara langsung perbedaannya, seperti

warna bunga, warna daun, bentuk biji, terdapatnya bulu pada batang. Namun ada juga

karakter-karakter yang perbedaannya memerlukan pengamatan menggunakan

pengukuran untuk mengetahui keragamannya, seperti tinggi tanaman, tingkat

produksi, panjang malai, maka dari itu dapat diketahui bahwa keragaman tanaman

dapat dibedakan berdasarkan keragaman pada karakter kualitatif dan karakter

kuantitatif.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada praktikum kali ini, dimana

pengamatan pada dua jenis jagung yaitu, jagung kuning (varietas bonanza) dan

jagung putih (varietas pulut) dan diperoleh hasil pengamatan dengan persamaan-

persamaan karakter yang ada pada kedua jenis jagung tersebut, diantaranya pada

kedua daun jenis tanaman ini sama-sama memiliki permukaan yang berbulu dan

bentuk yang memanjang dengan bentuk tongkol silindris mengerucut, susunan biji

teratur, bentuk biji bundar, warna benang sari kuning serta tipe akar serabut, namun

diperoleh pula perbedaan-perbedaan pada kedua jenis jagung tersebut terdapat pada

warna daun, warna batang, warna biji dan warna putik. Keragaman antara jagung dan

jagung putih memiliki karakter kuantitatif yaitu lebar daun 10 dan 9 cm, jumlah daun

10 dan 5,9 cm, panjang daun 60,6 dan 58,1 cm, tinggi tanaman 190 dan 193 cm,

panjang akar 21,1 cm, dan 2,22 cm.

Pengamatan pada karakter kuantitatif ini dominan dipengaruhi oleh faktor

lingkungan sedangkan pengamatan pada karakter kualitatif dominan dipengaruhi oleh

faktor genetik, namun tidak semua karakter kuantitatif tersebut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan tidak selamanya pula karakter kualitatif dipengaruhi oleh

faktor genetik, ada pula yang dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut yang biasa

disebut keragaman fenotip contohnya tinggi tanaman dan warna daun. Karakter

kuantitatif seperti tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan panjang akar dapat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ketersediaan unsur hara, penyiraman,

intensitas cahaya dan temperatur.

Pengamatan tanaman padi yang dilakukan, telah di ketahui bahwa pada

praktikum kali ini ada dua jenis padi yang diamati yaitu, padi sawah dan padi ketan.

Keragaman antara tanaman padi sawah dan padi ketan memiliki persamaan-

persamaan karakter yang ada pada kedua jenis padi tersebut, diantaranya pada kedua

daun jenis tanaman ini dengan warna daun yang sama, permukaan daun, warna

batang, ruas batang, tipe akar, warna putik dan warna benang sari, sedangkan

perbedaanya hanya terletak pada buah dimana padi ketan dngan warna merah dan

padi sawah dengan warna buah hijau. Karakter kuantitatif yaitu dimana padi ketan

memiliki lebar daun 1,2 cm, panjang daun, 38 cm, tinggi tanaman 103 cm, dan

panjang akar 20,5 cm. sedangkan pada padi sawah 1 cm 5,9 cm, 193 cm, 8,2 cm, 21,6

cm, 2,22 cm, ini disebabkan oleh faktor lingkungan. Perbedaan warna bulir pada

kedua padi tersebut dipengaruhi oleh faktor genetika.

Pengamatan tanaman tomat telah di ketahui bahwa pada praktikum kali ini

ada dua jenis tomat yang diamati yaitu, tomat lokal dan tomat apel. Pengamatan kali

ini terdapat persamaan-persamaan dan berbedaan pada keragaman tanaman tersebut,

adapun persamaan yang terdapat pada kedua jenis tomat ini yaitu terdapat pada
karakter perukaan daun, warna batang, tipe akar dan kepala putik, sedangkan

perbedaan yang ada pada kedua jenis tanaman ini yaitu terdapat pada warna daun,

kepala putik dan benang sari, perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor genetika.

Memiliki karakter kuantitatif yaitu lebar daun 21,8 cm, dan 22 cm, panjang daun 30

dan 33 cm, tinggi tanaman 86 dan 92 cm, dan panjang akar 31 dan 12 cm, keragaman

ini disebabkan oleh faktor lingkungan. Keragaman ini tidak dipengaruhi oleh

genetiknya sehingga keragaman karakter tidak akan diwariskan kepada keturunannya,

keragaman lingkungan dapat diketahui dengan cara menanam genotip yang sama

pada lingkungan yang berbeda.

