Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN DI KRAKAL

SISTEMATIKA TUMBUHAN CRYPTOGAMAE

Disusun Oleh :
KELOMPOK 23
Mevia Susanti ( A 420 080 006 )
Niken Tri Utami P. ( A 420 080 007)
Arfin Dwi Susanti ( A 420 080 008)
Viska Maretta ( A 420 080 009)

LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2010
HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok : 2
Anggota :
1. Mevia Susanti ( A 420 080 006 )
2. Niken Tri Utami P. ( A 420 080 007)
3. Arfin Dwi Susanti ( A 420 080 008)
4. Viska Maretta ( A 420 080 009)
Telah melakukan Praktikum Kerja Lapangan pada Mata Praktikum
Sistematika Tumbuhan Cryptogamare, dengan nilai Laporan ..............

Surakarta,
Asisten Pendamping PKL

(Rivky Arif Rahman)

Dosen Pengampu Praktikum 1 Dosen Pengampu Praktikum 2

(Titik suryani, M. Si) (Siti Kartikasari, S. Pd)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Sistematika
Tumbuhan Cryptogamae. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Sistematika Tumbuhan Cryptogamae dalam Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membimbing dan
membantu, yaitu kepada :
1. Ibu Triastuti, M. Si selaku Kepala Laboratorium Biologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Titik Suryani, M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sistematika
Tumbuhan Cryptogamae.
3. Ibu Siti Kartikasari, S. Pd selaku dosen pengampu mata praktikum
Sistematika Tumbuhan Cryptogamae.
4. Semua asisten Sistematika Tumbuhan Cryptogamae yang telah
membimbing dan menuntun jalannya praktikum di lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
MOTTO.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar belakang....................................................................................
B. Tujuan................................................................................................
C. Manfaat ...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
BAB III METODE PELAKSANAAN..........................................................
A. Waktu dan Tempat.............................................................................
B. Pelaksanaan PKL...............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
A. Hasil...................................................................................................
B. Pembahasan........................................................................................
BAB V PENUTUP........................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistematika Tumbuhan Cryptogamae merupakan cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang sistem urutan atau pengelompokan dari jenis tumbuhan tingkat
rendah. Jenis tumbuhan klasifikasinya dibagi menjadi sejumlah divisi. Tiap divisi
seterusnya berturut-turut dibagi lagi dalam takson yang lebih rendah, yaitu kelas,
bangsa, suku, marga, dan jenis.
Dalam penyusunan laporan ini membahas Subdivisi Algae, Divisi
Bryophyta dan Divisi Pteridophyta. Algae termasuk dalam divisi Thallophyta
(tumbuhan talus). Algae hidup di air baik air tawar maupun air laut. Algae dalam
istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan tumbuhan talus karena
belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Algae merupakan protista yang
bertalus memiliki pigmen dan klorofil. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler)
dan ada pula yang banyak sel (multiseluler). Algae uniseluler umumnya sebagai
fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai nekton atau bentos.
Habitat Algae adalah air atau di tempat basah, sebagai epifit atau sebagai endofit.
Bryophyta tingkat perkembangannya lebih tinggi dari pada thallophyta, pada
umumnya memiliki warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel
dengan plastida yang mengandung klorofil a dan b, kebanyakan hidup di daratan.
Pteridophyta memiliki kormus artinya bagian tubuhnya dapat dibedakan
menjadi tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun, habitatnya di darat yaitu
hutan, tebing, pagar, dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan praktikum kerja
lapangan di Pantai Krakal, Yogyakarta khususnya untuk Algae dan praktikum kerja
lapangan mandiri di sekitar rumah untuk Bryophyta dan Pteridophyta. Tujuannya
untuk lebih mengetahui keadaan, habitat dan morfologi dari masing-masing spesies.
Pembuatan laporan ini sebagai tindak lanjut dari praktek kerja lapangan.

1
B. Tujuan
1. Mengenal morfologi dan kedudukan taksonomi dari subdivisi Algae.
2. Mengenal spesies yang termasuk dalam divisi Bryophyta dengan cara
mendeskripsikan ciri-ciri pada spesies tersebut.
3. Mengenal spesies yang termasuk dalam divisi Pteridophyta dengan cara
mendeskripsikan ciri-ciri pada spesies tersebut.
C. Manfaat
1. Mengenal spesies yang termasuk dalam divisi Algae, Bryophyta dan
Pteridophyta dengan cara mendeskripsikan ciri-ciri pada spesies tersebut.
2. Mengenal habitat asli dari Algae, Bryophyta, dan Pteridophyta.
3. Menambah pengetahuan tentang species yang termasuk dalam divisi Algae,
Byophyta dan Pteridophyta.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Algae
Teddy (2009), menyatakan bahwa dalam dunia tumbuhan ganggang
termasuk kedalam dunia thallopyta (tumbuhan talus), karena belum mempunyai
akar, batang dan daun secara jelas. Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal
dan juga ada yang bersel banyak dengan bentuk serupa benang atau lembaran.    
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :
1. fikosianin           : warna biru
2. klorofil               : warna hijau
3. fikosantin           : warna perang/ coklat
4. fikoeritrin           : warna merah
5. karoten               : warna keemasan
6. xantofil               : warna kuning
Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir
semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-
tempat yang lembab.
Ganggang terbagi menjadi beberapa kelas :
1. Cyanophyta    (ganggang biru), masih prokaryotik.
2. Chlorophyta   (ganggang hijau)
3. Chrysophyta   (ganggang keemasan)
4. Phaeophyta    (ganggang coklat/ perang)
5. Rhodophyta    (ganggang merah)
Pelczar (1989), menyatakan bahwa Algae berukuran beragam dari beberapa
mikrometer sampai bermeter-meter panjangnya. Organisme ini mengandung klorofil
serta pigmen-pigmen lainnya. Algae hidup di air. Algae renik yang terapung-apung
merupakan bagian dari fitoplankton (flora laut tersuspensi). Dan berguna sebagai

3
sumber makanan yang penting bagi organisme lain. Algae berkembangbiak secara
seksual. Algae mempunyai peranan dalam kehidupan yaitu sebagai suplemen
makanan kesehatan, sebagai bahan makanan, untuk membuat agar-agar,
menghasilkan iodium, bahan membuat kapsul, dan bahan membuat es krim.
Prawirohartono (1989), menyatakan bahwa Algae berasal dari bahasa
latin yang berarti rumput laut, karena tumbuhan ini biasanya hidup di laut, air tawar,
dan di tempat lembab. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan Thallophyta. Tubuh Algae
dapat terdiri atas uniseluler dan multiseluler. Uniseluler hanya dapat dilihat dengan
bantuan mikroskop. Ada yang hidup menyendiri atau soliter misalnya Diatomae dan
Chlamydomonas. Ada yang membentuk koloni misalnya Volvox. Algae yang
tersusun multiseluler mempunyai bentuk tubuh berupa benang atau lembaran. Algae
belum ditemukan adanya organ akar, batang, dan daun. Sel tubuh bersifat eukariotik
dan didalam sitoplasma terdapat klorofil. Algae bersifat autotrof. Algae bersel satu
ada yang hidup pada organisme lain, namun tidak merugikan baik sebagai epifit
maupun sebagai endofit.
Pratiwi (2008), menyatakan bahwa Algae merupakan organisme
eukaryotik fotoautotrof. Meskipun berfotosintesis, Algae berbeda dari tanaman
karena Algae tidak memiliki jaringan tanaman (akar, batang, daun). Spesies Algae
ada yang bersifat uniselluler dan ada pula yang bersifat multiseluler. Identifikasi aga
uniseluler dan filamenus memerlukan pengamatan mikroskopis. Warna sebagian
Algae dipengaruhi oleh klorofil a(pigmen penyerap cahaya) dan pigmen
ffotosintesis lainnya yang dikenal sebagi karotenoid dan biloprotein (disebut juga
fikobilin). Karotenoid adalah hidrokarbon lurus berwarana kuning, jingga, atau
merah yang tidak larut dalam air. Biloprotein atau fikobilin adalah komplek pigmen
berwarna biru atau merah yang larut dalam air.
Harris ( 2001 ), menyatakan bahwa kemampuan alga dalam menyerap
ion-ion logam sangat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti ukurannya yang
sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh
mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut berbagai upaya
dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi biomassanya. Immobilisasi
biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1) Matrik polimer seperti

