Anda di halaman 1dari 26

A.

Pengertian Animalia
Hewan atau Animalia (Latin, anima = jiwa) merupakan organisme eukariotik (memiliki
membran inti sel), multiseluler (bersel banyak), tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil
sehingga hidup sebagai organisme hererotrof dan dapat menggerakkan tubuh untuk mencari
makan atau mempertahankan diri dari musuh. Terdapat lebih dari satu juta spesies hewan
dengan bentuk dan struktur tubuh yang beraneka ragam. Hewan menempati hampir semua
lingkungan di bumi, namun sebagian besar spesies hewan hidup di air (Irnaningtyas, 2013).
Hewan dapat dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya jaringan penyusun tubuh, yaitu
parazoa dan eumatozoa. Parazoa adalah hewan yang tidak memiliki jaringan sejati, yaitu
hewan-hewan anggota filum porifera (hewan spons). Sedangkan, eumatozoa adalah hewan
yang memiliki jaringan sejati, yaitu anggota filum hewan lainnya (Cnadaria, Ctenophora,
Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca dan Lainnya).
Hewan eumatozoa memiliki lapisan embrionik yang terbentuk melalui proses grastulasi
pada saat perkembangan embrio. Lapisan tersebut akan membentuk berbagai jaringan dan
organ tubuh.
Terdapat tiga macam lapisan embrionik (Irnaningtyas, 2013), yaitu sebagai berikut:
a. Ektoderm, merupakan lapisan terluar yang menutupi permukaan embrio. Ektoderm yang
berkembang menjadi penutup luar tubuh hewan dan pada hewan anggota filum tertentu,
ektoderm akan menjadi sistem saraf pusat.
b. Endoderm, merupakan lapisan terdalam dan menutupi saluran pencernaan yang sedang
berkembang (arkenteron). Endoderm akan berkernbang menjadi saluran pencernaan, hati
dan paru-paru pada vertebrata.
c. Mesoderm, terletak di antara ektoderm dan endoderm. Mesoderm akan menjadi otot dan
organ lainnya yang terletak di antara saluran pencernaan dan penutup luar tubuh.

Hewan yang memiliki dua lapisan embrionik (ektoderm dan endoderm) disebut
diploblastik, contohnya hewan kelompok Coelenterata (filum Cnidaria dan Ctenophora).
Hewan yang memiliki tiga lapisan embrionik (ekroderm, mesoderm dan edoderm) disebut
triploblastik, concohnya semua eumetazoa, kecuali Coelenterata (filum Cnidaria dan
Ctenophora) (Irnaningtyas, 2013).
Hewan triploblastik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Irnaningtyas, 2013), yaitu
sebagai berikut,
a. Triploblastik aselomata, merupakan hewan triploblastik yang solid atau tidak memiliki
rongga diantara saluran pencernaan dan dinding tubuh. Contohnya Platyhelminthes (cacing
pipih).
b. Triploblastik pseudoselomata, merupakan hewan triploblastik yang memiliki rongga tubuh
semu atau rongga tubuh yang tidak sepenuhnya dilapisi jaringan dari mesoderm.
Contohnya Nematoda (cacing gilik).
c. Triploblastik selomata, merupakan hewan triploblastik yang memiliki rongga tubuh
(selom) sejati dan di lapisi jaringan yang berasal dari mesoderm. Contohnya Annelida,
Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan Vertebrata.

Hewan juga dapat di kelompokkan berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, yaitu
invertebrata (tidak memiliki tulang belakang) dan vertebrata (memiliki tulang belakang).

B. Invertebrata
Invertebrata (Latin, in = tanpa, vertebrae = tulang belakang) adalah hewan yang tidak
memiliki tulang belakang. Jumlah spesies hewan invertebrata meliputi 95% dari seluruh hewan
yang diketahui hidup di bumi. Hewan invertebrata dapat dikelompokkan menjadi beberapa
filum, antara lain Porifera, Cnidaria, Ctenophora, Platyhelmintes, Nematoda, Annelida,
Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.

1. Profera (Hewan Spons)


Porifera (Latin, porus = pori, fer = membawa) adalah hewan invertebrata yang tidak memiliki
jaringan sejati (parazoa), tanpa organ dan jaringan yang terspesialisasi, serta tubuhnya
memiliki banyak pori.
1) Habitat dan Cara Hidup Porifera
Sebagian besar Porifera hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Pada
umumnya Porifera hidup di perairan yang dangkal dan jernih, namun ada pula yang hidup di
perairan berpasir atau berlumpur. Porifera dewasa hidup sesil atau melekat di suatu substrat.
Porifera hidup secara heterotrof dengan memakan bakteri dan plankton.
2) Ciri-Ciri Tubuh Porifera
a) Ukuran dan bentuk tubuh porifera
Ukuran tubuh porifera bervariasi, dari sebesar kacang polong hingga setinggi 90 cm
dengan diameter 1 m. Tubuh Porifera berwarna-warni, berwarna pucat atau cerah. Sebagian
besar tubuhnya berbentuk asimetri (tidak beraturan) dengan pola yang bervariasi, namun ada
pula yang berbentuk simetri radial. Ada yang berbenruk menyerupai vas bunga, jambangan,
tabung, atau bercabang-cabang seperti tumbuhan. Pada permukaan tubuh Porifera terdapat
lubang-lubang atau pori-pori (ostium) yang merupakan lubang masuknya air. Air kemudian
mengalir ke rongga tubuh (spongosol) dan keluar melalui lubang pengeluaran (oskulum).
Berdasarkan tipe saluran air, bentuk tubuh porifera dapat dibedakan tiga macam, yaitu
askonoid, sikonoid, leukonoid (Irnaningtyas, 2013).
b) Struktur dan fungsi tubuh Porifera
Tubuh Porifera tidak tersusun dari jaringan sejati, tetapi dibentuk oleh sekumpulan sel-
sel yang tersusun longgar. Sel-sel tersebut relatif belum terspesialisasi. Porifera tidak merniliki
sistem saraf dan otot, terapi masing-masing sel dapat bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
Tubuh Porifera terdiri atas tiga lapisan sel, yaitu sebagai berikut.
a. Pinakosit atau pinakoderm, merupakan sel-sel lapisan tubuh terluar. Sel-sel berbentuk
pipih, tersusun rapat dan berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam. Pinakosit
dapat berkontraksi sehingga tubuh dapat membesar atau mengecil. Di anrara pinakosit
terdapat pori-pori (ostiurn) yang membentuk saluran air menuju ke spongosol.
b. Mesohil (mesoglea), terlerak di antara lapisan luar (pinakosit) dan lapisan dalam
(koanosit). Mesohil berupa protein bergelatin yang mengandung bahan tulang dan sel-
sel ameboid yang disebut amebosit. Terdapat beberapa macam amebosit dengan fungsi
yang berbeda-beda, yaitu untuk mengedarkan sari makanan dan oksigen ke sel-sel
tubuh lainnya, membuang partikel sisa-sisa merabolisme, membuat spikula (serat
spons) dan membentuk sel reproduktif.
c. Koanosit, merupakan sel-sel lapisan tubuh paling dalam yang melapisi rongga atrium
atau spongosol. Koanosit (sel berleher) berbentuk agak lonjong, salah satu ujungnya
melekat pada mesohil, ujung lainnya berada di spongosol, berflagela dan dikelilingi
oleh serangkaian penjuluran yang dilapisi oleh mukus.
3) Fisiologi Porifera
Proses fisiologi Porifera bergantung pada aliran air. Air yang masuk melalui ostium
membawa partikel makanan dan oksigen. Getaran flagela pada koanosit menyapu air ke arah
oskulum. Partikel makanan akan terjerat dalarn mukus yang terdapat pada penjuluran,
kemudian ditelan secara fagositosis dan dicerna secara intraseluler di dalam koanosit. Sari
makanan hasil pencernaan masuk ke dalam amebosit yang terletak bersebelahan dengan
koanosit, kemudian diedarkan ke sel-sel lainnya. Pertukaran gas terjadi secara difusi.
4) Cara Reproduksi Porifera
Porifera bereproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual
dengan cara pembentukan tunas (budding) dan gemula (gemmule, tunas internal). Tunas
merupakan salah satu jenis sel-sel amebosit yang mudah dilepaskan. Sekelompok sel yang
dilepaskan akan tumbuh menjadi individu baru. Gemula merupakan sekumpulan arkeosit yang
mengandung cadangan makanan dan dikelilingi oleh amebosit yang membentuk lapisan luar
yang keras atau terkadang mengandung spikula. Arkeosit merupakan amebosit dengan
pseudopodia yang tumpul dan bernukleus besar. Namun beberapa jenis Porifera membentuk
gemula tanpa cangkang atau kadang-kadang berbentuk larva yang berenang bebas.
Pada umumnya Porifera bersifat herrnafrodit, terapi sel telur dan sperma diproduksi
pada waktu yang berbeda. Beberapa jenis ada yang diesis (dioecious). Sperma dikeluarkan
bersama aliran air melalui oskulum dan masuk ke individu lain melalui ostium. Fertillsasi sel
telur oleh sperma terjadi di mesohil dan menghasilkan embrio. Embrio akan tumbuh menjadi
larva berflagela yang disebut larva amfiblastula. Larva amfiblastula keluar dari mesohil,
kernudian bersarna aliran air keluar melalui oskulum. Larva amfiblastula berenang bebas dan
menempel di suatu subsrtat hingga tumbuh menjadi porifera dewasa (Irnaningtyas, 2013).
5) Klasifikasi
Terdapat sekitar 10.000 spesies Porifera yang sudah di identifikasi. Porifera
dikelompokkan menjadi empat kelas berdasarkan penyusun kerangka tubuhnya, yaitu
Calcarea (Calcispongiae), Hexactinellida (Hyalospongiae), Demospongiae dan
Sclerospongiae.
6) Peranan Porifera dalam Kehidupan Manusia
Beberapa jenis hewan spons laut yang berwarna cerah digunakan untuk hiasan di dalam
akuarium air laur, misalnya Axinella cannabina (berwarna orange). Kerangka dari spongia dan
Hippospongia dimanfaatkan untuk spons mandi. Hewan spons Cliona dapat mengebor batu
karang dan cangkang Mollusca yang sangat keras, sehingga membantu pelapukan. Hewan
spons yang hidup pada jenis kerang tertentu dapat mengganggu peternakan tiram.

