Anda di halaman 1dari 4

RESUME JURNAL

INFLUENCE OF ADVANCED PROSTHETIC KNEE JOINTS


ON PERCEIVED PERFORMANCE AND EVERYDAY LIFE
ACTIVITY LEVEL OF LOWFUNCTIONAL PERSONS WITH A
TRANSFEMORAL AMPUTATION OR KNEE
DISARTICULATION

NAMA : YULIA WULANDARI


NIM : P27227019044
KELAS : D-III OP

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ORTOTIK PROSTETIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2020
A. Latar Belakang
Gerakan yang dilakukan dengan menggunakan kaki palsu dirasa sangat berat
baik secara fisik maupun mental. Seseorang yang menggunakan
Transfemoral Prosthesis menunjukkan pergerakan yang kurang efisien
dibandingkan dengan orang yang berbadan sehat, ditunjukkan bahwa 27-49%
terjadi peningkatan pengeluaran energi dengan kecepatan yang sama ketika berjalan
tanpa kaki palsu. Kecepatan berjalan orang yang sehat dengan orang menggunakan
kaki palsu jauh lebih rendah sekitar (1-2) hal tersebut dikarenakan akibat hilangnya
motor control yang ada di pergelangan kaki dan lutut sehingga keseimbangan saat
berjalan sulit terjaga dan stabilitas juga berkurang. Selain itu, tidak adanya umpan
balik dari somatosensori mengakibatkan harus bergantung pada rangsangan lain.
Dengan demikian, seseorang yang diamputasi kakinya harus mengubah,
mengurangi, atau bahkan menghindari aktivitas berat layaknya berjalan, pada
akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kehidupannya sehari-hari.
Manufacturers of microprocessor-controlled prosthetic knee (MPKs)
menyatakan bahwa MPK dapat membantu mengurangi beban metal dan fisik saat
berjalan dengan kaki palsu dengan begitu produktivitas orang yang kakinya
diamputasi tidak akan terganggu. Akan tetapi, pada kenyataannya dalam
kesimetrisan gaya berjalan, tingkat efisiensi energi berjalan kaki atau tingkat
aktivitas harian tidak sama dengan penelitian ICF sehingga banyak yang beralih ke
MPK banyak orang yang berpendapat bahwa terdapat kemudahan dengan MPK.
MPK Menawarkan tingkat keamanan yang tinggi kepada pengguna kaki palsu tidak
hanya itu keselamatan dan stabilitas dalam berbagai situasi juga aman. Dengan
demikian, orang-orang yang berjalan dengan kaki palus seperti pada golongan
MFCL-2 dapat menjadi lebih aktif lagi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Metode
Individu yang mengikuti penelitian ini sebanyak 103 dengan melakukan
penyaringan terhadap tingkatan MFCL seseorang. Hal-hal yang dilihat adalah
usia,penyebab amputasi, kondisi fisik, nyeri bahkan perasaan takut. Dengan
rancangan setiap individu diukur dalam tiga kondisi sendi lutut prostetiknya yang
berbeda seperti kondisi lutut cal dan dua tipe kondisi MPK yang berbeda. Hingga
nantinya diakhir akan dinilai dalam penggunaan MPK apakah aman di lingkungan
tempat tinggalnya, apabila tidak maka maka tidak diizinkan untuk kembali di
lingkungan pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pengukuran yang dilakukan pada
setiap minggu dengan kuesioner evaluasi mengenai penggunaan MPK dalam
kehidupan sehari-hari. Dan juga, setiap individu memiliki buku harian yang akan
memuat jadwal keseharian mereka.
Analisis data menggunakan buku harian yang telah mereka tuliskan jadwal
keseharian setiap individu, tingkat kecil aktivitas dicatat selama periode ini
cenderung mewakili aktivitas yang tidak terkait seperti memposisikan diri di atas
sofa. Statistik diukur pada tingkat aktivitas dalam kondisi lutut yang dikendalikan
secara mekanis dan yang dikontrol mikroprosesor.

C. Hasil
Dari 104 yang mengikuti seleksi hanya 41 yang masuk dalam penelitian.
Selanjutnya 11 dari 41 terpaksa berhenti karena keluhan pemasangan yang tidak
sesuai, tidak mampu berjalan dengan aman menggunakan MPK, terengah-engah
hingga nyeri otot dan peserta mengalami stoke hingga meninggal. Performa yang
dirasakan masing-masing individu dari 30 individu menghasilakan peningkatan
skor PeQ daripada yang dikontrol secara mekanis.
Tingkat aktivitas pada semua individu tidak jauh berbeda. Pada kondisi individu
menengah menunjukan penurunan jumlah aktivitas /harian dalam penggunaan
MPK daripada kondisi lutut yang dikendalikan secara mekanis. Jumlah individu
yang diteliti sebagian besar penyebab amputasi adalah karena trauma. Dengan
periode akomodasi yang jauh lebih lama waktu untuk MPK tidak ada perubahan
tingkat aktivitas (hitungan langkah) diukur (21, 22). Tingkat pengeluaran energi
aktivitas seseorang amputasi trasfemoral menggunakan MPK dapat meningkatkan
tingkat aktivitas fisik harian mereka, meskipun tidak ada konsensus periode
akomodasi yang optimal.
Klasifikasi individunya menjadi lebih kecil subkelompok memang mengurangi
tingkat penyebaran tingkat aktivitas subjek dalam penelitian ini cukup besar jumlah
variabilitas masih tersisa. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya itu antara
subkelompok, tetapi juga dalam setiap subkelompok MPK yang memiliki efek
beragam pada setiap individu. Untuk menentukan apakah seseorang
diklasifikasikan sebagai MFCL-2 adalah dilihat dari penggunaan MPK dalam
kehidupan sehari-hari yang dilakukan di tingkat individu.

D. Kesimpulan
Seseorang dengan amputasi transfemoral diklasifikasikan ke dalam MFCL-2
ynag lebih puas menggunakan MPK daripada dengan sendi lutut mereka yang
dikendalikan secara mekanis. MPK membawa peningkatan pergerakan mereka,
kondisi mental yang baik dan peran aktivitas mereka sehari-hari. Akan tetapi,
manfaat yang mereka rasakan tidak serta-merta membuat mereka untuk melakukan
peningkatan aktivitas sehari-hari dalam jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai