Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FILUM MOLLUSCA

Yang diampu oleh Bapak Bagus Priambodo, S.Si., M.Si., M.Sc.

Fahrul Ghani Muhaimin, Fustatul Qur'ani Anam, Maisuna Kundariati

Kelompok 4

Ahvina Dwi Okta (180342618064)

Annisa Elchamida (180342618083)

Fika Cahya Lovely (180342618012)

Helyu Listyka A. (180342618057)

Suci Yana Lestari (180342618026)


Offering I 2018

Laboratorium Struktur Perkembangan dan Taksonomi Hewan

Jurusan Biologi, Program Studi Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

2019
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Mollusca adalah salah satu hewan invertebrata yang mempunyai peran penting bagi
sumber daya manusia. Mollusca merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang,
setelah filum Arthropoda. Anggota dari filum mollusca mempunyai bentuk tubuh yang
sangat beranekaragam dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki
maupun cangkang, sampai bentuk bulat tanpa kepala dan tertutup dua keping cangkang
besar. Mollusca hidup di laut, air tawar, payau, dan darat bahkan juga mudah ditemukan di
sekitar kita. Jenis mollusca yang umum dikenal adalah siput, kerang, gurita dan cumi-cumi.
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh
lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk mollusca
sangat bervariasi, misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan
bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya
lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof dengan
memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme.
Pada umumnya Mollusca memiliki sistem reproduksi yang menguntungkan bagi
manusia, namun ada pula yang merugikan. Salah satu peranan mollusca yang
menguntungkan adalah sebagai sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu
(Aemaeba sp.), kerang hijau (Mytilus viridis), sotong (Sepia sp.) cumi-cumi (Loligo sp.),
remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica), selain itu juga bisa
dimanfaatkan sebagai perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera).
Adapun yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini adalah untuk
memperdalam pengetahuan tentang hewan bertubuh lunak (Mollusca) dalam aspek
morfologi maupun anatomi dengan metode pengamatan langsung menggunakan media asli
atau buatan yang berupa hewan utuh atau potongan tubuh dan disertai dengan diskusi,
informasi tentang berbagai struktur tubuh luar dan dalam dari hewan bertubuh lunak dapat
diperoleh.

1.2 Tujuan Praktikum


Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan
untuk:

1) Mendeskripsikan ciri khas hewan anggota filum Mollusca secara lengkap

2) Menjelaskan habitat hewan anggota filum Mollusca berdasar struktur tubuhnya

3) Melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Mollusca berdasar ciri morfologi dan


anatomi

4) Menganalisis struktur tubuh dari bermacam-macam anggota Mollusca berdasar sistem


yang menyusun tubuhnya

5) Menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasar strukturnya

6) Melakukan identifikasi tipe-tipe cangkang anggota filum Mollusca

1.3 Manfaat Praktikum

1) Mahasiswa dapat mendeskripsikan ciri khas hewn anggota filum Mollusca secara lengkap

2) Mahasiswa dapat menjelaskan habitat hewan anggota filum Mollusca berdasar struktur
tubuhnya

3) Mahasiswa mampu melakukan identifikasi terhadap anggota-anggota Mollusca berdasar


ciri morfologi dan anatomi

4) Mahasiswa dapat menganalisis struktur tubuh dari beramacam-macam anggota Mollusca


berdasar sistem yang menyusun tubuhnya

5) Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi organ-organ tubuh berdasar strukturnya

6) Mahasiswa dapat melakukan identifikasi tipe-tipe cangkang anggota filum Mollusca

BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat (Diganti)

Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah pada hari Rabu,
4 September 2019 pukul 15.45 s/d 19.05 WIB. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu
2019 di Laboratorium Biologi, Gedung O5 Ruang 208, Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

2.2 Metode (Diganti)

Metode yang digunakan adalah metode pengamatan langsung dengan mengamati


spesimen secara langsung, mengamati langsung preparat segar menggunakan bantuan
mikroskop stereo, dan mengamati langsung preparat awetan dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Untuk pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk laporan
dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu.