4
polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina, silika, (3) campuran
oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam polihetero, dan (4)
Karbon. Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara
logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks
koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi hasil penelitian
akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih
dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa
seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam.
B. Bryophyta
Huzaifah (2009), menyatakan bahwa lumut merupakan tumbuhan kecil,
lembut. Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang
sederhananya menutupi batang liat yang tipis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu
tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk
koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati
menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta. Lumut
mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat,
yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon
dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut. Akar dan batang pada
lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut
terdapat gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: alat kelamin jantan disebut anteridium
yang menghasilkan spermatozoid dan alat kelamin betina disebut arkegonium yang
menghasilkan ovum.
Haspara (2004), menyatakan bahwa tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk
tumbuhan talus. Tempat hidup di tanah yang lembab, di pohon, di batu merah.
Lumut mempunyai rhizoid yang berfungsi untuk pelekat pada substrat dan
mengangkut air dan unsur- unsur hara ke seluruh bagian tubuh. Lumut mengalami
metagenesis. Organ kelamin jantan berupa anteridium yang menghasilkan
spermatozoid dan organ betina berupa arkegonium yang menghasilkan ovum. Divisi
Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas yaitu Hepaticopsida (lumut hati),

5
Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut sejati). Hepaticopsida
berbentuk lembaran, mempunyai rhizoid, hidup di tempat lembab dan berair.
Reproduksi seksual membentuk arkegonium dan anteridium. Anthocerotopsida,
hidup di tempat lembab, mengalami metagenesis antara fase sporofit dan gametofit.
Bryopsida hidup ditempat yang terbuka, batang tegak bercabang dan berdaun kecil.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang batang.
Polunin (1994), menyatakan bahwa Bryophyta sebagai tumbuhan yang
bertalus, meskipun morfologinya menyerupai tumuhan tinggi. Warna telah kelihatan
hijau betul, karena adanya klorofil a dan b. kebanyakan hidup di daratan dan sel-
selnya mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa. Alat kelaminya terdiri atas
anteridium dan arkegonium. Bryophtta berkembang biak dengan spora dan telah
menunjukkan pergantian keturuan yang nyata. Gametofit berupa tumbuhan
lumutnya. Sporofit berupa sporagonium atau sporofit belum terpisah. Dari spora
tidak lalu terjadi tumbuhan lumut, melainkan protonema dulu yang kemudian baru
menjadi lumut.
Loveless (1989), menyatakan bahwa briofita adalah sebuah divisi tumbuhan
darat yang jelas batasnya dan tidak memiliki hubungan kekerataban erat dengan
tumbuhan lain dari dunia tumbuhan. Kelompok ini mencakup lumut daun (musci)
dan lumut hati (hepaticae). Sebagian besar briofita berukuran kecil, yang berkecil
hampir tidak tampak tanpa bantuan lensa, sedangkan yang terbesar tidak pernah
lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya. Lumut ini lazim terdapat pada pohon,
batu, kayu gelandangan dan di tanah pada setiap bagian di dunia dan pada hampir
setiap habitat kecuali di laut. Tumbuhan ini hidup subur pada lingkungan yang
lembab dan banyak sekali dijumpai, khususnya di hutan tropik dan ditanah hutan
daerah iklim sedang yang lembab. Sifat yang khas briofita telah bahwa gametofitnya
hidup lebih lama, keadaan fisiknya lebih besar dan jelas. Sporofitnya berupa kapsul
spora. Biasanya bertangkai, tanpa daun dan cabang tetap terikat kepada gametofit
yang dalam batas tertentu merupakan sumber nutrisinya. Secara evolusi asal-usul
briofita tidak diketahui.

6
Suwarno (2009) menyatakan bahwa Bryophyta berasal dari bahasa Yunani,
katabryum yang berarti lumut dan phyta artinya adalah tumbuhan. Tumbuhan lumut
memiliki ciri-ciri:
a. Memiliki habitat di daerah yang lembap.
b. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari thallophyta ke cormophyta,
karena tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati.
c. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa rhizoid, selain itu tumbuhan ini belum
memiliki berkas pembuluh angkut xylem dan floem, sehingga untuk mengangkut zat
hara dan hasil fotosintesisnya menggunakan sel-sel parenkim yang ada.
d. Tumbuhan lumut memiliki klorofil atau zat hijau daun sehingga cara hidupnya
fotoautotrof.
e. Tumbuhan lumut dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan
pembentukan spora haploid dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan
dan gamet betina.
Dalam siklus hidupnya atau metagenesis tumbuhan lumut, akan didapati fase
gametofit, yaitu tumbuhan lumut sendiri yang lebih dominan dari fase sporofit, yaitu
sporogonium.
C. Pteridophyta
Tjitrosoepomo (2009), menyatakan bahwa tumbuhan paku merupakan suatu
divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata
dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batsng, dan daun. Namun
demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Alat perkembangbiakan
tumbuhan paku yang utama adalah spora. Warga tumbuhan paku amat heterogen,
baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih-lebih bila
diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis-jenis paku yang sangat
kecil dengan daun-daun yang kecil-kecil pula dengan struktur yang masih sangat
sederhana, ada pula yang besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang
sampai 2 meter atau lebih dengan struktur yang rumit.
Satria (2009), menyatakan bahwa tumbuhan paku pakuan atau disingkat
tumbuhan paku, dikenal pula sebagai pakis, pteridophyta (sinonim filicophyta),
merupakan suatu devisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati

7
(kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Kelompok tumbuhan
ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti
lumut dan fungi.Tumbuhan paku tersebar daseluruh bagian dunia, kecuali bersalju
abadi dan daerah kering (gurun) total spesies diketahui 10.000 (diperkiraan 3000
diantara tumbuhan di indonesia), sebagian besar tumbuh didaerah tropik basah yang
lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas.
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam ada yang berupa pohon (paku pohon,
biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidroit, tetapi biasanya berupa
terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental yang menyangga
daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m), ental yang masih muda selalu
menggulung dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Tumbuhan paku dari kelas
pteropsida dibagi menjadi tiga yaitu, pteris vitata, Pteris biaurita dan Pteris
ensiformis.
Karmana (1987), menyatakan bahwa tumuhan paku (Pteridophyta)
merupakan tumbuhan berkormus hidup di darat, di air, dan tempat lembab. Ada
yang epifit ada pula yang saprofit. Ciri khasnya daun muda menggulung dan
menghasaikan spora. Berdasarkan jenis spora, tumbuhan paku dibagi mejadi tiga
yaitu paku homospora, heterospora dan peralihan. Tumbuhan paku memiliki berkas
pengangkut batang tinggal dalam tanah. Mempunyai sporangium, daunnya majemuk
menyirip, daun penghasil spora, daun untuk fotosintesis. Tumbuhan paku berperan
dalam kehidupan, misalnya sebagai tanaman hias, dibuat sayur, untuk obat-obatan,
digunakan untuk medium anggrek.
Moertolo (2004), menyatakan bahwa pada tumbuhan paku, yang biasa kita
lihat adalah generasi sporofit. Pada awal musim panas, akan nampak bercak-bercak
kecoklatan pada bagian bawah anak daun tumbuhan paku. Bercak-bercak tersebut
disebut sorus dan berisi banyak sporangium. Jika kita lihat lebih dalam, di dalam
sporangium ini terjadi pembelahan meiosis dari satu sel induk spora menghasilkan
empat sel spora. Jika kelembaban menurun, sel-sel bibir berdinding tipis dari
masing-masing sporangium terpisah dan anulus terbuka dengan perlahan-lahan, lalu
dengan gerak yang cepat anulus meletik kedepan dan mengeluarkan spora-sporanya.
Jika spora-spora ini sampai pada habitat yang sesuai, maka spora tersebut akan

8
berkecambah membentuk benang-benang sel. Masing-masing spora akan tumbuh
menjadi protalus yang dilengkapi dengan rizoid yang berfungsi untuk membantu
penyerapan air dan mineral dari dalam tanah. Sel-sel protalus ini bersifat haploid
dan merupakan generasi gametofit yang dewasa.
Prosea (2003), menyatakan bahwa tumbuhan paku dapat hidup dimana
saja, pada daerah yang terkena sinar matahari langsung hingga tempat-tempat yang
tertutup canopy hutan yang rapat, ditemukan juga di dataran rendah hingga
pegunungan, pada kondisi tanah berair hingga kering pada iklim tropis hingga sub
tropis. Namun demikian tumbuhan paku lebih menyenangi tempat-tempat yang
sejuk dan memiliki kelembaban yang tinggi. Pada tempat semacam in populasi
paku-pakuan menjadi sangat tinggi. Hutan hujan tropis yang memiliki kelembaban
yang sangat tinggi ternyata merupakan salah satu rumah yang terbaik bagi tumbuhan
paku. Diduga hutan ini kaya akan berbagai jenis paku-pakuan. Keragaman jenis
paku-pakuan di dunia diduga sebesar 12.000 jenis dalam 225 genera dan di
Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1250 jenis. Sementara Papua dengan hutan
hujan tropis yang sangat luas diduga menyimpan 187 genera yang memuat sebanyak
1700 – 1800 jenis bahkan dapat lebih dari 2000 jenis.

BAB III
METODE PELAKSANAAN

9
A. Waktu dan Tempat
1. PKL (Resmi)
Waktu : Minggu, 19 Desember 2010
Tempat : Pantai Krakal,Yogyakarta
2. PKL (Mandiri)
Waktu : Senin, 13 Desember 2010
Tempat : Di kost praktikan Arfin dan Mevia (Kost Kirana)
3. PKL (Mandiri)
Waktu : Rabu, 15 Desember 2010
Tempat : Waduk Cengklik
4. PKL (Mandiri)
Waktu : Rabu, 15 Desember 2010
Tempat : Di depan gedung D1.11

B. Pelaksanaan PKL
1. Alat
a. Botol jeem
b. Kamera
c. Alat tulis
d. Tabel pengamatan
2. Bahan
a. Tumbuhan Algae
1) Halicystis sp. (Ganggang Hijau)
2) Ulva sp. (Ganggang Hijau)
3) Caulerpa sp. (Ganggang Hijau)
4) Padina sp. (Ganggang Pirang)
5) Enteromorpha sp. (Ganggang Hijau)
6) Gracillaria sp. (Ganggang Merah)
7) Corallina sp. (Ganggang Merah)
b. Tumbuhan Bryophyta

10
1) Andreaea sp. (Lumut Daun)
2) Spirogyra sp.
3) Riccia sp. (Lumut Hati)
c. Tumbuhan Pteridophyta
1) Adiantum sp. (Suplir)
2) Platycerium bifurcatum (Paku Tanduk Rusa)
3) Nephrolepis biserrata (Paku Tanah)
4) Pteris sp. (Paku Tanah)
5) Davallia trichomanoides (Paku daun Kepala Tupai)
3. Cara kerja
a. Cara Kerja Subdivisi Algae
1) Menentukan tempat untuk mencari tumbuhan Algae di Krakal.
2) Mengambil gambar dengan cara memotret.
3) Mengamati ciri-ciri morfologi dari spesies yang diperoleh.
4) Menulis nama lokal dan nama latin kemudian mengidentifikasi
spesies tersebut.
5) Mendeskripsikan masing-masing spesies tersebut.
b. Cara kerja Divisi Bryophyta
1) Menentukan tempat untuk mencari tumbuhan Bryophyta di
lingkungan sekitar.
2) Mengamati ciri-ciri morfologi dari spesies yang diperoleh.
3) Mengambil data dengan cara memotret.
4) Menulis nama lokal dan nama latin kemudian mengidentifikasi
spesies tersebut.
5) Mendeskripsikan masing-masing spesies tersebut.
c. Divisi Pteridophyta
1) Menentukan tempat untuk mencari tumbuhan Pteridophyta di
lingkungan sekitar.
2) Mengamati ciri-ciri morfologi dari spesies yang diperoleh.
3) Mengambil data dengan cara memotret.

11
4) Menulis nama lokal dan nama latin kemudian mengidentifikasi
spesies tersebut.
5) Membuat klasifikasi dari spesies yang diperoleh.
6) Mendeskripsikan masing-masing spesies tersebut

BAB IV

12
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Algae
a. Nama lokal : Ganggang Hijau
Nama ilmiah : Halicystis sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Siphonales
Family : Halicystidaceae
Genus : Halicystis
Spesies : Halicystis sp

3) Deskripsi
Halicystis sp hidupnya di laut, cara hidupnya epifit pada bebatuan.
Termasuk dalam divisi Thallophyta karena tubuhnya berupa talus.
Termasuk dalam classis Chlorophyceae karena tubuh bersel banyak, sel
mempunyai kloroplas berwarna hijau. Termasuk dalam family
Halicystidaceae karena mempunyai alat pelekat yang disebut rhizoid.
Talus hanya terdiri dari suatu sel bentuknya seperti gelembung, berwarna
hijau dan mengandung banyak inti. Ditemukan di Pantai Krakal pada
karang yang cekung, pada jarak 0,5 meter dari tepi pantai.

b. Nama lokal : Ganggang Hijau

13
Nama ilmiah : Ulva sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulothrichales
Family : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulva sp

3) Deskripsi
Ulva sp habitatnya di laut, hidupnya epifit pada bebatuan. Termasuk
divisi Thallophyta karena masih berupa talus. Termasuk dalam classis
Chlorophyceae karena tubuh bersel banyak, sel-sel mempunyai kloroplas
berwarna hijau. Termasuk dalam ordo Ulotrichales karena sel-selnya
selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Talus menyerupai daun
selada terdiri dari dua lapis sel yang membentuk struktur seperti
parenkim. Alat perekat berupa rizoid. Ulva sp ditemukan di Pantai
Krakal pada jarak ± 1 meter dari tepi pantai.