2. Cnidaria
Filum Cnidaria dan Ctenophora termasuk kelompok hewan Coelenterata (Yunani,
coelenteron = rongga), yaitu hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh sebagai alat
pencernaan makanan (gastrovaskuler). Cnidaria (Yunani, cnide = sengat) karena memiliki alat
sengat untuk pertahanan diri dan menangkap mangsanya.
1) Cara Hidup dan Habitat Cnidaria
Cnidaria sebagian besar hidup bebas di air laut dan hanya beberapa spesies yang hidup
di air tawar. Mereka hidup di perairan dangkal, secara berkoloni atau soliter. Cnidaria
berbentuk polip hidup sesil (melekat) di suatu substrat, sedangkan yang berbentuk medusa
bergerak melayang atau berenang bebas di dalam air. Cnidaria hidup heterotrof sebagai
karnivor dengan memakan udang dan ikan kecil.
2) Ciri-Ciri Tubuh Cnidaria
a) Ukuran dan bentuk tubuh Cnidaria
Ukuran tubuh cnidarian bervariasi. Ada yang berukuran hanya beberapa millimeter,
contohnya Hydra, ada pula yang berukuran besar hingga 2 m, contohnya Cyanea capilata.
Tubuh cnidarian berbentuk simetri radial. Bentuk tubuh cnidarian dapat dibedakan menjadi
polip dan medusa.
b) Struktur dan fungsi tubuh Cnidaria
Cnidaria termasuk eumetazoa karena tubuhnya sudah tersusun oleh jaringan sejati.
Cnidaria merupakan hewan diploblastik atau memiliki dua lapisan embrionik, yaitu ekroderm
dan endoderm.

Tubuh Cnidaria terdiri atas tiga lapisan (Irnaningtyas, 2013), yaitu sebagai berikut.
a. Epidermis, merupakan lapisan tubuh paling luar. Epidermis tersusun dari 5 macam sel,
yaitu sel epitel otot, sel interstisial,sel knidosit atau knidoblas, sel kelenjar lendir, dan
sel saraf indra. Di dalam knidosit atau knidoblas terdapat kapsul penyengat nematosista.
Nematosista paling banyak terdapat di tentakel dan ujung oral (muluc). Racun yang
dikeluarkan dari nematosista pada umumnya tidak membahayakan manusia, misalnya
pada Hydra. Namun ada pula yang menyebabkan rasa sakit, panas, bahkan dapat
menyebabkan kematian, misalnya pada ubur-ubur Cbironex.
b. Mesoglea, merupakan rongga yang berisi bahan seperti gelatin dan tidak mengandung
sel-sel. Mesoglea terlerak di antara epidermis dan gastrodermis.
c. Gastrodermis, terdiri atas beberapa macam sel, yaitu sel otot pencerna berflagela, sel
kelenjar enzim dan sel kelenjar lendir.
3) Fisiologi Cnidaria
a) Pergerakan
Pergerakan terjadi karena kontraksi otot. Kontraksi otot berpengaruh terhadap cairan di
dalam rongga gastrovaskuler yang berfungsi sebagai rangka hidrostatik. Polip hanya dapat
bergerak meliuk-liuk, sedangkan medusa dapat berenang bebas dengan cara berdenyut akibat
kontraksi otot melingkar. Gerakan yang dihasilkan searah vertikal, sedangkan gerakan
horisontal bergantung pada arus laut.
b) Cara mencerna makanan
Makanan masuk ke dalam mulut dengan bantuan tentakel. kemudian masuk ke rongga
gastrovaskuler. Di dalam rongga gastrovaskuler terdapat enzim semacam tripsin untuk
mencerna protein. Makanan akan hancur dan kemudian diaduk hingga merata oleh gerakan
flagela. Sel otot pencerna memiliki pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel
makanan. Pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Sari makanan hasil pencernaan
diedarkan·ke seluruh tubuh secara difusi, sebagian disimpan sebagai cadangan makanan
berupa lemak dan glikogen. Sisa pencernaan makanan dibuang melalui mulut. Cnidaria tidak
memiliki anus.
c) Pernapasan dan ekskresi .
Cnidaria tidak memiliki alat pernapasan dan ekskresi. Pertukaran gas dilakukan oleh
seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Sisa-sisa metabolism berupa ammonia juga dibuang
secara difusi.
4) Cara Reproduksi Cnidaria
Cnidaria bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dengan
pembentukan tunas.Tunas dibentuk oleh Coidada yang berbentuk polip dan tumbuh di dekat
kaki polip. Cnidaria memiliki daya regenerasi yang tinggi. Bila seekor Hydra dipotong menjadi
dua, setiap potongan akan melengkapi bagiant tubuhnya yang hilang, sehingga akan didapatkan
dua individu baru.
Reproduksi secara seksual pada umumnya dilakukan oleh Cnidaria berbentuk medusa
dengan cara membentuk sel gamet jantan atau betina. Hydra merupakan polip yang dapat
bereproduksi secara seksual dengan cara membentuk sel-sel gamet pada kondisi lingkungan
yang buruk. Zigot yang dihasilkannya tetap resisten dan dorman sampai kondisi lingkungan
membaik.
Cnidaria ada yang diesis dan ada pula yang hermafrodit. Reproduksi secara aseksual
pada stadium polip dan reproduksi secara seksual pada tahap medusa dapat terjadi secara
bergantian, disebut metagenesis. Baik polip maupun medusa semuanya memiliki kromosom
yang diploid {2n). Fertilisasi dapat terjadi secara eksternal di air atau secara internal di
manubrium atau gonad.
Reproduksi Cnidaria pada siklus hidup Hydrozoa Obelia sp. (Irnaningtyas, 2013),
sebagai berikut.
a) Polip berkromosom diploid (2n) bereproduksi secara aseksual dengan membentuk
tunas-tunas, sehingga terjadilah koloni polip. Terdapat polip yang bertentakel untuk
mencari makanan dan polip yang tidak memiliki tentakel untuk bereproduksi.
b) Polip yang tidak memiliki tentakel membentuk tunas medusa secara aseksual. Tunas
medusa (2n) dilepaskan dan berenang bebas.
c) Medusa dewasa (2n) jantan dan betina bereproduksi secara seksual, masing-masing
mengalami pembelahan secara meiosis sehingga menghasilkan sel gamet (sperma atau
sel telur) yang berkromosom haploid (n).
d) Bila terjadi fertilisasi sel telur oleh spermatozoid, maka akan dihasilkan zigot (2n).
e) Zigot akan berkembang menjadi larva padat bersilia yang disebut planula (2n).
f) Planula akhirnya menetap di suatu substrat dan tumbuh menjadi polip baru (2n).

Reproduksi Cnidaria pada siklus hidup Hydrozoa Aurelia sp. (Irnaningtyas, 2013),
sebagai berikut.
a) Medusa dewasa jantan dan betina diploid (2n) menghasilkan sel gamet (sperma atau sel
telur) yang haploid (n).
b) Sel telur (n) dibuahi oleh sperma (n) akan menghasilkan zigot (2n). Fertilisasi terjadi
secara eksternal di dalam air.
c) Zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi blastula,
gastrula, kemudian menjadi larva bersilia planula yang berenang bebas beberapa
waktu,
d) Planula kemudian menempel pada suatu substrat dan tumbuh menjadi larva polip
berukuran kecil yang bertentakel, disebut skifistoma. Polip skifistoma dapat
membentuk tunas-tunas.
e) Pada bulan-bulan tertentu, skifistoma melakukan strobilasi, yaitu melakukan
pembelahan secara melintang pada ujung oranl untuk menghasilkan setumpuk bakal
medusa atau efira.
f) Efira akan terlepas satu persatu. Setelah efira terlepas semua, skifistoma akan hidup
sebagai polip kembali. Skifistoma dapat hidup satu hingga beberapa tahun. Efira akan
tumbuh menjadi ubur-ubur dewasa.
5) Klasifikasi
Terdapat sekitar 10.000 spesies Cnidaria yang telah di identifikasi. Cnidaria dibagi
menjadi beberapa kelas, antara lain Hydrozoa, Scyphozoa, Cubozoa dan Anthozoa.
6) Peranan Cnidaria dalam Kehidupan Manusia
a) Cnidaria dari kelas Anthozoa merupakan pembentuk ekosistem terumbu karang yang
menjadi habitat ikan dan hewan laut lainnya. Ekosistem terumbu karang dapat dijadikan
sebagai objek wisata maritim dan berfungsi mencegah terjadinya erosi.
b) Beberapa jenis ubur-ubur yang tidak beracun dapat dikonsumsi dan diperdagangkan
sebagai ubur-ubur asin.
c) Kerangka luar beberapa jenis Cnidaria dapat digunakan sebagai hiasan akuarium,
misalnya Corallium rubrum (koral merah), karang piring (Fungia actiniformis), akar
bahar (Paramuricea), karang otak (Favia speciosa) dan karang kuku (Euphyllia
fimbriata).

3. Ctenophora
Ctenophora (Yunani, kteno, kteis = sisir dan phore = pembawa) dikenal sebagai ubur-
ubur sisir (comb jelly) yang hidup di laut. Tubuh Ctenophora berbentuk simetri radial,
berdiameter sekitar 1 - 10 cm, sebagian besar berbentuk bulat atau oval, namun ada yang
berbentuk memanjang seperti pita hingga mencapai 1 m. Ctenophora tidak memiliki alat sengat
nematosista, sehingga menangkap mangsanya dengan menggunakan tentakel yang dilengkapi
dengan struktur sel-sel perekat koloblas (colloblast atau sel lasso). Tentakel Ctenophora
berjumlah sepasang, berukuran panjang dan dapat ditarik kembali. Ctenophora memiliki satu
mulut untuk memasukkan makanan dan dua lubang pengeluaran untuk mengeluarkan air dan
sisa zat padat. Ketika mangsa (berupa plankton kecil) tentakel, maka koloblas akan membuka
secara mendadak, selanjutnya benang lengket yang dibebaskan oleh masing-masing koloblas
akan menangkap makanan, kemudian makanan disapu oleh tentakel untuk dimasukkan ke
dalam mulut.
Ctenophora merupakan hewan terbesar yang menggunakan silia untuk lokomosi
(pergerakan). Kemiripan Ctenophora dengan Cnidaria diduga merupakan hasil evolusi
konvergen akibat hidup di lingkungan yang sama. Filum Ctenophora dibagi menjadi dua kelas,
yaitu Tentaculata (contohnya Mertensia ovum) dan Nuda (contohnya Neis cordigera). Terdapat
hanya sekitar 100 spesies ubur-ubur sisir (Irnaningtyas, 2013).

4. Platyhelminthes
Platyhelminthes (Yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) adalah cacing berbentuk
pipih, triploblastik (memiliki tiga lapisan embrionik) dan aselomata (tidak berongga tubuh).
1) Cara Hidup dan Habitat Platyhelminthes
Platyhelminthes ada yang hidup bebas di air tawar, air laut atau ternpat yang lembap
dengan cara memakan sisa-sisa organisme dan tumbuhan atau hewan kecil. Ada cacing yang
hidup sebagai endoparasit atau parasit di dalam tubuh inang, misalnya pada manusia, sapi, babi,
anjing, kucing, burung, katak, siput air dan ikan. Namun ada pula yang hidup sebagai
ektoparasit dengan memakan lendir dan sel-sel di permukaan tubuh inang. Cacing yang hidup
bebas berasal dari kelas Turbellaria, sedangkan cacing dari kelas lainnya hidup sebagai parasit
(Irnaningtyas, 2013).
2) Ciri-Ciri Tubuh Platyhelminthes
a) Ukuran dan bentuk tubuh Platyhelminthes
Ukuran tubuh Platyhelminthes bervariasi, mulai dari yang berukuran hampir
mikroskopis (kurang dari 1 mm) hingga yang berukuran panjang lebih dari 20 m. Cacing pipih
yang berukuran kecil, misalnya Symsagittifera roscoffensis, Dugesia, dan Bipalium. Cacing
pipih yang berukuran besar, contohnya Taenia saginata dan Taenia solium. Bentuk tubuh
Platyhelminthes pipih dorsoventral, simetri bilateral, beruas-ruas atau tidak beruas-ruas.
Platyhelminthes merupakan hewan yang paling primitif di antara hewan simetri bilateral
lainnya. Platyhelminthes menunjukkan gerakan maju ke depan.
b) Struktur dan fungsi tubuh Platyhelminthes .
Tubuh Platyhelminthes terdiri atas tiga lapisan embrionik (triploblastik). Tubuhnya
aselomata atau tidak memiliki rongga tubuh. Ada Platyhelminthes yang sudah memiliki sistem
pencernaan makanan, terutama yang hidup bebas. Namun, ada pula yang tidak memiliki system
pencernaan makanan, misalnya cacing pita (Cestoda). Platyhelminthes tidak memiliki system
pernapasan dan system peredaran darah, sehingga permukaan dan transportasi zat terjadi secara
difusi. System saraf pada Platyhelminthes berupa beberapa pasang benang saraf. Alat ekskresi
masih sangat sederhana, berupa saluran bercabang-cabang yang berakhir pada sel api (flame
cell). Alat indera berupa bintik mata untuk mendeteksi adanya sinar dan kemoreseptor. Cacing
yang hidup endoparasit, seperti cacing pita, tidak memiliki alat indera (Irnaningtyas, 2013).
3) Cara Reproduksi Platyhelminthes
Platyhelminthes bereproduksi secara seksual, aseksual atau keduanya. Pada umumnya
Platyhelminthes bersifat hermafrodit karena memiliki testis yang menghasilkan sperma dan
ovarium yang menghasilkan sel telur. Reproduksi secara seksual dengan pembuahan sel telur
oleh sperma. Reproduksi secara seksual dengan fragmentasi, yaitu pemotongan beberapa
bagian tubuhnya. Bagian tubuh yang terporong akan melakukan regenerasi hingga menjadi
individu baru yang lengkap, contohnya Planaria (Irnaningtyas, 2013).
4) Klasifikasi
Fillum Platyhelminthes terdiri atas empat kelas, yaitu Tubellaria, Monogenea, Trematoda
dan Cestoda.
5) Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan manusia
Platyhelminthes dari kelas Monogenea, Trematoda dan Cestoda pada umumnya
merugikan karena hidup parasit di dalam tubuh manusia, hewan ternak dan ikan.
Beberapa Platyhelminthes yang merugikan (Irnaningtyas, 2013), antara lain sebagai
berikut.
a) Gydactylus salaris (Salmon fluke), dari kelas Monogenea, menyerang ikan di kolam
pembenihan.
b) Schistosoma mansoni (blood flukes), menyebabkan skistosimiasis, yang menyebabkan
terjadinya pendarahan pada saat mengeluarkan feses, menyebabkan kerusakan hati,
gangguan jantung dan limpa, serta gangguan ginjal.
c) Cacing pita Taenia saginata, Taenia solium dan Dibothricephalus hidup parasit di usus
manusia.

5. Nematoda
Nematoda (Yunani, nema = benang, ode = seperti) adalah cacing yang berbentuk bulat
panjang (gilik) atau seperti benang. Nematoda merupakan hewan triploblastik dan
pseudoselomata (berongga tubuh semu)
1) Cara Hidup dan Habitat Nematoda
Nematoda banyak hidup bebas di alam dan memiliki daerah penyebaran yang sangat
luas, mulai dari daerah kutub yang dingin hingga daerah tropis yang panas, dari padang pasir
hingga laut yang dalam. Nematoda dapat ditemukan di laut, air payau, air tawar, maupun tanah.
Nematoda yang hidup bebas memakan sampah organik, kotoran hewan, bangkai, tanaman yang
membusuk, jamur, ganggang dan hewan kecil lainnya. Namun banyak pula yang hidup parasit
pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Nematoda yang hidup parasit pada manusia dapat
ditemukan di berbagai organ, misalnya usus halus, anus, pembuluh limfa, pernbuluh darah,
paru-paru, jantung dan mata.
2) Ciri-ciri Tubuh Nematoda
a.) Ukuran dan bentuk tubuh Nematoda
Nematoda memliki tubuh dengan ukuran yang bervariasi, mulai kurang dari 1 mm
hingga lebih dari 1 m. Nematoda yang hidup di air tawar dan darat, biasanya berukuran kurang
dari 1 mm, sedangkan yang hidup di laut bisa mencapai 5 cm. Cacing betina berukuran lebih
besar dibandingkan cacing jantan. Individu jantan memiliki ujung posterior berbentuk kait.
Nematoda memiliki bentuk tubuh silindris atau bulat panjang (gilik) dan tidak bersegmen.
Bagian anterior atau daerah mulut tampak simetri radial dan semakin ke arah posterior
membentuk ujung yang meruncing
b) Struktur dan fungsi tubuh Nematoda
Nematoda memiliki tiga lapisan embrionik, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Tubuhnya memiliki rongga tubuh semu. Permukaan tubuh ditutupi oleh lapisan kurtikula yang
keras dan transparan. Nematoda memiliki sistem pencernaan yang lengkap, mulai dari mulut,
faring, esophagus (gelembung faring), usus dan anus. Mulut terletak di ujung anterior dan di
sekiranya terdapat tiga atau enam bibir, papila dan seta. Mulut berhubungan dengan buccal
capsule atau rongga mulut yang terkadang dilengkapi rahang yang kuat. Nematoda karnivor
atau herbivor memiliki stilet yang berbentuk seperti jarum suntik atau gigi di dalam rongga
mulutnya yang berfungsi untuk menusuk dan mengisap sari makanan dari tanaman atau
mangsanya. Nematoda memiliki usus panjang sebagai tempat penyerapan sari makanan,
rektumnya pendek dan diakhiri oleh anus yang terletak di bagian posterior.
Nematoda tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem pernapasan. Transportasi dan
pertukaran zat terjadi secara difusi. Nematoda memiliki alat ekskresi berupa sistem sel kelenjar
dengan saluran atau tanpa saluran. Pada spesies yang hidup di laut, alat ekskresi berupa kelenjar
renet (renette gland) yang terletak di dekat faring, berjumlah satu atau dua.
Nematoda memiliki alat indera berupa sensila, papila, seta, amfid dan phasmid. Seta
terdapat di kepala dan seluruh permukaan tubuh. Kemoreseptor terdapat di amfid (kepala) dan
phasmid (ujung posterior). Nematoda yang hidup bebas biasanya memiliki bintik merah.
Sistem sara berupa lingkaran saraf yang mengelilingi esofagus, berhubungan dengan enam
benang saraf anterior dan empat atau lebih benang saraf posterior.
3) Cara Reproduksi Nematoda
Nematoda bereproduksi secara seksual. Pada umumnya diesis atau gonokoris, yaitu
organ kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara
internal di dalam tubuh cacing betina. Telur yang sudah dibuahi memiliki cangkang yang tebal
dank eras.telur menetas menjadi larva yang berbentuk mirip induknya. Larva mengalami
molting atau pergantian kulit hingga empat kali. Cacing dewasa tidak mengalami pergantian
kulit, tetapi tubuhnya membesar.
Dalam daur hidupnya, Nematoda memerlukan satu inang atau lebih, misalnya
Wuchereria bancrofti (cacing filarial) memiliki inang utama mnusia dan inang perantara
nyamuk. Oxyuris vermicularis (cacing kremi) hanya memerlukan satu inang manusia dan tidak
memerlukan iang perantara.
4) Klasifikasi
Nematoda terdiri dari beberapa kelas, antara lain Adenophorea dan Secernentea.
5) Peranan Nematoda dalam Kehidupan Manusia
Pada umumnya Nematoda merugikan karena hidup parasit dan menyebabkan berbagai
penyakit pada manusia. Banyak pula spesies Nematoda yang menjadi parasit pada tumbuhan,
contohnya Globodera rostochiensis yang menjadi parasit pada tanaman kentang maupun tomat
dan sebagai vektor virus pada beberapa tanarnan pertanian. Namun ada pula Nematoda yang
menjadi predator hama seperti ular tanah. Caenorhabditis elegans merupakan Nematoda yang
hidup bebas di tanah, telah lama digunakan sebagai organisme model untuk penelitian
mengenai perkembangan hewan, termasuk perkembangan saraf karena mudah
dikembangbiakkan dan mudah dianalisis struktur generiknya. NASA bahkan menggunakan
Caenorhabditis elegans untuk meneliti dampak gravitasi nol pada perkembangan otot dan
fisiologinya dengan mengirim sampel cacing tersebut ke luar angkasa selama dua minggu.

6. Annelida
Annelida (Latin, annelus = cincin kecil, eidos = bentuk) adalah cacing yang memiliki
bentuk seperti sejumlah cincin kecil yang diuntai, bersifat triploblastik dan selomata (berongga
tubuh sejati) (Irnaningtyas, 2013).
1) Cara Hidup dan Habitat Annelida
Pada umumnya Annelida hidup bebas di air tawar, air laut, air payau dan darat.
Annelida mudah ditemukan di sawah, rawa dan tanah yang mengandung sisa-sisa bahan
organik (detritus). Annelida karnivor memakan udang kecil atau invertebrata kecil lainnya,
namun ada pula yang bersifat ektoparasit dengan cara menempel sementara di tubuh hewan
vertebrata dan manusia, misalnya Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemadipsa (pacet).
2) Ciri-ciri Tubuh Annelida
a) Ukuran dan bentuk tubuh Annelida
Tubuh Annelida berukuran kurang dari 1 mm hingga 3 m. Cacing tanah raksasa
Megascolides asutralis dari Australia memilik panjang hingga 3 m. Bentuk tubuh Annelida
simetri bilateral, terbagi menjadi ruas-ruas (segmen) yang sama dari anterior hingga posterior.
Ruas-ruas tubuh yang sama disebut metameri atau somit.
b) Struktur dan fungsi tubuh Annelida
Annelida memiliki tiga lapisan embrionik, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Annelida sudah memiliki rongga tubuh sejati (selomata). Segmentasi pada Annelida membagi
otot dinding tubuh dan juga menyekat rongga tubuh. Penyekat rongga tubuh disebut septa.
Septa terdiri atas dua lapis peritoneum (lapisan mesodermal dari dinding organ tubuh) yang
berasal dari ruas muka dan belakang. Sistem pencernaan makanan, peredaran darah, sistem
saraf dan sistem ekskresi saling berhubungan antarsegmen. Bagian ujung anterior tubuh disebut
prostomium, sedangkan bagian ujung posterior disebut pigidium (bukan merupakan ruas).
Pada setiap sisi lateral ruas tubuh terdapat parapodia dengan sejumlah seta (rambut). Parapodia
merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih. Annelida memiliki kemampuan untuk
melakukan regenerasi. Bila sebagian tubuhnya terputus atau rusak akan segera tumbuh bagian
tubuh yang baru. Beberapa jenis Annelida melakukan autotomi, yaitu melepaskan sebagian
anggota tubuh apabila mendapatkan gangguan.
Annelida memiliki sistem pencernaan yang lengkap, yaitu mulut, faring, esophagus,
tembolok, lambung otot (empedal), usus halus, dan anus. Cacing ini memiliki sistem peredaran
darah tertutup, yaitu darah mengalir di dalam pembuluh darah. Terdapat dua pembuluh darah
utama, yaitu pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral yang sejajar dengan saluran
pencernaan. Pembuluh darah dapat berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Darah Annelida mengandung protein pengikat oksigen (hemoglobin) sehingga berwarna
merah. Ada pula darah yang berwarna kehijauan karena mengandung protein klorokruorin
3) Cara Reproduksi Annelida
Reproduksi Annelida terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi dengan cara fragmentasi (pemutusan sebagian tubuhnya). Namun sebagian
besar Annelida bereproduksi secara seksual. Alat kelamin terdapat pada individu yang sama
(hermafrodit) atau terdapat pada individu yang berbeda (gonokoris). Pada cacing tanah,
meskipun bersifat hermafrodit, tetapi individu tetap melakukan perkawinan silang dengan cara
saling mempertukarkan spermanya untuk membuahi sel telur individu pasangannya.
4) Klasifikasi Annelida
Terdapat sekirar 15.000 spesies Annelida. Berdasarkan ciri-ciri rambut (seta) pada
tubuhnya, filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaera, Oligochaera, dan
Hirudinea.
5) Peranan Annelida dalam Kehidupan Manusia
Annelida ada yang merugikan sebaga ekoparasit (Irnaningtyas, 2013), antara lain
sebagai berikut.
a) Pacet (Haemadipsa) dan lintah air (Hirudo medicinalis) mengisap darah hewan
(misalnya kerbau, sapi, kuda) dan manusia.
b) Polydora bisa mengebor cangkang tiram untuk membuat liang, sehingga menurunkan
harga jual tiram

Annelida yang bermanfaat dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut.
a) cacing wawo (Lycidice sp.) dan cacing palolo (Eunice viridis) dapat dimakan dan
mengandung protein dengan kadar yang cukup tinggi
b) Tubifex untuk makanan ikan dan burung
c) Cacing tanah Pheretima sp. Dan Lumbricus sp. Memakan detritus bahan organik,
menggemburkan tanah, membentuk casting (kascing, gundukan feses cacing yang
bercampur tanah) sehingga menambah kesuburan tanah.
d) Lintah (Hirudo medicinalis) telah lama digunakan dalam pengobatan secara tradisional,
misalnya untuk menghilangkan racun dalam darah akibat gigitan atau sengatan hewan
berbisa. Dalam pengobatan modern lintah digunakan untuk mengobati migraine serta
membuang kelebihan cairan atau darah dalam jaringan tubuh akibat luka, penyakit atau
operasi.

7. Mollusca
Mollusca (Latin, molluscus = lunak) adalah hewan bertubuh lunak, tidak beruas-ruas,
triploblastik dan selomata (berongga tubuh sejati) (Irnaningtyas, 2013).
1) Cara Hidup dan Habitat Mollusca
Pada umumnya Mollusca hidup secara bebas, sebagai herbivor maupun karnivor,
dengan memakan ganggang, tumbuh-tumbuhan, udang, kepiting, ikan, hewan Mollusca
lainnya dan sisa-sisa organisme. Akan tetapi, ada pula Mollusca yang hidup sebagai parasit.
Mollusca hidup di perairan dangkal (laut, air tawar, air payau) dan ada pula yang hidup di darat.
2) Ciri-ciri Tubuh Mollusca
a) Ukuran dan bentuk tubuh Mollusca
Ukuran tubuh Mollusca bervariasi, ada yang berukuran beberapa milimeter hingga
panjang 18 m. Bentuk tubuh Mollusca bervariasi, simetri bilateral, tertutup mantel yang
menghasilkan cangkang atau tidak, ada pula yang berbentuk hampir bulat atau silindris seperti
cacing.
b) Struktur dan fungsi tubuh Mollusca
Meskipun terdapat perbedaan ciri tubuh, pada umumnya Mollusca memiliki tiga bagian utama
yang sama, berupa kaki, massa visera dan mantel. Kaki Mollusca berotot dan di bagian telapak
kaki mengandung banyak lendir dan silia yang digunakan untuk pergerakan. Massa visera
mengandung organ-organ internal, seperti organ pencernaan, ekskresi dan reproduksi. Mantel
merupakan lipatan jaringan yang menutupi massa visera dan berfungsi menyekresikan
cangkang.
3) Cara Reproduksi Mollusca
Mollusca bereproduksi secara seksual. Pada umumnya gonokoris (organ kelamin jantan
dengan betina terdapar pada individu yang berbeda), namun ada pula yang hermafrodit.
Fertilisasi terjadi secara internal di dalam tubuh betina atau eksternal (di luar tubuh).
4) Klasifikasi
Terdapat sekitar 10.000 spesies Mollusca yang teridentifikasi. Berdasarkan bentuk
tubuh, tipe kaki dan cangkangnya, filum Mollusca dibagi menjadi beberapa kelas, antara lain
Polyplacophora, Pelecypoda, (Lamellibranchiata, Bivalvia), Gastropoda, Scaphopoda dan
Cephalopoda.
5) Peranan Mollusca dalam Kehidupan Manusia
Peranan Mollusca yang menguntungkan (Irnaningtyas, 2013), antara lain sebagai
berikut.
a) Sumber makanan mengandung semua jenis asam amino esensial dan asam lemak tidak
jenuh, contohnya cumi-cumi (Loligo), kerang darah (Anadara granosa) dan kerang
hijau (Mytilus edulis)
b) Penghasil mutiara, contohnya Pinctada maxima, Pinctada martensii dan Pinctada
margaritifera.
c) Sebagai bahan hiasan dinding, pajangan rumah, kancing, contohnya cangkang berbagai
siput dan kerang.

Peranan Mollusca yang merugikan (Irnaningtyas, 2013), antara lain sebagai berikut.
a) Siput air tawar (Lymnaea) merupakan inang perantara cacing Fasciola hepatica (cacing
hati).
b) Hama tanaman budidaya, contohnya bekicot (Achatna fulica) dan keong sawah.
8. Arthropoda
Arthropoda (Latin, arthros = ruas atau sendi, podos = kaki) adalah hewan yang
memiliki kaki dan tubuh beruas-ruas atau berbuku-buku, triploblasrik dan selomata (berongga
tubuh sejati) (Irnaningtyas, 2013).
1) Cara Hidup dan Habitat Arthropoda
Cara hidup Arthropoda berbeda-beda, ada yang hidup bebas sebagai herbivor atau
karnivor, parasit pada organisme lain dan ada pula yang bersimbiosis. Arthropoda hidup di
berbagai habitat, di darat, perairan tawar, maupun laut. Arthropoda memiliki daerah
penyebaran yang paling luas dibandingkan kelompok hewan lainnya.
2) Ciri-ciri Tubuh Arthropoda
a) Ukuran dan bentuk tubuh Arthropoda
Ukuran tubuh Arthropoda bervariasi, ada yang berukuran kecil kurang dari 0,1 mm
(misalnya tungau dan kutu) hingga yang berukuran lebih dari 3 m (misalnya kepiting
Macrocheira kaempferi). Bentuk tubuh Arthrpoda sangat bervariasi. Tubuhnya simetri
bilateral dan dilindungi oleh eksoskeleton (rangka luar). Arthropoda memiliki anggota tubuh
dengan strukrur dan fungsi yang berbeda-beda, misalnya sayap untuk terbang, kaki untuk
berjalan atau berenang, capit untuk menangkap mangsa, alat kopulasi, alat untuk pertahanan
tubuh dan alat reseptor sensori.
b) Struktur dan fungsi tubuh Arthropoda
Tubuh Arthropoda terdiri atas segmen-segmen dengan jumlah yang bervariasi.
Segrnen-segmen tubuhnya dapat dibedakan menjadi bagian kepala (kaput), dada (toraks) dan
perut (abdomen). Tubuh Arthropoda terbungkus oleh kutikula atau suatu kerangka luar
(eksoskeleton) dari zat kitin. Eksoskeleton tidak dapat tumbuh membesar, sehingga sewaktu-
waktu Arthropoda harus melepaskan eksoskeletonnya yang lama dan menyekresi eksoskeleton
baru yang lebih besar sesuai dengan ukuran tubuhnya. Proses pelepassn eksoskeleton pada
Arthropoda disebut molting atau ekdisis. Molting memerlukan energi yang sangat besar. Pada
masa molting, hewan bersembunyi, tidak makan dan rentan terhadap pemangsa.
Sistem pencernaan makanan Arthropoda lengkap, mulai dari mulut, esofagus, lambung,
usus dan anus. Sistem peredaran darah terbuka, terdiri atas jantung, arteri pendek dan sinus.
Sinus merupakan ruangan yang mengelilingi jaringan dan organ. Kumpulan sinus disebut
hemosol. Cairan darah pada Arthropoda disebut hermolimfa. Arthropoda bernapas dengan
insang, sistem trakea, paru-paru buku atau permukaan tubuhnya. Sistem trakea terdiri atas
saluran udara yang bercabang-cabang. Pertukaran udara terjadi melalui lubang-lubang respirasi
pada setiap segmen tubuh yang disebut spirakel atau stigma. Alat ekskresi berupa tubulus
Malpighi atau kelenjar ekskresi. Sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali yang dilengkapi
dengan ganglia atau otak. Organ sensori Arthropoda berkembang baik, yaitu mata untuk
penglihatan, antena untuk sentuhan dan penciuman serta reseptor olfaktori sebagai indera
penciuman.
3) Cara Reproduksi Arthropoda
Arthropoda bereproduksi secara seksual. Pada umumnya gonokoris atau alat kelamin
terlerak pada individu yang berbeda. Namun ada pula yang hermafrodit. Reproduksi
Arthropoda dapat terjadi melalui perkawinan (kopulasi) dan parthenogenesis. Partenogenesis
adalah pembentukan individu baru tanpa melalui pembuahan, di mana sel telur yang tidak
dibuahi oleh sperma akan tumbuh menjadi individu jantan yang memiliki jumlah kromosom
separuh dari betina.
4) Klasifikasi
Filum Arthropoda merupakan kelompok hewan dengan jumlah anggota spesies terbesar
disbanding filum lainnya. Filum Arthropoda dibagi menjadi empat subfilum, yaitu Checicerata
(sebagian besar laba-laba), Myriapoda (hewan berkaki banyak), Crutacea (udang-udangan) dan
Hexapoda (sebagian besar serangga).
5) Peranan Arthropoda dalam Kehidupan Manusia
Peranan Arthropoda yang menguntungkan (Irnaningtyas, 2013), antara lain sebagai
berikut.
a) Sumber makanan yang mengandung protein tinggi, contohnya udang windu (Penaeus
monodon), Panulirus homarus (lobster), kepiting (Scylla serrate), rajungan (Portunus),
Laron dan gangsir.
b) Menghasilkan madu, contohnya lebah madu (Apis mellifera).
c) Bahan pakaian sutera, contohnya kepompong ulat sutra (Bombyx mori).
d) Membantu penyerbukan tanaman
e) Serangga predator sebagai pemberantas hama tanaman secara bilogi.

Peranan Arthropoda yang merugikan (Irnaningtyas, 2013), antara lain sebagai berikut.
a) Perusak tanaman, yaitu semua larva atau ulat pemakan daun, wereng dan belalang
b) Inang perantara (vector) penyakit, misalnya nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
penyakit demam berdarah, Anopheles sebagai vector penyakit malaria, lalat rumah
(Musca domestica) sebagai vector penyakit tifus, lalat tse-tse (Glossina morsitans)
sebagai vector penyakit tidur dan laba-laba Dermacentor variabilis sebagai vector
demam Rocky Mountain dan tularemia.
c) Parasite pada manusia, contohnya caplak penyebab kudis (Sarcoptes scabiei), nyamuk
dank utu rambut kepala (Pediculushumanus capitis)
d) Merusak kayu bangunan, misalnya rayap
e) Pengebor kayu galangann kapal atau perahu, contohnya Crustacea kelompok Isopoda
(Limnoria lignorum)

9. Echinodermata
Echinodermata (Yunani, echino = landak, derma = kulit) adalah kelompok hewan
berkulit duri, triploblastik dan selomata (Irnaningtyas, 2013).
1) Cara Hidup dan Habitat Echinodermata
Semua Echinodermata hidup dipantai hingga dasar laut dengan kedalaman 6.000 m.
Echinodermata hidup bebas atau bersimbiosis komensalisme (sebagai hewan termpat
berlindung bagi hewan lain). Echinodermata merupakan karnivor yang memakan hewan polip
Cnidaria, udang, kepiting, kerang, siput, ikan kecil dan bangkai.
2) Ciri-ciri Tubuh Echinodermata
a) Ukuran dan bentuk tubuh Echinodermata
Ukuran tubuh Echinodermata bervariasi dengan diameter 1- 36 cm. Pada saat larva,
Echinodermata hidup sebagai plankton dan memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, kemudian
mengalami metamorfosis hingga dewasa dengan bentuk tubuh simetri radial lima penjuru. Ada
Echinodermata yang berbentuk seperti bintang, bulat seperti bola, pipih-bundar, bulat
memanjang atau seperti tumbuhan. Echinodermata tidak merniliki kepala dan tubuh tersusun
dalam sumbu oral-aboral.
b) Struktur dan fungsi tubuh Echinodermata
Tubuh Echinodermata tampak kasar dengan adanya tonjolan kerangka atau duri.
Hewan ini memiliki kulit yang tipis untuk menutupi rangka mesodermal. Rangka mesodermal
terletak di dalam tubuh dan terdiri atas pelat-pelat kapur (osikula) yang dapat digerakkan atau
tidak dapat digerakkan. Tubuh terbagi menjadi lima simetri, terdiri atas daerah ambulakral
(penjuluran kaki tabung) dan daerah interambulakral (tidak ada kaki tabung). Tubuh memiliki
daya regenerasi yang tinggi, bahkan dapat melakukan pemotongan sebagian lengannya dalam
kondisi terancam. Kerusakan pada sebagian tubuhnya dapat segera diperbaiki.
Echinodermata memiliki sistem pernbuluh air (sistem ambulakral) pada rongga
tubuhnya untuk menggerakkan kaki tabung. Kaki tabung berfungsi untuk merayap,
berpegangan pada substrat, memegang mangsa dan bernapas (pertukaran 02 dengan CO2).
Sistem ambulakral terdiri atas madreporit, saluran baru, saluran cincin, saluran radial, saluran
lateral, ampula dan kaki tabung. Air laut masuk dan keluar melalui madreporit. Ampula
berkontraksi untuk mengatur volume air di dalam kaki tabung, yang berarti mengatur
pergerakan kaki tabung.
Echinodermata memiliki sistem pencernaan yang lengkap, mulai dari mulut, esofagus,
lambung, usus dan anus. Mulut terletak di bagian permukaan oral, sedangkan anus di bagian
permukaan aboral. Rongga tubuh berisi cairan getah bening yang mengandung sel ameboid
yang berfungsi mengedarkan sari-sari makanan, mengangkut sisa-sisa metabolisme dan tempat
pertukaran gas. Echinodermata bernapas dengan insang kulit. Sistem saraf berupa cincin saraf
berbentuk segi lima yang terlerak di sekitar mulut, di mana setiap sudut cincin saraf
berhubungan dengan saraf-saraf radial pada setiap lengan.
3) Cara Reproduksi Echinodermata
Echinodermata dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara
aseksual dengan pembelahan fisi, yaitu penyekatan dan pemisahan pisin pusat (piringan kecil
di pusat tubuh) kemudian masing-masing bagian tubuh yang terpisah akan melakukan
regenerasi menjadi individu yang lengkap. Pada umumnya Echinodermata bersifat gonokoris
dengan lima pasang gonad pada setiap lengannya. Pembuahan terjadi secara eksrernal yang
akan menghasilkan larva berbentuk simetri bilateral, kernudian larva tersebut turun ke substrat
dan bermetamorfosis menjadi individu yang berbentuk simetri radial. Beberapa spesies ada
yang mengerami telurnya.
4) Klasifikasi
Terdapat sekitar 6.000 spesies Echinodermata yang teridentifikasi yang dikelompokkan
menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea dan Holothuroidea.
5) Peranan Echinodermata dalam Kehidupan Manusia
Bulu babi dan telur landak laut banyak dikonsumsi manusia. Timun laut juga dapat
dijadikan penganan keripik timun laut. Echinodermata juga bermanfaat sebagai pembersih
pantai karena memakan bangkai. Namun, ada pula Echinodermata yang merugikan, antara lain
bintang laut yang sering memakan kerang mutiara di tempat budidaya kerang mutiara.

C. Chordata
Chordata diberi nama berdasarkan adanya struktur notokorda yang ditemukan pada saat
embrio. Hewan Chordata memiliki empat ciri khas pada waktu tertentu dalam daur hidupnya,
yaitu memiliki notokorda, tali saraf dorsal berlubang, celah faring dan ekor pasca-anus yang
berotot. Terkadang ciri-ciri khas tersebut ditemukan hanya pada masa embrionik.
Filum Chordata terdiri atas tiga subfilum, yaitu Urochordata, Cephalochordata dan
Vertebrata.Urochordata dan Cephalochordata tidak bertulang belakang (Chordata Invertebrata)
atau disebut juga Arcania (tidak bertengkorak), sedangkan kelompok Vertebrata termasuk
Craniata (hewan yang memiliki tengkorak) (Irnaningtyas, 2013).
1. Urochordata
Urochordata disebut uga Tunicata. Pada umumnya, Urochordata berbentuk seperti
kantong kecil, hidup di laut, menempel (sesil) pada batuan, galangan kapal atau sampan.
Beberapa jenis ada yang hidup berkoloni atau sebagai plankton. Terdapat sekitar 1.300 spesies
Urochordata, yang terbagi dalam tiga kelas, yaitu Ascidiacea, Thaliacea dan Larvacea
(Appendicularia).
2. Cephalochordata
Cephalochordata dikenal sebagai lancelet, contohnya Amphioxus atau Branchiostoma,
Asymmetron dan Epigonichthys. Lancelet hidup sebagai bentos di dalam pasir pantai yang
dangkal dan hanya kepalanya yang tersembul di atas permukaan pasir. Tubuh lancelet
berbentuk mirip ikan kecil dengan panjang 4 cm – 8 cm, pipih secara lateral, kedua ujungnya
runcing, bentuk kepalanya tidak jelas dan mulut dilengkapi oleh sirus oral yang berfungsi
sebagai saringan.
3. Vertebrata
1) Ciri-ciri Umum Vertebrata
Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki ciri-ciri berikut.
a) Sebagian atau seluruh notokorda digantikan oleh ruas-ruas tulang belakang
(kolumna verteblaris)
b) Memiliki tengkorak atau cranium yang berisi otak
c) Memiliki endoskleleton (kerangka dalam) yang tersusun dari tulang keras maupun
tulang rawan
d) Bertubuh kecil hingga besar dengan bentuk tubuh simetri bilateral
e) Memiliki anggota badan yang berfungsi sebagai alat gerak, misalnya sirip, ekor,
kaki atau tangan yang tersusun dari otot dan tulang
f) Memiliki dua pasang rahang, kecuali pada Agnhata (Cyclostomata)
g) System peredaran darah tertutup, yaitu mengalir di dalam pembuluh darah. Jantung
terdiri atas ruangan-ruangan berupa bilik (ventrikel) dan serambi (atrium). Darah
mengandung pigmen hemoglobin yang terdapat pada sel-sel darah merah (eritrosit)
h) System pencernaan lengkap (mulut, kerongkongan, lambung, usus dan anus)
i) Alat pernapasan berupa insang atau paru-paru. Pada vertebrata tingkat tinggi, celah
insang hanya terdapat pada fase embrio
j) Memiliki sepasang ginjal sebagai alat ekskresi
k) Memiliki alat indera berupa sepasang mata dan sepasang telinga
l) Alat kelamin terpisah atau hermafrodit; fertilisasi eksternal atau internal; dan
bersifat ovipar (bertelur), ovovivipar (embrio berkembang di dalam telur, tetapi
telur menetas di dalam tubuh induk betina) atau vivipara (melahirkan anak).
2) Klasifikasi Vertebrata
Subfilum vertebrata dapat dibagi menjadi dua superkelas, yaitu Pisces berupa ikan
dengan sirip yang berpasangan dan Tetrapoda yang memiliki kaki berpasangan. Pisces meliputi
kelas Agnatha, Chondrichthyes dan Osteichthyes, sedangkan Tetrapoda meliputi kelas
Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia (Irnaningtyas, 2013).
Ahli biologi lainnya mengelompokkan vertebrata berdasarkan ada atau tidaknya
rahang, yaitu Agnatha yang tidak berahang dan Gnathostoma yang memiliki rahang berengsel.
Agnatha meliputi kelas Myxini (hagfish) dan kelas Cephalaspidomorphi (lamprey), sedangkan
Gnathostoma meliputi kelas Chondrichthyes, Osteichthyes, Amphibia, Reptilia, Aves dan
Mamalia (Irnaningtyas, 2013).
a) Pisces (ikan)
a. Ciri-ciri Umum Pisces
Pisces merupakan Vertebrata akuatik (hidup di air) yang memiliki ciri-ciri umum
seperti tubuhnya terdiri atas kepala, badan dan ekor. Bernapas dengan insang. Insang ditutupi
oleh operculum (tutup insang). Insang ada yang mengalami perluasan yang disebut labirin.
Terdapat tiga tipe sisik, yaitu ganoi, plakoid, stenoid dan sikloid. Pisces memiliki sirip untuk
berenang. Pisces memiliki organ tambahan berupa gelembung renang yang berfungsi
membantu pernapasan dan sebagai alat hidrostatis. Pisces bersifat poikiloterm (berdarah
dingin/suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan). System peredaran darah tertutup
tunggal. System pencernaan lengkap, alat ekskresi berupa ginjal dengan tipe pronefron dari
mesonefron, system koordinasi terdiri atas saraf pusat dan system hormone. Pisces memiliki
alat indera berupa sepasang mata, sepasang telinga dalam, indera pembau dan gurat sisi yang
berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air, serta lata kelamin terpisah atau
hermafrodit. Fertilisasi terjadi secara internal (di dalam tubuh) atau eksternal (di luar tubuh).
Pisces bersifat ovipar, ovovivipar atau vivipara.
b. Klasifikasi
Pisces dibagi atas tiga kelas, yaitu Agnatha (ikan tidak berahang), Chondrichthyes (ikan
bertulang rawan) dan Osteichthyes (ikan bertulang sejati) (Irnaningtyas, 2013).
c. Peranan Pisces
 Daging ikan merupakan sumber protein tinggi dan mengandung asam lemak
tidak jenuh
 Kulit ikan tertentu dapat disamak untuk dibuat tas, dompet, sepatu dan jaket
 Tulang ikan dimanfaatkan untuk bahan pembuatan lem. Sisa-sisa ikan dibuat
tepung untuk campuran makanan ternak atau dibuat pupuk tanaman
 Dipelihara sebagai ikan hias
 Pemberantasan nyamuk secara biologi, sehingga dapat mencegah terjadinya
wabah penyakit, demam berdarah dan malaria
 Beberapa jenis ikan yang ganas dapat menyerang dan membahayakan manusia
terutama bagi perenang, misalnya hiu, piranha, ikan macan di afrika, salem-
karper dan ikan kumis dari amerika selatan.

