Pangasius pangasius
Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia
yang telah berhasil didomestikasi. Jenis-jenis ikan patin di Indonsia sangat banyak, antara
lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius
lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodon, Pangasius niewenhuisii.
Sedangkan Pangasius sutchi dan Pangasius hypophtalmus yang dikenal sebagai jambal
siam atau lele bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordi, 2015).
Karakter Spesifik
Tubuh ikan patin secara morfologi dapat dibedakan yaitu bagian kepala (caput),
badan (truncus), dan ekor (caudal). Panjang bagian kepala ikan patin adalah 4,12 cm.
Kepala relatif panjang, melebar kearah punggung, mata berukuran sedang pada sisi
kepala, lubang hidung relatif membesar, mulut subterminal relatif kecil dan melebar ke
samping, Gigi tajam dan sungut mencapai belakang mata, serta jarak antara ujung
moncong dengan tepi mata lebih panjang. Sedangkan untuk bagian badan memiliki
panjang sebesar 3.0 cm, tubuh relatif memanjang, warna punggung kebiru-biruan, pucat
pada bagian perut dan sirip transparan, Perut lebih lebar dibandingkan panjang kepala,
dan jarak sirip perut ke ujung moncong relatif panjang (Manunggal, 2016).
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang
bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak serta sirip
punggung terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang
berukuran kecil sekali. Adapun sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris.
Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya
memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-
jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil (Manunggal, 2016).
Ikan patin bersifat nokturnal (aktivitasnya dilakukan dimalam hari) sebagaimana
umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di dalam liang-liang
ditepi sungai habitat hidupnya. Yang membedakan ikan patin dengan ikan catfish pada
umunya : sifat patin yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segalanya. Di
alam, makanan ikan ini antara lain ikan-ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-
bijian, udang-udang kecil, dan moluska. Ikan patin termasuk ikan dasar. Hal ini bisa
dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah itu (Manunggal, 2016).
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan ikan yang hidup di perairan laut
yang merupakan ikan yang banyak ditangkap oleh nelayan laut. Ikan tongkol juga
dapat disebut little tuna dikarenakan ikan tongkol 1 famili dengan ikan tuna. Ciri-ciri
ikan tuna adalah memiliki panjang pada umumnya mencapai 60 cm. Namun, banyak
juga yang berukuran lebih kecil. Pada bagian badan dan perut berwarna putih perak,
sirip ekor berbentuk sabit, memiliki 2 sirip punggung, sepasang sirip dada dan sirip
perut serta sirip dubur (Ramadhanti, 2016).
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan ini terdapat saluran pencernaan ikan tongkol
yang terdiri atas rongga mulut (rima oris), faring, kerongkongan, lambung, usus
(intestinum), dan anus (anal). Pada system pencernaan juga terdapat kelenjar-kelenjar
saluran pencernaan saluan pencernaan yang menghasilkan enzim-enzim untuk
membantu proses pencernaan dan penyerapan makanan. Kelenjar-kelenjar tersebut
adalah hati (hepar) dan pankreas (pancreas) (Ramadhanti, 2016).
Sistem Respirasi
Organ respirasi pada ikan umumnya adalah insang (branchia)/insang ikan
tongkol terdiri atas holobranchia, gill rakers, anti brachialis, dan setiap holobranchia
terdiri atas sepasang hemibranchia terakhir yang termodifikasi menjadi schland
knocken yang berfungsi membantu menghancurkan makanan yang melewati faring
(Ramadhanti, 2016).
Sistem Urogenital
Pada semua vertebrata, sistem ekskresi dan reproduksi berkaitan erat sehingga
keduanya bersama-sama disebut sebagai sistem urogenital (Ramadhanti, 2016).
Sistem Ekskresi
Sistem ini intuk mengatur tubuh, menjaga keseimbangan garam, mengeluarkan
bahan-bahan sisa yang berasal dari metabolisme protein. Organ melakukan fungsi-
fungsi tersebut adalah ginjal (ren dengan tipe mesonepros) (Ramadhanti, 2016).
Sistem Reproduksi
Organ reproduksi pada ikan terdiri atas sepasang testis pada individu jantan dan
sepasang atrium pada betina. Testis berbentuk memanjang, spermataozoa yang
dihasilkan oleh testis disalurkan melalui ductus deferens. Sel-sel telur
yang dihasilkan oleh ovarium disalurkan melalui sepasang oviduct (tuba fallopi)
(Ramadhanti, 2016).