c. Nama lokal : Ganggang hijau

14
Nama ilmiah : Caulerpa sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Siphonales
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa sp

3) Deskripsi
Caulerpa sp hidup di laut, termasuk divisi Thallophyta karena
tubuhnya masih berupa talus, sehingga tidak bisa dibedakan antara akar,
batang dan daun. Termasuk classis Chlorophyceae yang hidup di air
melekat pada substrat. Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya
sampai beberapa desimeter, berfungsi untuk asimilator. Bagian bawah
terdiri atas sumbu yang merayap, mengandung leukoamiloplas.
Perkembangbiakan secara seksual (anisogami). Caulerpa sp ditemukan
di Pantai Krakal pada jarak 1 meter dari tepi pantai.

d. Nama lokal : Ganggang Pirang

15
Nama ilmiah : Padina sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Family : Dictyotaceae
Genus : Padina
Spesies : Padina sp

3) Deskripsi
Padina sp termasuk divisi Thallophyta karena tubuhnya berupa talus
yang belum bisa dibedakan antara batang, akar dan daun. Termasuk
classis Phaeophyceae (ganggang pirang) yang mengandung zat warna
kloroplas berupa fikosianin yang menutupi warna lain dan menyebabkan
ganggang ini berwarna pirang. Talus berbentuk pita yang bercabang-
cabang menggarpu. Pada talus terdapat garis-garis konsentris dan
terdapat penebalan gametangia di ujung talusnya. Hidup di air melekat
pada substrat dengan rhizoidnya. Termasuk ordo Dictyotales, dimana
ganggang ini sporanya tidak bercambuk, sporangium beruang satu dan
mengeluarkan 4 spora (tetraspora). Perkembangbiakan dengan seksual
yaitu oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan ooganium terdapat
pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap
ooganium merupakan satu sel telur, sporofit dan gametofit isomorf.
Ditemukan di Pantai Krakal pada jarak 1 meter dari tepi pantai.

e. Nama lokal : Ganggang Hijau

16
Nama ilmiah : Enteromorpha sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulothrichales
Family : Ulvaceae
Genus : Enteromorpha
Spesies : Enteromorpha sp

3) Deskripsi
Enteromorpha sp habitatnya di laut, hidupnya epifit pada
bebatuan. Termasuk dalam divisi Thallophyta karena masih berupa
talus. Termasuk dalam classis Chlorophyceae karena tubuh bersel
banyak, tidak bercabang, dan sel-sel mempunyai kloroplas berwarna
hijau. Termasuk ordo Ulothrichales karena sel-selnya selalu
mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Talus berwarna hijau,
transparan berongga seperti pipa, menempel pada batu karang. Koloni
berbentuk pipa atau pita. Ditemukan di Pantai Krakal pada jarak 1
meter dari tepi pantai.

f. Nama lokal : Ganggang Merah

17
Nama ilmiah : Gracillaria sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Rhodophyceae
Subclassis : Florideae
Ordo : Gigartinales
Family : Gigartinaceae
Genus : Gracillaria
Spesies : Gracillaria sp

3) Deskripsi
Gracillaria sp habitat di laut, hidupnya epifit pada bebatuan.
Termasuk dalam divisi Thallophyta karena masih berupa talus. Termasuk
classis Rhodophyceae yaitu termasuk ganggang merah karena
kloroplasnya mengandung klorofil a dan karotenoid yang tertutup oleh
fikoeritrin sehingga nampak merah. Termasuk ordo Gigartinales dan
family Gigartinaceae karena tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3
mm bercabang-cabang. Ditemukan di Pantai Krakal pada jarak 1,5 meter
dari tepi pantai.

g. Nama lokal : Ganggang Merah

18
Nama ilmiah : Corallina sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Algae
Classis : Rhodophyceae
Subclassis : Florideae
Ordo : Cryptonemiales
Family : Cryptonemiaceae
Genus : Corallina
Spesies : Corallina sp

3) Deskripsi
Corallina sp habitatnya di laut, hidup epifit pada bebatuan. Termasuk
dalam divisi Thallophyta karena tubuh masih berupa talus dimana tidak
bisa dibedakan antara batang, akar, dan daun. Tubuh menyerupai kerak
dan hidup di dalam air melekat pada substrat dengan rhizoidnya.
Tubuhnya mengandung kapur dan bersegmen-segmen. Talusnya
bercabang-cabang menggarpu. Termasuk classis Rhodophyceae yaitu
termasuk ganggang merah yaitu kloroplasnya mengandung klorofil a dan
karotenoid yang tertutup oleh fikoeritrin sehingga nampak merah. Cara
perkembangbiakan secara seksual yaitu anteridium terdiri atas satu sel
saja dan berasal dari penonjolan sel ujung. Tiap anteridium menghasilkan
satu gamet jantan yang oleh karena tidak dapat bergerak dinamakan
spermatium. Gametangium betina dinamakan karpogonium yang
terdapat pada ujung cabang-cabang lain daripada talus yang mempunyai
anteridium. Terdapat 3 pergiliran keturunan pada gametofit,
karposporofit, dan tetrasporofit. Terdapat sekitar 2 meter dari tepi
pantai.

2. Bryophyta

19
a. Nama lokal : Lumut
Nama ilmiah : Spirogyra sp
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Zygnematales
Family : Zygnemataceae
Genus : Spirogyra
Spesies : Spirogyra sp

3) Deskripsi
Spirogyra sp dapat ditemukan di kolam air tawar yang jernih. Cara
hidupnya melayang di permukaan air (planktofit). Ciri morfologinya
yaitu koloni Spirogyra sp berbentuk benang. Panjang sel sampai
beberapa kali lebarnya. Dinding lateral sel terdiri dari tiga lapis. Lapisan
terluar dari pektose dan dua lapisan dalam dari selulose. Tanaman ini
termasuk dalam divisi Bryophyta sebab mempunyai gametangium dan
sporangium yang multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel steril. Termasuk
classis Chlorophyceae karena mempunyai kloroplas berwarna hijau. Pada
kloroplas terdapat pirenoid dan hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.
Termasuk ordo Zygnematales karena berkembang menjadi filamen tak
bercabang, satu sel tebal. Yang tumbuh lebih panjang melalui
pembelahan sel normal. Perkembangbiakan Spirogyra sp secara sexual
maupun asexual. Perkembangbiakan asexual dengan fragmentasi
membentuk aplanospora, akinet, dan partenospora, sedangkan
perkembangbiakan sexual secara konjugasi latelal dan konjugasi skalar.

b. Nama lokal : Lumut Hati

20
Nama ilmiah : Riccia sp
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Hepaticopsida
Ordo : Marchantiales
Family : Marchantiaceae
Genus : Riccia
Spesies : Riccia sp

3) Deskripsi
Riccia sp termasuk dalam divisi Bryophyta karena mempunyai
gametangium dan sporangium yang multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel
steril. Termasuk classis Hepaticopsida karena gametofit umumnya
berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada
tanah dengan perantaraan rhizoid. Termasuk ordo Marchantiales (lumut
hati bertalus) karena permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula,
oleh sebab itu, hampir tidak mungkin dilalui air. Jika di lihat dari atas,
talus kelihatan berpetak-petak. Talusnya berumah satu (anteridium dan
arkegonium terdapat pada satu tanaman).

c. Nama lokal : Lumut Daun

21
Nama ilmiah : Andreaea sp
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Bryopsida
Ordo : Andreaeales
Family : Andreaeaceae
Genus : Andreaea
Spesies : Andreaea sp

3) Deskripsi
Andreaea sp yang dalam bahasa lokal disebut lumut daun, tubuh
gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun. Melekat pada
tanah dengan perantaraan rhizoid, sporofitnya terdiri dari kaki, seta dan
kapsul. Habitatnya ditempat yang lembab dan basah. Andreaea sp
termasuk dalam divisi Pteridophyta karena sudah memiliki ikatan
pembuluh, sudah mempunyai akar yang sesungguhnya, dan sporofit
dapat hidup bebas tidak tergantung pada gametofit. Dikelompokkan pada
classis Bryopsida karena tubuh gametofitnya dapat dibedakan antara
batang dan daun.

22
3. Pteridophyta
a. Nama lokal : Paku Harupat
Nama ilmiah : Nephrolepis biserrata
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Subclassis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis biserrata

3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b.FamilyII.Polypodiaceae
1b, 5b, 10a,11a............................................Genus 9.Neprolepis
Spesies Nephrolepis biserrata

4) Deskripsi
Nephrolepis biserrata memiliki habitat di hutan belukar, dan rimba
rumput, lereng dan lereng batu, hutan kampung, batang pohon. Cara
hidupnya yaitu di tanah (terrestrial). Ciri morfologi tumbuhan ini yaitu
sorus bulat atau bangun garis, terletak pada sisi bawah daun, sepanjang
tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Daun yang mati tidak terlepas
dari rimpang. Rimpang berdiri tegak. Nephrolepis biserrata termasuk
dalam divisi Pteridophyta karena sudah memiliki ikatan pembuluh, sudah
mempunyai akar yang sesungguhnya, dan sporofit dapat hidup bebas
tidak tergantung pada gametofit. Termasuk classis Filicales karena daun
sudah berupa helai dengan pertulangan daun yang bermacam-macam,
termasuk tumbuhan higrofit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang

23
teduh dan lembab, pada waktu muda daunnya menggulung. Termasuk
subclassis Leptosporangiatae karena pembentukan sporangiumnya
berasal dari satu sel pemula dan dinding sporangiumnya hanya terdiri
dari satu lapis sel. Termasuk ordo Filicales karena termasuk tumbuhan
paku yang homospora, sebagian besar terrestrial ada yang epifit. Sorus
dilindungi oleh indusium. Termasuk family Polypodiaceae karena
termasuk paku tanah atau epifit. Tidak ada batang yang sesungguhnya di
atas tanah. Akar rimpang kerapkali bersisik, sporangia pada sisi bawah
daun (kadang-kadang di tepi daun). Nephrolepis biserrata bereproduksi
dengan spora. Tumbuhan ini memiliki fase gametofit yang hidup bebas.

24
b. Nama lokal : Suplir
Nama ilmiah : Adiantum sp
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Subclassis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum sp

3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b......Family II. Polypodiaceae
1b, 5b, 10b, 13a, 14b........……………………Genus 12. Adiantum
Spesies Adiantum sp

4) Deskripsi
Adiantum sp memiliki habitat dari dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan), selain itu juga tumbuh liar pada tembok tua dan
dinding tanah. Cara hidup di tanah (terrestrial). Ciri morfologinya antara
lain sorus bangun ginjal, jorong atau bangun garis, terletak pada tepi
daun yang terlipat ke bawah dan berfungsi sebagai indusium. Daun
majemuk menyirip atau menyirip ganda sampai beberapa kali. Rimpang
merayap, bangkit, atau tegak. Adiantum sp termasuk dalam divisi
Pteridophyta karena sudah memiliki ikatan pembuluh, sudah mempunyai
akar yang sesungguhnya dan sporofit dapat hidup bebas tidak bergantung
pada gametofit. Termasuk classis Filicinae karena daun sudah berupa
helaian dengan pertulangan daun yang bermacam-macam. Termasuk
subclassis Leptosporangiatae karena pembentukan sporangiumnya

25
berasal dari satu sel pemula dan dinding asporangiumnya hanya terdiri
dari satu lapis saja. Termasuk ordo Filicales karena termasuk tumbuhan
paku yang homospora. Sorus dilindungi oleh indusium. Termasuk family
Polypodiaceae karena termasuk paku tanah atau epifit. Tidak ada batang
yang sesungguhnya di atas tanah, akar rimpang kerapkali bersisik.
Termasuk genus Adiantum karena tinggi 0,25-1,30 meter, akar rimpang
tegak, semakin naik atau memanjat, berdaun rapat dan pendek, tangkai
daun gundul, daun majemuk yang besar menyirip rangkap. Reproduksi
dengan spora.

26
c. Nama lokal : Paku Tanduk Rusa
Nama ilmiah : Platycerium bifurcatum
1) Gambar
2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Subclassis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum

3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b... Famili 11. Polypodiaceae
1a, 2a, 3b, 4a………………………………. Genus 3. Platycerium
Spesies Platycerium bifurcatum

4) Deskripsi
Platycerium bifurcatum memiliki habitat di hutan, pohon tepi jalan,
batang pohon di daerah perkebunan. Cara hidup tanaman ini yaitu
dengan cara menempel (epifit). Ciri-ciri morfologinya antara lain
memiliki daun sejati yang panjangnya 1-2 meter yang berulang-ulang
menggarpu. Sporangia terdapat pada tajuk daun khusus yang lebarnya
10-20 cm dekat kaki daun fertil. Rimpang pendek dan merayap. Daun-
daun fertil bergantungan. Platycerium bifurcatum termasuk dalam divisi
Pteridophyta karena sudah memiliki ikatan pembuluh, sudah mempunyai
akar yang sesungguhnya dan sporofit dapat hidup bebas tidak bergantung
pada gametofit. Termasuk classis Filicinae karena daun sudah berupa
helaian dengan pertulangan daun bermacam-macam. Termasuk

27
tumbuhan higrofit, banyak tumbuh di tempat yang teduh dan lembab dan
pada waktu mudah daunnya menggulung. Termasuk subclassis
Leptosporangiatae karena pembentukan sporangiunya berasal dari satu
sel pemula dan dinding sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis saja.
Termasuk ordo Filicales karena termasuk tumbuhan paku yang
homospora. Sorus dilindungi oleh indusium. Termasuk family
Polypodiaceae karena termasuk tidak ada batang yang sesungguhnya di
atas tanah, akar rimpang kerapkali bersisik. Termasuk genus Platycerium
karena merupakan tanaman epifit yang kokoh, kadang-kadang tumbuh di
bukit berbatu. Daun sarang bervariasi dari bentuk melalui oval yang
lebar sampai bentuk baji. Reproduksi Platycerium bifurcatum dengan
spora.

28
d. Nama lokal : Paku tanah
Nama ilmiah : Pteris sp
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Subclassis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Pteris
Spesies : Pteris sp

3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b......Family Polypodiaceae
1b,5b, 10b, 13a, 14b.........................................Genus 13 Pteris
Spesies Pteris sp
4) Deskripsi
Pteris sp memiliki habitat di hutan yang terang, dinding tanah. Cara
hidup tumbuhan ini adalah di tanah, epifit. Ciri morfologinya antara lain
akar rimpang, tegak atau merayap, pendek dan beruas pendek. Daun
gundul, tegak, menyirip rangkap, kuat, tidak beruas dengan akar
rimpang. Sori pada sisi bawah daun diatas urat daun yang berjalan
sepanjang tepi, tertutup oleh tepi anak daun fertil dan steril. Pteris sp
termasuk dalam divisi Pteridophyta karena sudah mempunyai ikatan
pembuluh, sudah mempunyai akar sesungguhnya, sporofit dapat hidup
bebas tidak bergantung pada gametofit. Termasuk dalam classis Filicinae
karena daunnya sudah berupa helaian dengan pertulangan daun
bermacam-macam. Termasuk dalam subclassis Leptosporangiatae karena
pembentukan sporangiumnya berasal dari satu sel pemula dan dinding
sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis sel saja. Termasuk dalam

29
ordo Filicales karena merupakan tumbuhan paku sejati yang homospora.
Kebanyakan sorus dilindungi oleh indusium. Termasuk dalam family
Polypodiaceae karena tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah,
akar kerap kali bersisik. Termasuk dalam genus Pteris karena paku tanah,
akar rimpang tegak, pendek dan beruas pendek, daun gundul tegak,
menyirip rangkap, kuat, tidak beruas dengan akar rimpang. Reproduksi
dengan spora.

30
e. Nama lokal : Paku daun kepala tupai
Nama ilmiah : Davallia trichomanoides
1) Gambar

2) Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Subclassis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Family : Polypodiaceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia trichomanoides

3) Kunci determinasi
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b. Family 4 Polypodiaceae
1b, 5b, 10b, 13b, 15b...................................Genus 14 Davallia
Spesies Davallia trichomanoides

4) Deskripsi
Davallia trichomanoides memiliki habitat mulai dari mangrove
sampai 1300 m, di atas batang pohon di hutan dan di daerah perkebunan.
Cara hidup tumbuhan ini yaitu epifit dan tumbuh di daerah tropik. Ciri
morfologi tumbuhan ini yaitu memiliki tinggi 1,30 m. Akar rimpang
memanjat, panjang, bersisik rapat, anak daun bulat telur memanjang.
Termasuk divisi Pteridophyta karena sudah mempunyai ikatan
pembuluh, sudah mempunyai akar sesungguhnya, sporofit dapat hidup
bebas tidak bergantung pada gametofit. Termasuk dalam classis Filicinae
karena daunnya sudah berupa helaian dengan pertulangan daun
bermacam-macam. Termasuk dalam subclassis Leptosporangiatae karena
pembentukan sporangiumnya berasal dari satu sel pemula dan dinding
sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis sel saja. Termasuk dalam
ordo Filicales karena merupakan tumbuhan paku sejati yang homospora.

31
Sebagian besar terestrial, ada yang epifit. Bentuk sorus bermacam-
macam dan letaknya pada daun juga berbeda. Kebanyakan sorus
dilindungi oleh indisium yang bentuknya juga tidak sama hingga dapat
diidentifikasi. Termasuk dalam family Polypodiaceae karena termasuk
paku tanah atau epifit. Tidak ada batang yang sesungguhnya di atas
tanah. Akar rimpang kerap kali bersisik. Daun mempunyai hubungan
beruas atau tidak dengan akar rimpang. Termasuk dalam genus Davallia
karena akar rimpang memanjat atau merayap, panjang, bersisik rapat,
sisik besar, pada pangkal lebar, dengan ujung yang berambut pendek.
Reproduksi dengan spora.

32
B. Pembahasan
Alam tumbuhan adalah kumpulan monophyletik yang termasuk
organisma eukaryotik yang melakukan fotosintesis menggunakan klorofil a dan
b, menyimpan hasil fotosintesis sebagai kanji dalam kloroplas (chloroplasts)
tempat ia dihasilkan, mempunyai kloroplast yang diikat oleh selaput berkembar
double membran dan mempunyai dinding sel yang diperbuat dengan selulosa
(cellulose ).
Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi), pemberian nama
dan penggolongan atau klasifikasi. Sedangkan, klasifikasi tumbuhan adalah
pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini
hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
Sistematika Tumbuhan Cryptogamae merupakan cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang sistem urutan atau pengelompokan dari jenis tumbuhan
tingkat rendah. Dalam Sistematika Tumbuhan Cryptogamae yang dipelajari
adalah tumbuhan dari Subdivisi Algae, Divisi Bryophyta dan Divisi
Pteridophyta.
1. Subdivisi Algae
Tumbuhan Algae merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut. Semua sel mempunyai plastida dan dalam plastida
terdapat zat-zat warna lain dan zat warna inilah yang kadang-kadang lebih
menonjol dan menyebabkan warna lain inilah yang kadang-kadang lebih
menonjol. Berdasarkan warna inilah, Algae dibagi menjadi 7 classis , yaitu :
a. Flagellata
b. Diatomeae (ganggang kersik)
c. Chlorophyceae (ganggang hijau)
d. Conjugate (ganggang gandar)
e. Charophyceae (ganggang karang)
f. Phaeophyceae (ganggang pirang)
g. Rhodophyceae (ganggang merah)

33
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia Thallopyta
(tumbuhan talus) karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara
jelas. Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel
banyak dengan bentuk serupa benang atau lembaran.
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu:
a. Fikosianin : warna biru
b. Klorofil : warna hijau
c. Fikosantin : warna perang/ coklat
d. Fikoeritrin : warna merah
e. Karoten : warna keemasan
f. Xantofil : warna kuning
Spesies yang kami temukan melalui pengamatan ini yaitu yang termasuk
Classis Chlorophyceae (ganggang hijau), Phaeophyceae (ganggang pirang)
dan Rhodophyceae (ganggang merah).
Chlorophyceae (ganggang hijau) mempunyai pigmen klorofil a, klorofil
b, karoten, dan xantofil. Ganggang ini juga dapat melakukan fotosintesis.
Ganggang hijau 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup
di air laut umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu
dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling
banyak jumlahnya di antara ganggang yang lain.
Spesies yang kami temukan termasuk classis ini yaitu :
a. Ulva sp.
b. Halicystis sp.
c. Enteromorpha sp.
d. Caulerpa sp.
Ulva sp. dan Enteromorpha sp. habitatnya di laut, hidupnya epifit pada
bebatuan. Termasuk dalam ordo Ulotrichales karena sel-selnya selalu
mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Talus menyerupai daun selada
terdiri dari dua lapis sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Alat
perekat berupa rizoid. Ulva sp. ditemukan dipantai krakal pada jarak ± 1
meter dari tepi pantai. Sedangkan Halicystis sp. dan Caulerpa sp. termasuk

34
ordo Siphonales sehingga ciri-ciri umum yang dimilkinya adalah bentuknya
bermacam-macam, talusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang
melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang
mengandung banyak inti dan kloroplas. Halicystis sp. hidupnya di laut, cara
hidupnya epifit pada bebatuan. Termasuk dalam Family Halicystidaceae
karena mempunyai alat pelekat yang disebut rhizoid. Talus hanya terdiri dari
suatu sel bentuknya seperti gelembung, berwarna hijau dan mengandung
banyak inti. Ditemukan di Pantai Krakal pada karang yang cekung, pada
jarak 0,5 meter dari tepi pantai. Caulerpa sp. hidup di laut. Talus bagian atas
menyerupai daun dan besarnya sampai beberapa desimeter, berfungsi untuk
asimilator. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang merayap, mengandung
leukoamiloplas. Perkembangbiakan secara seksual (anisogami). Caulerpa
sp. ditemukan di Pantai Krakal pada jarak 1 meter dari tepi pantai.
Classis Phaeophyceae (ganggang pirang) adalah ganggang yang
berwarna pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil a, karotin, dan
santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna yang lainnya dan
menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang. Talus berbentuk pita
yang bercabang-cabang menggarpu. Pada talus terdapat garis-garis
konsentris dan terdapat penebalan gametangia di ujung talusnya. Hidup di air
melekat pada substrat dengan rhizoidnya. Spesies yang ditemukan yang
termasuk classis ini yaitu Padina sp. Padina sp. Termasuk bangsa
Dictyotales, ganggang ini sporanya tidak bercambuk, sporangium berruang
satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Perkembangbiakan dengan seksual yaitu
oogami. Anteridium yang berkotak-kotak dan ooganium terdapat pada
tumbuhan yang berlainan dan tersusun secar berkelompok. Tiap ooganium
merupakan satu sel telur, sporofit dan gametofit isomorf. Ditemukan di
Pantai Krakal pada jarak 1 meter dari tepi pantai.
Classis Rhodophyceae (ganggang merah) umumnya hidup di laut dan
beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen klorofil a, klorofil b,
karoten, fikoeritrin, dan fikosianin.
Spesies yang ditemukan termasuk classis ini yaitu:

35
a. Corallina sp.
b. Gracillaria sp.
Gracillaria sp. habitat di laut, hidupnya epifit pada bebatuan. Termasuk
Ordo Gigartinales dan Family Gigartinaceae karena tubuhnya silindris
dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang. Ditemukan di Pantai Krakal
pada jarak 1,5 meter dari tepi pantai.
Corallina sp. habitatnya di laut, hidup epifit pada bebatuan. Tubuh
menyerupai kerak dan hidup di dalam air melekat pada substrat dengan
rhizoidnya. Tubuhnya mengandung kapur dan bersegmen-segmen. Talusnya
bercabang-cabang menggarpu. Cara perkembangbiakan secara seksual yaitu
anteridium terdiri atas satu sel saja dan berasal dari penonjolan sel ujung.
Tiap anteridium menghasilkan satu gamet jantan yang oleh karena tidak dapat
bergerak dinamakan spermatium. Gametangium betina dinamakan
karpogonium yang terdapat pada ujung cabang-cabang lain daripada talus
yang mempunyai anteridium. Terdapat 3 pergiliran keturunan pada gametofit,
karposporofit, dan tetrasporofit. Terdapat sekitar 2 meter dari tepi pantai.
2. Divisi Bryophyta
Tumbuhan lumut (Bryophyta) adalah golongan tumbuhan tingkat rendah
yang filogenetiknya lebih tinggi daripada golongan Algae karena dalam
susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di
darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam
perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Meskipun tumbuhan
lumut hidup di darat tetapi untuk terjadinya pembuahan masih tetap
memerlukan air, hingga tumbuhan lumut disebut sebagai tumbuhan amphibi.
Bentuk dan susunan gametangium yang spesifik pada tumbuhan lumut ialah
terutama pada arkegonium yang berbentuk seperti botol dan terdiri atas
bagian perut dan bagian leher, sehingga tumbuhan lumut termasuk golongan
Archegoniata. Divisi Bryophyta dibagi menjadi 3 Classis yaitu:
a. Hepaticeae/Hepaticopsida ( Lumut Hati)
b. Musci/Bryopsida (Lumut Daun)
c. Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)

36
Classis Hepaticopsida mempunyai gametofit berwarna hijau, pipih,
dorsiventral, struktur talus sederhana atau terdiferensiasi atas batang dan
daun-daun, menempel pada tanah dengan menggunakan rizoid. Sporofit tidak
mempunyai sel yang mengandung kloroplas dan di dalamnya tidak ada
kolumella. Spora yang berkecambah tidak melalui pembentukan protonema.
Spesies yang kami temukan termasuk Ordo Marchantiales, yaitu Riccia sp.
Riccia sp. termasuk dalam. Termasuk Ordo Marchantiales (lumut hati
bertalus) karena permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh
sebab itu, hampir tidak mungkin dilalui air. Jika di lihat dari atas, talus
kelihatan berpetak-petak. Talusnya berumah satu (anteridium dan arkegonium
terdapat pada satu tanaman).
Classis Musci termasuk lumut daun karena tubuh sudah dapat dibedakan
antara batang dan daun meskipun belum mempunyai akar selain rhizoid.
Sporofit terdiri dari kaki, seta dan kapsul. Bagian seta umumnya panjang,
sedang kapsul tersusun atas kotak spora yang di dalamnya terdapat
kolumela. Classis ini terbagi menjadi 3 bangsa yaitu:
a. Andreaeales
b. Sphagnales
c. Bryales
Spesies yang kami temukan dari classis ini termasuk ordo Andreaeales yaitu
Andreaea sp. Andreaea sp. yang dalam bahasa lokal disebut lumut daun,
tubuh gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun. Melekat pada
tanah dengan perantaraan rhizoid, sporofitnya terdiri dari kaki, seta dan
kapsul. Habitatnya ditempat yang lembab dan basah.
Spirogyra sp. dapat ditemukan di kolam air tawar yang jernih. Cara
hidupnya melayang di permukaan air (planktofit). Ciri morfologinya yaitu
koloni Spirogyra sp. berbentuk benang. Panjang sel sampai beberapa kali
lebarnya. Dinding lateral sel terdiri dari tiga lapis. Lapisan terluar dari
pektose dan dua lapisan dalam dari selulose. Tanaman ini termasuk dalam
Divisi Bryophyta sebab mempunyai gametangium dan sporangium yang
multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel steril. Termasuk Classis

37
Chlorophyceae karena mempunyai kloroplas berwarna hijau. Pada kloroplas
terdapat pirenoid dan hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Termasuk
Ordo Zygnematales karena berkembang menjadi filamen tak bercabang, satu
sel tebal. Yang tumbuh lebih panjang melalui pembelahan sel normal.
Perkembangbiakan Spirogyra sp. secara sexual maupun asexual.
Perkembangbiakan asexual dengan fragmentasi membentuk aplanospora,
akinet, dan partenospora, sedangkan perkembangbiakan sexual secara
konjugasi latelal dan konjugasi skalar.
3. Divisi Pteridophyta
Paku-pakuan (Pteridophyta) sudah jelas akar, batang dan daun serta
sudah memiliki sistem pembuluh (xylem dan phloem) disebut tracheophyta,
sudah terbentuk embrio dan berspora untuk alat perkembangbiakannya.
mengalami metagenesis yaitu pergiliran keturunan antara sporofit dan
gametofit. Sporofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri.
Spesies yang kami temukan termasuk Classis Filicinae, Ordo Filicales
dan Famili Polypodiacea. Classis Filicinae memiliki ciri-ciri daun sudah
berupa helaian dengan pertulangan daun bermacam-macam. Termasuk
tumbuhan higrofit, banyak tumbuh di tempat yang teduh dan lembab dan
pada waktu mudah daunnya menggulung. Ordo Filicales memiliki ciri-ciri
homospora dan sorus dilindungi oleh indusium. Family Polypodiaceae
memiliki ciri-ciri tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah, akar
rimpang kerapkali bersisik.
Spesies yang kami temukan antara lain:
1) Platycerium bifurcatum
2) Adiatum sp.
3) Davallia trichomanoides
4) Nephrolepis biserrata
5) Pteris sp.
Platycerium bifurcatum memiliki habitat di hutan, pohon tepi jalan,
batang pohon di daerah perkebunan. Cara hidup tanaman ini yaitu dengan
cara menempel (epifit). Ciri-ciri morfologinya antara lain memiliki daun

