Anda di halaman 1dari 33

KEGIATAN PRAKTIKUM

FILUM MOLLUSCA

Yang diampu oleh Dr. Ibrahim, M.Si dan Bagus Priambodo, S.Si, M.Si, M.Sc.
Asisten : Ghalia Nowafi, Etis Prasila, Nur Qomariyah, M. Hisyam Baidlowi

Arief Hidayatullah
170342615535
G

Laboratorium Struktur Perkembangan dan Taksonomi Hewan


Jurusan Biologi, Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mollusca merupakan salah satu filum yang ada pada kingdom Animalia. Filum ini
memiliki anggota terbanyak kedua setelah filum Arthropoda dengan anggota sebanyak
hampir 100.000 spesies yang teridentifikasi (Wisehart dkk. 2012). Secara bahasa Mollusca
berasal dari Molus bahasa yunani yang artinya lunak, jadi Mollusca merupakan kelompok
hewan invertebrata yang bertubuh lunak dan multiseluler (Dall, 1884).
Anggota filum Mollusca umumnya memiliki cangkang keras yang berfungsi untuk
melindungi tubuhnya yang lunak, namun bukan berarti seluruh anggota filum Mollusca
memiliki cangkang karena ada pula anggota yang tidak memiliki cangkang seperti
berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi (Yusminah 2007). Ukuran
tubuh dari Mollusca sangat bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga bahkan ada
cumi-cumi raksasa yang tergolong ke dalam kelompok Mollusca yang panjangnya dapat
mencapai 18 m (Sutarno 2009).
Anggota filum Mollusca umumnya merupakan makhluk akuatik dan sebagian besar
diantaranya merupakan makhluk laut yang tersebar di seluruh lautan di dunia, mulai dari
cumi-cumi pelagis hingga siput herbivora yang sifatnya benthos. Beberapa anggota dari
filum Mollusca memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dibudidayakan oleh manusia
yang umumnya untuk kebutuhan konsumsi di berbagai negara yang mampu menyumbang
pendapatan negara dan juga menjadi sumber nutrisi yang sehat bagi warganya. Selain itu
juga Mollusca yang memiliki sifat penyaring mampu menjadi indikator polusi di wilayah
perairan tersebut (Wisehart dkk. 2012).
Diharapkan dengan melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memperdalam
pengetahuan tentang filum Mollusca dengan berbagai strategi pendalaman antara lain
dengan pengamatan menggunakan media asli atau buatan yang berupa hewan utuh maupun
potongan tubuh dan disertai dengan diskusi dan berbagai sumber informasi (Ibrohim dkk.
2000).
1.2.Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi, diharapkan mahasiswa dapat memiliki
kemampuan untuk.
a. Mendeskrepsikan ciri khas hewan anggota filum Mollusca secara lengkap.
b. Menjelaskan habitat hewan anggota filum Mollusca berdasarkan struktur tubuhnya.
c. Melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota filum Mollusca berdasarkan struktur
tubuhnya.
d. Menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam anggota Mollusca berdasarkan
sistem yang menyusun tubuhnya.
e. Menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya.
f. Melakukan identifikasi tipe-tipe cangkang anggota filum Mollusca.

1.3. Manfaat Praktikum


a. Mahasiswa mampu mendeskrepsikan ciri khas hewan anggota filum Mollusca secara
lengkap.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan habitat hewan anggota filum Mollusca berdasarkan
struktur tubuhnya.
c. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota filum Mollusca
berdasarkan struktur tubuhnya.
d. Mahasiswa mampu menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam anggota
Mollusca berdasarkan sistem yang menyusun tubuhnya.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasarkan strukturnya.
f. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi tipe-tipe cangkang anggota filum Mollusca.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Filum Mollusca memiliki tingkat difersivitas yang sangat tinggi karena merupakan filum
dengan anggota terbanyak kedua setelah filu Arthropoda. Dala sejarah hampir 100.000 jenis
spesies yang masih hidup saat ini sudah teridentifikasi dan lebih dari 350.000 spesies telah
menjadi fosil (Wisehart dkk. 2012). Secara umum, struktur tubuh Mollusca dibagi menjadi 3
bagian yaitu.
1. Kaki
Kaki merupakan bagian tubuh yang terdiri atas otot-otot yang memiliki kemampuan
mencengkerm substrat dengan kuat sehingga dapat berfungsi untuk bergerak, merayap,
atau menggali. Pada beberapa jenis Mollusca seperti pada Chepalopoda, kaki
digantikan dengan tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2. Massa Viseral
Massa viseral merupakan bagian tubuh yang lunak tempat terdapatnya organ-organ
tubuh yang penting misalnya organ pencernaan, respirasi, reproduksi, koordinasi, dsb.
Massa viseral dilindungi oleh bagian mantel pada Mollusca
3. Mantel
Mantel merupakan bagian yang menyelubungi dan melindungi massa viseral yang
berisi organ-organ penting pada Mollusca. Pada mantel terdapat rongga cairan yang
merupakan tempat lubang insang, anus dan cairan hasil eksresi. Mantel ini juga dapat
mensekresikan komponen yang akan membentuk cangkang seperti kalsium karbonat
dan juga berperan sebagai pelindung dari benda asing yang pada Bivalvia nantinya akan
terbentuk bentukan mutiara. (Brotowidjojo 1989).

Menurut Ibrohim dkk (2017), struktur pada Mollusca yang paling penting ada 4 yaitu
cangkang, insang, pulmo, dan radula.

1. Cangkang
Cangkang pada Mollusca sangat penting untuk melindungi tubuh lunak Mollusca dari
berbagai gangguan, namun tidak semua Mollusca bercangkang contohnya dari kelas
Cephalopoda dan Aplachopora yang keduanya tidak memiliki cangkang walaupun pada
Cephalopoda sebenarnya memiliki cangkang namun terjadi reduksi sehingga nampak
seolah-olah tidak memiliki cangkang. Cangkang umumnya dibentuk oleh lapisan
mantel yang terususun atas berbagai jenis mineral keras contohnya adalah kalsium
karbonat. Pada umumnya cangkang terbagi menjadi 3 lapisan yaitu nacreous, prismatik,
dan periostracum.

(a) (b)
Gambar 2.1(a) Berbagai jenis cangkang Mollusca (sumber: wikimedia.org, 2011), (b).
Lapisan cangkang pada Mollusca (sumber: slideshare.net, 2015)
2. Insang
Insang merupakan alat pernapasan pada sebagian besar anggota Mollusca terutama
yang habitatnya di air yang tersusun atas jalinan pembuluh darah, otot, saraf, dan silia
yang memiliki kemampuan untuk menyar.

(a)
(b)
Gambar 2.2(a) Insang pada kerang (sumber : mesa.edu.au), (b) Bagan insang pada
kerang (sumber: NC State University)
3. Pulmo
Paru-paru atau pulmo yang dimaksud tidak sama seperti yang dimiliki pada mamalia
atau hewan vertebrata tingkat tinggi lainnya naun melainkan hanya perluasan rongga
mantel yang memiliki lubang keluar masuk yang disebut pneumostoma.
4. Radula
Radula merupakan struktur yang dimiliki Mollusca yang umumnya terdapat di bagian
mulutnya yang tersusun atas barisan gigi yang mengalami pengerasan oleh kitin dan
berfungsi untuk membantu proses memakan mangsanya.

a
b
Gambar 2.3(a) Radula pada Mollusca (sumber: pirx.com), (b) Bagan radula pada
kerang (sumber: alchetron.com)

Pembagian kelas dalam filum Mollusca memiliki beberapa versi. Ada yang berpendapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda (Sutarno
2009); ada yang berpendapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu Amphineuria, Scaphophoda,
Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda (Ibrohim dkk. 2000); dan ada pula yang
berpendapat dibagi menjadi 7 kelas yaitu Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacophora,
Scaphophoda, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda (Harris, 1992 dalam Ibrohim dkk.
2017). Menurut Wisehart dkk (2012), lima kelas pada filum Mollusca antara lain.
1. Amphineuria/Polyplachopoda
Kelas Amphineuria atau yang saat ini dikenal sebagai kelas Polyplachopora.
Tubunya bilateral simetris, kaki terdapat dibagian ventral memanjang. Pada bagian
dorsal tubuhnya dilindungi oleh 8 keping atau lempeng (plate) kapur. Memiliki ruang
mantel banyak mengandung insang yang umumnya lebih dari 5 pasang. Memiliki girdle
yang merupakan bagian dari mantel terletak dibagian dorsal tubuh di bawah cangkang.
Habitat Chiton seluruhnya berada di laut, menempel pada bebatuan dengan
melingkarkan tubuhnya hingga terbentuk seperti bola. Jenis kelaminnya dioesis tapi ada
juga yang hermaprodit. Fertilisasi terjadi secara eksternal.. Contohnya adalah
Cryptochiton sp (Chiton).
a

