STUDI LAPANGAN
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA (THV)
DI JATIM PARK II BATU MALANG
JAWA TIMUR
Oleh:
Kelas C
COVER……………………………………………………………………i
LAMPIRAN ............................................................................................ 51
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
1.2.1 Apa saja hal-hal yang mendasari perbedaan antara 5 kelas dalam
klasifikasi hewan vertebrata?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dan deskripsi dari masing-masing hewan
yang ada di Jatim Park II?
1.2.3 Mengapa spesies yang ada di Jatim Park II di klasifikasikan
dalam ordo dan genus tersebut?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui hal-hal yang mendasari perbedaan antara 5
kelas dalam klasifikasi hewan vertebrata
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi dan deskripsi dari masing-masing
hewan yang ada di Jatim Park II
1.3.3Untuk mengetahui alasan mengapa spesies yang ada
diklasifikasikan dalam ordo dan genus tersebut
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa mampu mengetahui aneka hewan vertebrata
yang ada di Jatim Park II Batu Malang.
1.4.2 Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dan deskripsi
dari hewan-hewan yang diamati.
BAB 2
METODE PENGAMATAN
2.2.1 Alat :
a. kamera
b. papan dada
c. buku kerja
d. alat tulis
2.2.1 Bahan :
BAB 3
Kelas Aves
Kelas Amfibi
Nama spesies dan gambar Deskripsi dan ciri Klasifikasi
khusus
Budgett’s Frog (Lepidobatrachus Habitat: Kingdom : Animalia
laevis) Semiaquatik (savana Subkingdom : Bilateria
kering, lingkungan Infrakingdom : Deuterostomia
berair tawar) Phylum : Chordata
Asal : Amerika Subphylum : Vertebrata
Selatan Infraphylum : Gnathostomata
Deskripsi : panjang Superclass : Tetrapoda
tubuhnya mencapai Class : Amphibi
7 cm dan lebar Order : Anura
tubuhnya 5 cm Family : Ceratophrydae
warna tubuhnya Subpamily : Ceratophrynae
adalah coklat bintil Genus :
– bintil. Memiliki Lepidobatrachus
kelopak mata yang Spesies :
tipis. Biasa disebut Lepidobatrachus
katak mulut lebar laevis
atau Escuerzo.
Termasuk hewan Sumber : itis.gov
penggigit. berwarna
coklat kulitnya.
Digitinya terdapat 4
buah. Makanan
utamanya adalah
jangkrik.
Kebiasaannya
menunggu
mangsanya di dalam
air dan seketika
melompat menggigit
mangsanya dan
memiliki suara yang
unik.
Deskripsi Phylum :
Ciri Khusus
Biawak salvadori yaitu
memiliki moncong
tumpul bulat dengan gigi
lurus.
Yellew-spotted moritor Habitat Kingdom : Animalia
(Varanus ponoptes) Daratan phylum : Chordata
Asal subphylum :
Austrolia-papua nugini Vertebrata
Deskripsi classis : Reptilia
Termasuk hewan ordo : Squamata
karnivora. Jenis biawak familia : Varanidae
yang lumamayan besar. genus : Varanus
Tubuhnya berwarna coklat species : Varanus
kehitama dengan bercak panoptes
kuning kecil. Tubuh terdiri Sumber : itis.gov,
atas kepala, leher, badan, 19-04-2019, 20:05
ekor dan anggota gerak. WIB
Terdapat jari extramitas
liberae dilengkapi dengan
cakar. Panjang hewan ini
adalah 1m dan lebar tubuh
20cm.
Ciri Khusus
Biawak jenis ini mereka
bisa berdiri dengan kedua
kaki belakangnya.
Memiliki pupil mata
bulat dan sisik tubuh
berupa binti-bintil.