2.3 Alat dan Bahan (Diganti)

2.3.1 Alat

 Mikroskop stereo
 Mikroskop cahaya
 Kaca benda
 Kaca penutup
 Alat bedah
 Gelas arloji
 Spatula
 Pipet tetes
 Baskom
 Lap

2.3.2 Bahan

 Spesimen dari Filum Platyhelminthes, Nematelminthes. dan Annelida


 Cacing yang masih hidup (cacing Planaria sp., Taenia solium, Fasciola Hepatica,
Hirudo medicinalis, Lumbricus terrestris)
 Preparat awetan cacing Taenia saginata dan Fasciola hepatica
 Air

2.4 Cara Kerja (Diganti)

2.4.1 Pengamatan Spesimen


Menyusun spesimen dengan rapi di atas meja pengamatan
termasuk mikroskop cahaya dan mikroskop stereo

Menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk


praktikum keanekaragaman hewan

Mengamati morfologi dan karakteristik khas spesimen lalu


dicari nama spesiesnya. Kemudian, ditulis di buku kerja
praktikum beserta klasifikasinya dan digambar spesiesnya
beserta bagian-bagian tubuhnya

2.4.2 Pengamatan Cacing yang Masih Hidup

Menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan buku petunjuk


praktikum keanekaragaman hewan

Meletakkan cacing yang akan diamati ke dalam gelas arloji

Mengamati secara langsung morfologi dan karakteristik


khas cacing yang sedang dicari atau menggunakan bantuan
mikroskop stereo untuk cacing yang berukuran kecil

Menganalisis hasil pengamatan yang didapat, kemudian


ditulis di buku praktikum beserta klasifikasinya dan
digambar spesiesnya beserta bagian-bagian tubuhnya

2.4.3 Pengamatan Preparat Awetan Cacing Taenia saginata dan Fasciola hepatica

Menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan buku petunjuk


praktikum keanekaragaman hewan
Meletakkan preparat awetan pada mikroskop cahaya

Mengamati morfologi dan karakteristik khas spesies pada


awetan cacing. Kemudian, ditulis di buku kerja praktikum
beserta klasifikasinya dan digambar spesiesnyabeserta
bagian-bagian tubuhnya.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan Filum Mollusca

Dari prakitkum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:


NO GAMBAR KETERANGAN
1.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Polyplacophora
Ordo : Chitonida
Famili : Chitonidae
Genus : Chiton
Spesies : Chiton sp. (Rusyana, 2011)

2.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Stylommatophora
Famili : Achatinidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina fulica (Hoffman
& Pirie, 2014)

3.2 Pembahasan

3.2.1 Kelas Aplacophora

3.2.2 Kelas Monoplacophora

3.2.3 Kelas Polyplachophora


Gambar 1. Chiton sp. Gambar 1. Literatur Chiton sp.
Sumber: Dokumen Pibadi Sumber: (Jain, 2010)

Chiton sp. adalah salah satu spesies dari filum Mollusca yang masuk ke dalam kelas
Polyplacophora. Spesies ini memiliki bentuk tubuh memanjang seperti elips dengan bagian
kepala tereduksi. Chiton sp. merayap perlahan di dasar laut, pada batu-batuan yang lunak.
Bagian dorsal tubuhnya terdiri dari keping-keping kapur. Sendi antara keping-keping dapat
dibengkokan sedemikian rupa sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola (Rusyana,
2011).
Ciri khusus
 Memiliki tubuh yang bilateral simetri
 Kakinya pipih dan terletak di permukaan ventral
 Memiliki jenis kelamin yang terpisah
 Larvanya disebut trochopora
 Mulut dan anus terletak pada ujung yang berlawanan
 Pada bagian kepala terdapat mulut yang belum sempurna
 Tidak memiliki tentakel dan mata (Rusyana, 2011; Indrawati dkk, 2017)

Sistem Gerak
Achatina fulica bergerak merayap secara perlahan dengan menggunakan kakinya di
dasar laut, ataupun pada batu-batuan lunak. Gerak merayap Chiton sp. yang sangat lamban
disebabkan oleh gerakan gelombang otot kaki seperti gerakan yang dimiliki keong. Bagian
yang digunakan untuk melekat pada substrat adalah kaki dan gelang. Pada dasarnya kaki
bertanggung jawab untuk melekat, namun pada saat seekor chiton diganggu maka gelang
berperanan juga sebagai pelekat. Hal inilah yang menyebabkan pelekatan chiton terhadap
substratnya begitu erat (Amalia dkk, 2016; Rusyana, 2011).