b) Amphibia
a. Ciri-ciri umum Amphibia
Amphibia memiliki ciri-ciri umum seperti tubuh memiliki bagian kepala dan badan,
misalnya pada katak, atau kepala, badan, ekor, misalnya pada salamander. Kulit lunak,
berkelenjar dan selalu basah, kulit tidak bersisik kecuali pada salamander. Diantara kulit dan
jaringan otot dibawahnya terdapat rongga berisi cairan limfa. Amphibia memiliki dua pasang
kaki untuk berjalan, melompat dan berenang. Alat pernapasan berupa insang, kulit dan paru-
paru. Termasuk hewan berdarah dingin ,jantung terdiri atas tiga ruangan yaitu satu vetrikel dan
dua atrium. System pencernaannya lengkap, system ekskresi berupa ginjal tipe mesonefroid
dan saluran kemih, system koordinasi terdiri atas system saraf dan system endokrin, system
indera terdiri atas mata, lubang hidung dan telinga, serta memiliki alat kelamin terpisah.
Bersifat ovipar, tetapi ada pula yang ovovivipar dan vivipara.
b. Klasifikasi
Terdapat sekitar 4.000 spesies yang terbagi atas tiga ordo yaitu Apoda (Gymnophiona),
contohnya Ichthyophis glutinosus (salamander cacing), Urodela (Caudata), contonya
Plethodon glutinosus (salamander berlendir) dan Anura (Salientia), contohnya bangkong (Bufo
bufo) dan katak pohon (Hyla caerulea).
c. Peranan Amphibia
Amphibia banyak dimanfaatkan oleh manusia seperti katak diambil daging dan
telurnya untuk dimakan, kulit katak dapat diberi samak untuk dibuat jaket dan barang kerajinan
lain. Katak berfungsi seabgai pemberantas nyamuk secara biologi dan sebagai pengendali
serangga hama pertanian, juga dapat digunakan untuk tes kehamilan. Racun bufotalin dan
bufotenin yang dihasilkan kodo Bufo marinus dimanfaatkan sebagai penguat denyut jantung.
Orang indian menggunakan racun katak untuk racun panah.
c) Reptilia
a. Ciri-ciri umum reptilian
Reptilia memiliki ciri-ciri umum seperti ukuran tubuh bervariasi, tubuh terdiri atas
bagian kepala, leher, badan dan ekor. Reptilian memiliki dua pasang kaki berjari lima, kecuali
pada ular. Kulit tubuh kering dan tertutup oleh sisik atau lempeng epidermal. Mengalami
pergantian kulit (molting), yaitu kulit luar secara periodic akan terlepas, kecuali pada buaya
dan kura-kura. Reptilian bernapasan dengan paru-paru. Pada kura-kura pertukaran gas terjadi
di bagian permukaan kloakanya yang lembap. Merupakan hewan berdarah dingin, alat
pencernaan lengkap, peredaran darah tertutup ganda, alat ekskresi berupa sepasang ginjal
berbentuk pipih, alat indera berupa mata, telinga dan hidung. System saraf berupa otak dengan
12 pasang saraf kranial. Alat kelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara internal di dalam tubuh
betina. Pada umumnya reptilia bersifat ovipar (bertelur), tetapi ada yang ovovivipar, misalnya
kadal. Reptilian pada umumnya berumur panjang.
b. Klasifikasi
Terdapat sekitar 6.500 spesies Reptilia yang teridentifikasi yang dikelompokkan ke
dalam ordo Rhynchocephalia (reptilian primitive), contohnya Sphenodon punctatus (tuatara
yang hidup di pulau-pulau kecil selandia baru). Chelonia (Testudinata, bangsa kura-kura),
contohnya penyu berduri (Heosemys spinosa), penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu
belimbing (Dermochelys coriacea). Squamata (bangsa kadal dan ular) yang mencakup Sauria,
Ampbhisbaena dan Serpentes. Crocodilia (Loricata, bangsa aligator dan buaya).
c. Peranan Reptilia
Reptilia dapat dimanfaatkan manusia, seperti dapat dijadikan bahan pangan, misalnya
daging atau telur dari ular dan penyu, dapat dijadikn obat-obatan, minyak dan bisa ular sering
digunakan sebagai bahan obat, dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik, minyak bulus
(sejenis kura-kura) dipercaya dapat menghaluskan kulit serta sebagai predator alamiah yang
memangsa serangga dan tikus.
d) Aves
a. Ciri-ciri umum Aves
Aves memiliki ciri-ciri umum seperti ukuran tubuh bervariasi, terdiri atas bagian
kepala, leher, badan dan ekor. Mulut berparuh yang tersusun atas zat tanduk, tidak memiliki
gigi dan lidah tidak dapat di julurkan, bentuk paruh bervariasi sesuai dengan jenis makanannya.
Mata berkembang baik, memiliki kelopak mata, membrane niktitans dan kelenjar air mata.
Aves memiliki sepasang kaki untuk berjalan, bertengger, berenang, mencakar-cakar tanah,
memegang makanan atau untuk menangkap dan mencengkeram mangsa. Aves memiliki sayap
untuk terbang, pernapasan menggunakan paru-paru yang berhubungan dengan pundi-pundi
udara sebagai alat pernapasan tambahan, memiliki suara siring yang terdapat di percabangan
trakea, system pencernaan lengkap serta bersifat homoieterm karena mempertahankan suhu
tubuh dengan bulu-bulu. Memiliki peredaran darah ganda, alat ekskresi berupa ginjal
metanefros dan tidak memiliki kandung kemih, system saraf berupa otak dengan serebrum dan
lobus optikus yang berkembang baik, bersifat ovipar dan fertilisasi terjadi secara internal.
b. Klasifikasi
Terdapat sekitar 8.600 spesies Aves yang dikelompokkan ke dalam 28 ordo, seperti
Galliformes, Casuariiformes, Passeriformes, Strigiformes, Psittaciformes, Falconiformes,
Columbiformes dan Ciconiformes.
c. Peranan Aves
Aves banyak dimanfaatkan oleh manusia, seperti telur dan daging yang dijadikan bahan
makanan, sarang buung wallet dan telur itik sebagai bahan obat, burung yang suaranya merdu
sebagai hiburan, bulu entok untuk membuat kok (shuttlecock) dan pengisi bantal sebagai bahan
industry serta predator alamiah memangsa ulat dan serangga.
e) Mamalia
a. Ciri-ciri umum Mamalia
Mamalia memiliki ciri-ciri umum seperti tubuh terdiri atas bagian kepala, leher, badan
dan ekor. Memiliki kelenjar susu (glandula mammae) di dada, perut atau diketiak anggota
badan. Memiliki rambut, bersifat homoioterm (berdarah panas), ruas tulang belakang leher
berjumlah tujuh buah, memiliki sekat yang membatasi rongga dada dengan rongga perut yang
disebut diafragma. Sistem pencernaan mamalia lengkap, peredaran darah mamalia tertutup dan
ganda, bernapas dengan paru-paru, system ekskresi berupa ginjal metanefros dengan dua ureter
yang mengalirkan urine ke kandung kemih, alat indera berupa mata, telinga, lidah dan hidung
serta memiliki otak yang besar dan berkembang baik dan memiliki alat kelamin yang terpisah
antara jantan dan betina.
b. Klasifikasi
Terdapat sekitar 4.000 spesies mamalia dan dikelompokkan menjadi beberapa ordo
seperti, Monotremata, Marsupialia, Insectivora, Tupaioidea, Rodentia, Edentata, Pholidota,
Carnivora dan Primata (Lemuridae, Cercopithecidae, Pongidae dan Hominidae).
c. Peranan Mamalia
Mamalia banyak dimanfaatkan oleh manusia, seperti dijadikan bahan konsumsi yang
mengandung sumber protein (susu dan daging) yang terdapat pada sapi, kambing dan kuda.
Selain itu, dapat dijadikan juga sebagai hiburan, alat transportasi, membajak tanah sawah,
bahan industry kulit, bahan wol, barang kerajinan, penjaga rumah dan pelacak jejak serta
memberantas serangga.
Hewan mamalia juga ada yang merugikan, seperti penyebab penyakit (penyebar
kuman penyakit), pemakan buah-buahan kebun dan perusak lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Irnaningtyas. 2013. Biologi Untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam. Jakarta; Erlangga

Anda mungkin juga menyukai