Forest dragon Habitat Kingdom :
(Gonocephalus Dataran tinggi hutan Animalia
chamaeleontinus) hujan tropis Subphylum :
Asal Vertebrata
Malaysia-Indonesia Clasiss : Reptilia
Deskripsi Ordo :
Termasuk hewan karnivora Squamata
dan merupakan hewan Famili :
diurnal. Ukuran panjang Agamidae
tubuh kurang lebih 30 cm Genus :
dengan lebar 4cm, Gonocephalus
berwarna hijau, kuning, Spesies :
ramping tersusun 3 baris, Gonocephalus
ekornya berwarna hitam Chamaeleontinus
garis putih dan terdapat Sumber : itis.gov, 20-
duri pada bagian 04-2019, 04.33 WIB
punggung. Kulit
disekelliling mata
berwarna gelap, memiliki
gigi dan cakar yang tajam.
Pada jantan memiliki
warna yang lebih cerah
merah, kuning coklat
sedangkan pada betina
hanya terdiri dari satu
warna saja hijau dengan
bintik hitam.
Ciri Khusus
Memiliki struktur kepala
yang unik yaitu
berbentuk segitiga
sehingga terlihat seperti
makhluk yang hidup
pada jaman pra-sejarah,
dapat berkamuflase
dengan merubah warna
tubuh dan memutuskan
ekornya ketika merasa
terancam.
Biawak togea Habitat Kingdom : Animalia
(Varanus togianus) Daratan dan air phylum : Chordata
Asal subphylum :
Sulawesi Tengah Vertebrata
Deskripsi classis : Reptilia
Termasuk hewan ordo : Squamata
karnivora. Berwarna hitam, familia : Varanidae
ukuran panjang tubuh genus : Varanus
kurang lebih 1,5 m dengan species : Varanus
lebar tubuh kurang lebih 15 Sumber : itis.gov, 19-
cm, maximal panjangnya 04-2019, 05:00 WIB
bisa mencapai 3 meter dan
memiliki lidah yang
bercabang untuk mencium
mangsanya. Menangakp
mangsanya dengan berlari,
memanjat dan berenang.
Hewan aneh lebih aktif
pada siang hari
Ciri Khusus
Memiliki warna kulit yang
lebih hitam
Kura-kura sulcata Habitat Kingdom :
(Geochelone sulcata) Daratan Animalia
Asal Phylum :
Sulawesi Tengah Chordata
Deskripsi Subphylum :
Termasuk hewan Vertebrata
omnivora. Berwarna Clasiss : Reptilia
kecoklatan, ukuran Ordo :
panjang tubuhnya kira kira Testudines
45 cm dengan lebar 60 cm, Famili :
berat tubuhnya kurang Testudinidae
lebih 30-45, mempunyai Genus :
karapax yaitu tempurung Geochelone
yang berada diatas Spesies :
punggungnya dan plastron Geochelone
tempurung bawah yang Sumber : itis.gov, 20-
terdapat pada bagian 04-2019, 05.33 WIB
ventral, memiliki kaki yang
pendek sehingga lambat
dalam berjalan
Ciri Khusus
Pada ban cangkangnya
berwarna kecoklatan dan
kekuningan, cangkangnya
rata dan cukup luas. Sisik
cangkang kokoh dan kulit
yang tebal. Kulit yang tebal
dapat membantu bertahan
di daerah gurun, dapat
mengurangi resiko
transpirasi yang
menyebabkan kehilangan
jumlah cairan.
3.2 Pembahasan
Jatim Park 2 merupakan tempat rekreasi dan juga dapat digunakan untuk
pendidikan. Pemilihan Jatim Park 2 sebagai lokasi studi lapang kali ini tentu
beralasan yang disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran mata kuliah
Taksonomi Hewan Vertebrata. Perkembangan pariwisata di Indonesia yang
demikian pesatnya membuat banyak daerah terpacu untuk mengadakan
pembangunan di sektor pariwisata. Seiring dengan perkembangannya, Kota Batu
kemudian menfokuskan diri untuk mengadakan pembangunan di sektor
pariwisatanya. Hingga menjadikan pariwisata sebagai ikon Kota Batu dalam
sajian Kota Wisata Batu atau KWB.