Sistem Urinaria
Ginjall (ren) tedapat pada bagian dorsal dari rongga perut (peritoneal) pada
masing-masing sisi linea mediana bentuknya memanjang ke arah cranial dan
berwarna merah kecoklatan. Ginjaldisusun oleh suatu seri tubulus uriniferus yang
terpilin. Setiap tubulus uriniferus terdiri atas sebuah kapsula bowman yang menutupi
glomerulus dan sebuah tubulus renalis. Saluran yang keluar dari setiap ginjal disebut
ureter. Yang berakhir pada sebuah ruang sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis
bermuara kedalam kloaka. Ureter atau ductus mesonefros merupakan sepasang
saluran yang keluar dari tepi lateral dari ginjal tempat lewat urine dan akan
ditampung pada kantung urine (vesika urinaria). Khusus pada jantan digunakan
untuk melekatnya spermatozoa yang dihasilkan oleh testis melalui vasa
everentia kemudian masuk kedalam ureter padabagian bawah dan masuk kedalam ve
sica urinaria. Oleh sebab itu, disebut juga sebagai ductus urospermaticus
(Ramadhanti, 2016).
Fungsi Ekologis
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan predator yang rakus memakan
berbagai ikan kecil, udang, dan cepalopoda, sebaliknya juga merupakan mangsa dari
hiu dan marlin (Saputra, 2011).
Crassius auratus
Sistem Respirasi
Dalam sistem ini, insang adalah organ yang memegang pernanan paling penting.
Organ insang terdapat di rongga insang di bawah opercula. Di setiap opercula terdapat
empat lengkung insang pada dua insang lamella. Insang filamen yang penuh dengan
pembuluh darah kapiler terdapat pada insang lamella. Ketika mulut dan opercula
bergerak dengan harmonis, maka oksigen yang terlarut dalam air akan dibawa ke
pembuluh darah kapiler, air akan keluar melwati insang, sedangkan karbondioksida
dalam darah dilepaskan ke air (Street, 2012).
Sistem Reproduksi
Habitat
Di alam liar, ikan mas koki dapat ditemukan di perairan air tawar yang bergerak
lambat. Seperti kerabat dekat mereka, ikan mas, mereka tumbuh subur di air yang agak
berlumpur. Di akuarium, penggantian air dilakukan setiap dua minggu karena tangki ikan
mas koki sulit dijaga kebersihannya. Mereka berkembang di lingkungan kolam sehingga
penambahan tanaman diperlukan agar hidup optimal. Suhu optimal air untuk hidup ikan
maskoki adalah 18-24ºC. Mempertahankan suhu untuk terus berada dalam kisaran suhu
optimal perlu dilakukan. Karena pemeliharaan di luar suhu optimal dapat menekan sistem
kekebalan tubuh ikan dan akan menyebabkan penurunan nafsu makan serta gangguan
pada pertumbuhan ikan. Ikan maskoki dapat hidup dalam air yang memiliki kandungan
oksigen minimal 5 mg/L, pH 7-7.8, tingkat amoniak terlarut maksimal 0,05 mg/L dan
tingkat nitrit terlarut maksimal 0,05 mg/L (Street, 2012).
Ikan maskoki dianggap sebagai ikan yang tangguh karena dapat bertahan hidup
di air berkualitas buruk. Walaupun demikian, kualitas air penting di perhatikan agar
pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan berjalan optimal. Ikan maskoki dapat hidup
hingga umur 30 tahun dengan panjang mencapai 23 inches (58 cm) dan berat mencapai
2,7 kg (Street, 2012).
Manfaat Ikan Maskoki
Budidaya ikan maskoki telah menjadi industri dengan omset yang besar. Jutaan
ikan dibiakkan setiap tahun dan dijual ke toko akuarium untuk dijual kembali kepada
penggemar ikan. Di Amerika Utara ada permintaan untuk ikan mas koki untuk digunakan
sebagai umpan oleh pemancing. Toko hewan peliharaan sering memiliki ikan mas
pengumpan untuk dijual kepada pemilik ikan akuarium karnivora (Street, 2012).
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2019. The
Animal Diversity. USA: University of Michigan.
Nggajo, R. 2009. Keterkaitan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) dengan
Karakteristik Habitat pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Tesis.
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 120 hal.
Saputra, L. 2011. Deteksi Morfologi dan Molekuler Parasit Anisakis spp pada Ikan
Tongkol (Auxis thazard). Skripsi Budidaya Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 56 hal.