Anda di halaman 1dari 10

A.

Tujuan
1. Mengenali dan membedakan berbagai jenis hewan arthropoda dan
mamalia yang ditemukan pada saat dilapangan
2. Mendeskripsikan karakter morfologi pada berbagai hewan yang diamati
3. Melakukan identitifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi yang telah
diamati
B. Dasar Teori
1. Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa Latin, Mollucus yang berarti lunak.
Phylum mollusca adalah hewan yang memiliki tubuh lunak dan berlendir.
Phylum mollusca termasuk dalam hewan yang bersifat Triploblastik
Celomata (Tubuh terdiri 3 lapis,mekso, meso, dan endodermis) dengan
sebaran habitat yang sangat luas. Phylum mollusca merupakan filum
terbesar kedua setelah phylum Arthropoda. Diperkirakan ada 75 ribu
jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Tubuh mollusca yang
lunak sebagai ciri utama ini dilindungi oleh suatu cangkang yang keras.
Ukuran tubuh mollusca sangat bervariasi mulai dari yang panjangnya
hanya beberapa millimetre hingga dapatmrncapai panjang 18 meter.
Bentuk tubuhnya pun sangat bervariasi yang simetri bilateral. Sistem
klasifikasi modern, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yakni
Amphineura, Gastropoda, Cephalooda, Pelecypoda (Bivalia), Scaphoda.
Pembagian ini didasarkan pada ciri morfologi, struktur tubuh, anantomi
dan fisiologi dari hewanhewan tersebut. Masing-masing kelas tersebut
memiliki ciri tersendiri yang sangat khas dan berbeda dengsn kelas-kelas
yang lain (Anugrah, P. 2022).
a. Mollusca mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang
belakang (Invertebrata).
2. Habitatnya di air tawar, air laut maupun daratan. Merupakan hewan
triploblastik selomata.
3. Struktur tubuhnya simetri bilateral.
4. Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
5. Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf.
6. Organ ekskresi berupa nefridia.
7. Memiliki radula (lidah bergigi).
8. Hidup secara heterotroph.
9. Reproduksi secara seksual.
b. klasifikasi Mollusca :
a. Kelas Amphineura
Anggota Amphineura memiliki lebih dari 700 spesies, banyak di
antaranya telah memfosil pada jaman Ordovisian sekitar 700 tahun yang
lalu. Sodiq (2014, hlm. 100) menjelaskan, “Kelas Amphineura merupakan
hewan bertubuh simetris bilateral, kepalanya tidak jelas, menyerupai
cacing, kemudian mantelnya tidak berkembang. Kelas Amphineura terbagi
menjadi 2 ordo sebagai berikut :
1) Poliplacophora. Contohnya, kiton (Chiton tuberculatus) dan
Chaetopleura apiculata.
2) Aplacophora. Bentuknya seperti cacing dan tidak bercangkang,
misalnya Neomeonia carinata.
a. Struktur Tubuh Amphineura
“Struktur tubuh simetri bilateral, memiliki kaki yang terletak
dibagian ventral memanjang dan juga memiliki radula. Mulut terletak
di bagian anterior dan tidak berfungsi dengan baik, sedangkan anus
terletak pada bagian posterior. Untuk anggota kelas ini biasanya tidak
memiliki tentakel dan mata” (Waluyo, 2010, hlm. 39)
b. Sistem Organ pada Amphineura
“Reproduksi secara seksual (pertemuan ovum dan spermatozoid)
yang terdapat pada individu jantan dan betina. Eksresi dilakukan
sepasang ginjal yang bermuara kearah posterior. Sistem peredaran
darahnya terbuka terdiri dari jantung, aorta, dan sebuah sinus. Darah
mendapat oksigen dari insan. “Hewan ini menggunakan radula dan
gigi untuk menggerus makanannya”. Terdapat dua cabang saraf yang
berfungsi menggerakan mantel dan daerah kaki, sistem saraf berupa
cincin esophagus. Hewan ini tidak memiliki ganglion yang jelas, tetapi
terdapat sel-sel ganglion pada cabang saraf” (Waluyo, 2010, hlm. 39)
b. Kelas Scapophoda
Sodiq (2014, hlm. 100) mengatakan, “Scapophoda memiliki
tubuh memanjang yang terbungkus dalam cangkang dan pada kedua
ujungnya terbuka, hewan ini juga tubuhnya simetri bilateral”. Waluyo
(2010, hlm. 40) menambahakan, “Anggota hewan pada kelas ini lebih
banyak menghabiskan hidupnya mengubur diri di dalam pasir. Hewan
dari kelas ini tidak memiliki insang dan bernafas dengan mantel.
Hewan ini memiliki kaptakula (tentakel kontraktil yang bersilia), yaitu
organ peraba untuk menangkap mangsanya yaitu microflora dan
mikrofauna yang terdapat di dekat mulutnya”.
c. Kelas Gastropoda
Gastropoda berasal dari kata Yunani “gaster” yang bearti perut
dan “pous” yang berarti kaki. “Gastropoda merupakan hewan yang
berjalan menggunakan kaki perut. Sebagian besar anggota dari
Gastropoda hidup dalam air laut, walaupun ada juga yang ditemukan
dalam air tawar bahkan ada yang di darat” (Waluyo, 2010, hlm. 40).
Herlanti dan Maulidia (2010, hlm. 83) menambahkan bahwa, “
Gastropoda memiliki ciri khas yaitu berkaki lebar dan pipih, bergerak
lambat. Gastropoda darat biasanya memiliki sepasang tentakel panjang
dan sepasang tentakel pendek yang pada ujungnya terdapat mata
berfungsi sebagai reseptor gelap dan terang, peraba dan pembau”.
Menurut waluyo (2010, hlm. 40) “Umumnya gastropoda sering
dimanfaatkan sebagai bahan makanan karna memiliki kandungan
protein yang tetapi ada juga keong dan kerabatanya yang merugikan
para petani”.
d. Kelas Cephalopoda
Menurut Herlanti dan Maulidia (2010, hlm. 84) “Habitat
Cephalopoda seluruhnya di laut dengan cara beranang atau merayap di
dasar laut. Makanannya berupa kepiting atau jenis hewan invertebrata
lainnya. Kebnyakan Cephalopoda memiliki kantong tinta sebagai
organ pertahanan yang didalamnya terdapat cairan seperti tinta
berwarna coklat atau hitam”.
e. Kelas Pelecypoda (Bivalvia)
Waluyo (2010, hlm. 44) mengatakan, “Selain Pelecypoda ada
beberapa sebutan untuk kelas jni, yaitu: bila dilihat insangnya yang
belempeng-lempeng namanya Lamellibranchiata”. Menurut Herlanti
dan Maulidia (2010, hlm. 83) “Pelecypoda biasanya diidentifikasi
sebagai kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada margaritifera)
dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pelecypoda memiliki ciri khas yaitu
kaki berbentuk pipih yang digunakan untuk melekat atau menggali
pasir dan lumpur”. Pelecypoda hidup di air tawar dan air laut. Hewan
ini bebas dengan memakan zooplankton
Peranan Mollusca bagi Kehidupan Manusia Waluyo (2010, hlm.
47-50) mengatakan, “Moluska mempunyai peranan yang penting bagi
kehidupan manusia, yaitu sebagai sumber makanan dan bahan industri,
karena mollusca mempunyai cangkang yang di manfaatkan sebagai
barang pernak-pernik. Baik gurita cumi-cumi, sotong, dan beberapa
jenis kerang dan siput merupakan bahan makanan penting manusia di
beberapa bagian dunia”. Manfaat Mollusca bagi manusia, misalnya
sebagai bahan makanan, cangkoknya dapat dibuat perhiasan, dan
beberapa jenis tiram di laut menghasilkan mutiara.

2. Echinodermata
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting
dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam
rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya.
Sehingga ia mempunyai peran sebagai pembersih lingkungan laut
terutama pantai. Selain itu echinodermata juga dapat dijadikan parameter
(bioindikator) kualitas di perairan laut (ekosistem laut). Tubuh
Echinodermata tidak beruasruas ketika larva bersifat simetri bilateral dan
setela dewasa menjadi simetri radial. Sistem pernafasan berbeda-beda,
ada yang menggunakan kaki tabung, insang kecil, pohon respirasi
(Jalaludin, dkk, 2017).
a. Karakteristik Echinodermata
Jalaluddin (2011:71) memberikan ciri-ciri Echinodermata untuk dapat
kita identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Simetri radial pada hewan yang dewasa, memiliki 5 bagian, sedangkan
larva simetri bilateral, memiliki jaringan dasar, sebagian besar alatnya
bersilia; tidak memiliki kepala dan otak, tdak bersegmen.
2. Permukaan tubuh yang umunya simetri radial, memiliki kaki bulu atau
kaki abulakral.
3. Tubuh terbungkus epidermis yang halus dengan disokong oleh penguat
berupa kepingan kapur yang disebut laminae atau ossicula yang mudah
digerakan atau tidak mudah digerakan, denga pola yang tetap memiliki duri-
duri yang halus.
4. Saluran pencernaan sederhana, biasnya lengkap (beberapa jenis tidak
memiliki anus).
5. Memiliki sistem sirkulasi radial yang mengalami reduksi, coelem dilapisi
oleh peritoneum besilia, rongga coelom biasanya luas dan berisi amoebocy-
timoebocyt bebas. Pada tingkatan larva coelom ini berfungsi sebagai sistem
vasculer air dengan kaki ambulakral yang banyak digunakan untuk berjalan,
menangkap mangsa atau respirasi.
6. Resiprasi dilakukan dengan insang kecil atau papulae yang terkabul dari
coelom; beberapa echinodermata bernafas dengan menggunakan
ambulakral; sedangkan pada Holothuroidea menggunakan batang-batang
seperti pohon yang terdapat clocoa.
7. Sistem saraf dengan batang cincin yang bercabang-cabang kearah radial.
8. Seks terpisah, alat berkembang-biakan sederhana.
b. Klasifikasi Echinodermata
Kelompok utama fhilum Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu
kelas bintang laut (Asteroidea) contoh: Archastertypicus, kelas Bintang
Ular (Ophiuroidea) contoh: Amphiodiaurtica, kelas Landak Laut
(Echinoidea) contoh: Diademasetosium, kelas lilia laut (Crinoidea)
contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Tripang Laut (Holothuroidea) contoh:
Holothuriascabra (Katili, A. S, 2011).
c. Habitat Echinodermata
Secara umum di dalam ekosistem laut echinodermata mencapai
diversitas tertinggi di terumpu karang dan pantai dangkal. Hal ini
dikarenakan Larva dari Echinodermata, terutama bintang laut dan bulu
babi, bersifat pelagis, dan biasa berenang sampai jarak yang jauh untuk
memperluas distribusi (Rompis, dkk, 2013:27). Juga beberapa jenis
Echinodermata hidup dalam sumursumuran di daerah pantai atau di
bawah rumput laut, ada juga yang membenamkan diri dalam tanah liat di
muara sungai atau di bawah karang-karang yang lunak (Umagap,
2013:94)
3. Porifera
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya
tersesun atas sel-sel yang cenderung bekerja secra mandiri. Porifera
dikenal juga sebagai hewan berpori(spons). Dibanding dengan protozoa
maka susunan tubuh porifera lebih komplek. Tubuh porifera tidak lagi
terdiri atas satu sel malainkan telah tersusun atas banyak sel. Berdasarkan
sejarah embrionalnya dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh porifera
beberapa ahli memasukan porifera ke dalam kelompok parazoa atau
hewan sampingan. Sebagian besar porifera hidup di laut kecuali famili
Spongillidae yang hidup di air tawar (Anugrah, P. 2022).
a. Karakteritik Porifera
Secara umum porifera memiliki ciri-ciri khusus antara lain:
a. Tubuh memiliki banyak pori yang merupakan system saluran air yang
menghubungkan bagian luar dan bagian dalam tubuh
b. Tidak memiliki alat gerak
c. Sistem pencernaan berlangsung secara intraselular
d. Tubuh disokong oleh mesenchim dan spikula-spikula atau bahan
serabut yang tersusun dari bahan organic
e. Struktur tubuh dibagi atas tiga tipe yaitu ascon, sycon dan rhagon
f. Bersifat holozoik maupun saprozoik
g. Berkembang biak secara seksual dan aseksual

b. Klasifikasi Porifera
a. Kelas Calcarea
Calcarea memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.
Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga,
dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm. Struktur
tubuh ada yang memiliki saluran air Ascon, Sycon, atau Leucon. Calcarea
hidup di laut dangkal, contohnya Sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer.
Calcarea terdiri atas dua ordo, yaitu Homocoela dan Heterocoela (Anugrah,
P. 2022).
b. Kelas Hexactinellida
Berasal dari kata ”hexa” yang berarti enam. Memiliki spikula yang
tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang.
Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga atau
mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe Sycon.
Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 m - 1.000 m(Amir dan
Budiyanto, 1996).Kelas Hexactinellida terdiri atas 2 subkelas
(Amphidiscophora dan Hexasterophora), 5 ordo (Amphidiscosida,
Lyssacinosida, Lychniscosida, Hexactinosida, dan Aulocalycoida), 17
famili, dan 118 genus (Anugrah, P. 2022).
c. Kelas Demospongia
Berasal dari kata “demo” yang berarti tebal dan “spongiae” yang
berarti spons. Memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin.
Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada
amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar
matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan
diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae
memiliki saluran air tipe Leucon. Habitat Demospongiae umumnya di laut
dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae
adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di
air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90%
dari seluruh jenis Porifera
Kelas Demospongia terdiri atas 3 subkelas (Homoscleromorpha,
Ceractinomorpha, dan Tetractinomorpha), 15 ordo (Homosclerophorida,
Agelasida, Dendroceratida, Dictyoceratida, Halichondrida, Halisarcida,
Haplosclerida, Poecilosclerida, Verongida, Verticillitida, Astrophorida,
Chondrosida, Hadromerida, Lithistida, Pirophorida), 88 famili, dan 500
genus (Anugrah, P. 2022).
C. Habitat Porifera
Habitat Porifera sebagian besar di laut dan beberapa di air tawar.
Hidup sesildengan menempel pada substrat seperti batuan, batuan karang
atau terumbu karang(Sa'adah, 2011). Persebaran porifera mulai dari zona
pasang surut sampai lautdengan kedalaman 8000 m dari permukaan laut
(Smith, 1992). Porifera melakukan "filter feeder" untuk mendapatkan
nutrisi, memodifikasi spikula yang tajam dan menunjukan beberapa
perilaku seperti berkontraksi, merubah warna tubuh, sertamenghasilkan
metobolit sekunder berupa racun seperti mensekresi lendir ketikakondisi
tidak menguntungkan (Sa'adah, 2011).
Referensi
Waluyo, Kusno. 2010. Memahami Dunia Protozoa, Selenterata, Moluska,
Dan Ekinodermata. Edited by Rissa Yanuar. Bandung: PT Puri Delco.
Sodiq, Mochammad. 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Herlanti, Yanti, and Rachmani Maulidia. 2010. Keanekaragaman Hayati
Dan Klasifikasi Makhluk Hidup. Edited by Di Oryza Intan. Kudus: PT
Pura Barutama.
identifikasi dan klasifikasi phylum echonodermata di perairan laut desa
semblan kecamatan simeulue barat kabupaten simeulue. Jalaluddin1),
Ardeslan2) Jurnal Biology Education Vol. 6 No. 1 Oktober 2017
Katili A S, 2011. Struktur Komunitas Echinodermata pada Zona Intertidal
di Gorontalo, (Jurnal Penelitian Pendidikan). Vol 08 No. 01. FMIPA,
Universitas Negeri Gorontalo. Sulawesi
Rompis, dkk, 2013. Diversitas Echinodermata di Pantai Meras Kecamatan
Bunaken Sulawesi Utara. (Jurnal Bioslogos). Vol 03 No. 02. FMIPA,
Universitas Sam Ratulangi. Manado
Umagap W A, 2013. Keanekaragaman Species Landak Laut (Echinoidea)
di Perairan Dofa Kabupaten Kepulauan Sula. (jurnal Bioedukasi). Vol 01
No. 02. STAIN Ternate. Muluku.
Jalaluddin, 2011. Diktat Zoologi Avertebrata. Universitas Serambi
Mekkah. Bandah Aceh
Sa’adah, S. 2011. Porifera: Zoologi Invertebrata.Bandung: UIN SGD

Anda mungkin juga menyukai