38
sejati yang panjangnya 1-2 meter yang berulang-ulang menggarpu.
Sporangia terdapat pada tajuk daun khusus yang lebarnya 10-20 cm dekat
kaki daun fertil. Rimpang pendek dan merayap. Daun-daun fertil
bergantungan. Platycerium bifurcatum termasuk Genus Platycerium karena
merupakan tanaman epifit yang kokoh, kadang-kadang tumbuh di bukit
berbatu. Daun sarang bervariasi dari bentuk melalui oval yang lebar sampai
bentuk baji. Reproduksi Platycerium bifurcatum dengan spora.
Adiantum sp. memiliki habitat dari dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan), selain itu juga tumbuh liar pada tembok tua dan dinding
tanah. Cara hidup di tanah (terrestrial). Ciri morfologinya antara lain sorus
bangun ginjal, jorong atau bangun garis, terletak pada tepi daun yang terlipat
ke bawah dan berfungsi sebagai indusium. Daun majemuk menyirip atau
menyirip ganda sampai beberapa kali. Rimpang merayap, bangkit, atau
tegak. Adiantum sp. termasuk Subclassis Leptosporangiatae karena
pembentukan sporangiumnya berasal dari satu sel pemula dan dinding
asporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis saja. Termasuk genus Adiantum
karena tinggi 0,25-1,30 meter, akar rimpang tegak, semakin naik atau
memanjat, berdaun rapat dan pendek, tangkai daun gundul, daun majemuk
yang besar menyirip rangkap. Reproduksi dengan spora.
Davallia trichomanoides memiliki habitat mulai dari mangrove sampai
1300 m, di atas batang pohon di hutan dan di daerah perkebunan. Cara hidup
tumbuhan ini yaitu epifit dan tumbuh di daerah tropik. Ciri morfologi
tumbuhan ini yaitu memiliki tinggi 1,30 m. Akar rimpang memanjat,
panjang, bersisik rapat, anak daun bulat telur memanjang. Termasuk dalam
Subclassis Leptosporangiatae karena pembentukan sporangiumnya berasal
dari satu sel pemula dan dinding sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis
sel saja. Termasuk dalam Genus Davallia karena akar rimpang memanjat
atau merayap, panjang, bersisik rapat, sisik besar, pada pangkal lebar,
dengan ujung yang berambut pendek. Reproduksi dengan spora.
Nephrolepis biserrata memiliki habitat di hutan belukar, dan rimba
rumput, lereng dan lereng batu, hutan kampung, batang pohon. Cara

39
hidupnya yaitu di tanah (terrestrial). Ciri morfologi tumbuhan ini yaitu sorus
bulat atau bangun garis, terletak pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau
agak jauh sejajar dengan tepi itu. Daun yang mati tidak terlepas dari
rimpang. Rimpang berdiri tegak. Nephrolepis biserrata termasuk dalam
Subclassis Leptosporangiatae karena pembentukan sporangiumnya berasal
dari satu sel pemula dan dinding sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis
sel. Nephrolepis biserrata bereproduksi dengan spora. Tumbuhan ini
memiliki fase gametofit yang hidup bebas.
Pteris sp. memiliki habitat di hutan yang terang, dinding tanah. Cara
hidup tumbuhan ini adalah di tanah, epifit. Ciri morfologinya antara lain akar
rimpang, tegak atau merayap, pendek dan beruas pendek. Daun gundul,
tegak, menyirip rangkap, kuat, tidak beruas dengan akar rimpang. Sori pada
sisi bawah daun diatas urat daun yang berjalan sepanjang tepi, tertutup oleh
tepi anak daun fertil dan steril. Pteris sp. termasuk Subclassis
Leptosporangiatae karena pembentukan sporangiumnya berasal dari satu sel
pemula dan dinding sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis sel saja.
Termasuk dalam Genus Pteris karena paku tanah, akar rimpang tegak,
pendek dan beruas pendek, daun gundul tegak, menyirip rangkap, kuat, tidak
beruas dengan akar rimpang. Reproduksi dengan spora.

40
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sistematika didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang jenis-jenis dan
keanekaragaman organisme dan semua kekerabatan diantara organisme
tersebut.
2. Subdivisi Algae berasal dari bahasa latin yang berarti rumput laut, karena
tumbuhan ini biasanya hidup di laut, air tawar, dan di tempat lembab.
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan Thallophyta. Tubuh Algae dapat terdiri
atas uniseluler dan multiseluler.
3. Divisi Bryophyta termasuk tumbuhan talus. Tempat hidup di tanah yang
lembab, di pohon, di batu merah. Lumut mempunyai rhizoid yang berfungsi
untuk elekat pada substrat dan mengangkut air dan unsur-unsur hara ke
seluruh bagian tubuh.
4. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas.
Mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam
tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun.
5. Subdivisi Algae dibagi menjadi tujuh kelas yaitu Flagellata, Diatomae,
Charophyceae, Chlorophyceae, Conjugatae, Phaeophyceae, Rhodophyceae.
6. Pada PKL di Krakal kelompok kami memperoleh 7 spesies Algae yaitu: Ulva
sp., Enteromorpha sp., Padina sp., Gracillaria sp., Corallina sp., Halicystis
sp., dan Caulerpa sp.
7. Pada PKL mandiri kelompok kami memperoleh 3 spesies Bryophyta yaitu:
Andreaea sp., Spirogyra sp. dan Riccia sp.
8. Pada PKL mandiri kelompok kami memperleh 5 spesies Pterydophyta yaitu:
Adiantum sp., Platycerium bifurcatum, Nephrolepis biserrata, Pteris sp., dan
Davallia trichomanoides.

41
B. SARAN
1. Sebaiknya asisten tidak hanya mendampingi saat PKL berlangsung tetapi juga
memberi pengarahan saat pengamatan di lapangan.
2. Sebaiknya untuk pengamatan waktunya ditambah lagi.

42
DAFTAR PUSTAKA

Harris. 2001. Binding of Metal Ions by Particulate Quadricauda. Bandar Lampung:


Universitas Lampung.

Haspara. 2004. Biologi. Surakarta: Widya Duta.

Huzaifah Hamid. 2009. ”Analisis Tumbuhan Lumut”.


http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/analisis-artikel-tumbuhan-lumut/.
Diakses : 4 Januari 2010.

Karmana, Oman. 1987. Biologi. Bandung: Ganeca exact.

Loveless. A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.


Jakarta: Gramedia.

Moertolo, Ali dkk. 2004. Tumbuhan Paku. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pelczar, Michael J. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia


Press.

Polunin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Prosea. 2003. Cryptogams Ferns and Ferns Allies. Bogor: IPB.

Satria. 2009. ”Pteris vitata, Pteris biaurita, Pteris ensiformis”.


http://embriowringin.blogspot.com/. Diakses : 4 Januari 2010.

43
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Teddy. 2009. ”Ganggang, Lumut, Tumbuhan Paku”.


http://tedbio.multiply.com/journal/item/9. Diakses : 4 Januari 2010.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

44

Anda mungkin juga menyukai