Gambar 2.4(a) Cryptochiton sp (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram morfologi
Cryptochiton sp (sumber: biologydiscussion.com)

2. Scaphopoda
Scaphopoda adalah anggota filum Mollusca yang memiliki cangkang berbentuk
tajam seperti taring atau terompet. Tubuhnya memanjang dorsoventral, kepala
rudimenter atau menyusut, kaki lancip pada salah satu bagian berguna untuk menggali
lumpur. Jenis kelaminnya bersifat dioseus, mengalami bentuk larva trokofor yang dapat
berenang bebas. Didekat mulut terdapat semacam tentakel untuk alat peraba yang
berfungsi menangkap mangsanya yaitu plankton. Contoh yang paling terkenal adalah
Dentalium sp.
a

Gambar 2.5(a) Dentalium sp (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram anatomi Dentalium
sp (sumber: shells.tricity.wsu.edu)

3. Gastropoda
Gastropoda adalah kelompok yang menggunakan otot perutnya sebagai kaki
untuk bergerak. Kata Gastropoda berasal dari 2 kata, yaitu Gaster yang artinya perut
dan Podos yang artinya kaki. Perut hewan ini dapat menghasilkan lendir yang berfungsi
untuk melindungi dan mempermudahnya dalam bergerak.. Kebanyakan gastropoda
hidup di laut, namun ada pula banyak spesies yang hidup di perairan tawar. Beberapa
gastropoda telah beradaptasi dengan kehidupan di darat yang lebih kering seperti
dengan memiliki pulmo yang menggantikan insang, termasuk bekicot dan siput
telanjang.
a

Gambar 2.6(a) Norrisia norris (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram anatomi siput
(sumber: snail-world.com)

4. Pelecypoda
Hewan ini dinamakan Pelecypoda karena bentuk kakinya yang pipih atau
seperti kapak. Disebut juga Bivalvia karena cangkangnya terdiri dari dua katup (valva).
Bentuk tubuhnya simetri bilateral, habitatnya berada di perairan baik di air tawar atau
dilaut. Pelecypoda mempunyai otot penggerak cangkang yang dinamakan otot aduktor,
meliputi otot aduktor anterior dan otot aduktor posterior. Otot ini berfungsi untuk
membuka dan mengatupkan cangkang. Anggota kelas ini bernapas dengan insang yang
berlapis-lapis yang berada pada bagian massa viseralnya.
a

b
Gambar 2.7(a) Tivela stultorum (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Anatomi Tivela stultorum
(sumber: dnr.sc.gov, 2013)
5. Cephalopoda
Cephalopoda adalah kelompok yang bergerak dengan menggunakan kepala.
Tubuhnya terbagi menjadi bagian kepala, leher, dan badan. Bagian kepalanya relatif
besar dan memiliki 2 buah mata yang umumnya sudah lebih maju. Hewan ini tterlihat
seperti tidak memiliki cangkang namun sebenarnya memiliki cangkang tetapi sudah
mengalami reduksi. Pada kepalanya terdapat 10 bentukan lengan dimana 8 diantaranya
berfungsi sebagai lengan, dan 2 lainnya yang berukuran panjang yang disebut tentakel.
Hewan ini memiliki rongga mantel yang ditutupi oleh mantel khas pada Cephalopoda.
Habitatnya umumnya di perairan laut
a

b
Gambar 2.8(a) Dosidicus gigas (sumber: Wisehart dkk. 2012), (b) Diagram morfologi
Dosidicus gigas (sumber: enchantedlearning.com)
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Senin, 17 September 2018
Waktu : 07.00 – 09.35 WIB
Tempat : Gedung Biologi O5.212, FMIPA UM

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat
a. Mikroskop stereo
b. Loupe
c. Gelas arloji
d. Seperangkat alat bedah
e. Media gambar
2. Bahan
a. Media asli berupa hewan segar yaitu bekicot (Anchantina fulica), kerang
(Anandara sp), cumi-cumi (Loligo sp atau Sepia sp).
b. Media asli berupa awetan basah Chiton, Dentalium, Sepia.
3.3. Prosedur Kerja

Persiapan bahan amatan

Dicari bahan amatan berupa


spesimen segar (Achantina,
Anandara, Loligo, atau Sepia)

Disediakan spesimen awetan basah


(Chiton, Dentalium)

Disediakan alat bantu pengamatan


berupa loupe dan mikroskop stereo
Diletakkan hewan yang masih segar/hidup
atau yang berupa awetan basah di atas papan
bedah atau cawan arloji, diamati dibawah
mikroskop stereo atau loupe

Dilakukan pengamatan dengan menggunakan


pertanyaan pengarah sebagai berikut

Kelas Amphineuria

Morfologi luar

Diperhatikan bagian dorsal dan ventral tubuh


Chiton dengan menggunakan bantuan loupe.

Dihitung jumlah cangkang yang dimiliki oleh


Chiton.

Diperhatikan apakah pada bagian kepala


memiliki mata dan tentakel.

Diamati dan dihitung jumlah pasangan insang


yang dimiliki oleh Chiton.

Dicari gonophore dan nephridiophorenya dan


ditentukan fungsinya.

Ditunjukkan gambar bentuk tubuh hewan


tersebut sesuai dengan hasil pengamatan.
Anatomi

Dipecahkan cangkang hewan yang diamati.

Diamati dan dideskrepsikan organ-organ yang


menyusun sistem pencernaan, sirkulasi, ekskresi,
saraf, dan reproduksi

Dibandingkan dengan struktur anatomis di buku


kepustakaan.

Digambar struktur anatomi Chiton.

Kelas Scaphophoda

Morfologi luar

Diperhatikan bagian anterior, posterior, dorsal,


ventral tubuh Dentalium dengan menggunakan
bantuan loupe atau mikroskop stereo.
Trematoda
Diamati bentuk cangkangnya.
Dan Trema

Ditentukan fungsi lubang yang ditemukan pada


ujung ventral dan dorsal tubuh.

Ditentukan jenis alat gerak pada Dentalium.

Digambarkan hasil pengamatan pada lembar


kerja

Anatomi

Dipecahkan cangkang hewan yang diamati.

Diamati dan dideskrepsikan organ-organ yang


menyusun sistem pencernaan, sirkulasi, ekskresi,
saraf, dan reproduksi

Dibandingkan dengan struktur anatomis di buku


kepustakaan.

Digambar struktur anatomi Dentalium.


Kelas Gastropoda

Morfologi luar

Diletakkan bekicot (Achatina fulica) di atas


sepotong kaca. Diperhatikan arah belitan
cangkangnya.

Diamati gerakan hewan

Diperhatikan bagian kepalanya dan dicari bagian


tentakel, mulut, dan porus genitalisnya.

Ditentukan ciri khusus organ yang telah diamati


diatas.

Diamati berapa pasang tentakel yang dimiliki


oleh bekicot dan disebutkan fungsinya.

Diamati letak bagian bintik mata pada bekicot.

Diamati bagian collare dari bekicot, diamati


warna dan diperhatikan dua lubang yang ada.

Disebutkan fungsi kedua lubang tersebut

Digambar tubuh hewan berdasarkan hasil


pengamatan

Anatomi

Dipecahkan cangkang hewan yang diamati


dengan menggunakan pisau tumpul mulai dari
bagian depan ke arah apex dan diamati lapisan
penyusun cangkang.

Dicari dan diamati organ penyusun beberapa


sistem berikut.

Sistem peredaran

Diamati letak, warna, dan denyut jantung


selama 1 menit.
Sistem pernapasan

Dihembuskan udara ke saluran


pernapasan melalui pipet.

Diamati struktur pulmo dan


hubungannya dengan jantung.

Sistem pencernaan

Disebutkan organ penyusun sistem


pencernaan dari mulut sampai anus.

Diamati keberadaan radiula dan


disebutkan fungsinya.

Diamati keberadaan hepar dan kelenjar


ludah dan diperhatikan posisinya.

Sistem ekskresi

Diamati letak dan jumlah ginjal pada


bekicot.

Sistem reproduksi

Diamati alat reproduksinya yang tersusun


dari ovotestes, duktus hermaphroditus
proximal, duktus hermaphroditus distal,
glandula albumen, spermoviduct, vas
defferens, penis, oviduct, dan atrium
genitalis.

Ditentukan jenis kelamin dari hewan


yang diamati

Disebutkan dan diurutkan organ


penyusun sistem reproduksi bekicot.

Sistem saraf

Diamati letak ganglion dan disebutkan


fungsi dari ganglion tersebut.

Sistem gerak

Diamati otot yang menyusun kaki


bekicot dan digambar hasilnya.
Kelas Pelecypoda

Morfologi luar

Diamati bagian cangkang dan katupnya terutama


di bagian dorsal yang lebih menonjol kemudian
disebutkan namanya.

Diamati dan ditentukan bagian ujung anterior dan


posterior dari kerang.

Diamati sifon dorsal dan sifon ventral kemudian


disebutkan masing-masing fungsinya.

Digambar hasil pengamatan.

Anatomi

Dibuka cangkang hewan yang diamati dengan


menggunakan skalpel lalu diamati lapisan-lapisan
penyusun cangkang, kemudian diamati bagian
mantel dan disebutkan fungsinya.

Dicari dan diamati organ penyusun beberapa


sistem berikut.

Sistem peredaran

Diamati letak, bentuk dan jumlah ruang


jantung.

Diamati letak, bentuk dan jumlah ruang


jantung.

Sistem pernapasan

Diamati letak, jumlah, bentuk, dan warna


insang kerang.

Diamati letak rongga subabranchial lalu


disebutkan fungsinya.
Sistem pencernaan

Diamati dan disebutkan organ


pencernaan mulai mulut sampai anus.

Diamati dan disebutkan kelenjar


pencernaan yang dimiliki kerang.

Sistem ekskresi

Diamati ginjal kerang dan disebutkan


fungsinya.

Sistem reproduksi

Diamati dan ditentukan letak gonad pada


kerang.

Diamati apakah gonad memiliki lubang


kelamin atau tidak.

Sistem saraf

Diamati, dihitung, dan disebutkan nama


ganglion pada kerang.

Ditentukan letak dan hubungan antar


ganglion pada kerang.

Sistem gerak

Diamati dan dihitung jumlah kaki pada


kerang.

Diamati letak dan fungsi otot aduktor,


protraktor, dan retraktor pada kerang.

Digambar hasil pengamatan.


Kelas Cephalopoda

Morfologi luar

Diamati dan ditentukan bagian dorsal, ventral,


anterior, dan posterior pada tubuh cumi-cumi
dengan memperhatikan tandanya.

Diamati bagian kepala yang terdapat mata,


tangan, dan tentakel kemudian ditentukan mana
tangan dan tentakelnya.

Diamati tangan dan tentakel cumi-cumi


kemudian ditentukan perbedaannya.

Diamati bagian batil dan penghisap pada tentakel


dan ditentukan fungsinya.

Diamati sifon yang berada di bagian posterior


tubuh dan ditentukan fungsinya.

Digambar hasil pengamatan pada lembar kerja.

Anatomi

Dibedah cumi-cumi sepanjang garis meridian


mantel tubuh bagian posterior dimulai dari bagian
kerah yang dekat sifon ke bagian dorsal tubuh.
Jangan sampai rektum dan kantong tinta
terpotong.
Dicari dan diamati organ penyusun beberapa
sistem berikut.

Sistem peredaran

Diamati kedua jenis jantung pada cumi-


cumi yaitu jantung insang dan jantung
sistemik.

Diamati letak, bentuk dan jumlah ruang


jantung serta perbedaan fungsi diantara
keduanya.
Sistem peredaran

Diamati kedua jenis jantung pada cumi-


cumi yaitu jantung insang dan jantung
sistemik.

Diamati letak, bentuk dan jumlah ruang


jantung serta perbedaan fungsi diantara
keduanya.

Sistem pernapasan

Diamati bentuk dan letak insang pada


cumi-cumi.

Dihitung jumlah insang yang ada pada


cumi-cumi.

Sistem pencernaan

Diamati dan disebutkan organ penyusun


sistem pencernaan mulai mulut hingga
anus.

Diamati dan disebutkan kelenjar


pencernaan yang dimiliki cumi-cumi.

Diamati radula dan gigi berbentuk seperti


paruh burung dan ditentukan fungsinya.

Diamati kantung tinta cumi-cumi dan


ditentukan apa fungsinya.

Diamati dimana muara dari kantung tinta


tersebut.

Sistem ekskresi

Diamati bentuk dan jumlah ginjal pada


cumi-cumi
Sistem reproduksi

Diamati alat reproduksinya yang tersusun


dari ovarium, oviduk, kelenjar
nidamental, testis, saluran sperma, dan
penis.

Ditentukan jenis kelamin dari hewan


yang diamati berdasarkan ciri-cirinya.

Sistem gerak

Diamati kerangka dalam pada cumi-cumi


pada yang tersusun dari tulang rawan.

Diamati dan dihitung jumlah kerangka


pada cumi-cumi.

