Anda di halaman 1dari 35

Harimau Sumatera juga Butuh Perlindungan

December 15, 2014 Rahmadi Rahmad

61

Harimau Sumatera. Foto: Rhett A. Butler


Bagaimanakah kondisi harimau sumatera saat ini? Usaha apa yang harus dilakukan
untuk menyelamatkannya? Pertanyaan inilah yang coba didiskusikan dalam
seminarIndonesian Tiger Conference 2014 yang berlangsung di Bogor, 11-13
Desember 2014.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan subspesies yang masih tersisa
di Indonesia. Dua subspesies lainnya yang pernah ada yaitu harimau jawa dan harimau
bali telah dinyatakan punah sebelumnya. Tahun 1940-an untuk harimau bali dan 1980an untuk harimau jawa.
Jumlah harimau sumatera saat ini mengalami penurunan. Bila dibandingkan tahun
1970-an yang jumlahnya sekitar 1.000 individu, tentunya akan berbeda saat ini.
Sekarang, diperkirakan sekitar 350 individu, ucap Bambang Dahono Adji, Direktur
Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam
presentasinya, Kamis (11/12/2014).
Apa yang menyebabkan harimau sumatera terus menyusut? Bambang melanjutkan
penjelasannya. Tidak dipungkiri bila berkurangnya luasan hutan yang merupakan habitat
alami harimau sumatera menjadi perkebunan maupun peruntukan lainnya, perburuan,
serta konflik antara manusia dengan harimau, menjadi penyebab menurunnya populasi
kucing besar ini.

Sebagaimana yang terjadi dengan harimau jawa dan harimau bali yang telah dinyatakan
punah, Bambang pun berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Pertambahan
penduduk di Sumatera dan perkembangan industri merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan terhadap kelestarian harimau sumatera, lanjutnya.
Apa yang dilakukan pemerintah? Menurut Bambang, kebijakan yang telah dilakukan
PHKA saat ini adalah membangun konservasi ex situ yaitu usaha pelestarian harimau
sumatera yang berada di luar habitat aslinya. Tujuannya, agar populasi harimau
sumatera ini terjaga, dan mandat ini telah diwajibkan pula pada kebun binatang yang
ada di Indonesia.
Hal lain, sebagai satu-satunya negara pemilik subspesies harimau sumatera, Pemerintah
Indonesia juga akan melindungi rumah harimau sumatera yaitu habitat alaminya berupa
hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang ada di Sumatera saat ini. Dengan
terpeliharanya habitat alami tersebut tentunya target perlindungan dan peningkatan
populasi harimau sumatera di bentang alamnya dapat diwujudkan tahun 2022 nanti.
Pembuatan peta persebaran harimau sumatera harus dilakukan agar dapat diketahui
berapa jumlahnya dan dimana saja persebarannya.
Bagaimana penegakan hukum? Harimau sumatera merupakan satu dari 25 spesies yang
harus dijaga dari kepunahan. Sudah tentu harus diperhatikan keberadaannya.
Pemerintah tentu saja memerangi perdagangan satwa ilegal. Penegakan hukum dan
pertukaran informasi antar-negara yang memiliki harimau maupun negara yang menjadi
tujuan perdagangan harimau telah dilakukan. Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) saat ini telah memiliki nota kesepahaman terkait perdagangan satwa ilegal.
Pelakunya akan kita tangkap meski berada di luar negeri, tegas Bambang.

Harimau Sumatera yang mati di lokasi konsesi perkebunan di Riau. Foto: WWFIndonesia
Upaya penyelamatan

Dolly Priatna, Ketua Forum HarimauKita, mengatakan bahwa penyelamatan harimau


sumatera harus dilakukan. Memang, upaya tersebut telah ada dalam Strategi dan
Rencana Aksi Pelestarian Harimau Sumatera 2007-2017. Namun, pelaksanaannya harus
dikawal bersama agar intervensi konservasi yang dilakukan sesuai harapan.
Semua pihak harus terlibat dalam penyelamatan harimau sumatera. Pemerintah, pihak
swasta, NGO, peneliti, maupun masyarakat harus memiliki pandangan yang sama dalam
penyelamatan raja hutan yang hanya ada di Sumatera ini, ujar Dolly.
Mengapa harimau sumatera harus diselamatkan? Begini argumen Dolly. Pertama,
harimau merupakan pemangsa puncak dalam rantai makanan yang perannya sangat
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam. Bila salah satu elemen
ekosistem ini terganggu, maka keseimbangan ekosistem alam juga akan tidak
seimbang. Kedua, bagi masyarakat Sumatera, harimau sumatera memiliki nilai budaya
yang tinggi, baik sebagai inspirasi seni bela diri maupun sebagai maskot. Inilah
pandangan menyeluruh yang kita rangkum di masyarakat, diluar kajian para peneliti
tentunya.
Dolly melanjutkan, strategi konservasi dengan melindungi habitat harimau yang berada
di luar kawasan konservasi harus dilakukan. Karena, sekitar 70 persen habitat harimau
memang berada di luar kawasan konservasi seperti taman nasional dan cagar alam.
Untuk itu, pendekatan landskap atau bentangan alam yang dinamakan Tiger
Conservation Landscape (TCL) harus dilakukan. Meski saat ini, pengelolaannya belum
dijalankan. Lima prioritas TCL adalah Leuser-Ulu Masen, Kerinci Seblat-Batanghari,
Bukit Barisan Selatan-Bale Rejang, Berbak-Sembilang, dan Kampar-Kerumutan.
Sunarto, peneliti harimau dari WWF Indonesia mengatakan, harimau sumatera dapat
ditemukan di hutan bakau pesisir pantai, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah,
juga hutan pegunungan. Diperkirakan, di areal blok hutan yang luasnya di atas 50 ribu
hektar harimau akan masih bisa dilihat.
Terkait perbedaan penafsiran jumlah harimau sumatera, ada yang menyebutkan 300
individu atau 400 individu, menurut Sunarto sah-sah saja. Karena, angka perkiraan yang
belum baku itu bisa saja didasarkan dari pengamatan kamera jebak.
Kamera jebak ini juga ada yang berdurasi lama atau pula yang pendek. Nah, gambar
harimau yang tertangkap kamera jebak inilah yang diakumulasi. Kelemahannya adalah,
bila dalam perjalanan waktu ada harimau yang mati dan kita tidak tahu, maka
jumlahnya masih terhitung. Sementara di sisi lain, kamera jebak ini juga belum
representatif dipasang di semua tempat. Jadi, untuk menjawab berapa jumlah pasti
populasi harimau sumatera memang agak sulit saat ini.
Menurut Sunarto, hal terpenting yang harus dilakukan adalah habitat harimau sumatera
yang ada harus dijaga dengan melibatkan kerja sama semua pihak.