Salah satu objek wisata yang fenomenal adalah Jawa Timur Park II yang
merupakan kawasan wisata terpadu yang memiliki 3 objek wisata sekaligus di
dalamnya, antara lain: Museum Satwa, Batu Secret Zoo dan Eco Green Park serta
fasilitas hotel Pohon Inn dan pasar wisata. Di Jatim park 2 ini terdapat wahana
seperti museum satwa, yaitu museum yang berisikan hewan – hewan yang telah
diawetkan. Dimana hewan – hewan ini diambil dari seluruh penjuru dunia. Selain
itu juga terdapat taman Secret Zoo. Seperti kebun binatang, disini terdapat pula
hewan – hewan dari penjuru dunia yang mewakili dari setiap taksa. Hewan –
hewan yang terdapat di Secret zoo adalah hewan – hewan yang masih hidup.
Jatim Park 2 memiliki tingkat edukasi tinggi dan kelengkapan satwa. Dan proses
pengamatan dan identifikasi lebih mudah bila dilakukan di Jatim Park 2. Maka
dari itulah mengapa memilih Jatim Park 2 sebagai studi lapang taksonomi hewan
vertebrata.
Kelima, ciri - ciri mamalia memiliki kelenjar susu oleh karenanya anggota
hewan ini dapat menyusui anaknya. Sebagian besar hewan mamalia ditutupi oleh
rambut baik di seluruh tubuhnya atau sebagian dari tubuhnya, pada jaringan
kulitnya telah dilengkapi dengan kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Telah
memiliki otot-otot diafragma. Memiliki anggota tubuh yang telah lengkap terdiri
dari kepala, leher, badan dan ekor. Bernafas menggunakan paru-paru. Telah
memiliki jantung sempurna dengan jumlah sekat sebanyak 4. Sistem saraf pada
otaknya telah berkembang lebih spesifik dan anggota tubuhnya telah berkembang
dengan sempurna, dan berkembang biak dengan cara melahirkan (Hickman, 2008:
615).
Dasar taksonomi yang mendasari kelas aves dibedakan dari kelas yang
lainnya adalah dasar pengklasifikasian mahluk hidup berdasarkan ciri morfologi
dan ciri anatomi, maksudnya pengeklompokkan ini didasarkan bentuknya dan
susunan tubuhnya, dan pengklasifikasian berdasarkan persamaan yang dimiliki
meliputi ciri-ciri dan pola hidup yang sama sehingga digolongkan menjadi satu
kelas yang sama
Burung ialah hewan yang mudah ditemui di berbagai habitat. Burung
memiliki daya jelajah yang luas, bahkan banyak yang bisa terbang jauh melintasi
lautan. Kemampuan ini mempengaruhi distribusi burung, misalnya burung egret
dapat melintasi lautan Atlantik dari Afrika hingga ke Amerika selatan, sementara
bagi burung yang tak terbang jauh maka lautan menjadi barier yang efektif
sehingga penyebarannya diskontinyu. Burung kurang endemik dibandingkan
mamalia. Daerah pembiakan burung juga penting dalam distribusi geografis
karena posisi burung yang tidak statis dan ada jenis burung yang bermigrasi pada
musim tertentu (El-Arif et all., 2016:49-56).
Ciri-ciri yang membedakan burung dengan class lainnya yakni, Hampir
seluruhnya ditutupi bulu dan kakinya bersisik yang merupakan ciri mirip reptil,
Kepala ditopang oleh leher yang fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan
condylus osccipital tunggal, Otak relatif besar dengan corpora striata yang padat
(seringkali diasosiasikan dengan tingkah laku insting) neopalium kecil. Lobus
opticus (corpora trigemina) besar. Rahang bawah terdiri atas tulang-tulang yang
kompleks,artikulasi antar artikular dan quadrat. Terdapat auditory ossicle yang
disebut collumella auris. Suara yang dihasilkan oleh syrinx yang terdapat pada
dasar trachea. Larynx rudimenter dan tidak ada pita suara.
Tidak mempunyai gigi,kecuali “gigi telur” yang diperlukan untuk
membantu penetasan. Mempunyai paruh dari zat tanduk menutupi rahang atas dan
bawah, nostril langsung berhubungan dengan buccal cavity. Tidak berpipi,langit-
langit sekunder tidak ada, Tungkai muka bermodifikasi menjadi sayap, sehingga
burung dapat terbang. Bagian “lengan” bermodifikasi menjadi panjang, jari
tengah memanjang untuk menyokong bulu terbang. Sebuah jari anterior terpisah
untuk menyokong bulu alula yaitu bulu kecil yang merupakan bulu penting untuk
gerakan aerodinamika. Jari posterior yang tereduksi menyokong jari tengah.
Tungkai belakang bermodifikasi secara beragam untuk berjalan dengan dua kaki
di tanah,atau burung berenang atau kedua-duanya.
Umumnya mempunyai mempunyai jari-jari,satu ke arah belakang (hallux),
dan tiga ke arah depan. Gelang bahu dan gelang panggul terspesialisasi dengan
baik menunjang berat tubuh baik ketika berjalan,maupun terbang. Tulang panjang
maupun tulang vertebrae tidak mempunyai epiphise. Vertebrae cervical berbentuk
sadel (heterocoel) di bagian tengah sehingga leher dapat bergerak leluasa; tulang
belakang sisanya sangat padat .Jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri
tidakada, eritrosit berbentuk bulat dan berinti. Tidak mempunyai diafragma.
Sistem kantung udara yang berkembang dengan baik sangat membantu paru-paru
untuk mengedarkan udara ke seluruh tubuh, Telur besar dengan kuning telur yang
banyak dan Dilindungi oleh cangkang kapur, fertilisasi internal amnion dan
alantois terbentuk selama masa perkembanga. Pengeraman dilakukan oleh salah
satu induk atau kedua induknya di dalam sarang Setelah menetas anak-anaknya
dipelihara oleh induknya. 13. Suhu badan tetap,umumnya lebih tinggi dari pada
mamalia yaitu diatas 40 derajat Celcius.
Setiap species burung yang kami amati di kebun binatang Jatim Park II
Malang memiliki persebaran yang berbeda-beda. Spesies yang pertama yaitu
burung rangkok badak (Buceros rinoceros), burung rangkok badak tersebar di
daerah Asia Tenggara, germasuk Semenanjung Malaysia, Pulau Sumatera,
borneo, jawa, Singapura, dan Thailand Selatan. Spesies selanjutnya yaitu burung
victoria crowned pigeon (Goura cristat), burung ini persebarannya di hutan
dataran rendah, hutan sagu, rawa bagian utara pulau irian jaya, dan New Guinea.
Kemudian burung cinnamon teal (Anas Cyanoptera) persebarannya di Amerika
Selatan. Spesies lainnya yaitu burung Flamingo, persebarannya di Asia, Amerika,
dan Afrika. Kemudian burung cape teal (Anas capensis), persebarannya di Afrika.
Burung macau (Ara macao), persebarannya di Tenggara Meksiko sampai Amazon
bagian Peru. Burung cammon shel duck (Tadorna tadorna), persebarannya di
Eropa. Spesies terakhir yaitu burung Mandarin duck (Aix galericulata).
Burung merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia. Saat ini
terdapat 1.539 spesies burung yang tercatat di Indonesia baik sebagai burung
penetap maupun pendatang yang hanya singgah sementara (Rudini et all, 2016:
69). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Jawa Timur Park 2 Malang,
tmasing-masing spesies memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Flamingo adalah spesies burung berkaki panjang yang hidup berkelompok.
Burung ini biasanya tinggal di daerah yang terdapat air seperti danau yang
dangkal. Burung ini memiliki kebiasaan mengangkat satu kakinya, burung ini juga
memiliki ukuran kaki yang panjang. Burung ini bersifat monogami atau termasuk
hewan yang setia pada pasangannya. Burung ini memiliki ciri khas yang sangat
menonjol yaitu leher yang panjang dan berbentuk menyerupai huruf S. Flamingo
seringkali berdiri dengan satu kaki. Karena berdiri di atas perairan, flamingo
menggunakan kaki berjaring mereka yang juga digunakan untuk
mengaduk lumpur demi mencari makanan.
Flamingo muda keluar dari telur dengan warna abu-abu, namun flamingo
dewasa memiliki warna bervariasi dari merah muda hingga merah cerah
karena bakteri akuatik dan beta karoten yang terkandung dalam makanan mereka.
Flamingo yang makan cukup memiliki warna yang lebih cerah dan menarik
sehingga mudah dalam menarik pasangannya. Flamingo yang ditangkarkan
umumnya memiliki warna merah muda pucat karena asupan beta karoten yang
didapatkan tidak sebanyak yang didapatkan kerabat mereka di alam liar. Hal
inilah yang mengubah perilaku pengurus kebun binatang untuk memberi
makan udang kepada flamingo seperti di alam liar. Burung ini memiliki tipe paruh
filter feading, tipe cakar Palmate dan tipe sayap High speed wing. Tipe paruh
filter feading merupakan tipe paruh penyaring makanan. Kaki tipe palmate
ditandai dengan selaput antara tiga jari depan (jari kaki 2, 3, dan 4). Tipe kaki
berselaput ini adalah yang paling umum. Tipe sayap high speed wing merupakan
tipe sayap yang digunakan untuk dapat terbang dengan kecepatan yang tinggi.
Buceros Rhinoceros atau rangkok badak merupakan kelompok burung
yang mudah dikenali karena memiliki ciri khas berupa paruh yang besar dengan
struktur tambahan di bagian atasnya yang disebut balung (casque). Rangkok
badak tinggal di daerah dataran rendah, pegunungan iklim tropis dan subtropis.
Makanan burung ini berupa serangga dan buah-buahan. Burung ini memiliki
kebiasaan mengeluarkan suara krong-krong. Di Indonesia, ukuran tubuh rangkong
berkisar antar 40 cm sampai 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3,6 kg.
Rangkong badak memiliki paruh kuning berpangkal merah dengan tanduk
berwarna merah kuning yang melengkung ke atas. Bulu didominasi warna hitam
dan putih dan ekor berwarna putih mencolok dengan garis hitam lebar melintang.
Burung ini memiliki tipe cakar Syndaktil dan tipe sayap Soaring. Tipe cakar
Syndactyl ditandai dengan perpaduan dari jari jari kaki kedua dan ketiga (dalam
dan jari-jari tengah) sepanjang bagian dari kaki mereka. Tipe sayap soaring ialah
tipe sayap yang ketika terbang tidak perlu dikepakkan.
Victoria Crowned Pigeon atau Mambruk Victoria adalah salah satu dari
tiga burung dara mahkota dan merupakan spesies terbesar di antara jenis-
jenis burung merpati. Victoria crowned pigeon (Goura cristata) tinggal di daerah
hutan, dataran rendah dan rawa. Burung ini memakan buah ara dan biji-bijian.
Burung ini memiliki ciri khusus karena terdapat bulu di bagian atas kepala yang
dapat dinaikkan sehingga terlihat seperti mahkota. Burung Mambruk Victoria
berukuran besar, dengan panjang mencapai 74 cm, dan memiliki bulu berwarna
biru keabu-abuan, jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun
keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu di
sayap dan ujung ekornya.
Di sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah.
Burung jantan dan betina serupa. Burung Mambruk Victoria bersarang di atas
dahan pohon. Mambruk Victoria adalah spesies terestrial. Burung ini mencari
makan di atas permukaan tanah. Pakan burung Mambruk Victoria terdiri dari
aneka biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh di tanah. Spesies ini biasanya hidup
berpasangan atau dalam kelompok. Burung ini memiliki tipe paruh Generalist,
tipe cakar : Syndaktil dan tipe sayap Elpicpical Wings. Tipe generalist merupakan
tipe paruh yang dapat makan pada berbagai makanan. Tipe cakar Syndactyl
ditandai dengan perpaduan dari jari jari kaki kedua dan ketiga (dalam dan jari-jari
tengah) sepanjang bagian dari kaki mereka.
Amfibi terdiri dari tiga bangsa yakni Caudata, Gymnophiona, dan Anura.
Sebagian besar amfibi di Indonesia termasuk bangsa ketiga yakni Anura ( Izza,
2014: 103). Anura merupakan fauna yang peka terhadap perubahan kondisi
lingkungann seperti pencemaran air, perusakan habitat asli, introduksi spesies
eksotik, penyakit dan parasit (Yudha et al, 2015). Bertentangan dengan
keanekaragaman jenis amfibI yang tinggi, kuantitas pengetahuan tentang jenis dan
habitatnya masih kurang lengkap, bahkan di pulau Jawa yang merupakan pulau
utama di Indonesia. Hampir seluruh Anura yang telah dewasa merupakan
karnivora sedangkan berudunya herbivora. Anura dewasa memangsa cacing,
larva, berbagai jenis hewan dari golongan Arthropoda, udang kecil, ikan kecil,
hingga kerang. Telur amfibi banyak dimangsa oleh ikan dan invertebrata akuatik,
larva insekta (terutama kumbang golongan Coleoptera dan Carabidae), hingga
laba-laba. Berudu amfibi banyak dimangsa oleh burung dari golongan Ardidae,
ikan, serangga air, larva Odonata, hingga kura-kura. Predator utama amfibi
dewasa adalah burung dan ular. Amfibi dikenal sensitif terhadap kondisi
lingkungan dan dapat digunakan sebagai bioindikator. Dampak nyata perubahan
lingkungan terhadap amfibi adalah turunnya populasi dankeanekaragaman jenis (
Izza, 2014: 103-107).
Bufo merupakan salah satu Amfibi yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia, baik dalam aspek ekologi, ekonomi maupun ilmiah (Dima,
2002). Bufo biasanya sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti
pencemaran air, kerusakan habitat asli, penyakit dan parasit. Hal ini menyebabkan
Bufo dapat dijadikan sebagai indikator perubahan lingkungan yang potensial.
Perubahan kualitas lingkungan dapat menyebabkan Bufo menjadi stres, sehingga
menyebabkan penurunan populasi. Penurunan populasi Bufo di alam
mengakibatkan terganggunya keseimbangan rantai makanan dalam lekosistem
(Chahyadi et Al., 2016).
Memiliki bentuk secara fisik mulai dari mulut yang berfungsi secara umum
untuk memasukan makanan ke dalam tubuh, duri punggung sisik tuberculate
terlihat mulai panjang, ekor yang berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuhnya
atau sebagai pelindung dari serangan musuh mulai panjang, jari kaki yang
berfungsi untuk berjalan dan berpegangan mulai muncul kuku agak lancip dan
panjang, sisik pada tubuhnya mengalami perubahan dikit demi dikit setelah massa
pergantian kulit, dan gelambir yang mulai membesar yang berfungsi sebagai
menarik perhatian (Anggara, 2016). Pada iguana jantan warna tubuh lebih cerah
yang terdiri dari beberapa warna sedangkan betina hanya terdiri dari satu warna
saja dengan bintik hitam serta memiliki pertahanan tubuh dengan berkamuflase.
Cyclura nubila (Cuban rock iguana) adalah hewan yang berasal dari Pulau
cuba berhabitat di daratan. Termasuk hewan herbivore. Memiliki panjang tubuh
70 cm dan lebar 15 cm. tubunya berwarna coklat dengan mata berwarna merah.
Pada punggungnya terdapat duri tajam dan ekornya tebal. Ciri khususnya adalah
memiliki ukuran tubuh terbesar dari family iguana. Iguana ini sering membuat
sarang di dekat atau didalam kaktus berduri sebagai pertahanan. Serta sebagai
peletakan telur. Iguana jantan lebih agresif daripada iguana betina, kecuali saat
menjaga anaknya. Perkawinan iguana terjadi pada bulan mei dan juni. Iguana
betina bertelur berjumlah 3 hingga 30 butir (Yudha et al, 2016).
Candoia carinata merupakan jenis ular asli Indonesia yang sering disebut
sebagai ular monopohon. Ular ini termasuk dalam kelompok ular boa dan tidak
termasuk ular yang berbisa, namun memiliki kebiasaan melilit untuk membunuh
mangsa. Ciri khusus hewan ini adalah adanya perbedaan ukuran antara jantan dan
betina. Umumnya betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar (kurang lebih
mencapai 53 cm). Hewan ini termasuk hewan yang memiliki kebiasaan aktif pada
malam hari (nocturnal). Berdasarkan ketebalan lapisan pelindung mata,
monopohon memiliki ketebalan spectacle yang lebih tipis daripada ular yang
hidup di perairan atau yang hidup di dalam tanah. Hal ini terjadi karena
monopohon termasuk hewan yang hidup di daratan dengan lingkungan yang idak
terlalu ekstrem sehingga tidak mudah menyebabkan kerusakan pada mata (Rivas
et al., 2016)
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Dasar taksonomi yang membedakan setiap kelas yakni, pertama adalah
pisces memilìki ciri-ciri bersirip, memiliki endoskeleton, bernapas dengan
insang, merupakan hewan poikiloterm, peredaran darah tertutup tunggal,
jantung terdiri atas dua ruangan, sistem pencernaan lengkap, alat ekskresi
berupa ginjal, dan memiliki gurat sisi. Kedua, ciri-ciri anggota amphibia
memilliki anggota gerak, tidak memiliki kuku dan cakar, kulit memiliki dua,
bernafas dengan insang, kulit, paru-paru, Mempunyai sistem pendengaran,
Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.Ketiga, Ciri-ciri
reptil adalah memiliki tulang belakang, tubuhnya ditutupi oleh sisik ,
bernapas dengan paru-paru, umumnya bertelur (ovivar). Keempat, Ciri - ciri
aves antara lain adalah anggota gerak depan Aves adalah sayap, berdarah
panas, suhu tubuh tetap, fertilisasi secara internal, jantung 2 serambi dan 2
bilik, sekatnya sempurna. Kelima, ciri - ciri mamalia memiliki kelenjar susu
oleh karenanya anggota hewan ini dapat menyusui.
4.1.2 Secara umum, untuk mengetahui klasifikasi dan deskripsi dari masing-
masing makhluk hidup dapat menggunakan beberapa pedoman yaitu melihat
persamaannya, melihat perbedaannya, melihat ciri morfologi dan anatominya,
dan melihat ciri biokimianya. Namun ketika melihat suatu makhluk hidup,
untuk mengklasifikasikannya yang dilihat pertama kali adalah morfologinya.
Hal ini dikarenakan morfologi merupakan hal yang paling awal untuk
membedakan setiap makhluk hidup. Pada kajian studi lapang yang dilakukan
di Jawa Timur Park II Malang, para mahasiswa peserta studi lapang dapat
mengetahui klasifikasi dan deskripsi masing-masing satwa berdasarkan
informasi yang telah disediakan oleh pihak dari pengelola Jawa Timur Park
II. Informasi mengenai nama ilmiah dan deskripsi singkat telah disediakan di
depan masing-masing kandang satwa dan memudahkan para peserta studi
lapang untuk mengetahui klasifikasi dan deskripsi tiap satwa yang tersedia.
4.1.3 Saat ini, makhluk hidup di seluruh dunia telah dikelompokkan dalam
suatu hirarki takson yang disetujui oleh seluruh ahli takson di dunia. Setiap
makhluk hidup yang dimasukkan dalam ordo tertentu, maupun genus tertentu
memiliki ciri-ciri utama yang hanya ada pada ordo dan genus tersebut.
Sistematika pemasukan makhluk hidup ke dalam ordo maupun suatu genus
dilihat berdasarkan persamaan dan perbedaan morfologi serta anatominya,
selain itu juga dilihat berdasarkan ciri biokimia yang ada di dalam tubuhnya
jika melalui morfologi dan anatomi masih kurang dapat dispesifikkan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abidin M. dan A. Bintoro. 2015. Kebiasaan Makanan Alami Ikan Buntal Kuning
(Chanerinos naritus) di Estuari Sungai Indradiri, Riau. Jurnal BTL.
13(1): 11-14.
Adriany, Devita Tetra dan Isti Koesharyani. 2017. Infeksi Penyakit Ikan Banggai
Cardinal (Pterapogon kauderni) Dalam Rantai Perdagangan. Jurnal Riset
Akuakultur. 12(3): 283-294.
Alaydrus, Ismail Syakurachman, Narti Fitriana, dan Yohanes Jamu. 2014. Jenis
dan Status Konservasi Ikan Hiu yang Tertangkap Di Tempat Pelelangan
Ikan (PTI) Labuan Bajo Manggarai Barat Flores. Jurnal Al-Kauniyah.
7(2): 83-88.
Auliya, M. 2010. Cryptelytrops insularis. UK: The IUCN Red List of Threatened
Species.
Fitrah, Syawal Syah dan Irma Dewiyanti. 2016. Identifikasi Jenis Ikan Di Perairan
Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1): 66-81.
Hickman, C.P., L.S Robets., S.L Keen., A Larson., H. I’Anson dan D.J.
Eisenhour. 2008. Integrated Principles of Zoologi. New York: McGraw-
Hill.
Idris, M. H., Selva dan R. Destari. 2019. Pengaruh Destinasi Pariwisata Pulau
Komodo Terhadap Beberapa Aspek Pembangunan Di Kabupaten
Manggarai Barat. Jurnal Ilmu Administrasi Publik. 7(1): 56-68.
Karim, A. K., E. Indrayani Dan L. Hanum. 2014. Patofisiologi Bisa Ular Dan
Aplikasi Terapi Tumbuhan Obat Antiophidia (Antibisa). Jurnal Biologi
Papua. 6(2): 80–90.
Kartono, A. P. 2015. Keragaman dan kelimpahan mamalia di Perkebunan Kelapa
Sawit PT Sukses Tani Nusasubur Kalimantan Timur. Jurnal Media
Konservasi. 20(2): 85-92.
Kasmudjiastuti, E., S. Sutyasmi, dan R.S. Murti. 2015. Pengaruh Berbagai Jenis
Penyamakan dan Tipe Finish Terhadap Morfologi, Sifat Organoleptis dan
Mekanis Kulit Biawak (Varanus salvator). Jurnal Majalah Kulit, Karet
dan Plastik. 31(2): 115-126.
Prafiadi, Sigit., Nia Kurniawan., dan Amir Hamidy. 2016. Keberagaman Spesies
Katak Pohon Hijau Papua Litoria infrafrenata infrafrenata Tyler, 1971
pada Wilayah Kepulauan Wallacea dan IndoAustralia. J-PAL. 7(1):33-43
Purnama, Arief Anthonius dan Eti Meirina Brahmana. 2018. Diversitas Ikan
(Pisces) Di Danau Lama Desa Kepenuhan Barat Kabupaten Rokan Hulu
Riau. Jurnal Universitas Pasir Pengaraian. 1(1): 455-462.
Putri, Dwi Sekar dan Muhamad Nadjmi Abulias. 2014. Studi Kekerabatan Ikan
Familia Cyprinidae yang Tertangkap Di Sungai Serayu Kabupaten
Banyumas. Jurnal Scripta Biologica. 1(2): 129–135.
Rahma, F., W. Novarino, dan Rizaldi. 2015. Jenis-jenis mamalia di Koto Baru
Nagari Paninggahan Kabupaten Solok Sumatera Barat. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 4(4): 223-232.
Widiana, Ana., Rifki M. Iqbal dan Astri Yuliawati. 2017. Estimasi Luasan dan
Perkembangan Daerah Jelajah Elang Brontok Pasca Rehabilitasi di Pusat
Konservasi Elang Kamojang Garut Jawa Barat. Jurnal Warta Rimba.
5(2): 123-129.
Yudha, D.S., Eprilurahman, R., Muhtianda, IA., Ekarini, DF.,Ningsih, O.C. 2015.
Keanekagaraman Spesies Amfibi dan Reptil di Kawasan Suaka
Margasatwa Sermo daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Mipa. 38(1):
155-122.
Zulkarnain, G., G.D. Winarno, A. Setiawan, dan S.P. Harianto. 2018. Studi
keberadaan mamalia di Hutan Pendidikan, Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman. Journal of Foresty Research. 1(2): 11-20.
LAMPIRAN
Pisces
Amphibia
Litoria caerulea
Lepidobatrachus laevis
Reptil
Python reticulatus
Indotestudo forstenii
Varanus togianus
Varanus panoptes
Gochelone sulcata
Gonocephalus chamaeleontinus
Eunectes marinus
Candoia carinata
Aves
Mamalia
Dolichotis patagonum
Cercopithecus ascanius
Muntiacus muntjak
Cebuella pygmaea
Hydrochoerus hydrochaeris Colobus guereza