Digambar hasil pengamatan.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

No. Klasifikasi Hasil Pengamatan Gambar Literatur

Gambar 1a, anatomi Chiton sp


(sumber: berkeley.edu, 2015)

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Polyplachopora Gambar 1a, Chiton sp (sumber: dokumen
Ordo : Chitonida pribadi, 2018)
Familia : Chitonidae
1.
Genus : Chiton
Spesies : Chiton sp Gambar 1b, Chiton sp (sumber:
Wisehart dkk. 2012)
(sumber: www.itis.gov, 2000)

Gambar 1c, morfologi Chiton sp


Gambar 1b, Chiton sp (sumber: dokumen (sumber: berkeley.edu, 2015)
pribadi, 2018)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Familia : Arcoidae
2. Genus : Tegillarca
Gambar 2a, Morfologi Tegillarca
Spesies : Tegillarca
granosa (sumber: India
granosa
Biodiversity Portal, 2013)
(sumber: www.itis.gov, 2001)

Gambar 2, Tegillarca granosa (sumber:


dokumen pribadi, 2018)

Gambar 2b, Anatomi Tegillarca


granosa (sumber: dnr.sc.gov, 2013)

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Architaenioglossa
Familia : Ampullariidae Gambar 3a, Pila ampullacea
3. (sumber: Molluscan picture, 2011)
Genus : Pila
Spesies : Pila ampullacea

(sumber: www.itis.gov, 2001)


Gambar 3, Pila ampullacea (sumber:
dokumen pribadi, 2018)

Gambar 3b, Anatomi gastropoda


(sumber: snail-world.com, 2011)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Stylommatophora Gambar 4a, Achatina fulica
Familia : Achatinidae (sumber: wikimedia.org, 2010)
4.
Genus : Archantina
Spesies : Archantina fulica
Gambar 4, Achatina fulica (sumber:
dokumen pribadi, 2018)
(sumber: www.itis.gov, 1999)

Gambar 4b, Anatomi gastropoda


(sumber: snail-world.com, 2011)

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca Gambar 5a, Loligo sp (sumber: dokumen
Kelas : Cephalopoda pribadi, 2018)
Ordo : Teuthida
Familia : Loliginidae
5.
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp
Gambar 5a, morfologi Loligo sp
(sumber: www.itis.gov, 2000) (sumber: biologydiscussion.com,
2017)

Gambar 5b, Loligo sp (sumber: dokumen


pribadi, 2018)
Gambar 5b, Dosidicus gigas
(sumber: Wisehart dkk. 2012)
Gambar 5c anatomi Loligo sp
(sumber: cronodon.com, 2017)

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
6.
(sumber: www.itis.gov, 2000)
Gambar 6, Bivalvia (sumber: dokumen Gambar 6, Anatomi bivalvia
pribadi, 2018) (sumber: dnr.sc.gov, 2013)
4.2. Pembahasan

Berdasarkan alat gerak yang dimiliki Chiton yaitu otot kaki yang berada di
bagian ventral tubuh, Chiton bergerak dengan cara merayap di permukaan substrat
dengan lambat karena otot kaki Chiton memiliki kecenderungan untuk mencengkeram
substrat dengan kuat (Campbell, dkk. 2012). Alasan lain Chiton mencengkeram
substrat dengan kuat juga sebagai mekanisme pertahanan karena dengan kemampuan
melekatkan diri ke substrat dengan kakinya maka Chiton sulit diangkat dari substratnya
sehingga sulit pula predator untuk memangsanya. Disisi lain juga keberadaan lempeng
cangkang yang keras pada bagian dorsal Chiton juga membantu melindungi tubuh
lunak Chiton dari predator dan gangguan fisik lainnya dan apabila merasa terancam
maka akan menggulungkan badannya mirip seperti apa yang dilakukan oleh Armadillo
(Sutarno, 2009).

Dentalium merupakan salah satu anggota kelas Scaphophoda yang memiliki


kebiasaan hidup yaitu mengubur diri pada substrat seperti pasir atau lumpur di dasar
perairan laut yang terbentang mulai bibir pantai hingga kedalaman kurang lebih 1850
M dibawah permukaan laut. Dentalium mengubur dirinya dengan menggunakan
kakinya. Kebiasaan hidup dengan mengubur diri di substrat didukung oleh struktur
anatomisnya dimana Dentalium tidak memiliki kepala dan insang, sehingga untuk
mekanisme respirasinya melalui lapisan mantel yang membentuk rongga berisi cairan
yang sekaligus merangkap menjadi lubang ekskresi dan anus yang nantinya oksigen
akan diedarkan secara intraselular melalui proses difusi (Wisehart dkk. 2012).