Sistem Respirasi
Alat respirasi pada Chiton sp adalah insang bipectinate(ktenidia) yang terletak di
dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terbentuk, terlihat jumlah insang antara 6-8 pasang
yang tersusun dalam suatu garis pada kedua sisi tubuhnya (Amalia dkk, 2016).

Sistem Sirkulasi
Di bagian posterior terdapat: jantung, aorta, dan sebuah sinus. Darah mendapat oksigen
(O2) dari insang (Rusyana, 2011).

Sistem Syaraf
Sistem syaraf terdiri atas cincin sirkum esofagus, dan 2 cabang syaraf (mensyarafi kaki
dan mantel) (Rusyana, 2011).

Sistem Reproduksi
Chiton sp. memiliki jenis kelamin yang terpisah, larvanya disebut dengan trocophora
(Rusyana, 2011).

Sistem Digesti
Sistem digesti atau pencernaan makanan dimulai dari mulut dan berakhir dengan anus.
Pada pencernaan makanan terdapat kelenjar ludah dan kelenjar hati (Rusyana, 2011).

Habitat
Chiton sp. hidup di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan memakan
rumput laut dan mikro organisme dari batu karang (Rusyana, 2011).

Makanan
Chiton sp. adalah grazers herbivora. Merean memakan ganggang, bryzoa, diatom, dan
kadang-kadang bakteri oleh gesekan substrat berbatu dengan mereka berkembang baik
dengan radula (Rusyana, 2011).

3.3.4 Kelas Gatropoda

Gambar 3. Achatina fulica Gambar 4. Literatur Achatina fulica


Sumber: Dokumen Pibadi Sumber: (Hoffman & Pirie, 2014)

Achatina fulica merupakan salah satu spesies dari kelas gastropoda. Hewan ini memiliki
tubuh yang bercangkok (concha), kebanyakan berputar ke kanan (dekstral) ada juga yang
berputar ke kiri (sinistral). Putaran ini berasal dari apeks melalui whorl sampai ke aperture.
Bagian tengah merupakan sumbu putaran disebut dengan kollumella. Kollumella ini tidak
terlihat dari luar (Rusyana, 2011).
Ciri khusus
 Achatina fulica memiliki struktur tubuh yang bercangkok (concha)
 Kebanyakan berputar ke kanan (dekstral), aa juga yang berputar ke kiri
(sinistral). Putaran ini berasal dari apeks melalui whorl sampai ke apeture
 Bagian tengah yang merupakan sumbu putaran disebut kollumella
 Cangkok yang dimiliki terdiri atas tiga lapisan, yaitu (1) periostrakum, terbuat
dari bahan tanduk yang disebut konkiolin, (2) lapisan prismatik, terbuat dari
kalsit atau arragonit, (3) lapisan mutiara, terdiri dari CaCO3 jenih dan mengkilap
 Pada waktu aktif tubuh menjulur dari cangkok, terdiri atas bagian: (1) kepala
(pada ujung depan agak ke ventral, terdapat mulut, dua pasang tentakel, pada
ujung tentakel yanglebih panjang terdapat mata), (2) leher (pada sisi sebelah
kanan terdapat lubang genital), (3) kaki (terdiri atas otot yang kuat untuk
merapat, (4) viiscera yang belum begitu jelas batasnya (terdapat di dalam
cangkok, berbentuk spiral, ditutupi oleh mantel, pada bagian tepi cangkok dekat
kaki mantel menjadi lebih tebal disebut gelangan (kollar). Dibawah gelangan ini
terdapat lubang pernapasan (Rusyana, 2011; Indrawati dkk, 2017)

Sistem Gerak
Alat geraknya ialah kaki. Pada waktu aktif, permukaan bawah kaki menjadi
bergelombang dengan amplitudo kecil dikarenakan aktivitas otot-otot dalam dindingnya.
Gelombang-gelombang gerakan ini dikordinasikan oleh susunan syaraf. Permukann yang
selalui dilalui oleh spiut darat akan menunjukkan bekas, karena adanya deretan mukus
yang ditinggalkan dalam perjalanannya. Mukus ini dihaasilkan oleh glandula pedalis
dengan saluran yang bermuara di permukaan ventral di belakang mulut (Rusyana, 2011).

