FILUM MOLLUSCA
Yang diampu oleh Dr. Ibrahim, M.Si dan Bagus Priambodo, S.Si, M.Si, M.Sc.
Asisten : Ghalia Nowafi, Etis Prasila, Nur Qomariyah, M. Hisyam Baidlowi
Arief Hidayatullah
170342615535
G
TINJAUAN PUSTAKA
Filum Mollusca memiliki tingkat difersivitas yang sangat tinggi karena merupakan filum
dengan anggota terbanyak kedua setelah filu Arthropoda. Dala sejarah hampir 100.000 jenis
spesies yang masih hidup saat ini sudah teridentifikasi dan lebih dari 350.000 spesies telah
menjadi fosil (Wisehart dkk. 2012). Secara umum, struktur tubuh Mollusca dibagi menjadi 3
bagian yaitu.
1. Kaki
Kaki merupakan bagian tubuh yang terdiri atas otot-otot yang memiliki kemampuan
mencengkerm substrat dengan kuat sehingga dapat berfungsi untuk bergerak, merayap,
atau menggali. Pada beberapa jenis Mollusca seperti pada Chepalopoda, kaki
digantikan dengan tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2. Massa Viseral
Massa viseral merupakan bagian tubuh yang lunak tempat terdapatnya organ-organ
tubuh yang penting misalnya organ pencernaan, respirasi, reproduksi, koordinasi, dsb.
Massa viseral dilindungi oleh bagian mantel pada Mollusca
3. Mantel
Mantel merupakan bagian yang menyelubungi dan melindungi massa viseral yang
berisi organ-organ penting pada Mollusca. Pada mantel terdapat rongga cairan yang
merupakan tempat lubang insang, anus dan cairan hasil eksresi. Mantel ini juga dapat
mensekresikan komponen yang akan membentuk cangkang seperti kalsium karbonat
dan juga berperan sebagai pelindung dari benda asing yang pada Bivalvia nantinya akan
terbentuk bentukan mutiara. (Brotowidjojo 1989).
Menurut Ibrohim dkk (2017), struktur pada Mollusca yang paling penting ada 4 yaitu
cangkang, insang, pulmo, dan radula.
1. Cangkang
Cangkang pada Mollusca sangat penting untuk melindungi tubuh lunak Mollusca dari
berbagai gangguan, namun tidak semua Mollusca bercangkang contohnya dari kelas
Cephalopoda dan Aplachopora yang keduanya tidak memiliki cangkang walaupun pada
Cephalopoda sebenarnya memiliki cangkang namun terjadi reduksi sehingga nampak
seolah-olah tidak memiliki cangkang. Cangkang umumnya dibentuk oleh lapisan
mantel yang terususun atas berbagai jenis mineral keras contohnya adalah kalsium
karbonat. Pada umumnya cangkang terbagi menjadi 3 lapisan yaitu nacreous, prismatik,
dan periostracum.
(a) (b)
Gambar 2.1(a) Berbagai jenis cangkang Mollusca (sumber: wikimedia.org, 2011), (b).
Lapisan cangkang pada Mollusca (sumber: slideshare.net, 2015)
2. Insang
Insang merupakan alat pernapasan pada sebagian besar anggota Mollusca terutama
yang habitatnya di air yang tersusun atas jalinan pembuluh darah, otot, saraf, dan silia
yang memiliki kemampuan untuk menyar.
(a)
(b)
Gambar 2.2(a) Insang pada kerang (sumber : mesa.edu.au), (b) Bagan insang pada
kerang (sumber: NC State University)
3. Pulmo
Paru-paru atau pulmo yang dimaksud tidak sama seperti yang dimiliki pada mamalia
atau hewan vertebrata tingkat tinggi lainnya naun melainkan hanya perluasan rongga
mantel yang memiliki lubang keluar masuk yang disebut pneumostoma.
4. Radula
Radula merupakan struktur yang dimiliki Mollusca yang umumnya terdapat di bagian
mulutnya yang tersusun atas barisan gigi yang mengalami pengerasan oleh kitin dan
berfungsi untuk membantu proses memakan mangsanya.
a
b
Gambar 2.3(a) Radula pada Mollusca (sumber: pirx.com), (b) Bagan radula pada
kerang (sumber: alchetron.com)
Pembagian kelas dalam filum Mollusca memiliki beberapa versi. Ada yang berpendapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda (Sutarno
2009); ada yang berpendapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu Amphineuria, Scaphophoda,
Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda (Ibrohim dkk. 2000); dan ada pula yang
berpendapat dibagi menjadi 7 kelas yaitu Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacophora,
Scaphophoda, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda (Harris, 1992 dalam Ibrohim dkk.
2017). Menurut Wisehart dkk (2012), lima kelas pada filum Mollusca antara lain.
1. Amphineuria/Polyplachopoda
Kelas Amphineuria atau yang saat ini dikenal sebagai kelas Polyplachopora.
Tubunya bilateral simetris, kaki terdapat dibagian ventral memanjang. Pada bagian
dorsal tubuhnya dilindungi oleh 8 keping atau lempeng (plate) kapur. Memiliki ruang
mantel banyak mengandung insang yang umumnya lebih dari 5 pasang. Memiliki girdle
yang merupakan bagian dari mantel terletak dibagian dorsal tubuh di bawah cangkang.
Habitat Chiton seluruhnya berada di laut, menempel pada bebatuan dengan
melingkarkan tubuhnya hingga terbentuk seperti bola. Jenis kelaminnya dioesis tapi ada
juga yang hermaprodit. Fertilisasi terjadi secara eksternal.. Contohnya adalah
Cryptochiton sp (Chiton).
a
Gambar 2.4(a) Cryptochiton sp (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram morfologi
Cryptochiton sp (sumber: biologydiscussion.com)
2. Scaphopoda
Scaphopoda adalah anggota filum Mollusca yang memiliki cangkang berbentuk
tajam seperti taring atau terompet. Tubuhnya memanjang dorsoventral, kepala
rudimenter atau menyusut, kaki lancip pada salah satu bagian berguna untuk menggali
lumpur. Jenis kelaminnya bersifat dioseus, mengalami bentuk larva trokofor yang dapat
berenang bebas. Didekat mulut terdapat semacam tentakel untuk alat peraba yang
berfungsi menangkap mangsanya yaitu plankton. Contoh yang paling terkenal adalah
Dentalium sp.
a
Gambar 2.5(a) Dentalium sp (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram anatomi Dentalium
sp (sumber: shells.tricity.wsu.edu)
3. Gastropoda
Gastropoda adalah kelompok yang menggunakan otot perutnya sebagai kaki
untuk bergerak. Kata Gastropoda berasal dari 2 kata, yaitu Gaster yang artinya perut
dan Podos yang artinya kaki. Perut hewan ini dapat menghasilkan lendir yang berfungsi
untuk melindungi dan mempermudahnya dalam bergerak.. Kebanyakan gastropoda
hidup di laut, namun ada pula banyak spesies yang hidup di perairan tawar. Beberapa
gastropoda telah beradaptasi dengan kehidupan di darat yang lebih kering seperti
dengan memiliki pulmo yang menggantikan insang, termasuk bekicot dan siput
telanjang.
a
Gambar 2.6(a) Norrisia norris (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram anatomi siput
(sumber: snail-world.com)
4. Pelecypoda
Hewan ini dinamakan Pelecypoda karena bentuk kakinya yang pipih atau
seperti kapak. Disebut juga Bivalvia karena cangkangnya terdiri dari dua katup (valva).
Bentuk tubuhnya simetri bilateral, habitatnya berada di perairan baik di air tawar atau
dilaut. Pelecypoda mempunyai otot penggerak cangkang yang dinamakan otot aduktor,
meliputi otot aduktor anterior dan otot aduktor posterior. Otot ini berfungsi untuk
membuka dan mengatupkan cangkang. Anggota kelas ini bernapas dengan insang yang
berlapis-lapis yang berada pada bagian massa viseralnya.
a
b
Gambar 2.7(a) Tivela stultorum (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Anatomi Tivela stultorum
(sumber: dnr.sc.gov, 2013)
5. Cephalopoda
Cephalopoda adalah kelompok yang bergerak dengan menggunakan kepala.
Tubuhnya terbagi menjadi bagian kepala, leher, dan badan. Bagian kepalanya relatif
besar dan memiliki 2 buah mata yang umumnya sudah lebih maju. Hewan ini tterlihat
seperti tidak memiliki cangkang namun sebenarnya memiliki cangkang tetapi sudah
mengalami reduksi. Pada kepalanya terdapat 10 bentukan lengan dimana 8 diantaranya
berfungsi sebagai lengan, dan 2 lainnya yang berukuran panjang yang disebut tentakel.
Hewan ini memiliki rongga mantel yang ditutupi oleh mantel khas pada Cephalopoda.
Habitatnya umumnya di perairan laut
a
b
Gambar 2.8(a) Dosidicus gigas (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram morfologi
Dosidicus gigas (sumber: enchantedlearning.com)
BAB III
METODOLOGI
1. Alat
a. Mikroskop stereo
b. Loupe
c. Gelas arloji
d. Seperangkat alat bedah
e. Media gambar
2. Bahan
a. Media asli berupa hewan segar yaitu bekicot (Anchantina fulica), kerang
(Anandara sp), cumi-cumi (Loligo sp atau Sepia sp).
b. Media asli berupa awetan basah Chiton, Dentalium, Sepia.
3.3. Prosedur Kerja
Kelas Amphineuria
Morfologi luar
Kelas Scaphophoda
Morfologi luar
Anatomi
Morfologi luar
Anatomi
Sistem peredaran
Sistem pencernaan
Sistem ekskresi
Sistem reproduksi
Sistem saraf
Sistem gerak
Morfologi luar
Anatomi
Sistem peredaran
Sistem pernapasan
Sistem ekskresi
Sistem reproduksi
Sistem saraf
Sistem gerak
Morfologi luar
Anatomi
Sistem peredaran
Sistem pernapasan
Sistem pencernaan
Sistem ekskresi
Sistem gerak
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Polyplachopora Gambar 1a, Chiton sp (sumber: dokumen
Ordo : Chitonida pribadi, 2018)
Familia : Chitonidae
1.
Genus : Chiton
Spesies : Chiton sp Gambar 1b, Chiton sp (sumber:
Wisehart dkk. 2012)
(sumber: www.itis.gov, 2000)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Architaenioglossa
Familia : Ampullariidae Gambar 3a, Pila ampullacea
3. (sumber: Molluscan picture, 2011)
Genus : Pila
Spesies : Pila ampullacea
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca Gambar 5a, Loligo sp (sumber: dokumen
Kelas : Cephalopoda pribadi, 2018)
Ordo : Teuthida
Familia : Loliginidae
5.
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp
Gambar 5a, morfologi Loligo sp
(sumber: www.itis.gov, 2000) (sumber: biologydiscussion.com,
2017)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
6.
(sumber: www.itis.gov, 2000)
Gambar 6, Bivalvia (sumber: dokumen Gambar 6, Anatomi bivalvia
pribadi, 2018) (sumber: dnr.sc.gov, 2013)
4.2. Pembahasan
Berdasarkan alat gerak yang dimiliki Chiton yaitu otot kaki yang berada di
bagian ventral tubuh, Chiton bergerak dengan cara merayap di permukaan substrat
dengan lambat karena otot kaki Chiton memiliki kecenderungan untuk mencengkeram
substrat dengan kuat (Campbell, dkk. 2012). Alasan lain Chiton mencengkeram
substrat dengan kuat juga sebagai mekanisme pertahanan karena dengan kemampuan
melekatkan diri ke substrat dengan kakinya maka Chiton sulit diangkat dari substratnya
sehingga sulit pula predator untuk memangsanya. Disisi lain juga keberadaan lempeng
cangkang yang keras pada bagian dorsal Chiton juga membantu melindungi tubuh
lunak Chiton dari predator dan gangguan fisik lainnya dan apabila merasa terancam
maka akan menggulungkan badannya mirip seperti apa yang dilakukan oleh Armadillo
(Sutarno, 2009).
Bekicot merupakan salah satu anggota gastropoda dimana alat gerak utamanya
merupakan kaki yang berada di bagian perutnya yang tersusun atas otot-otot perut.
Gerakan otot perut bekicot berkontraksi seperti membentuk gelombang dengan
pergerakan yang lambat, selain itu juga pada bagian anterior kakinya menghasilkan
lendir yang berfungsi untuk melindungi kakinya serta memudahkan dalam pergerakan
bekicot (Ibrohim dkk. 2017). Dilihat dari alat reproduksinya, bekicot termasuk dalam
organisme hermaphrodit karena memiliki ovotestes yang merupakan alat kelamin
jantan sekaligus alat kelamin betina. Walaupun hermaphrodit dan gonad jantan dan
betina matang secara bersamaan, namun bekicot tidak dapat melakukan pembuahan
sendiri sehingga dibutuhkan dua individu untuk melakukan proses kawin dengan cara
saling bertukar sperma yang disalurkan melalui penis menuju ke spermoviduct untuk
selanjutnya dapat membuahi sel telur dan terjadi fertilisasi (Ibrohim dkk. 2000).
Kerang merupakan salah satu anggota filum Mollusca dari kelas bivalvia yang
umumnya mudah dikenali dari cangkangnya yang berkatup dua. Pada kerang yang
diamati tidak ditemukan adanya radula seperti yang bisa ditemukan pada Gastropoda
sehingga untuk mendapatkan makanan dapat melalui sifon yang terdapat pada bagian
posterior cangkang khususnya melalui sifon ventral atau sifon masuk dimana bahan
makanan seperti plankton akan tertarik masuk kemudian diolah di sistem
pencernaannya dan sisanya kemudian dikeluarkan melalui anus atau sifon dorsal
(Wisehart dkk. 2012). Kerang umumnya bersifat hermaphrodit namun tidak dapat
membuahi dirinya sendiri. Pada saat terjadi proses perkawinan, kerang jantan akan
menyemburkan sperma ke air dan kerang betina juga akan melepaskan sel telur ke air
sehingga proses fertilisasi terjadi diluar tubuh induknya (eksternal) sehingga sperma
dan sel telur bertemu di air yang kemudian telur yang terbuahi akan tumbuh menjadi
larva trochophore yang mampu berenang bebas sampai nantinya menempel pada
substrat dan membentuk cangkang (Maskoeri, 1992).
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Anggota filum Mollusca umumnya memiliki cangkang keras yang berfungsi
untuk melindungi tubuhnya yang lunak, namun bukan berarti seluruh anggota filum
Mollusca memiliki cangkang karena ada pula anggota yang tidak memiliki cangkang
seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi. Ukuran tubuh
dari Mollusca sangat bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga bahkan ada
cumi-cumi raksasa yang tergolong ke dalam kelompok Mollusca yang panjangnya
dapat mencapai 18 m. Secara struktural, umunya tubuh Mollusca dibagi menjadi 3
bagian utama antara lain kaki, massa viseral, dan mantel.
Anggota filum Mollusca umumnya merupakan makhluk akuatik dan sebagian
besar diantaranya merupakan makhluk laut yang tersebar di seluruh lautan di dunia,
mulai dari cumi-cumi pelagis hingga siput herbivora yang sifatnya benthos. Namun ada
juga Mollusca yang hidup di darat seperti bekicot dan juga siput yang mempu
beradaptasi dengan lingkungan darat.
Pembagian kelas dalam filum Mollusca memiliki beberapa versi. Ada yang
berpendapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan
Cephalopoda; ada yang berpendapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu Amphineuria,
Scaphophoda, Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda; dan ada pula yang
berpendapat dibagi menjadi 7 kelas yaitu Aplacophora, Monoplacophora,
Polyplacophora, Scaphophoda, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda.
Cangkang pada hewan Mollusca sangat penting untuk melindungi tubuhnya
yang lunak dari berbagai gangguan, namun tidak semua Mollusca bercangkang
contohnya dari kelas Cephalopoda dan Aplachopora yang keduanya tidak memiliki
cangkang. Cangkang umumnya terbentuk oleh lapisan mantel dan terbagi menjadi 3
lapisan yaitu nacreous, prismatik, dan periostracum. Bahan yang menjadikan cangkang
bersifat keras adalah kalsium karbonat.
5.2. Saran
Diharapkan praktikan lebih serius dan lebih teliti dalam melakukan praktikum
sehingga hasil yang dicapai bisa lebih baik lagi. Ketidaksiapan praktikan dalam
memahami materi harus diminimalisir dengan melakukan persiapan yang optimal
sebelum praktikum.
DAFTAR RUJUKAN
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane. B Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2012. Biologi. 8 ed. 2.
Bandung: Erlangga.
Dall, W. H. 1884. “Classification of Mollusca.” Science ns-4 (88): 351–351.
https://doi.org/10.1126/science.ns-4.88.351-b.
Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Yusuf Kastawi, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2000.
Petunjuk Praktikum Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2017. Keanekaragaman
Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Maskoeri, Jasin. 1992. Zoologi Invertebrata. Jakarta: Penerbit Andi.
Sutarno, Nono. 2009. Hand Out Zoologi Invertebrata. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wisehart, Gary D, Erin C Rempala, Michael J Leboffe, dan David Ferguson. 2012. A
Photographic Atlas of Marine Biology. Engelwood: Morton Publishing Company.
Yusminah, Hala. 2007. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.