Bekicot merupakan salah satu anggota gastropoda dimana alat gerak utamanya
merupakan kaki yang berada di bagian perutnya yang tersusun atas otot-otot perut.
Gerakan otot perut bekicot berkontraksi seperti membentuk gelombang dengan
pergerakan yang lambat, selain itu juga pada bagian anterior kakinya menghasilkan
lendir yang berfungsi untuk melindungi kakinya serta memudahkan dalam pergerakan
bekicot (Ibrohim dkk. 2017). Dilihat dari alat reproduksinya, bekicot termasuk dalam
organisme hermaphrodit karena memiliki ovotestes yang merupakan alat kelamin
jantan sekaligus alat kelamin betina. Walaupun hermaphrodit dan gonad jantan dan
betina matang secara bersamaan, namun bekicot tidak dapat melakukan pembuahan
sendiri sehingga dibutuhkan dua individu untuk melakukan proses kawin dengan cara
saling bertukar sperma yang disalurkan melalui penis menuju ke spermoviduct untuk
selanjutnya dapat membuahi sel telur dan terjadi fertilisasi (Ibrohim dkk. 2000).

Bekicot merupakan salah satu anggota gastropoda yang sudah beradaptasi


dengan lingkungan darat yang cenderung memiliki kadar air yang lebih rendah.
Adaptasi secara anatomis dapat dilihat dari keberadaan pulmo yang menggantikan
insang sebagai organ pernapasan utama, selain itu juga secara perilaku bekicot akan
mengubur diri dalam tanah dan bersembunyi di dalam cangkangnya untuk menghindari
udara kering dan juga dapat diamati bahwa umumnya bekicot aktif pada malam hari
dimana suhu sudah lebih sejuk dan kelembaban lebih tinggi daripada di siang hari
(Yusminah, 2007).

Kerang merupakan salah satu anggota filum Mollusca dari kelas bivalvia yang
umumnya mudah dikenali dari cangkangnya yang berkatup dua. Pada kerang yang
diamati tidak ditemukan adanya radula seperti yang bisa ditemukan pada Gastropoda
sehingga untuk mendapatkan makanan dapat melalui sifon yang terdapat pada bagian
posterior cangkang khususnya melalui sifon ventral atau sifon masuk dimana bahan
makanan seperti plankton akan tertarik masuk kemudian diolah di sistem
pencernaannya dan sisanya kemudian dikeluarkan melalui anus atau sifon dorsal
(Wisehart dkk. 2012). Kerang umumnya bersifat hermaphrodit namun tidak dapat
membuahi dirinya sendiri. Pada saat terjadi proses perkawinan, kerang jantan akan
menyemburkan sperma ke air dan kerang betina juga akan melepaskan sel telur ke air
sehingga proses fertilisasi terjadi diluar tubuh induknya (eksternal) sehingga sperma
dan sel telur bertemu di air yang kemudian telur yang terbuahi akan tumbuh menjadi
larva trochophore yang mampu berenang bebas sampai nantinya menempel pada
substrat dan membentuk cangkang (Maskoeri, 1992).

Manfaat kerang selain sebagai sumber makanan dengan kandungan protein


tinggi, namun juga kerang mampu menghasilkan benda yang bernilai ekonomi tinggi
lainnya yaitu mutiara. Mutiara yang dikenal sebagai salah satu perhiasan ini sebenarnya
proses pembentukannya diawali dari masuknya benda asing ke dalam tubuh kerang saat
kerang membuka cangkangnya. Kerang tidak memiliki kemampuan untuk
memuntahkan benda asing yang masuk ke tubuhnya sehingga cara yang ditempuh
adalah dengan membalut benda asing tersebut dengan nacre yang berupa mineral yang
dihasilkan oleh mantel pada kerang agar benda asing tersebut tidak berbahaya bagi
kerang. Proses pelapisan benda asing dengan nacre dapat berlangsung dalam jangka
waktu yang lama tergantung kemampuan kerang sehingga secara alami bentuk mutiara
tidak selalu bulat sempurna namun ada yang berbentuk lonjong, prisma, bahkan tidak
beraturan (Campbell, dkk. 2012).

Cumi-cumi merupakan anggota dari kelas Cephalopoda yang sesuai dengan


namanya bergerak dengan menggunakan bagian kepalanya. Alat pergerakan cumi-cumi
ada dua yaitu tentakel yang berada pada bagian anterior tubuh yang berfungsi layaknya
dayung saat berenang maju, dan juga sifon yang berada di bagian kepala untuk
berenang mundur. Sifon memiliki mekanisme mirip seperti mesin jet yaitu dengan
menyemburkan air yang sebelumnya ada di daerah mantel dengan kecepatan tinggi
sehingga mendorong cumi-cumi mundur karena memang bagian kepala merupakan
bagian posterior sehingga walaupun terlihat seolah-olah maju namun sebenarnya cumi-
cumi bergerak mundur. Cumi-cumi juga memiliki sirip yang merupakan perluasan dari
mantel yang berfungsi untuk mengatur arah dan juga keseimbangan arah renang
(Wisehart dkk. 2012). Cumi-cumi memiliki mekanisme unik dalam mempertahankan
diri yaitu dengan cara menyemprotkan tinta yang ada dalam kantung tintanya ke air
yang berguna untuk memperkeruh air disekitarnya sehingga menghalangi pandangan
predator agar cumi-cumi memiliki waktu yang cukup untuk berenang menjauh ke
tempat yang lebih aman dari predator tersebut (Sutarno, 2009).
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Anggota filum Mollusca umumnya memiliki cangkang keras yang berfungsi
untuk melindungi tubuhnya yang lunak, namun bukan berarti seluruh anggota filum
Mollusca memiliki cangkang karena ada pula anggota yang tidak memiliki cangkang
seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi. Ukuran tubuh
dari Mollusca sangat bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga bahkan ada
cumi-cumi raksasa yang tergolong ke dalam kelompok Mollusca yang panjangnya
dapat mencapai 18 m. Secara struktural, umunya tubuh Mollusca dibagi menjadi 3
bagian utama antara lain kaki, massa viseral, dan mantel.
Anggota filum Mollusca umumnya merupakan makhluk akuatik dan sebagian
besar diantaranya merupakan makhluk laut yang tersebar di seluruh lautan di dunia,
mulai dari cumi-cumi pelagis hingga siput herbivora yang sifatnya benthos. Namun ada
juga Mollusca yang hidup di darat seperti bekicot dan juga siput yang mempu
beradaptasi dengan lingkungan darat.
Pembagian kelas dalam filum Mollusca memiliki beberapa versi. Ada yang
berpendapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan
Cephalopoda; ada yang berpendapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu Amphineuria,
Scaphophoda, Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda; dan ada pula yang
berpendapat dibagi menjadi 7 kelas yaitu Aplacophora, Monoplacophora,
Polyplacophora, Scaphophoda, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda.
Cangkang pada hewan Mollusca sangat penting untuk melindungi tubuhnya
yang lunak dari berbagai gangguan, namun tidak semua Mollusca bercangkang
contohnya dari kelas Cephalopoda dan Aplachopora yang keduanya tidak memiliki
cangkang. Cangkang umumnya terbentuk oleh lapisan mantel dan terbagi menjadi 3
lapisan yaitu nacreous, prismatik, dan periostracum. Bahan yang menjadikan cangkang
bersifat keras adalah kalsium karbonat.

5.2. Saran
Diharapkan praktikan lebih serius dan lebih teliti dalam melakukan praktikum
sehingga hasil yang dicapai bisa lebih baik lagi. Ketidaksiapan praktikan dalam
memahami materi harus diminimalisir dengan melakukan persiapan yang optimal
sebelum praktikum.
DAFTAR RUJUKAN
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane. B Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2012. Biologi. 8 ed. 2.
Bandung: Erlangga.
Dall, W. H. 1884. “Classification of Mollusca.” Science ns-4 (88): 351–351.
https://doi.org/10.1126/science.ns-4.88.351-b.
Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Yusuf Kastawi, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2000.
Petunjuk Praktikum Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ibrohim, Sri Endah Indriwati, Masjhudi, dan Sofia Ery Rahayu. 2017. Keanekaragaman
Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Maskoeri, Jasin. 1992. Zoologi Invertebrata. Jakarta: Penerbit Andi.
Sutarno, Nono. 2009. Hand Out Zoologi Invertebrata. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wisehart, Gary D, Erin C Rempala, Michael J Leboffe, dan David Ferguson. 2012. A
Photographic Atlas of Marine Biology. Engelwood: Morton Publishing Company.
Yusminah, Hala. 2007. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Anda mungkin juga menyukai