Pengamatan pada tanaman kedelai kali ini ada dua jenis kedelai yang diamati

yaitu, kedelai bunga ungu (anjasmoro) dan kedelai bunga ungu (varietas agromulio).

Pengamatan kali ini terdapat persamaan-persamaan karakter yang ada pada kedua

jenis kedelai tersebut, diantaranya pada daun kedua jenis tanaman ini sama-sama

memiliki bentuk daun yang oval, warna daun yang hijau tua dan jumlah daun sama-

sama 3 helai. Pada batang tanaman kedua jenis kedelai ini juga memiliki keragaman

yang sama yaitu memiliki warna batang yang sama. Persamaan pada karakter bunga,

karakter yang ditampakkan sama, mulai dari warna bunga, warna putik dan warna

benang sari semuanya sama, pada buah terdapat pula karakteristik yang sama dimana

bentuk polong dan warna polongnya sama. Persamaan yang terlihat pada akar yaitu

terdapat pada tipe, dimana tipe kedua jenis kedelai ini sama-sama memiliki akar

tunggang. Adapun perbadaan yang tampak pada kedua jenis kedelai ini sangat

terlihat jelas. Pada karakteristik daun, terdapat perbedaan lebar daun, panjang daun
dan warna daun. Pada batang tanaman, warna dan tinggi batang memiliki karakter

yang berbeda. Perbedaan yang tampak pada karakteristik akar yaitu, pada tipe akar.

Adapun perbedaan-perbedaan karakter ini dipengaruhi oleh dua faktor, dimana faktor

tersebut yaitu faktor genetika dan faktor lingkungan, karena telah jelas terpaparkan

pada hasil bahwa tanaman tidak hanya memiliki satu atau dua perbedaan

karakteristik, baik pada daun, batang, bunga, buah dan akar.

Pengamatan keragaman tanaman (karakter kualitatif) kali ini ada dua jenis

kedelai yang diamati yaitu, kedelai bunga ungu (varietas devon 1) dan kedelai bunga

ungu (varietas agromulio). Pengamatan kali ini terdapat persamaan-persamaan dan

perbedaan pada keragaman tanaan tersebut. Adapun persamaan yang terdapat pada

tanaman ini yaitu terdapat pada warna putik dan benang sari, dimana putik berwarna

putih dan benang sari berwarna kuning. Perbedaan yang ada pada kedua jenis

tanaman ini yaitu terdapat pada warna daun, permukaan daun, warna batang,

permukaan batang, tipe akar, adapun perbedaan-perbedaan karakter ini dipengaruhi

oleh dua faktor, dimana faktor tersebut yaitu faktor genetika dan faktor lingkungan,

karena telah jelas terpaparkan pada hasil bahwa tanaman tidak hanya memiliki satu

perbedaan karakteristik.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Variabilitas adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi,

dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman organisme dalam

satu spesies. Keanekaragaman dapat terjadi dalam tingkat gen, populasi, atau

komunitas. Keragaman fenotip dapat diketahui secara langsung perbedaannya, seperti

warna bunga, warna daun, bentuk biji, terdapatnya bulu pada batang. Namun ada juga

karakter-karakter yang perbedaannya memerlukan pengamatan menggunakan

pengukuran untuk mengetahui keragamannya, seperti tinggi tanaman, tingkat

produksi, panjang malai, maka dari itu dapat diketahui bahwa keragaman tanaman

dapat dibedakan berdasarkan keragaman pada karakter kualitatif dan karakter

kuantitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka didapat pada saat pengamatan

memiliki karakter kuantitatif yang berbeda-beda, hal ini disebabkan perbedaan-

perbedaan karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

5.2 Saran

Saran saya dalam praktikum ini yaitu lebih memperhatikan hal-hal yang harus

diamati khususnya pada karakter kualitatif dan kuantitatif, agar hasil dari pengamatan

bisa lengkap dan pengambilan gambar atau dokumentasi lebih fokus sehingga tertuju

pada apa yang memang harusnya menjadi poin pengamatan.


DOKUMENTASI

Pengukuran tinggi pengukuran panjang pengukuran diameter


Tanaman daun tongkol

Pengukuran panjang pengamatan warna pengukuran lebar


Akar benang sari daun

Anda mungkin juga menyukai