C. Hasil
Dari 104 yang mengikuti seleksi hanya 41 yang masuk dalam penelitian.
Selanjutnya 11 dari 41 terpaksa berhenti karena keluhan pemasangan yang tidak
sesuai, tidak mampu berjalan dengan aman menggunakan MPK, terengah-engah
hingga nyeri otot dan peserta mengalami stoke hingga meninggal. Performa yang
dirasakan masing-masing individu dari 30 individu menghasilakan peningkatan
skor PeQ daripada yang dikontrol secara mekanis.
Tingkat aktivitas pada semua individu tidak jauh berbeda. Pada kondisi individu
menengah menunjukan penurunan jumlah aktivitas /harian dalam penggunaan
MPK daripada kondisi lutut yang dikendalikan secara mekanis. Jumlah individu
yang diteliti sebagian besar penyebab amputasi adalah karena trauma. Dengan
periode akomodasi yang jauh lebih lama waktu untuk MPK tidak ada perubahan
tingkat aktivitas (hitungan langkah) diukur (21, 22). Tingkat pengeluaran energi
aktivitas seseorang amputasi trasfemoral menggunakan MPK dapat meningkatkan
tingkat aktivitas fisik harian mereka, meskipun tidak ada konsensus periode
akomodasi yang optimal.
Klasifikasi individunya menjadi lebih kecil subkelompok memang mengurangi
tingkat penyebaran tingkat aktivitas subjek dalam penelitian ini cukup besar jumlah
variabilitas masih tersisa. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya itu antara
subkelompok, tetapi juga dalam setiap subkelompok MPK yang memiliki efek
beragam pada setiap individu. Untuk menentukan apakah seseorang
diklasifikasikan sebagai MFCL-2 adalah dilihat dari penggunaan MPK dalam
kehidupan sehari-hari yang dilakukan di tingkat individu.
D. Kesimpulan
Seseorang dengan amputasi transfemoral diklasifikasikan ke dalam MFCL-2
ynag lebih puas menggunakan MPK daripada dengan sendi lutut mereka yang
dikendalikan secara mekanis. MPK membawa peningkatan pergerakan mereka,
kondisi mental yang baik dan peran aktivitas mereka sehari-hari. Akan tetapi,
manfaat yang mereka rasakan tidak serta-merta membuat mereka untuk melakukan
peningkatan aktivitas sehari-hari dalam jangka pendek.