Sistem Respirasi
Alat pernapasan berupa paru-paru (modifikasi dari rongga mantel yang kaya dengan
kapiler-kapiler darah) (Indrawati dkk, 2017; Rusyana, 2011).

Sistem Sirkulasi
Jantung terdapat di dalam cavum pericardi, terdiri dari dua bagian, yaitu satu atrium dan
satu ventrikel. Dari ujung ventrikel keluar aorta yang bercabang dua, yaitu: (1) Cabang yang
berjalan ke arah anterior, mensuplai darah bagian tubuh sebelah anterior (kepala) kemudian
membelok ke arah ventral menjadi arteria pedalis yang mensuplai darah ke bagian kaki; (2)
cabang yang berjalan ke arah posterior, mensuplai darah ke viscera, terutama ke kelenjar
pencernaan, ventrikel, dan ovotestes. Arteria bercabang-cabang yang langsung mencapai
rongga-rongga darah atau hemocoelom (tidak membentuk kapiler-kapiler. Dari
hemocoelom, dikumpulkan kembali melalui sirculus venosus (=pembuluh darah yang
berjaln melingkar). Circulus venosus terdiri atas dua (masing-masing mengumpulkan darah
dari daerah viscera, daerah kaki, dan kepala, kemudian darah diteruskan ke paru-paru
(untuk melepaskan CO2 dan menerima oksigen) selanjutnya masuk kembali ke atrium
kemudian ke ventrikel. Darahnya mengandung pigmen pernapasan yang berwarna biru, yang
berfungsi untuk mengikat oksigen, zat-zat makanan, dan sisa metabolisme (Rusyana, 2011).

Sistem Syaraf
Sistem syaraf terdiri atas ganglion serebral (sebelah dorsal), ganglion pedal (sebelah
ventral), ganglion parietal (sebelah lateral), ganglion abdominal (sebelah median), ganglion
bukal (sebelah dorsal rongga mulut) (Rusyana, 2011).

Sistem Reproduksi
Achatina fulica bersifat hermaprodit, tetapi untuk fertilisasi diperlukan spermatozoa
dari individu lain, karena spermatozoa dari induk yang sama tidak dapat membuahi sel telur.
Ovum dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di ovotestis. Ovotestis berupa kelenjar kecil
berwarna putih kemerahan, terletak melekat di antara kelenjar pencernaan (hepatopankreas,
pada apek dari masa viscera). Saluran yang terdapat pada ovotestis, yaitu:
a) Duktus hermaproditikus (=persatuan saluran halus pada ovotestis)
b) Spermoviduk, terdiri dari dua saluran, yaitu:
(1) Saluran telur (oviduk)
(2) Saluran semen (vasdeferens)
Vagina dan penis mempunyai hubungan terbuka dengan suatu ruangan, yaitu atrium genital
yang mempunyai lubang keluar (=porus genitalis) (Indrawati dkk, 2017; Rusyana, 2011).
Sistem Digesti
Makanan berupa tumbuh-tumbuhan, dipotong-potong oleh rahang zat tanduk
(mandibula), kemudian dikunyah oleh radula. Zat-zat makanan diserap di dalam intestin.
Saluran pencernaan makanan terdiri atas: rongga mulut-faring (tempat dimana terdapat
radula), esofagus-tembolok-lambung-intestin-rektum-anus. Kelenjar pencernaan terdiri atas
kelenjar ludah, hati, dan pankreas (Rusyana, 2011).

Habitat
Achatina fulica hidup di air laut, tawar dan daratan (Rusyana, 2011).

Makanan
Achatina fulica merupakan hewan herbivora, yang makanannya berupa tumbuh-
tumbuhan (Rusyana, 2011).

DAFTAR RUJUKAN
Amalia, Novianto, D.C., Afifa, M.N., Kurnia, V.D., Berliani, V. 2017. Filum Mollusca. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Hoffman, T. & Pirie, N. 2014. Achatina fulicagiant african snail. Michigan: University of
Michigan.
Indrawati, S.E., Rahayu, S.E., Masjhudi, Ibrohim. 2017. Keanekaragaman Hewan. Malang:
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai