Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GENETIKA

KEANEKARAGAMAN PADA MANUSIA

Disusun Oleh :

Aniq Kumala Dewi (15308141040)


Biologi E 2015

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2017
I. TUJUAN

Mengetahui keanekaragaman genetik pada manusia melalui pengamatan fenotip.

II. DASAR TEORI

Keanekaragaman hayati merupakan pembahasan yang mencakup semua bentuk


kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya,
yaitu mencakup gen, spesies serta ekosistem dan proses-prose ekologis dimana bentuk
kehidupan merupakan bagiannya. Jenis keanekaragaman hayati antar lain:
1. Keanekaragaman Genetik
Keanekaragaman genetik merupakan jumlah informasi genetik yang terkandung di dalam
individu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang mendiami bumi.
2. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies merupakan keanekaragaman organisme hidup di bumi
(diperkirakan 5-50 juta) namun hanya sekitar 1,4 juta saja yang baru dipelajari
3. Keanekaragaman Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman habitat, komunitas biotic, dan
proses ekologi di biosfer (F. George & H. George, 2005).
Keanekaragaman merupakan dasar ciri-ciri makhluk hidup. Adanya
keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari suatu spesies terhadap
lingkungannya. Keanekaragaman tidak hanya terjadi pada hewan dan tumbuhan saja tetapi
juga pada manusia. Namun pada manusia, keanekaragaman yang terjadi hanya pada tingkat
gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat. Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa
ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip atau sifat yang tampak
(Cummings, 2011: 6-7).
Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat diukur atau
sifat yang nyata yang dmiliki oleh organisme. Ciri itu tampak oleh mata, seperti warna kulit
atau tekstur rambut. Fenotip dapat juga diuji untuk identifikasinya, seperti pada penentuan
angka respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip merupakan hasil produk-produk gen
yang diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun, gen memiliki batasan-batasan di
dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip. (Stansfield, 1983 : 19).
Dalam sebuah keluarga juga tidak ada yang sama benar antara yang satu dengan
yang lainnya, meskipun terdapat beberapa orang yang kembar di dalam keluarga tersebut.
Jadi, dalam keluarga juga terjadi variasi. Jika antara individu dalam satu keluarga saja terjadi
banyak perbedaan ciri, maka tidak aneh jika individu dari lain keluarga, lain ras, dan lain
bangsa akan sangat banyak perbedaanya. Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa
ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip atau penampilannya. Beberapa
dari ciri-ciri yang tampak tersebut tidak mengalami seleksi alam, sehingga tetap ada sampai
sekarang dan dapat ditentukan oleh para ahli genetika melalui beberapa cara (Slamet, 2003:
63).
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau
penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan. Faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan ole faktor
genetiknya (genotip). Genotip adalah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip
yang terekspresikan menampakkan fenotip pada suatu individu. (Starr & Mc Millan, 2010:
374).
Makhluk Hidup dan Keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan fenomena normal pada makhluk hidup. Baik dalam
kehidupan tumbuhan, hewan, maupun manusia. Keanekaragaman ini mudah diamati pada
penampilan luar yang merupakan kumpulan ciri-ciri setiap makhluk hidup. Berbagai ciri
menunjukkan persamaan, sementara berbagai ciri lain menunjukkan perbedaan. Adanya
persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang dapat diamati ini menyebabkan makhluk hidup,
yang sudah dikelompokkan atas dasar sistem klasifikasi dalam taksonomi, masih
menunjukkan adanya keanekaragaman di antara anggota setiap populasi (Abdul Salam M.
Sofro, 1994: 1).
Ciri-ciri fisik luar pada setiap makhluk hidup yang tampak secara visual akan
mudah dikenali karena untuk melihatnya tidak diperlukan alat-alat bantu. Tetapi, beberapa
ciri-ciri fisik dalam sampai aras molekular hanya dapat dikenali dengan alat-alat bantu atau
teknik-teknik pemeriksaan laboratorium tertentu yang kadang-kadang memerlukan
ketelitian yang tinggi. Dalam kaitan ini, perlu disadari bahwa ciri-ciri manapun yang
dijumpai pada satu generasi suatu populasi akan dapat dijumpai pada generasi berikutnya.
Dengan demikian, di sini berlangsung suatu proses pewarisan, dan pewarisan ini mengikuti
hukum-hukum yang berlaku. Dengan kata lain, ciri-ciri tadi ditemukan secara genetis
(Abdul Salam M. Sofro, 1994: 1).
Sebagai suatu sifat yang ditentukan secara genetis, beberapa ciri ditentukan oleh
sekelompok kecil gena,bahkan dapat ditentukan oleh hanya satu gena saja. Sementara itu,
beberapa ciri lain ditentukan oleh banyak gena, bahkan mungkin gabungan dengan berbagai
faktor lingkungan. Ciri-ciri yang ditentukan oleh banyak gena atau gabungan banyak gena
dan lingkungan, umumya mudah diamati secara visual tanpa alat bantu. Sedangkan ciri-ciri
yang ditentukan oleh sedikit gena atau gena tunggal hanya dapat diamati lewat teknik-teknik
pemeriksaan laboratorium tertentu. Sekarang ini, dengan kemajuan biologi molekular,
dimungkinkan untuk mengamati secara langsung gena-gena yang menentukan ciri-ciri
organisme. Bahkan beberapa gena telah diketahui secara persis ukuran dan susunan molekul
penyusunnya. Pada manusia, bahkan ada upaya pemetaan gena, khususnya gena-gena
tunggal, yang dikerjakan oleh beberapa pusat penelitian di dunia (Abdul Salam M. Sofro,
1994: 1-2).
Dari pengamatan terhadap ciri-ciri genetik yang ada pada setiap individu, ternyata
bahwa setiap organisme memiliki susunan genetik yag bersifat unik. Keunikan susunan
genetik pada setiap indivdu mencerminkan sekumpulan ciri-ciri yang dianggap cocok untuk
individu yang bersangkutan dalam lingkungan dan kondisi tertentu tempat ia berada.
Susunan genetik semacam ini tentunya akan sangat beraneka ragam tergantung pada tingkat
organisme. Organisme sederhana suatu sel tentu saja memiliki susunan genetik lebih
sederhana dibanding organisme multisel. Semakin tinggi tingkat organisme, semakin
kompleks pula susunan genetiknya. Sebagaimana diuraikan di atas, ciri-ciri yang ditentukan
secara genetis menunjukkan keanekaragaman pada berbagai makhluk hidup. Namun
demikian, di samping faktor genetis, faktor lingkungan sampai batas tertentu juga ikut
mengimbas ekspresi ciri-cri tersebut. Keanekaragaman semacam ini menyebabkan perlunya
klasifikasi pada makhluk hidup. Dengan klasifikasi tersebut makhluk hidup dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok populasi dan spesies (Abdul Salam M. Sofro, 1994: 2-
5).
Meskipun sudah dilakukan pengelompokan, kadang-kadang masih dijumpai pula
keanekaragaman pada ciri-ciri tertentu. Keanekaragaman ini dapat diamati pada individu
dalam satu kelompok populasi, antar kelompok populasi dalam satu spesies, dan antar
spesies. Keanekaragaman genetis tadi dapat muncul karena adanya gena-gena dengan
daerah penyandi yang berbeda-beda akibat proses mutasi. Dari gena-gena ini dihasilkan ciri-
ciri genetis yang juga berbeda-beda (Abdul Salam M. Sofro, 1994: 5-6).
Keanekaragaman dalam Spesies
Dalam tiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri yang
berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun merupakan anggota spesies
yang sama. Keduanya dapat berbeda karena variasi berbagai faktor. Termasuk faktor-faktor
ini antara lain genetik, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh,
habitat, dan lain-lain. Secara genetik tidak ada dua individu dalam satu spesies yang persis
sama. Apalagi faktor-faktor lingkungannya juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri
yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini
menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies (Abdul Salam M. Sofro, 1994: 9).
Keanekaragaman dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat
dilihat adanya kedekatan kekerabatannya satu sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-
ciri yang dimiliki, semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan
dalam ciri-ciri yang dimiliki, semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian, dalam suatu
spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain dibedakan
berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi atau fenotipnya (Abdul Salam M.
Sofro, 1994: 9-10).
Banyak fenotip yang tampak sebagai ciri morfologis dapat berubah selama masa
hidup suatu organisme. Kadang-kadang perubahan ini terjadi selama perkembangan dan
merupakan tanggapan terhadap kondisi lingkungan. Gejala semacam ini terlihat baik pada
hewan (termasuk manusia) maupun tumbuhan. Adanya pengaruh lingkungan dan faktor nir-
genetik lain menyebabkan pengelompokan populasi dengan kesamaan ciri-ciri morfologis
semacam ini sering membingungkan. Berkembangnya kajian genetika menyebabkan
keanekaragaman pada organisme didekati secara genetik. Idealnya, kalau akan menentukan
keanekaragam di antara organisme, maka harus diperoleh dulu susunan bahan genetik yang
sesungguhnya. Informasi ini jelas tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan karena
informasi tersebut merupakan seperangkat informasi yang diwariskan generasi terdahulu ke
generasi berikutnya (Abdul Salam M. Sofro, 1994: 10).

Diagram Silsilah atau Peta Silsilah


Peta silsilah termasuk alat yang paling banyak digunakan dalam penelitian
genetika, dan untuk menyusun suatu pola peta silsilah diperlukan keturunan dalam jumlah
yang banyak sedikitnya 3 generasi (Anna, 1985: 66- 68). Peta silsilah yang menggambarkan
pewarisan sifat tertentu dalam suatu keluarga dapat dianalisis untuk mengetahui pola
pewarisan gen penentu sifat tersebut. Suatu gen penentu sifat termasuk auotosomal jika (1)
terdapat kemungkinan jumlah yang sama antara wanita dan laki-laki yang mengekspresikan
gen (terkena) tersebut, (2) terdapat laki-laki yang menurunkan sifat tersebut pada anak laki-
lakinya dan (3) terdapat anak-anak perempuan yang terkena walaupun bapak dan ibunya
normal. Gen yang bersifat dominan akan selalu diekspresikan bilamana gen tersebut ada
sehingga biasanya tidak ada generasi yang alpha dalam ekspresi sifat. Sifat dari gen dominan
akan hilang atau tidak akan muncul jika satu generasi tidak mengekspresikan sifat itu (Anna,
1985: 68- 71).
Berbagai macam simbol yang biasa digunakan pada pembuatan diagram silsilah
ialah sebagai berikut (Suryo, 1986: 101-102):
Pewarisan Sifat Autosomal pada Manusia

Yang dimaksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditemukan oleh
gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada yang resesif. Oleh karena laki-laki
dan perempuan memiliki autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh
gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki dan perempuan (Suryo, 1986: 102).

Cara Menurunnya Golongan Darah A, B, O, AB

Telah diketahui bahwa golongan darah seseorang ditetapkan berdasarkan


macamnya antigen dalam eritrosit yang dimilikinya. Setelah melalui banyak penelitian,
Bermstein pada tahun 1925 menegaskan bahwa antigen-antigen itu diwariskan oleh suatu
seri alel ganda. Alel tersebut diberi simbol I (berasal dari kata isoglutinin, suatu protein yang
terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk antigen A, memiliki
alel IA dalam kromosom, yang mampu membentuk antigen B memiliki alel IB, yang
memiliki alel IA dan IB dapat membentuk antigen A dan B, sedangkan yang tidak mampu
membentuk antigen sama sekali memiliki alel resesif I (Suryo, 1986: 349).