Kondisi hutan di Riau. Foto: Rhett A. Buttler


Pendekatan agama
Fachruddin Mangunjaya, Wakil Ketua Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional, di
acara yang sama Jumat (12/12/2014) menuturkan, pelestarian satwa termasuk harimau
sumatera, melalui pendekatan agama dapat dilakukan. Agama merupakan sektor
terbesar di dunia yang merupakan masyarakat terorganisir. Tahun 2010, sekitar 6,9
miliar manusia menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama atau keyakinan tertentu.
Menurut Fachruddin, pelibatan agama dalam kegiatan konservasi tentu saja penting
karena pemeluk agama maupun keyakinan yang ada di bumi ini adalah pemilik kawasan
sekitar 7-8 persen di bumi ini. Termasuk juga 5 persen hutan yang ada di bumi. Selain
itu, para pemeluk agama ini juga memiliki pengaruh sekitar 15 persen terhadap hutan
yang dinyatakan keramat.
Untuk Indonesia, menurut Fachruddin, yang mayoritas penduduknya muslim maka
agama memiliki pengaruh yang sangat kuat. Kekuatan Agama Islam disini terlihat dari
kelembagaannya yang permanen seperti adanya organisasi, masjid/musholla,
pesantren/madrasah, hingga perguruan tinggi. Untuk potensi pesatren saja,
berdasarkan data Kementerian Agama 2009, terdapat sekitar 21.521 pesantren dengan
total santri 3.818. 469 orang.
Hal penting lain menurut Fachruddin adalah dengan adanya Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) No 4/2014 tentang Perlindungan Satwa Langka untuk Keseimbangan
Ekosistem, 22 Januari 2014, merupakan hal yang menggembirakan.
Keputusan penting fatwa tersebut adalah membunuh, menyakiti, menganiaya,
memburu, dan/atau melakukan tindakan yang mengancam kepunahan satwa langka
hukumnya haram kecuali ada alasan syari seperti melindungi dan menyelamatkan jiwa
manusia. Demikian juga bila melakukan perburuan dan/atau perdagangan ilegal satwa
langka yang hukumnya haram.

Tentunya, sosialisasi tentang fatwa tersebut harus terus dilakukan, baik melalui khutbah
Jumat atau juga pelatihan para dai dan guru. Selain itu, pelibatan semua lapisan mulai
dari tokoh agama, aktivis lingkungan, pemerintah, swasta, sekolah, dan masyarakat
guna penyadaran pentingnya penyelamatan harimau sumatera, harus dilakukan, ujar
Fachruddin.
Harimau sumatera yang berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of
Nature) berstatus Kritis (Critically Endangered/CR) ini, memang harus dilindungi. Jangan
sampai, statusnya yang selangkah lagi menuju kepunahan di alam, benar-benar terjadi.

Tabel Penurunan Jumlah Harimau Sumatera berdasarkan beberapa penelitian. Desain:


Mongabay Indonesia, Foto latar: Lili Rambe

http://www.mongabay.co.id/2014/12/15/harimau-sumatera-juga-butuhperlindungan/

Upaya Penyelamatan Satwa Liar Indonesia


Melalui Konservasi Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae)
View/Open
Abstract (392.5Kb)
Full Text (2.014Mb)

Date
2002
Author
Hariswan, Andy
Metadata
Show full item record
Dalam tiga dasawarsa terakhir ini, harimau telah banyak menarik perhatian dunia internasional.
Keberadaan hewan mengagumkan ini di alam sudah mencapai tingkat yang paling kritis. Tiga
dari 8 sUb-spesies yang pernah ada telah dilaporkan punah dari permukaan bumi. Ketiga
subspesies tersebut adalah sub spesies harimau Kaspia (Panthera tigris virgata), harimau Jawa
(Panthera tigris sondaica) dan harimau Bali (Panthera tigris balica). Kemusnahan sub-spesies
harimau ini disebabkan oleh perbuatan manusia seperti perburuan, perusakan habitat asli serta
perdagangan harimau untuk berbagai kepentingan. Lima sub-spesies harimau terakhir yang ada
saat ini juga akan mengalami nasib yang sama apabila tidak dilakukan upaya konservasi. Kondisi
tersebut mencapai titik kulminasi pada tahun 1975 ketika CITES (Convention on International
Trade In Endangered Species) memasukkan hewan ini kedalam daftar Appendix I yaitu kategori
hewan yang sangat dilarang untuk diperdagangkan baik pada tingkat nasional maupun
internasional. Badan internasional lain yang merupakan badan dibawah pengawasan PBB yaitu
IUCN (International Union/or Conservation o/Nature and Natural Resources) juga memasukkan
hewan ini kedalam daftar merah yang memuat hewan-hewan yang terancam kepunahan. Atas
dasar di atas kemudian muncul berbagai respon dari pihak yang peduli pada upaya pelestarian
dan mencegah kepunahan satwa langka tersebut. Sebagai contoh adalah keluarnya perundangundangan dalam kerangka strategi konservasi yang melarang pemusnahan harimau di setiap
negara yang memiliki habitat asli spesies harimau dan hal tersebut berlaku bagi Indonesia. Di
Indonesia respon yang dilakukan terhadap pelestarian spesies harimau dilakukan setelah dua
sub spesies dari tiga sub spesies yang pernah ada di Indonesia dinyatakan punah. Indonesia
pernah memiliki tiga sub spesies dari delapan sub spesies harimau dunia. Sub spesies harimau
Bali (Panthera tigris balica) telah dinyatakan punah sekitar tahun 1940-an dan harimau Jawa
(Panthera tigris sondaica) diperkirakan punah pada akhir tahun

1970-an. Sedangkan sub

spesies terakhir yang dimiliki Indonesia adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Dalanl rangka mendukung program konservasi satwa harimau sumatera, kemudian dibentuk
strategi konservasi Harimau Sumatera. Sasaran utama dari strategi ini adalah untuk
mengembangkan dan menjamin kelangsungan hidup dari harimau Sumatera liar dalam jangka
waktu yang panjang di Indonesia. Strategi ini memiliki dua komponen yang berbeda yaitu :
komponen in situ dan komponen ex situ. Komponen in situ mengutamakan tanggung jawab atas
perlindungan populasi harimau Sumatera liar (di alam lepas) dan kelangsungan hidupnya serta
ditambah pula dengan pengembangan strategi dalam memelihara populasinya. Komponen ex
situ mengutamakan tanggung jawab dalam pengembangan populasi dari harimau Sumatera

yang ada di dalam kebun binatang (penangkaran) serta mengatur populasi, penyakit dan
kemurnian genetik dalarn mengembalikan keutuhan dari populasi liar. Konservasi harimau
Sumatera yang telah dilakukan memberikan titik terang dalam upaya menyelamatkan
keberadaan harimau Sumatera yang ada. Peningkatan populasi harimau Sumatera didapat
apabila dilakukan upaya yang cukup maksimal, dan keberhasilan dalam menyelamatkan satwa
ini akan dicapai. Namun hal yang masih perlu ditingkatkan dalam upaya konservasi harimau
Sumatera adalah memasyarakatkan program konservasi kepada seluruh lapisan masyarakat
guna menumbuhkan kesadaran dalam menjaga kelestarian harimau Sumatera.
URI
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12671
Collections
UT - Veterinary Clinic Reproduction and Pathology [659]

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12671

Harimau sumatera
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Harimau sumatera

Status konservasi

Kritis (IUCN 3.1)[1]

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Mammalia

Ordo:

Carnivora

Famili:

Felidae

Genus:

Panthera

Spesies:

P. tigris

Upaspesies P. t.
:
sumatrae

Nama trinomial
Panthera tigris
sumatrae
Pocock, 1929

Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang
habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman
nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.[2]
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan
tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor
harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Ciri-ciri

2 Habitat

3 Makanan

4 Reproduksi

5 Perdagangan

6 Penegakan hukum

7 Perlindungan harimau

8 Referensi

9 Pranala luar

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]


Harimau sumatera adalah subspesies harimau terkecil.[3] Harimau sumatera mempunyai warna
paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan
jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300
pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau
sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit
harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta
surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil
memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan
mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air,
terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau
gelap ketika melahirkan.

Habitat[sunting | sunting sumber]


Harimau sumatera pada tahun 1926.

Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat
yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan
sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera mengalami
ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah,
lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian
dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan

jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki
wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena
tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan
manusia.

Makanan[sunting | sunting sumber]


Makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya.
Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar
yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa
dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan
penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien.
Harimau Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari, mengintai
mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan
apapun yang dapat ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadangkadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan
waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang ditangkap harimau. Harimau sumatera juga
gemar makan durian.
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas
kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa
4-5 ekor harimau sumatera dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di
kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh
manusia).

Reproduksi[sunting | sunting sumber]


Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya
harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor.
Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun
binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu
induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun
mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan
sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu
sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri.
Harimau Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

Perdagangan[sunting | sunting sumber]

Seorang pria berpose bersama seekor harimau sumatera yang telah ditembak mati (foto antara 18901900).

Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Penemuan
tentang perdagangan harimau tersebut tercermin dalam survei Profauna Indonesia yang
didukung oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW) pada bulan Juli - Oktober 2008.
Selama 4 bulan tersebut Profauna mengunjungi 21 kota/lokasi yang ada di Sumatera
dan Jakarta.
Dari 21 kota yang dikunjungi Profauna, 10 kota di antaranya ditemukan adanya perdagangan
bagian tubuh harimau (48 %). Bagian tubuh harimau yang diperdagangkan meliputi kulit, kumis,
cakar, ataupun opsetan utuh.
Harga bagian tubuh harimau yang dijual itu bervariasi. Untuk yang utuh dijual seharga Rp. 5 juta
per lembar sampai dengan 25 juta per lembar. Sedangkan taring harimau ditawarkan seharga
Rp. 400.000 hingga Rp. 1,1 juta.
Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko seni, penjual batu mulia, dan penjual
obat tradisional. Untuk perdagangan bagian tubuh harimau paling banyak terjadi di Lampung.
Masih maraknya perdagangan bagian tubuh harimau tersebut sudah dilaporkan Profauna
ke Departemen Kehutanan melalui Dirjen PHKApada bulan April 2009, dengan harapan
pemerintah bisa mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatasi perdagangan satwa langka
yang dilindungi tersebut. Beberapa tindakan nyata telah diambil pemerintah untuk memerangi
perdagangan bagian tubuh harimau di Jakarta.

Penegakan hukum[sunting | sunting sumber]


Pada tanggal 7 Agustus 2009, Satuan Polhut Reaksi Cepat dan Satuan Sumdaling Polda Metro
Jaya berhasil menggulung sindikat perdagangan kulit harimau di Jakarta. Selain mengamankan
2 kulit harimau sumatera utuh, polisi juga menyita 6 awetan burung cendrawasih, 2 kulit kucing
hutan, 12 awetan kepala rusa, 1 surili, 5 tengkorak rusa, 1 kepala beruang dan 1 kulit rusa
sambar. Sindikat perdagangan satwa langka itu diduga juga melibatkan sejumlah kebun
binatang di Jawa dan Sumatera.
Terungkapnya sindikat perdagangan harimau dan satwa langka lainnya di Jakarta tersebut
membuktikan bahwa laporan Profauna tentang perdagangan harimau adalah sebuah fakta.
Fakta tersebut seperti fenomena gunung es, hanya tampak di permukaannya saja. Fakta
sebenarnya diyakini jauh lebih besar dari yang sudah terdektesi.

Perlindungan harimau[sunting | sunting sumber]


Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia adalah perbuatan kriminal, karena
melanggar Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Berdasarkan pasal 21 dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 poin (d)
bahwa "setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh
atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagianbagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di

dalam atau di luar Indonesia". Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
berupa hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimum 100 juta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_sumatera

Hewan Langka di Indonesia


dan Cara Pelestariannya
Browse Home cara pelestarian , hewan , hewan langka , indonesia , langka Hewan Langka di
Indonesia dan Cara Pelestariannya

Hewan langka di indonesia kian lama kian bertambah, pertambahan ini di sebabkan oleh beberapa
faktor mulai dari faktor lingkungan dan juga manusia, yang menyebabkan hewan semakin lama
semakin berkurang, kemudian muncul lah hewan langka.

Pelestarian hewan langka adalah tanggung jawab semua pihak. Hal ini terkait dengan kondisi bahwa
manusia adalah salah satu pihak yang memiliki peran terbesar dalam proses musnahnya beberapa
jenis spesies hewan. Meski manusia berada dalam jalur yang berlainan dengan dunia hewan dalam
sebuah rantai makanan, namun pada kenyataannya manusia adalah salah satu predator dalam
kehidupan hewan.

Dalam proses pelestarian hewan langka ini, bertujuan untuk mempertahankan kehidupan spesies
hewan yang makin sedikit. Hal ini sesuai kenyataan di lapangan, bahwa ada beberapa jenis spesies
binatang yang makin sulit dijumpai. Bahkan, ada beberapa jenis binatang yang ditenggarai sudah
musnah sama sekali dan tidak lagi dijumpai di alam bebas.

Salah satu jenis hewan yang kini mulai sulit dijumpai di alam bebas seperti harimau Jawa, harimau
Sumatra, Jalak Bali, atau juga beberapa jenis penyu seperti penyu belimbing atau juga penyu
moncong babi. Binatang-binatang tersebut tergolong jenis binatang yang sudah hilang atau makin
sedikit jumlahnya.

Oleh karenanya, pemerintah pun membuat peraturan yang melarang perdagangan jenis-jenis
binatang tersebut, baik hidup atau mati. Hal itu sebagai upaya pelestarian binatang langka agar bisa
dicegah kepunahannya.

*Beberapa hewan langka yang ada di indonesia*

1.

Orang Utan Sumatra

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra
hidup dan endemik terhadap Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Mereka
lebih kecil daripada orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6
kaki dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.

Dibandingkan Orangutan Kalimantan, orangutan Sumatra lebih menyukai pakan buahbuahan dan terutama juga serangga. Buah yang disukai termasuk buah beringin dan
nangka. Mereka juga makan telur burung dan vertebrata kecil. Orangutan Sumatra lebih
singkat dalam makan di batang dalam suatu pohon.

2.

Badak Jawa/Badak Bercula Satu

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili
Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang
sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak
ini memiliki panjang 3,13,2 m dan tinggi 1,41,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak
india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya
lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski
disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh
Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya
sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di
kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.

Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia.
Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam
dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi
badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada
pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar
gelap.

3.

Kanguru-pohon Mantel Emas (Dendrolagus pulcherrimus)

Kanguru-pohon Mantel-emas adalah sejenis kanguru-pohon yang hanya ditemukan di hutan


pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat
muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat
dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan
lingkaran-lingkaran terang.

Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru-pohon Hias.


Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau
merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon
Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai subspesies dari
Kanguru-pohon Hias.

Kanguru-pohon Mantel-emas ditemukan pada tahun 1990 oleh Pavel German di Gunung
Sapau, Pegunungan Torricelli di Papua New Guinea. Populasi lainnya ditemukan di daerah
terpencil di Pegunungan Foja, provinsi Papua, Indonesia pada bulan Desember 2005.
Spesies ini merupakan jenis mamalia besar baru untuk Indonesia.

Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang paling


terancam kepunahan di antara semua kanguru-pohon. Spesies ini telah punah di sebagian
besar daerah habitat aslinya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanguru-pohon_Mantel-emas

4.

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat
aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam
punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga
Konservasi Dunia IUCN.

Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di
Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang
menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.

Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini.


Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi.
Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.

https://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_Sumatera

5.

Monyet hitam sulawesi

Monyet hitam sulawesi adalah satwa endemik dari Pulau Sulawesi bagian utara dan
beberapa pulau di sekitarnya. Ciri khasnya adalah rambut berwarna hitam di sekujur tubuh
kecuali punggung dan selangkangan yang agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak
berambut, moncong lebih menonjol. Panjang tubuh hingga 44,5-60 cm, ekor 20 cm dan
berat 15 kg.

Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7
Tahun 1999. Hewan ini bisa ditemukan di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Cagar
Alam Gunung Duasudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale, dan
menyukai tempat-tempat di dekat perairan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Monyet_hitam_sulawesi

6.

Ikan Belida (Notopetrus Chitala )

Ikan belida atau clown knifefish yaitu ikan yang datang dari Indonesia, Malaysia, serta
Thailand. Ikan yang disebut keluarga notopteridae serta bermarga chitala/notopterus ini di
tanah air hidup di anak-anak sungai besar yang bersebelahan dengan tempat rawa di
sumatera, kalimantan, sertajawa terlebih jawa barat.

Di kalimantan belida dikenal sebagai ikan pipih, di sumatera diberi nama ikan belido, serta
yang datang dari thailand disebutikan belida bangkok. beratnya meraih 5 kg/ekorserta
dikenal sukar memijah.

Ikan belida asal Indonesia serta Thailand cirinya yaitu ada bintik ( spot ) berwarna hitam
berupa bulat di badannya dari depan sampaikepangkal ekor. untuk belida bangkok, ada dua
type yang beredar di pasaran yakni yang berwarna abu-abu keperakan serta albino.
Keduanya mempunyai belang hitam dengan garis pinggiran putih. semakin banyak
belangnya, semakin banyak dicari orang.

sebagai ikan hias belida bangkok dulu amat popular di jaman 19951997. Situasi itu
semakin diperparah karenanya ada pergantian lingkungan alam dan eksploitasiyang terlalu
berlebih.

Di sumatera selatan hingga awal 1980-an, belida tetap gampang ditemukan di anak sungai
musi layaknya sungai arisan belida serta sungai meriak. lantas hingga 1998, di sungai
citarum, jawa barat, jumlahnya tetap ditangkap sampai 6 ton, namun 1 tahun
lantastidakseekor lalu dapat ditemukan

7.

Anoa

Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan
(Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal
dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan
memiliki berat 150-300 kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun.

Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an
berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor
yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan
dagingnya.

Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de
Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga
dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.

http://id.wikipedia.org/wiki/Anoa

8.

Babirusa (Babyrousa babirussa)

Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge,
Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini
gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka
hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang
sering menyerang.

Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena
merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini
kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka
diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.

Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN
dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi
Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan
pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam
Ratulangi mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan
tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa
di atas tanah seluas 800 hektar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Babirusa

9.

Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)

Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies elang berukuran
sedang yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan
lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan
sebagai maskot satwa langka Indonesia. Pertama kali saya menyaksikan penampakan
burung Elang Jawa secara langsung pada pertengahan tahun 2005 di sekitar Air Tiga Rasa
di Gunung Muria Jawa Tengah. Sayang, sampai sekarang saya belum berkesempatan untuk
menyaksikannya untuk yang kedua kali.

Populasi burung Elang Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor. Badan Konservasi
Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam punah. Konvensi
Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah memasukkannya
dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya ekstra ketat. Berdasarkan kriteria
keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau
Genting (Collar et al., 1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4
Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang Jawa
sebagai wakil satwa langka dirgantara.

Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah
dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah
dengan pegunungan.

*Langkah Pelestarian Binatang Langka*

Meski sudah ada aturan pemerintah yang melarang transaksi spesies binatang langka, namun dalam
praktiknya populasi binatang yang dilindungi semakin menipis. Dengan beragam motif, makin banyak
manusia yang berusaha memiliki secara pribadi binatang-binatang langka tersebut.

Untuk itu, diperlukan langkah terintegrasi dalam proses pelestarian binatang langka tersebut. Hal ini
sebagai upaya untuk menjaga agar binatang-binatang tersebut tetap lestari sehingga
keberadaaannya bisa dilihat oleh para generasi penerus. Beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam usaha pelestarian binatang langka di antaranya :

1. Memberikan edukasi kepada masyarakat pentingnya kelestarian binatang langka untuk tetap
hidup di habitatnya. Sehingga, mereka tidak lagi mengusik keberadaan mereka dan menjaga
binatang langka tersebut untuk tetap hidup di habitat aslinya.
2. Mendukung setiap aktivitas pelestarian binatang langka yang dilakukan oleh lembaga
pelestarian lingkungan. Caranya dengan membantu kampanye serta memberikan dukungan
finansial dan moral.
3. Membuat tempat penangkaran bagi hewan-hewan langka agar bisa berkembang biak untuk
selanjutnya melepas mereka ke alam bebas agar bisa hidup secara alamiah.
4. Tidak melakukan perburuan binatang langka dan melaporkan setiap aktivitas perburuan
binatang langka tersebut kepada pihak berwajib.
5. Tidak melakukan transaksi atas binatang langka, terutama binatang hidup. Andai pun
melakukan transaksi, sebaiknya ditujukan untuk menyelamatkan binatang tersebut agar tidak
dikuasai oleh orang yang kurang bertanggung jawab, dan selanjutnya menyerahkan binatang
tersebut pada pihak yang berkompeten. Dalam hal ini lembaga konservasi binatang langka
dan lingkungan hidup.

http://sigmanews.us/id/read/74/hewan-hewan-langka-di-indonesia-yang-harus-kita-lestarikan.html
http://uplmpa.unsoed.ac.id/?page_id=1925

http://bierbios.blogspot.co.id/2013/05/hewan-langka-di-indonesia-dan-cara.html

Tujuan Pelestarian Hewan dan Tumbuhan


Pelestarian hewan dan tumbuhan merupakan usaha untuk melindungi hewan dan
tumbuhan agar tidak punah. Pelestarian hewan dan tumbuhan dilakukan agar
manusia dapat memenuhi kebutuhannya. Kelestarian hewan dan tumbuhan sangat
bermanfaat untuk kelangsungan hidup generasi manusia pada saat ini dan pada saat
yang akan datang. Berikut ini beberapa upaya pelestarian hewan dan tumbuhan.

1.

Melakukan penangkaran hewan-hewan langka dan penanaman bibit


tumbuhan yang sudah langka. Penangkaran adalah upaya perbanyakan
melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan
tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Penangkaran tumbuhan dan
satwa liar berbentuk. Bibit tanaman dapat ditanam dalam program reboisasi
untuk mengisi lahan yang kosong;

2. Mendirikan tempat-tempat perlindungan hewan dan tumbuhan langka.

Misalnya suaka margasatwa, cagar alam, kebun binatang, dan taman nasional.
Suaka margasatwa adalah suatu kawasan yang melindungi hewan-hewan
langka yang hidup di dalamnya. Cagar alam adalah suatu kawasan yang
melindungi jenis tumbuhan langka yang hidup di dalamnya. Kebun binatang
adalah suatu kawasan untuk melestarikan satwa-satwa langka dari berbagai
daerah. Kebun raya adalah suatu kawasan untuk melestarikan tumbuhantumbuhan dari berbagai daerah. Taman nasional adalah kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem ali yang digunakan untuk keperluan ilmu
pengetahuan. Beberapa tempat perlindungan beserta hewan dan tumbuhan
yang dilindunginya adalah sebagai berikut :

Tujuan pelestarian hewan dan tumbuhan adalah sebagai berikut :


1.

Menjaga kesembangan ekosistem agar kehidupan di muka bumi tetap


berjalan dengan baik;

2. Melestarikan keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ilmu pengetahun

dan masyarakat;
3. Mememnuhi kebutuhan masyarakat. Misalnya untuk bahan bangunan,

makanan, dan obat-obatan;


4. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi pencemaran udara

dengan adanya berbagai jenis pohon;


5. Dapat dimanfaatkan sebagai tempat hiburan dengan membuat taman rekreasi

atau kebun binatang


http://mastugino.blogspot.co.id/2012/12/tujuan-pelestarian-hewan-dantumbuhan.html

Pelestarian Hewan dan Tumbuhan


Posted By Nanang Ajim | Posted On 10:15 PM | With No Comments | Print

Hewan dan tumbuhan termasuk makhluk hidup. Pelestarian hewan dan tumbuhan merupakan
usaha untuk melindungi hewan dan tumbuhan agar tidak punah. Pelestarian hewan dan
tumbuhan dilakukan agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya. Kelestarian hewan dan
tumbuhan sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup generasi manusia pada saat ini dan
pada saat yang akan datang. Pelestarian hewan dan tumbuhan secara garis besar dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu pelestraian In Situ dan Ex situ:
Pelestarian In Situ adalah pelestarian yang dilakukan pada tempat asli hewan atau tumbuhan
tersebut berada. Contoh pelestarian in situ adalah suaka margasatwa, hutan lindung, dan taman
nasional. Suaka margasatwa merupakan kawasan yang melindungi hewan. Hutan lindung
merupakan kawasan yang melindungi tumbuhan. Adapun taman nasional merupakan kawasan
yang
melindungi
hewan
dan
tumbuhan
Pelestarian ex situ adalah pelestarian yang dilakukan di luar tempat tinggal aslinya.
Hal itu dilakukan karena hewan dan tumbuhan kehilangan tempat tinggal aslinya. Selain itu,
pelestarian ex situ dilakukan sebagai upaya rehabilitasi, penangkaran, dan pembiakan hewan
maupun tumbuhan langka. Contoh pelestarian ex situ antara lain kebun botani, seperti Taman
Safari,
kebun
binatang,
dan
penangkaran.
Selain pelestarian in situ dan ex situ, kita dapat menjaga kelestarian dengan berbagai usaha.
Berikut ini beberapa usaha pelestarian hewan dan tumbuhan.

Melakukan penangkaran hewan-hewan langka dan penanaman bibit tumbuhan yang

sudah langka. Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan


pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.
Penangkaran tumbuhan dan satwa liar berbentuk. Bibit tanaman dapat ditanam dalam
program reboisasi untuk mengisi lahan yang kosong;
Mendirikan tempat-tempat perlindungan hewan dan tumbuhan langka. Misalnya suaka

margasatwa, cagar alam, kebun binatang, dan taman nasional. Suaka margasatwa adalah suatu
kawasan yang melindungi hewan-hewan langka yang hidup di dalamnya. Cagar alam adalah
suatu kawasan yang melindungi jenis tumbuhan langka yang hidup di dalamnya. Kebun
binatang adalah suatu kawasan untuk melestarikan satwa-satwa langka dari berbagai daerah.
Kebun raya adalah suatu kawasan untuk melestarikan tumbuhan-tumbuhan dari berbagai
daerah. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem ali yang
digunakan untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Tujuan pelestarian hewan dan tumbuhan adalah sebagai berikut :

Menjaga kesembangan ekosistem agar kehidupan di muka bumi tetap berjalan dengan
baik;

Melestarikan keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ilmu pengetahun dan


masyarakat;

Mememnuhi kebutuhan masyarakat. Misalnya untuk bahan bangunan, makanan, dan

obat-obatan;
Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi pencemaran udara dengan

adanya berbagai jenis pohon;


Dapat dimanfaatkan sebagai tempat hiburan dengan membuat taman rekreasi atau
kebun binatang
A.
Hewan
Yang
Hampir
Punah
1. Komodo
Komodo merupakan reptil tertua yang pernah ada. Tubuhnya menyerupai biawak tetapi
ukurannya lebih besar. Komodo hidup di Pulau Komodo. Pulau Komodo terletak di Nusa
Tenggara Timur. Agar kelestariannya terjaga, komodo harus dijaga dari ancaman yang
mengganggunya. Hewan ini termasuk hewan yang terancam punah karena hewan ini merupakan
hewan endemik. Endemik berarti, hewan ini hanya hidup di wilayah tertentu. Komodo hanya
hidup di sebuah pulau yang bernama Pulau Komodo, Indonesia.
2. Cendrawasih
Burung cenderawasih merupakan hewan khas Papua. Burung ini memiliki bulu dan suara yang
indah. Bulunya berwarna-warni terutama pada bagian ekornya yang panjang. Sekitar 30 jenis
cendrawasih terdapat di Indonesia. Sebagian besar, yaitu sebanyak 28 jenis ditemukan di Papua.
Sayang, jumlahnya dari tahun ke tahun semakin berkurang. Untuk menyelamatkannya dari
kepunahan, pemerintah Indonesia menetapkan cendrawasih sebagai hewan yang dilindungi.
3. Badak Jawa
Badak Jawa adalah badak bercula Badak ini dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak
Jawa yang tersisa terancam punah oleh perburuan. Badak diburu untuk diambil culanya. Cula
badak memiliki nilai seni yang tinggi. Selain itu, kepercayaan cula badak sebagai obat tradisional
juga memicu perburuan badak.
4. Orang utan
Orang utan termasuk hewan yang dilindungi. Orang utan dilindungi di Taman Nasional Gunung
Leuser, Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Pusat rehabilitasi orang utan Bohorok merupakan
salah satu pintu masuk Taman Nasional Gunung Leuser. Pusat rehabilitasi ini bertujuan untuk
meliarkan orang utan yang tertangkap sekaligus melestarikannya
5. Elang Bondol
Elang Bondol termasuk hewan yang dilindungi. Elang Bondol merupakan jenis burung laut.
Burung ini memiliki paruh yang bengkok, runcing, dan sangat kokoh. Elang Bondol memiliki
penglihatan yang tajam. Tempat perlindungan Elang bondol terdapat di Cagar alam Pulau
Rambut.Cagar alam ini terletak di gugusan Kepulauan Seribu.
6. Jalak Bali
Jalak Bali adalah burung yang dikenal karena keindahan bulu dan Suaranya Burung ini banyak
ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan. Akibatnya,keberadaan Jalak Bali di alam bebas

semakin langkat. Pembukaan hutan juga menyebabkan Jalak Bali kehilangan habitatnya. Oleh
karena itu, Jalak Bali harus dilindungi agar tidak punah.
7. Banteng
Banteng, Bos javanicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar,
Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng tumbuh hingga tinggi
sekitar 1,6 m di bagian pundaknya dan panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya
sekitar 680 810 kg jantan yang sangat besar bisa mencapai berat satu ton sedangkan
betinanya memiliki berat yang lebih kecil. Banteng memiliki bagian putih pada kaki bagian
bawah, punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya.
8. Harimau Sumatera
Harimau Sumatera salah satu hewan langka yang dilindungi di indonesia. Saat ini jumlahnya
semakin sedikit, Keberadaannya terganggu oleh manusia yang sekarang ini sering melakukan
penebangan liar dan memburunya. Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap di antara
semua subspesies harimau lainnya. Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat
mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci dan berat sekitar 91kg.
9. Anoa Pegunungan
Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus
quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah. Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah
manusia.Penampilan mereka mirip dengan rusa dengan berat 150-300 kg. Kedua spesies
tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada dalam status
terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5.000 ekor yang masih bertahan
hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
10. Babirusa
Babirusa hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan
Maluku.Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis.Hewan ini gemar melahap
buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu
makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.
B. Tumbuhan Yang Hampir Punah
Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Namun, seiring bertambahnya waktu
keberadaan atau jumlah tumbuhan yang ada di Indonesia semakin berkurang dan sedikit. Tentu
jika berlangsung terus-menerus, bukan tidak mungkin suatu jenis flora atau fauna mengalami
kepunahan. Beberapa penyebab kepunahan tumbuhan antara lain.

Penebangan. Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja

ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya.


Perusakan Habitat. Habitat merupakan daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan
habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan tumbuhan. Jika habitat rusak maka
tumbuhan tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya.. Selain akibat aktifitas manusia,

kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, gunung
meletus, dan banjir.
Berikut
ini
beberapa
jenis
tumbuhan
yang
hampir
punah
di
Indonesia.
1. Raflesia Arnoldi
Bunga Rafflesia hidup di Taman Nasional Bengkulu, mempunyai ukuran dengan diameter bunga
yang hampir mencapai 1 meter. Bunga ini terkenal dengan sebutan bunga bangkai karena
mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga digunakan
untuk menarik lalat yang hinggap dan membantu penyerbukan. Raflesia Arnoldi merupakan
tumbuhan parasit yang memerlukan inang untuk hidupnya. Saat ini kondisi habitat Raflesia
Arnoldi sangat memprihatinkan sehingga jumlahnya menurun drastis dari tahun ke tahun.
Menyusutnya habitat bunga tersebut di antaranya disebabkan kegiatan manusia seperti
pembukaan wilayah hutan baik untuk kegiatan pertambangan, pertanian, maupun permukiman.
2. Bunga Bangkai Raksasa
Bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif),
Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae)
endemik dari Sumatra, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk)
terbesar di dunia. Nama bunga ini berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai
yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat untuk
menyerbuki bunganya.
3. Kantong Semar
Kantong semar merupakan jenis tanaman langka karnivora. Sewaktu daun masih muda, kantong
pemangsa pada Nepenthes tertutup. Lantas, membuka ketika sudah dewasa. Namun bukan
berarti kantung flora karnivora ini menutup sewaktu masih muda saja. Ia menutup diri ketika
sedang mengganyang mangsa. Tujuannya supaya proses pencernaan berjalan lancar dan tidak
diganggu kawanan musuh yang siap merebut makanan yang sudah ia peroleh.
4. Damar
Tanaman langka ini berasal dari papua. Damar adalah salah satu jenis pohon potensial yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman langka ini tingginya bisa mencapai 60 m dan
dimeternya 2 m.
5. Cendana
Cendana atau cendana wangi, merupakan tanaman langka penghasil kayu cendana dan minyak
cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran
parfum, serta sangkur keris (warangka). Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal
kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya,
karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah
cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan. Kayu cendana wangi kini sangat langka
dan harganya sangat mahal. Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa
orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam

bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk
menghilangkan rasa cemas.
6. Pohon Eboni
Pohon eboni tumbuh di pedalaman hutan Indonesia, terutama di Pulau Sulawesi. Pohon eboni
ini merupakan tanaman keras yang berwarna hitam. Tingginya mencapai 710 meter. Warna
kayunya yang hitam banyak dimanfaatkan untuk ukiran, hiasan, dan patung-patung kayu. Saat
ini, jumlahnya semakin berkurang. Oleh karena itu, tanaman ini perlu dilindungi.
7. Anggrek Tebu
Anggrek tebu merupakan anggrek terbesar, paling besar dan paling berat diantara jenis-jenis
anggrek lainnya. Dalam satu rumpun dewasa, anggrek tebu dapat mencapai berat lebih dari 1 ton
dan mempunyai panjang malai hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah
sebabnya jenis tanaman langka ini layak menyandang predikat sebagai anggrek terbesar dan
terberat atau anggrek raksasa.
8. Jelutung
Jelutung atau jelutong adalah spesies pohon dari subfamilia oleander. Pohon ini dapat tumbuh
hingga 60 meter dengan diameter sebesar 2 meter. Pohon ini tumbuh di semenanjung Malaysia,
Kalimantan, Sumatra dan bagian selatan Thailand. Jelutung menghasilkan getah yang berwarna
putih. Selain sebagai bahan permen karet, getah jelutung juga bisa digunakan untuk bahan
perekat, vernis, ban untuk motor/mobil balap, water proofing serta sebagai bahan isolator dan
barang-barang kerajinan lainnya.
9. Anggrek Hitam
Anggrek hitam adalah spesies anggrek yang hanya tumbuh di pulau Kalimantan. Saat ini, habitat
asli anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin
menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik
Luway dalam jumlah yang sedikit. Diperkirakan jumlah yang lebih banyak berada di tangan para
kolektor anggrek.
Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum) berwarna hitam dengan
sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan petal berwarna hijau muda. Bunganya
cukup harum semerbak dan biasa mekar pada bulan Maret hingga Juni.
10. Tengkawang
Tengkawang adalah nama buah dan pohon dari genus Shorea yang buahnya menghasilkan
minyak nabati. Pohon Tengkawang hanya terdapat di pulau Kalimantan dan sebagian kecil
Sumatra. Dalam bahasa Inggris, jenis tanaman langka ini dikenal sebagai Illepe Nut atau Borneo
Tallow Nut. Pohon yang terdiri atas belasan spesies (13 diantaranya dilindungi dari kepunahan)
ini menjadi maskot (flora identitas) provinsi Kalimantan Barat.

http://www.mikirbae.com/2015/02/pelestarian-hewan-dantumbuhan.html

USAHA PELESTARIAN HEWAN DAN TUMBUHAN LANGKA SERTA TUJUANNYA


Pelestarian hewan dan tumbuhan secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pelestarian In Situ adalah pelestarian yang dilakukan pada tempat asli hewan atau tumbuhan
tersebut berada. Contoh pelestarian in situ adalah suaka margasatwa, hutan lindung, dan taman
nasional. Suaka margasatwa merupakan kawasan yang melindungi hewan. Hutan lindung merupakan
kawasan yang melindungi tumbuhan. Adapun taman nasional merupakan kawasan yang melindungi
hewan dan tumbuhan

2. Pelestarian ex situ adalah pelestarian yang dilakukan di luar tempat tinggal aslinya. Hal itu
dilakukan karena hewan dan tumbuhan kehilangan tempat tinggal aslinya. Selain itu, pelestarian
ex situ dilakukan sebagai upaya rehabilitasi, penangkaran, dan pembiakan hewan maupun
tumbuhan langka. Contoh pelestarian ex situ antara lain kebun botani, seperti Taman Safari, kebun
binatang, dan penangkaran.

Selain pelestarian in situ dan ex situ, kitapun dapat menjaga kelestarian dengan usaha-usaha
sebagai berikut :
1. Tidak berburu hewan sembarangan
2. Melindungi hewan hewan langka
3. Hewan langka dibudi dayakan
4. Mencari alternatif pemanfaatan hewan-hewan langka dengan menciptakan pengganti berbahan
sintetis

Sedangkan untuk melestarikan tumbuhan langka dengan cara, antara lain :


1. Tidak menebang pohon sembarangan
2. Melakukan tebang pilih artinya menebang dengan memilih ukuran dan usia tumbuhan.
3. Penanaman kembali tanaman yang telah dimanfaatkan atau peremajaan tanaman
4. Pemeliharaan tanaman dengan benar

Usaha yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan langka
diantanya adalah :
1. Suaka marga satwa yaitu tempat melindungi hewan tertentu terutama hewan langka.
2. Cagar alam Sebagai tempat perlindungan dan pelestarian hewan, tumbuhan, tanah dan air

3. Hutan lindung Sebgai tempat melindungi air / daerah resapan air karena di hutan dengan
tumbuhan yang menutupinya jika terjadi hujan maka air akan tertahan dan diserap tanah
4. Inseminasi buatan Inseminasi buatan adalah perkembangbiakakn pada hewan dengan
menyuntikkan sperma dari hewan jantan pada hewan betina ( biasa dilakukan pada hewan
mamalia)
5. Kultur Jaringan adalah perkembangbiakan tumbuhan dengan cara memperbanyak sel tumbuh
( jaringan ) menjadi tumbuhan baru.

Keberadaan hewan dan tumbuhan sangat penting bagi manusia untuk :


1. Sumber belajar guna menambah ilmu pengetahuan berharga tentang kehidupan.
2. Dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan yang berasal dari hewan dan tumbuhan.
3. Menjaga keseimbangan lingkungan dan alam sekitar
4. Dijadikan bahan konumsi, bahan pangan bahkan sumber pendapatan.
5. Memberikan rasa indah terhadap alam ini.

Beberapa jenis hewan Indonesia yang terancam punah yaitu : Orangutan, Komodo, Anoa, Harimau
sumatra, Badak jawa, Kura-kura berleher ular, Penyu Hijau, Ikan Pari Hiu, Ikan Gergaji Bergigi
Besar, Burung Cenderawasih, Burung Jalak Bali, Burung Caerulen paradise, Burung Kakatua
Jambul Kuning, Burung Maleo.

Beberapa jenis tumbuhan Indonesia yang terancam punah, yaitu : Amorphophallus titanum,
Raflesia arnoldii, Kantong semar, Aquilaria sp., Meranti, Cendana.

Adapun tujuan dari upaya pelestarian hewan dan tumbuhan langka sebagai berikut :
1. Mejaga keseimbangan ekosistem agar kehidupan dimuka bumi ini tetap berjalan dengan baik.
2. Melestarikan keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
3. Memenuhi kebutuhan masyarakat. Misalnya untuk bahan bangunan, makanan, dan obat- obatan.
4. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi pencemaran udara dengan tumbuhnya
berbagai pohon.
5. Dapat dimanfaatkan sebagai tempat hiburan dengan membuat taman rekreasi atau kebun
binatang.

http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/04/usaha-pelestarian-hewandan-tumbuhan.html

Pelestarian Macan Tutul Jawa


"Macan Tutul Jawa"

Salah satu binatang yang hampir punah adalah Macan tutul Jawa . Macan tutul Jawa /
Macan Kumbang adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di hutan
tropis , pegunungan & kawasan konverasi pulau Jawa , Indonesia . Macan tutul ini memiliki dua
variasi warna kulit yaitu berwarna terang ( oranye ) & hitam ( Macan Kumbang )

Dibandingkan dengan macan tutul lainnya , Macan tutul Jawa berukuran paling kecil &
mempunyai Indra penglihatan & penciuman yang tajam. Spesies ini memiliki bulu seperti warna
sayap kumbang . Bulu hitam macam kumbang sangat membantu dalam beradaptasi dengan
habitat hutan yang lebat & gelap biasanya macan kumbang betina ukurannya lebih kecil
dibandingkan macan kumbang jantan .

Agar binatang diatas tidak punah maka dilakukan pelestarian .Usaha - usaha yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
1.Berikanlah pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian binatang langka
untuk tetap hidup dihabitatnya.

2.Dukunglah setiap aktivitas pelestarian binatang langka yang dilakukan oleh lembaga
pelestarian lingkungan

3.Buatlah tempat penangkaran bagi hewan hewan langka agar dapat berkembang biak untuk
selanjutnya melepas hewan hewan itu ke alam bebas agar dapat hidup secara alamiah

4.Jangan melakukan pemburuan liar dan melaporkan setiap aktivitas pemburuan binatang
langka tersebut kepada pihak berwajib

5.Tidak melakukan transaksi , terhadap binatang langka terutama binatang hidup walaupun
transaksi tetap terjadi sebaiknya transaksi itu ditujukan untuk menyelamatkan binatang tersebut
agar tidak dikuasai oleh orang yang curang bertanggung jawab dan selanjutnya menyerahkan
binatang tersebut kepada pihak berkompeten

http://vianmm1.blogspot.co.id/2014/06/pelestarian-macan-tutuljawa.html

3 Cara Yang Dapat Dilakukan


Untuk Menyelamatkan Gajah
November 18, 2014
WWF Indonesia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mulai
memikirkan dan berpartisipasi dalam kampanye #NasibGajah. Kampanye
dengan tujuan besar untuk mempertahankan kelestarian spesies gajah ini
dilakukan mulai dari hulu sampai ke hilir permasalahan.
Beberapa upaya terkait konservasi gajah dilakukan mulai dari menjaga
populasi gajah, menjaga kualitas dan kuantitas habitat gajah, sampai
dengan upaya konservasi berupa perubahan elephant training center
menjadi conservation center, penguatan hukum terkait kasus kematian
gajah serta menjangkau menteri pertanian untuk mengatasi penjualan
racun hama gajah yang diperjualbelikan secara bebas.
Sebagai masyarakat khususnya diperkotaan, peran kita dalam misi
penyelamatan gajah juga sangat diharapkan. Peran masyarakat dalam
menyerukan kampanye Nasib Gajah ini dapat menunjang keberhasilan
misi penyelamatan gajah. Kampanye Nasib Gajah ini akan mencerdaskan
lapisan masyarakat agar memiliki kepedulian pada gajah dan
berpartisipasi sebagai dewan pengawas perlindungan gajah dan
habitatnya.
Peran kita sebagai penjaga spesies gajah dapat dilakukan dengan cara,
antara lain :
1.

Memahami peran gajah dalam kelestarian keaneka ragaman hayati.


Dengan memiliki rasa keingin tahuan akan gajah, dengan sendirinya kita
dapat merasakan dan memahami pentingnya pelestarian satwa ini.

2.

Membiasakan hidup ramah lingkungan menjadi konsumen yang


cerdas dengan memilih produk dengan eco label, yang artinya produk yang
kita beli sudah bertanggung jawab pada kelestarian lingkungan.

3.

Berpartisipasi dalam kampanye pelestarian gajah dan tidak ragu


untuk berbagi informasi terkait isu gajah.

http://www.nasibgajah.wwf.or.id/3-cara-yang-dapat-dilakukan-untukmenyelamatkan-gajah-1/

UPAYA PELESTARIAN GAJAH DI TENGAH KELANGKAAN


Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari tulisan Lili Rambe (kontributor Jambi dari Frankfurt
Zoological Society (FZS) ) pada tanggal 6 september 2013 tentang ditemukannya bangkai seekor
gajah yang ditemukan oleh petani Desa Tanjung Simalidu, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo,
Jambi. Bangkai gajah yang diduga telah mati sejak satu bulan yang lalu ditemukan oleh petani di
ladang tempat petani bercocok tanam. Gajah yang ditemukan itu tubuhnya telah rusak dan
kepalanya sudah hilang. Gajah tersebut diperkirakan berumur sekitar 15 tahun dan penyebab
kematiannya adalah diracuni karena tidak jauh dari lokasi bangkai gajah ditemukan 6 botol racun
pembasmi rumput yang telah kosong.
Gajah yang masuk ke lahan pertanian warga disebabkan karena habitat dari gajah tersebut di alih
fungsikan untuk sektor perkebunan dan pertanian. Gajah yang memiliki kebiasaan untuk berjalan
menjelajahi habitat aslinya dan memakan tanaman yang ditemukan. Karena habitatnya dikonversi
menjadi sektor pertanian dan perkebunan, sehingga pada saat menjelajah di kawasan pertanian
dan perkebunan memakan tanaman yang di tanam petani. Gajah makan dapat menghabiskan
daun-daunan atau tanaman sekitar 140 270 kg dan 180 liter air setiap hari. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya konflik antara petani dengan gajah karena tanaman yang ditanam habis
di makan gajah dan rusak. Berbagai upaya yang dilakukan petani untuk memusnahkan gajah
tersebut. Petani mungkin menganggap bahwa gajah tersebut sebagai hama yang bisa merusak
tanaman mereka. Seperti yang terdapat pada kasus di jambi tersebut yang diduga petani
membunuh gajah sumatera dengan menggunakan racun. Berdasarkan data yang dimiliki oleh FZS
diperkirakan jumlah populasi gajah sumatera terutama di jambi sekitar 150 ekor.
Melihat terjadinya semakin bertambahnya jumlah kematian gajah sehingga semakin mendekati
kepunahan dan kelangkaan satwa gajah di indonesia. Upaya pelestarian gajah sangat diperlukan
untuk mencegah kepunahan dan kelangkaan. Upaya pelestarian ini harus melibatkan semua pihak
antara lain pemerintah, masyarakat, dan petani yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan di
sekitar habitat gajah. Pemerintah harus melindungi habitat gajah dari perusakan yang dilakukan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari penebangan pohon dan alih fungsi
hutan menjadi lokasi perkebunan dan pertanian harus dicegah. Disamping itu, masyarakat harus
menjaga kelestarian alam dan satwa yang terdapat di sekitar kawasan. Jika satwa atau gajah
ditemukan di daerah sekitar kawasan oleh masyarakat sebaiknya tidak dilakukan pembunuhan
yang menyebabkan menurunnya jumlah satwa yang dilindungi. Selanjutnya, jika petani
menemukan satwa atau gajah di sekitar wilayah pertanian sebaiknya secepatnya melaporkan ke
dinas kehutanan terdekat agar bisa diupayakan sebaik mungkin untuk mengembalikan gajah atau
satwa tersebut ke habitatnya.
Populasi gajah sumatera saat ini sudah terancam punah karena jumlahnya kurang dari 2000 ekor.
Oleh karena itu, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan gajah
sumatera kedalam kategori sangat terancam punah. Gajah sumatera termasuk dalam kelas
mamalia sehingga berkembangbiak dengan cara melahirkan. Masa kehamilan gajah sumatera
selama 22 bulan dan gajah sumatera melahirkan anak 4 tahun sekali. Jumlah anak yang dilahirkan
hanya 1 ekor anak setiap kali melahirkan. Hal ini yang membuat populasi gajah sangat sulit untuk
bertambah.
Menurunya Populasi gajah selain disebabkan oleh penyempitan habitat karena pembalakan liar dan
alih fungsi hutan, konflik dengan manusia, pembakaran hutan tetapi juga karena adanya
perburuan liar untuk diperdagangkan secara illegal dan pengambilan dari taring gajah tersebut.
Masyarakat yang tidak sadar konservasi dan kurang mendapatkan pendidikan konservasi sebagian
dari mereka banyak yang memburu gajah untuk diambil gadingnya dan anak dari gajah tersebut.
Anak gajah tersebut dijual secara illegal dengan harga yang mahal kepada orang orang memiliki
hobi untuk memelihara satwa. Disamping itu, gading gajah tersebut dijual secara illegal karena
beberapa orang yang memiliki kepercayaan bahwa gading gajah dapat dijadikan sebagai obat
yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Gajah sumatera ini selain ditemukan di pulau sumatera, tetapi juga dapat ditemukan di kalimantan
timur (Elephant maximus boornensis). Masa kehamilan gajah yang cukup lama yang menyebabkan
gajah sumatera menjadi salah satu satwa yang langka. Untuk me ningkatkan populasi gajah
sumatera
tersebut
agar
tidak
terancam
kepuanahan
adalah
dengan
melakukan

pengembangbiakan gajah secara massal di habitat yang aman dan cocok untuk
berkembangbiaknya gajah, tentu harus dengan pengawasan dan patroli yang ketat dari pihak
kehutanan. Disamping itu, perlu ada kerjasama dengan pihak penangkar untuk membuat konsep
penangkaran gajah yang baik sehingga dapat meningkatkan populasi gajah yang terancam punah.
(Fadli, SE, Staf Umum IWF)

http://www.iwf.or.id/detail_content/172

Anda mungkin juga menyukai