Anda di halaman 1dari 4

Mewujudkan Budaya Nusantara yang Komprehensif melalui Kearifan Menjaga

Harimau Sumatera

Data statistik mengenai populasi hewan liar yang dilindungi terus mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) menurut
kelompok perlindungan alam WWF (World Wide Fund for Nature), merupakan satu dari
enam sub-spesies harimau di dunia yang masih bertahan hidup hingga kini. Puluhan
pasang mata menyalang tapi tak satu pun dari kita yang cukup nekat untuk berkecimpung
di dalamnya. Berdasarkan data tahun 2004, jumlah populasi harimau Sumatera di alam
bebas hanya sekitar 400 ekor saja. Ironis, namun itulah kenyataannya.
Harimau Sumatera menjadi salah satu hewan yang paling banyak diperjualkan di
pasar gelap oleh pemburu-pemburu liar tak bertanggung jawab. Semua bagian tubuh
harimau Sumatera memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk diperjualbelikan. Mulai
dari kulit, daging, taring, tulang, kuku, hingga alat reproduksi harimau Sumatera jantan
pun turut diperdagangkan dengan harga tinggi. Sejak tahun 1970 – 1993 tercatat sebanyak
3.994 kg tulang harimau Sumatera di ekspor secara ilegal ke Korea Selatan (Soehartono
et al, 2007). Tak ada lagi bagian dari tubuh hewan tersebut yang tertinggal akibat
keserakahan manusia.
Dari ribuan diorama satwa yang ada di wilayah Nusantara, salah satu spesies
predator utama dalam rantai makanan ini diklasifikasikan sebagai spesies sangat terancam
punah (critically endangered). Keberadaan harimau Sumatera mutlak dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Indonesia sejak lama telah memberlakukan
hukum yang mengatur tentang kelestarian harimau Sumatera, yaitu UU RI No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Kelestarian hidup harimau Sumatera harus melibatkan peran masyarakat di sekitar
daerah habitat alaminya. Masyarakat di sekitar habitat alami tersebut akan bersentuhan
langsung dengan keberadaan hutan-hutan sebagai penopang hidup harimau. Salah satu
cara adalah dengan melestarikan kearifan lokal (local wisdom) yang telah menjadi
tatacara hidup masyarakat setempat.
Salah satu habitat alami harimau Sumatera adalah Desa Ladang, Kecamatan
Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Kearifan lokal yang dipercayai
masyarakat daerah itu berhubungan dengan kepercayaan mereka terhadap para leluhur.
Warga setempat tidak berani menangkap atau pun membunuh harimau, karena
kepercayaan mereka menyatakan bahwa harimau Sumatera adalah representatif para
leluhur. Sehingga membunuh harimau Sumatera sama dengan membunuh para leluhur
(http://regional.liputan6.com).
Sayangnya, tangan-tangan manusia juga yang secara langsung maupun tak
langsung mengancam kepunahan harimau Sumatera. Hutan-hutan di sepanjang pulau
Sumatera yang merupakan habitat asli harimau Sumatera telah dipersempit dengan
berbagai alasan. Keadaan ini menekan harimau Sumatera untuk beralih mencari daerah
teritorial baru demi kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, kita sebagai manusia telah
merampas hak hidup harimau Sumatera dengan mempersempit luas hutan habitat mereka.
Padahal kita tahu bahwa hutan hujan tropis Indonesia adalah yang terluas ketiga di dunia
setelah Brazil dan Kongo.
Masyarakat Indonesia, terutama yang bermukim di sekitar hutan-hutan tempat
tinggal harimau Sumatera, harus menjaga kelestarian hutan. Dengan menjaga kelestarian
hutan, berarti juga menjaga kelestarian rusa, babi hutan, dan hewan-hewan lebih kecil
sebagai mangsa harimau untuk bertahan hidup. Untuk memastikan hewan-hewan kecil
tersebut tetap hidup, maka kelestarian aneka tumbuh-tumbuhan yang menjadi
makanannya juga harus terjaga. Hasil akhirnya, menyelamatkan harimau Sumatera secara
tidak langsung berdampak postif terhadap penyelamatan hutan hujan tropis yang
dianugerahkan kepada alam Indonesia.
Daftar Pustaka

Soehartono, Tonny dkk. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau
Sumatera. Diakses 21 Juli 2017.
Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
http://regional.liputan6.com/read/2863025/kisah-legenda-manusia-harimau-
pelindung-warga-bengkulu. Diakses tanggal 21 Juli 2017.
Identitas Diri

Nama : Auvan Lutfi


Kelas : XI
Sekolah : SMA Plus Negeri 17 Palembang
Alamat Sekolah : Jl. Mayor Zurbi Bustan, Pipa Jaya, Kemuning, Kota Palembang
Sumatera Selatan 30961
E-mail Pribadi : auvanlutfi@gmail.com
E-mail Pembina : netlesson@gmail.com
No. Hp Pembina : 081373010005

Anda mungkin juga menyukai