Interaksi antara alel-alel IA, IB, dan I menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan
darah, yaitu A, B, AB, dan O. Banyak ahli yang lebih suka menggunakan huruf L dan l
sebagai simbol untuk alel ganda ini karena huruf L berasal dari Landsteiner. Dengan
demikian, terdapat alel LA, LB, dan l. Keadaan dominasinya adalah (IA = IB) > I (Suryo,
1986: 349-350).

Golongan Antigen dalam Alel dalam Genotip


Darah (fenotip) Eritrosit Kromosom
O - I ii
A A IA IAIA atau IAi
B B IB IBIB atau IBi
AB A dan B IA dan IB IAIB

Pengamatan terhadap keanekaragaman genetik pada manusia dapat dilakukan


dengan menggunakan bantuan Cakram Genetika. Cakram genetika biasanya
menggunakan 6 ciri-ciri. Lima ciri diantaranya merupakan ciri-ciri yang tampak secara
fisik sementara satu ciri yang lain merupakan pengamatan terhadap golongan darah
(A/B/AB/O). Keenam ciri yang akan diamati tersebut antara lain:
Daun telinga (melekat/tidak melekat),
Ibu jari (lurus/bengkok),
Lidah (bisa melipat/tidak bisa melipat),
Widows Peak (ada / tidak)
Alis ( menyatu/ tidak menyatu)
Golongan darah (A/B/AB/O).

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

Alat dan bahan


1. Mahasiswa kelas Biologi E 2015
2. Alat tulis
3. Gambar Cakram Genetika

Cara Kerja

Menentukan ciri yang ada pada diri masing-masing mahasiswa sesuai dengan keenam
ciri yang sudah disebutkan diatas.

Menggunakan Cakram Genetika, dimulai dari bagian tengah dengan ciri pertama, dan
menentukan apakah berada di sisi kiri atau sisi kanan dari garis vertikal

Pindah pada garis lingkaran kedua, kemudian menentukan pada bagian mana sifat kita
terdapat. Demikian selanjutnya sampai lingkaran terluar, yaitu tipe golongan darah.

Membaca angka yang tertulis untuk kombinasi dari ciri-ciri khusus yang telah
diamati.

Melaporkan skor yang telah diperoleh.

Mengumpulkan data skor Cakram Genetika dari teman satu kelas.


IV. HASIL PENGAMATAN

Skor Cakram
No. Nama Mahasiswa Keterangan
Genetika
1 Havid Aprilliano 120
2 Dian Novita 80
3 Cicillia Retno K 117
4 Danny Pradoko 36
5 Aniq Kumala Dewi 108
6 Anisa Maulidiya 80
7 Inuoi Widhi H 38
8 Resa Pahlawan 109
9 Nadhilla DSBA 93
10 Shianita 78
11 Devi Wulandari 64
12 Nurul Husna 96
13 Ngakan Yoga N 103
14 Rida A 109
15 Emma M 111
16 Yuli Ana D 61
17 Fadholi Yudha 126
18 Riska Wahyu K 112
19 Ein Dwi S M 110
20 Isnani Deyana 118
21 Isdini G 74
22 M. Luqmanul 60
23 Norma F 79
24 Wicak Aji P 16
25 Aulia Devi P 109
26 Aji 77
V. PEMBAHASAN

Praktikum genetika dilaksanakan pada 26 September 2017 dengan judul


Keanekaragaman pada Manusia bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman genetik
pada manusia melalui pengamatan fenotipe. Praktikum ini menggunakan cakram genetika
sebagai alat untuk mengetahui keanekaragaman pada manusia dilihat dari sifat yang
nampak (fenotipe) dengan didasarkan pada 6 ciri-ciri yang telah ditentukan antara lain:

Lingkaran pertama : ujung daun telinga (melekat/tidak melekat )


Lingkaran ke dua : Ibu jari (lurus/bengkok )
Lingkaran ke tiga : Lidah (bisa melipat/tidak bisa melipat)
Lingkaran ke empat : Widows Peak (ada / tidak)
Lingkaran ke lima : Alis ( menyatu/ tidak menyatu)
Lingkaran ke enam : Golongan darah (A/B/AB/O).

serta sifat khusus yang dapat membedakan anatar individu satu dengan lainnya. Praktikum
ini dilakukan terhadap 26 mahasiswa kelas Biologi E 2015.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 26 mahasiswa didapatkan hasil bahwa


setiap individu memiliki ciri yang berdeda walaupun ada yang memiliki ciri yang sama
dengan ke 6 ciri pada cakram genetika akan tetapi tetap terdapat ciri khusus yang
membedaka individu satu dengan yang lainnya.

Pertama, indeks keragaman dengan angka 80 dimiliki oleh Dian dan Anisa.
Mereka memiliki enam ciri yang sama pada cakram genetika yaitu ujung daun telinga tidak
melekat, ibu jari bengkok, lidah melipat, tidak ada widows peak, alis menyatu dan golongan
darah O. Walaupun memiliki ciri-ciri yang sama namun ada ciri yang membedakan kedua
mahasiswa tersebut diantaranya yaitu Dian memiliki rambut bergelombang sedangkan
Anisa lurus. Bola mata yang dimiliki Anisa lebih besar daripada Dian. Anisa memiliki
bentuk wajah oval sedangkan Dian bulat.

Indeks keragaman dengan angka 79 yang dimiliki oleh Norma, 78 oleh Shianita,
dan 77 oleh Aji , hasil indeks keragaman tersebut menunjukkan adanya kemiripan antara
Aji, Shianita, Norma, Dian, dan Anisa. Yang membedakan Norma, Shianita, dan Aji
dengan Dian dan Anisa adalah golongan darah. Norma memiliki golongan darah AB,
Shianita memiliki golongan darah B, sedangkan Aji bergolongan darah A. Kemiripan yang
terlihat antara Norma, Shianita, dan Aji adalah sama sama berambut lurus, bentuk wajahnya
bulat.

Kedua, indeks keragaman dengan angka 109 yang bercirikan daun telinga tidak
melekat, ibu jari lurus, lidah melipat, tidak ada widows peak, alis tidak menyatu dan
golongan darah A. Ciri tersebut dimilik oleh Resa, Rida, dan Aulia. Yang membedakan
ketiganya yaitu Aulia memiliki rambut keriting sedangkan Resa dan Rida berambut lurus.
Rida memiliki bentuk wajah agak lonjong sedangkan Resa dan Aulia bulat. Aulia memiliki
warna kulit paling terang dibandingkan dengan Rida dan Resa. Resa berjenis kelamin laki
laki sedangkan Rida dan Aulia perempuan.

Indeks keragaman dengan angka 110 yang dimiliki oleh Ein, 111 oleh Emma,
dan 112 oleh Riska, hasil indeks keragaman tersebut menunjukkan adanya kemiripan antara
Ein, Emma, Riska, Aulia, Rida dan Resa. Yang membedakan Ein, Emma, Riska dengan
Aulia, Rida dan Resa adalah golongan darah. Emma memiliki golongan darah AB, Ein
memiliki golongan darah B, sedangkan Riska bergolongan darah O. Kemiripan yang
terlihat antara Ein, Emma, Riska adalah sama sama bentuk wajahnya bulat, jika dijejerkan
bersama antara Ein, Emma, Riska, Aulia, Rida dan Resa mereka memiliki tingkat
ketinggian yang hampir sama.

Adapun mahasiswa lainya yaitu Havid dengan indeks keragaman 120, Cicillia
Retno (117), Danny Pradoko (36), Aniq Kumala (108), Inuoi Widhi (38), Nadhilla (93),
Devi (64), Nurul (96), Ngakan Yoga (103), Yuli (61), Fadholi (126), Isnani (118), Isdini
(74), Wicak (16) dan Luqman (60) memiliki indeks keragaman berbeda dengan indeks
keragaman diatas. Dari keenam ciri pada cakram genetika tersebut, telah mampu
membedakan mereka dengan mahasiswa lainnya.

Dari pengamatan fenotipe yang dilakukan, walaupun memiliki keenam ciri yang
sama pada cakram genetika akan tetapi tetap memiliki chiri khusus yang membedakan
antara individu satu dengan yang lainya. Hal ini karena, pada manusia terjadi
keanekaragaman pada tingkat gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat. Manusia
memperlihatkan variasi pada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui
fenotip atau sifat yang tampak (Cummings, 2011: 6-7). Keanekaragaman genetik
merupakan jumlah informasi genetik yang terkandung di dalam individu manusia serta
makhluk hidup lain seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang mendiami bumi(F.
George & H. George, 2005).
Dalam sebuah keluarga juga tidak ada yang sama benar antara yang satu dengan
yang lainnya, meskipun terdapat beberapa orang yang kembar di dalam keluarga tersebut.
Jadi, dalam keluarga juga terjadi variasi. Jika antara individu dalam satu keluarga saja
terjadi banyak perbedaan ciri, maka tidak aneh jika individu dari lain keluarga, lain ras, dan
lain bangsa akan sangat banyak perbedaanya. Manusia memperlihatkan variasi pada
beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip atau penampilannya.
Beberapa dari ciri-ciri yang tampak tersebut tidak mengalami seleksi alam, sehingga tetap
ada sampai sekarang dan dapat ditentukan oleh para ahli genetika melalui beberapa cara
(Slamet, 2003: 63).

Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu
individu di samping ditentukan ole faktor genetiknya (genotip). Genotip adalah seluruh gen
yang dimiliki suatu individu. Genotip yang terekspresikan menampakkan fenotip pada
suatu individu. (Starr & Mc Millan, 2010: 374). Sedangkan yang disebut dengan fenotip
adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dapat diukur atau sifat nyata yang dimiliki oleh
organisme.

Ciri itu tampak oleh mata, seperti pada praktikum kali ini yaitu lepas atau
tidaknya ujung daun telinga, warna bola mata, ibu jari melengkung atau lurus, jenis rambut
serta jari tengah yang berambut atau tidak. Fenotip dapat juga diuji untuk identifikasinya,
seperti pada penentuan angka respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip merupakan
hasil produk-produk gen yang diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun, gen
memiliki batasan-batasan di dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip
(Stansfield, 1983: 19).

Ciri-ciri yang nampak seperti Lekuk pipit, lekuk di dagu, tumbuhnya rambut
yang tebal di tangan, lengan, dan dada, serta berkemampuan untuk membengkokkan ibu
jari dengan sudut yang tajam merupakan sifat-sifat yang ditentukann oleh gen dominan
(Suryo, 1986: 113). Daun telinga yang bebas (artinya tidak tumbuh melekat) dan bentuk
meruncing dari pangkal tumbuhnya rambut di dahi (Widows peak) hal ini juga ditentukan
oleh gen dominan pada autosom. Daun telinga bebas dan bentuk daun telinga meruncing
dari pertumbuhan rambut di dahi ditentukan oleh gen dominan, sedangkan daun telinga
yang tumbuh melekat ditentukan oleh gen resesif (Suryo, 1986: 114).

Dan dari pengamatan terhadap ciri-ciri genetik yang ada pada setiap individu
termasuk pengamatan terhadap ke-26 mahasiswa Prodi Biologi E 2015, dapat kita ketahui
bahwa setiap organisme memiliki susunan genetik yag bersifat unik. Keunikan susunan
genetik pada setiap indivdu mencerminkan sekumpulan ciri-ciri yang dianggap cocok
untuk individu yang bersangkutan dalam lingkungan dan kondisi tertentu tempat ia berada.
Susunan genetik semacam ini tentunya akan sangat beraneka ragam tergantung pada tingkat
organisme. Organisme sederhana suatu sel tentu saja memiliki susunan genetik lebih
sederhana dibanding organisme multisel. Semakin tinggi tingkat organisme, semakin
kompleks pula susunan genetiknya (Abdul Salam M. Sofro, 1994: 2).

Dalam tiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri yang
berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun merupakan anggota spesies
yang sama. Keduanya dapat berbeda karena variasi berbagai faktor. Termasuk faktor-faktor
ini antara lain genetik, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh,
dan lain-lain. Secara genetik tidak ada dua individu dalam satu spesies yang persis sama.
Apalagi faktor-faktor lingkungannya juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang
muncul sebagai fenotip. Perbedaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini
menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies (Abdul Salam M. Sofro, 1994: 9).

Keanekaragaman dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat


dilihat adanya kedekatan kekerabatannya satu sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-
ciri yang dimiliki, semakin dekat kekerabatannya.Sebaliknya, semakin sedikit persamaan
dalam ciri-ciri yang dimilik, semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian, dalam suatu
spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain dibedakan
berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi atau fenotipnya (Abdul Salam M.
Sofro, 1994: 9-10).

Maka dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa beberapa
anak yang memiliki nomor indeks yang sama dari cakram genetika menunjukan bahwa
antara anak-anak dalam kesamaan indeks cakram genetika tersebut memiliki kedekatan
kekerabatannya satu sama lain. Karena semakin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki,
semakin dekat kekerabatannya.Terjadinya kesamaan nomor indeks menunjukan persamaan
ciri-ciri yang dimiliki oleh anak-anak tertentu dimana semua anak dalam pengamatan tidak
satupun memiliki riwayat satu keluarga. Namun demikian antara individu satu dengan
lainnya dalam kelas tersebut tetap dapat dibedakan satu sama lain setelah melakukan
pengamatan fenotip yang nampak lebih lagi yang artinya memang benar bahwa
keanekaragaman genetik pada manusia dapat kita ketahui melalui pengamatan fenotipe
yang ada pada masing-masing individu.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa keanekaragaman genetik pada manusia dapat diamati dengan berdasarkan
pada pengamatan fenotip. Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang
dapat diukur atau sifat yang nyata yang dimiliki oleh organisme salah satunya manusia. Pada
pengamatan terhadap kelas Biologi E 2015 walaupun memiliki kemiripan namun masih
memiliki ciri khusus yang membedakan.

VI. DISKUSI

1. Apakah ada sesorang di kelas anda yang mempunyai kesamaan terhadap ke enam ciri-
ciri tersebut? Yang berarti mempunyai angka yang sama dengan yang anda punyai?
(Jika ada, dapatkah anda dapat menentukan ciri-ciri ketujuh yang dapat membedakan
anda ?)
Jawab: Tidak ada, saya memiliki nilai 108 sedangkan pada kelas Biologi E 2015
tidak ditemukan adanya nilai 108 selain saya. Hal ini menunjukkan tidak ada teman
yang memiliki keenam ciri yang sama dengan saya.

2. Bagaimana ciri-ciri seseorang dengan angka 73 dapat berbeda dengan orang lainnya
yang mempunyai angka 56?
Jawab : Ciri-ciri seseorang yang memiliki indeks 73 meliputi golongan darahnya A,
alis menyatu, tidak ada widows peak, lidah melipat, ibu jari bengkok dan ujung telinga
tidak melekat . Ciri-ciri dari seseorang yang memiliki indeks 56 adalah golongan
darahnya O, alis tidak menyatu, ada widows peak, lidah tidak melipat, ibu jari lurus
dan ujung telinga melekat. Perbedaan individu yang memiliki indeks angka 73 dengan
indeks angka 56 dapat dilihat dari perbedaan ciri fenotip. Kedua orang ini memiliki
ciri fenotip yang berbeda maka keduanya memiliki genetik yang berbeda pula.

3. Bagaimana ciri-ciri seseorang dengan angka 46 dapat berbeda dengan orang lainnya
yang mempunyai angka 80?
Jawab: Perbedaan ciri-ciri seseorang yang memiliki indeks angka 46 dengan 80 dapat
dilihat dari ciri-ciri yang terdapat di cakram genetika . Pada indeks angka 46 ciri-ciri
individu yang memiliki indeks angka tersebut adalah golongan darahnya B, alis tidak
menyatu, tidak ada widows peak, lidah melipat, ibu jari lurus dan ujung telinga
melekat. Berbeda dengan ciri ciri yang dimiliki indeks angka 80 yang memiliki ciri
meliputi golongan darahnya O, alis tidak menyatu, tidak ada widows peak, lidah
melipat, ibu jari bengkok dan ujung telinga tidak melekat. Perbedaan individu yang
memiliki indeks angka 46 dengan indeks angka 80 dapat dilihat dari perbedaan ciri
fenotip. Kedua orang ini memiliki ciri fenotip yang berbeda maka keduanya memiliki
genetik yang berbeda pula.

4. Coba laporkan melalui beberapa kelompok individual di dalam kelas anda sejumlah
ciri-ciri lainnya?
Jawab: Pada indeks keragaman 80 (Anisa dan Dian) ciri ciri pembeda adalah rambut
lurus dan keriting, bentuk wajah, cuping hidung mancung.selanjutnya untuk indeks
keragaman 109 ( Aulia, Rida, dan Resa) ciri pembedanya adalah jenis kelamin,
rambut lurus atau keriting, bentuk wajah.

5. Apabila pada suatu kecelakaan pesawat terbang, dua orang laki-laki dan dua orang
perempuan, masing-masing berturut-turut mempunyai angka 36, 40, 44 dan 48 dapat
selamat dan tinggal pada suatu pulau yang tidak berpenghuni, terpisah secara populasi
dengan lainnya. Ciri-ciri apa yang tidak anda dapatkan pada populasi di pulau ini,
yang ada di kelas anda ?
Jawab : Ciri-ciri yang terdapat pada populasi orang dengan angka 36, 40,44, dan 48
yaitu :
Orang dengan angka 36 memiliki ciri-ciri golongan darah O, alis menyatu, ada
widows peak, lidah melipat, ibu jari lurus dan ujung telinga melekat.
Orang dengan angka 40 memiliki ciri-ciri golongan darah O, alis tidak menyatu,
ada widows peak, lidah melipat, ibu jari lurus dan ujung telinga melekat.
Orang dengan angka 44 memiliki ciri-ciri golongan darah O, alis menyatu, tidak
ada widows peak, lidah melipat, ibu jari lurus dan ujung telinga melekat.
Orang dengan angka 48 memiliki ciri-ciri golongan darah O, alis tidak menyatu,
tidak ada widows peak, lidah melipat, ibu jari lurus dan ujung telinga melekat.

Dengan melihat ciri-ciri pada populasi diatas, maka dapat diketahui ciri-ciri yang tidak
terdapat pada populasi tersebut namun ada di kelas yaitu: golongan darah A,B,AB,
lidah tidak melipat, ibu jari bengkok, dan ujung telinga tidak melekat.
DAFTAR PUSTAKA

Anna C. Pai. 1985. Dasar-dasar Genetika : Ilmu untuk Masyarakat. Terjemahan: Muchidin

Apandi Jakarta: Erlangga.

Cummings and Michael R. 2011. Human Heredity: Principles and Issues. 9thed. New York:

Brooks/Cole Cengage Learning.

George, F and H. George.2005. Schaums Outline of Biology. 2nd ed. Jakarta: Erlangga.

Prawirohartono, Slamet. 2003. Sains Biologi 1. Jakarta: Bumi Aksara.

Sofro, Abdul Salam M. 1994. Keanekaragaman Genetika. Yogyakarta: Andi Offset.

Stansfield and William D. 1983.Genetika. 3rd ed. Jakarta: Erlangga.

Starr, Cecie, and Beverly McMillan. 2010. Human Biology. 8th ed. New York: Brooks/Cole

Cengage Learning.

Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai