Anda di halaman 1dari 25

SISTEM SARAF SEBAGAI PENGENDALI REFLEKS PADA KATAK

DAN MANUSIA

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan Manusia
yang dibimbing oleh Dra. Susilawati, M.S.

Disusun oleh :

Offering G

Kelompok 6

Afifah Nur Aini ( 130342603484 )

Muhammad Sholeh Al-Qoyyim ( 130342603485 )

Nazilatul Khoiroh ( 130342603479 )

Rieza Novrianggita ( 130342603492 )

Tri Yuni Andromeda ( 130342603482 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2014
I. Judul

Sistem Saraf Sebagai Pengendali Refleks pada Katak dan Manusia

II. Dasar Teori

Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan


sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua : Sel neuron dan Sel Neuoroglia.
Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel
ini bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat
susunan saraf dan sebaliknya (Ganong, 1995).
Sel neuron terdiri atas tiga bagian:
1) Badan sel yang mengandung nukleus dan nukleolus serta berwarna kelabu,
2) Dendrit merupakan lanjutan plasma yang berfungsi menyampaikan impuls
saraf (informasi) menuju ke badan sel dan
3) Akson, berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain.
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
1. Neuron Sensorik (nouron aferen) yaitu sel saraf yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron
memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima
rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya.
2. Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk
menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor.
Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya
berhubungan dengan efektor.
3. Neuron Konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara
neuron yang satu dengan yang lainnya.
4. Neuron Ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron
sensorik dan neuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang
belakang atau di otak.
Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri
refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari.
Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks (Idel, 2000).
Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan
neuron motorik. Jika neuron konektor berada di otak,maka refleksnya disebut
refleks otak. Jika terletak di susmsum tulang belakang, maka refleksnya disebut
refleks tulang belakang (Ganong, 1995).
Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena
rangsangan cahaya merupakan contoh refleks otak. Sedangkan gerak lutut yang
tidak disengaja merupakan gerak sumsum tulang belakang (Effendi, 2010).

III. Alat dan Bahan

Alat

a. Alat pada uji refleks katak: b. Alat pada uji refleks manusia:

1. Gelas ukur 1. Pemukul dari karet


2. Tabung ukur 2. Gelas piala 100 cc
3. Pipet tetes 3. Penggaris
4. Papan Bedah 4. Gelas ukur
5. Alat Bedah 5. Kertas pH
6. Lampu Spirtus 6. Kertas hisap
7. Termometer
8. Panci
9. Akuarium
10. Penyangga lampu spiritus
11. Lap

Bahan

a. Bahan pada uji refleks katak : b. Bahan pada uji refleks manusia:

1. Kapas 1. Air mineral dalam kemasan


2. Air kran 2. Kapas
3. Katak 3. Minuman sari jeruk
IV. Cara Kerja

a. Cara kerja pada uji refleks katak

1. Refleks pada katak normal

Meletakkan katak pada posisi normal di atas papan kayu yang


sudah di siapkan.

Mengamati posisi kepala, kornea dan alat gerak pada kata dalam
keadaan normal.

Memberikan sentuhan pada kornea mata kata dengan


menggunakan kapas.

Mengamati respon katak setelah diberikan sentuhan pada kornea,


kemudian mencatat hasilnya.

Menghitung frekuensi pernapasan katak per menit dengan


menghitung gerakan kulit rahang.

Mengamati keseimbangan dengan cara meletakkan katak dalam


posisi terlentang.

Memutar papan secara horizontal ke arah kanan sebanyak ± 15


kali putaran.

Mengamati posisi kepala, gerakan mata dan kepala dan angota gerak
yang lain.

Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit


terangkat. Lalu diamati respon katak.

Memasukkan katak ke dalam aquarium berisi air, mengamati cara


berenangnya.
mengeluarkan katak dari aquarium, meletakkan pada papan
dengan posisi normal.

mencubit jari kaki dengan pinset, mengamati apa yang terjadi


pada katak.

Memasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas ± 800 C.


mengamati apa yang terjadi.

2. Refleks katak spinal atau ter-single phit (katak yang sudah mengalami
pengrusakan otak)

Merusak otak katak dengan single pithing.

Mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk


menghilangkan neural shock.

Meletakkan katak pada posisi normal di atas papan kayu yang


sudah di siapkan.

Mengamati posisi kepala, kornea dan alat gerak pada kata


dalam keadaan normal.

Memberikan sentuhan pada kornea mata kata dengan


menggunakan kapas.

Mengamati respon katak setelah diberikan sentuhan pada


kornea, kemudian mencatat hasilnya.
Menghitung frekuensi pernapasan katak per menit dengan
menghitung gerakan kulit rahang.

Mengamati keseimbangan dengan cara meletakkan katak


dalam posisi terlentang.

Memutar papan secara horizontal ke arah kanan sebanyak ±


15 kali putaran.

Mengamati posisi kepala, gerakan mata dan kepala dan angota


gerak yang lain.

Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak


sedikit terangkat. Lalu diamati respon katak.

Memasukkan katak ke dalam aquarium berisi air, mengamati


cara berenangnya.

Mengeluarkan katak dari aquarium, meletakkan pada papan


dengan posisi normal.

Mencubit jari kaki dengan pinset, mengamati apa yang terjadi


pada katak.

Memasukkan salah satu kaki katak ke dalam gelas piala berisi


air (suhu kamar) kemudian dipanaskan. Malihat pada suhu
berapa katak bereaksi.

Memasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas ± 800 C.


mengamati apa yang terjadi.
3. Reflek katak double pithing (katak yang sudah mengalami pengrusakan
otak dan medula spinalis)

Merusak otak katak dengan double pithing.

Mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk


menghilangkan neural shock.

Meletakkan katak pada posisi normal di atas papan kayu yang


sudah di siapkan.

Mengamati posisi kepala, kornea dan alat gerak pada kata


dalam keadaan normal.

Memberikan sentuhan pada kornea mata kata dengan


menggunakan kapas.

Mengamati respon katak setelah diberikan sentuhan pada


kornea, kemudian mencatat hasilnya.

Menghitung frekuensi pernapasan katak per menit dengan


menghitung gerakan kulit rahang.

Mengamati keseimbangan dengan cara meletakkan katak


dalam posisi terlentang.

Memutar papan secara horizontal ke arah kanan sebanyak ±


15 kali putaran.
Mengamati posisi kepala, gerakan mata dan kepala dan angota
gerak yang lain.

Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak


sedikit terangkat. Lalu diamati respon katak.

b. Refleks pada katak normal

 Refleks patela
A. B.

Duduk dengan kaki terjuntai bebas Duduk dengan kaki terjuntai bebas saat
sedang menghitung

Ligamen dipukul dengan pemukul karet


Ligamen dipukul dengan pemukul karet

Respon kaki
Respon kaki

C.

Duduk dengan kaki terjuntai bebas saat


sedang melakukan gerakan otot

Ligamen dipukul dengan pemukul karet

Respon kaki
 Refleks achilles
Duduk berlutut dikursi dengen kedua
telapak kaki tergantung

Tekuk telapak kaki kearah betis

tendon achilles ditepuk dengan


pemukul karet

Respon kaki

 Refleks cornea
Dekatkan kapas kekornea

Respon mata

 Refleks fotopupil cahaya


Diameter pupil mata diukur

Mata ditutup selama 6 menit ke arah


cahaya

Ukur kembali diameter kedua pupil


mata

 Refleks akomodasi pupil

Pelaku melihat suatu objek dengan jarak


6 m pada cahaya terang

Diameter pupil mata diukur

Pelaku melihat pensil dengan jarak 20


cm pada cahaya terang

Diameter kedua pupil mata diukur


 Refleks konvergensi
Pelaku memusatkan pandangannya
pada suatu obyek yang jauh

Kedua bola mata diamati

Pelaku memusatkan pandangannya


pada suatu obyek yang dekat mata

Kedua bola mata diamati

 Refleks menelan

Saliva dalam mulut ditelan secara terus Saliva dalam mulut ditelan setelah
menerus selama 20 detik minum air secara terus menerus selama
20 detik

Reaksi
Reaksi

 Refleks salivari

Menahan tidah menelan saliva selama 2 2 – 3 tetes sari jeruk di teteskan pada
menit lidah

Saliva dikumpulkan dari mulut kedalam


gelas piala kecil Dibiarkan selama 5 – 10 detik

Volume dan ph diukur Ph saliva diukur dengan cara


menempelkan kertas ph pada ujung
Menahan tidah menelan saliva selama 2 lidah
menit setelah di tetesi sari jeruk

Saliva dikumpulkan dari mulut kedalam


gelas piala kecil

Volume dan ph diukur


V. Data Hasil Percobaan

a. Data hasil percobaan pada uji refleks katak

No Perlakuan Normal Spinal Doublepith

Kepala katak Kepala katak


Kepala Katak menghadap sejajar badan
1. Posisi Kepala
terangkat kedepan dan atau tidak
terangkat terangkat

Berkedip Berkedip Tidak ada


Kornea Mata disentuh normal,bergerak lambat,bergerak kedipan,tidak
2. dengan kapas dan normal,adanya lemas dan ada
anggota gerak detak jantung yang menempel di gerakan,serta
keras papan respon

Frekuensi
3. 85 kali 24 kali 0 kali
pernapasan
Katak membalik
kearah
Katak sedikit
kanan,bagian
bereaksi ke
tengkorok
kanan,mata kiri
Keseimbangan dan menempel pada Tidak ada
4. katak tidak
diputar papan,tidak ada responan
merespon tetapi
gerakan sama
kanan sedikit
sekali,selaput mata
merespon
menutupi sebagian
mata

Katak membalik
Katak membalik
kearah kanan
kearah kanan
Katak saat dalam 12 detik Tidak ada
5. dalam waktu 6
dimiringkan dengan gerakan respon
detik dengan
sedikit condong
membalik ke kanan
kekanan
Katak berenang Katak berenang
dengan hanya dengan
menggunakan 2 menggunakan Katak tidak
6. Katak di berenangkan
ekstremitasnya ekstremitas berenang
secara bersama- anterior saja atau
sama condong ke kanan

Adanya tarikan
Katak dicubit dengan Ada respon tetapi Ada respon
7. kaki katak secara
pinset lambat sangat lambat
langsung

Kaki katak dicelupkan Respon katak pada Respon katak Respon katak
8.
kedalam air suhu 480 C pada suhu 380 C pada suhu 520 C

Kaki katak dicelupkan Adanya tarikan Adanya tarikan Adanya tarikan


9. kedalam air bersuhu pada kaki katak pada kaki katak pada kaki katak
800 C secara langsung namun lambat sangat lambat

b. Data hasil percobaan pada uji refleks manusia

Perlakuan Respon
1. Refleks Lutut
 Saat sedang rileks  Sudut gerakan kaki = >
 Saat sedang berhitung  Sudut gerakan kaki = >>
 Saat sedang bergerak  Sudut gerakan kaki = >>
2. Refleks
 Telapak kaki ditekuk ke arah  Kaki bergerak kearah atas
betis kemuadian tepuk tendon
dengan pemukul karet
3. Refleks Cornea
 Kapas didekatkan kearah mata  Mata berkedip kemudian
mengeluarkan air mata
4. Refleks foto pupil atau cahaya
 Mata terbuka dengan penerangan  Diameter pupil = 0,4 cm
dari lampu ruangan
 Mata terbuka dihadapkan ke  Diameter pupil = 0,2 cm
jendela yang diterangi sinar
matahari setelah mata dipejamkan
selama 6 menit
5. Akomodasi
 Mata melihat benda sejauh 6 m  Diameter pupil = 0,4 cm
 Mata melihat benda sejauh 20 cm  Diameter pupil = 0,3 cm
6. konvergensi
 Mata melihat benda jauh  Posis bola mata normal
 Mata melihat benda dekat  Posisi bola mata juling
7. Refleks menelan
 Meminum saliva secara berturut-  Sulit dan kering
turut selama 20 detik tanpa
didahului meminum air
 Menelan saliva secara berturut-  Mudah
turut selama 20 detik didahului
meminum air
8. Refleks salivari
 Saliva dikumpulkan setelah  PH saliva = 8
menahan tidak menelan selama 2 Volume saliva = 2 ml
menit
 Saliva diuji pH setelah ditetesi 3  PH = 3
tetes sari jeruk pada lidah dan di
biarkan selama 10 detik
 Saliva dikumpulkan setelah  PH saliva = 7
menahan tidak menelan selama 2 Volume saliva = 4 ml
menit untuk kedua kalinya
VI. Analisis Data

1. Analisis data pada uji refleks katak


Pada percobaan ini akan di analisis 3 data dari 3 perlakukan pada katak:
katak normal, katak spinal, dan katak di rusak otot dan medula spinalisnya.

a. Katak normal

Letak kepala katak terangkat, kepala katak meski di tekan katak akan tetap
melawan yang mengakibatkan kepala katak terangkat.Mata katak berkedip
normal, mengedip dan membuka mengawasi gerakan tim penguji.Anggota gerak
bergerak normal, gerakan katak terkonrtrol bergerak ke arah depan begitupula
anggota gerak tangan dan kaki ketika di tarik katak akan langsung memberikan
perlawanan dengan menarik tangan dan kakinya.Kornea mata setelah di sentuh
dengan kapas langsung memberikan reaksi selaput mata langsung menutupi mata
dan gerakan mengkerut mengecilnya selaput mata.
Jumlah frekuensi pernafasan katak sebesar 85 kali dalam waktu satu menit,
hal tersebut dilihat dari menggembung dan menggempisnya kulit dibawah rahang
katak.
Keseimbangan katak saat posisi diterlentangkankatak diam dan
menunjukkan keadaan lurus ke depan dan condong ke depan. Posisi kepala katak
saat diterlentangkankepalanya kadang terangkat dan kadang posisi kepala katak
telentang. Mata pada katak saat di terlentangkan selaputnya sedikit menutup,
kisaran menutupnya sampai sebagian mata. Anggota gerak katak saat
diterlentangkan nampak sama posisinya saat katak berdiri, tangannya ditekuk ke
arah dada dan kakinya ditekuk ke arah perut. Saat papan di miringkan, katak
membalikkan tubuhnya pada waktu 6 detik dan ke arah samping kanan.
Cara berenang katak normal tangan dan kaki aktif bergerak dan dapat
bermanufer, arah berenang katak condong ke depan dan dapat mengatur kecepatan
berenangnya.
Saat katak diberikan cubitan pada kakinya didapatkan respons katak
berupa penarikan kaki dengan sangat cepat, kaki katak langsung ditekuk ke arah
perut.
Saat kaki katak direndam pada suhu kamar 28o C katak tidak memberikan
respons, tetapi saat suhu mencapai 48o C katak langsung menarik kakinya dengan
sangat cepat. Setelah itu, kaki katak yang satunya dimasukkan ke dalam suhu 80o
C katak langsung melakukan refleks dengan menarik kakinya.

b. Katak Spinal

Letak kepala katak tidak terangkat, kepala katak meski di angkat katak
tetap tidak melawan dan kepala tetap menempel di papan. Mata katak berkedip
normal, tetapi tidak mengawasi gerakan tim penguji dan mata katak jauh lebih
lebar.Anggota gerak terlihat lemas meski masih bisa melakukan gerakan, gerakan
katak tidak terkontrol dan gerakan condong ke kanan begitu pula saat dilihat
gerakannya kaki katak mengarah ke abah kanan.Kornea mata setelah di sentuh
dengan kapas tidak langsung memberikan reaksi selaput mata kadang-kadang
menutupi mata dan gerakan mengkerut mengecilnya selaput mata, tetapi
kebanyakan tidak mengedip.
Jumlah frekuensi pernafasan katak sebesar 24 kali dalam waktu satu menit,
hal tersebut dilihat dari menggembung dan menggempisnya kulit dibawah rahang
katak.
Keseimbangan katak saat posisi di terlentangkan katak diam dan
menunjukkan keadaan condong ke kanan. Posisi kepala katak saat
diterlentangkankepalanya kebanyakan menempel di papan . Mata pada katak saat
di terlentangkan selaputnya sedikit menutup, kisaran menutupnya sampai
sebagian mata. Anggota gerak katak saat diterlentangkan nampak lemas dan
tangan dan kaki bagian kanan bergerak-gerak tidak terkendali. Saat papan di
miringkan, katak membalikkan tubuhnya pada waktu 12 detik dan ke arah
samping kanan.
Cara berenang katak tangan dan kaki hanya bagian kanan saja yang aktif
bergerak, arah berenang katak condong ke kanan dan kebanyakan mengapung
dengan sedikit gerakan.
Saat katak diberikan cubitan pada kakinya didapatkan respons katak
berupa penarikan kaki tetapi dengan respons lamban, kaki katak ditekuk ke arah
perut.
Saat kaki katak direndam pada suhu kamar 28o C katak tidak memberikan
respons, tetapi saat suhu mencapai 50o C katak langsung menarik kakinya dengan
sangat cepat. Setelah itu, kaki katak yang satunya dimasukkan ke dalam suhu 80o
C katak langsung melakukan refleks dengan menarik kakinya.

c. Katak di rusak otot dan medula spinalis

Letak kepala katak tidak terangkat, kepala katak meski di angkat katak
tetap tidak melawan dan kepala tetap menempel di papan. Mata katak seperti
mengantuk agak menutup, tidak mengawasi gerakan tim penguji dan mata katak
jauh lebih kecil dari mata moral dan spinal. Anggota gerak terlihat lemas meski
tidak bisa melakukan gerakan, gerakan katak tidak terlihat.Kornea mata setelah di
sentuh dengan kapas tidak memberikan reaksi selaput mata tidak bergerak
menutupi mata, tidak mengedip.
Jumlah frekuensi pernafasan katak sebesar 0 kali dalam waktu satu menit,
tak terlihat adanya gerakan dari menggembung dan menggempisnya kulit dibawah
rahang katak.
Keseimbangan katak saat posisi di terlentangkan katak diam dan lemas
tidak ada gerakan. Posisi kepala katak saat diterlentangkan kepalanya kebanyakan
menempel di papan tidak ada perlawanan . Mata pada katak saat di terlentangkan
selaputnya menutup. Anggota gerak katak saat diterlentangkan nampak lemas,
tangan dan kakinya tidak ditekuk ke arah badan. Saat papan di miringkan, katak
tidak membalikkan badan.
Cara berenang katak tangan dan kaki tidak melakukan apa-apa, hanya
mengapung dan bagian hidung berada di atas.
Saat katak diberikan cubitan pada kakinya tidak di dapatkan respons, kaki
katak tetap direnggangkan tidak di tarik.
Saat kaki katak direndam pada suhu kamar 28o C katak tidak memberikan
respons, tetapi saat suhu mencapai 55o C katak langsung menarik kakinya dengan
sangat cepat. Setelah itu, kaki katak yang satunya dimasukkan ke dalam suhu 80o
C katak langsung melakukan refleks dengan menarik kakinya.
2. Analisis data pada uji refleks manusia
a. Refleks Lutut

Lutut dipukul dengan pemukul karet ketika sedang rileks akibatnya kaki
bergerak kearah atas dan membentuk sudut >. Lutut dipukul dengan pemukul
karet ketika sedang mengerjakan penjumlahan sederetan tiga digit angka
akibatnya kaki bergerak kearah atas dan membentuk sudut >>. Lutut dipukul
dengan pemukul karet ketika sedang melakukan aktifitas otot akibatnya kaki
bergerak kearah atas dan membentuk sudut >>.

b. Refleks Achilles
Tendon achilles dipukul dengan pemukul karet ketika sedang duduk
berlutut dikursi dengan kedua telapak kaki tergantung bebas pada tepi kursi dan
telapak kaki ditekuk kearah betis akibatnya kaki bergerak keatas.

c. Refleks Kornea

Sedikit kapas didekatkan kearah cornea maka akibatnya mata akan


berkedip dan mengeluarkan air mata

d. Refleks Fotopupil atau Refleks Cahaya

Saat mata masih berada di cahaya ruangan diameter pupil mata sebesar 0,4
cm, sedangkan saat mata dengan cahaya matahari setelah mata dipejamkan selama
6 menit diameter mpupil mata sebesar 0,2 cm

e. Refleks Akomodasi

Saat mata melihat benda sejauh 6 meter maka diameter pupil mata sebesar
0,4 cm, sedangkan saat mata melihat benda sejauh 20 cm maka diameter pupil
mata sebesar 0,3 cm.

f. Refleks Konvergensi

Ketika mata melihat benda jauh akibatnya posisi bola mata normal,
sedangkan ketika mata melihat benda yang dekat akibatnya posisi bola mata
juling.
g. Refleks Menelan

Saliva dalam mulut ditelan secara terus menerus selama 20 detik tanpa
didahului minum air maka yang terasa adalah saliva sulit untuk ditelan dan mulut
terasa kering. Sedangkan saliva dalam mulut ditelan secara terus menerus selama
20 detik yang didahului meminum air maka yang terasa adalah saliva mudah
untuk ditelan.

h. Refleks Salivari

Percobaan pertama, pelaku percobaan menahan tidak menelan saliva


selama 2 menit. Setelah itu saliva dari dikumpulkan dalam gelas piala kecil maka
saat diukur volumenya 2 ml dan PH-nya 8. Percobaan kedua, 2-3 tetes sari jeruk
diteteskan pada lidah lalu dibiarkan selama 5-10 detik dan kertas ph ditempelkan
pada lidah menghasilkan PH 8. Sedangkan pada percobaan ketiga pelaku
percobaann menahan tidak menelan saliva selama 2 menit, saliva itu dikumpulkan
pada gelas piala maka saat diukur menghasilkan volumenya 4ml dan PH 8.

VII. Pembahasan

1. Pembahasan pada uji refleks katak

a. Katak Normal

Sistem saraf pusat sebagai pengendali gerak refleks merupakan sebuah


mekanisme yang terjadi pada makhluk hidup, salah satunya katak sebagai bentuk
pertahanan diri dari berbagai rangsangan yang diberikan. Pada pengamatan ini
menggunakan katak dewasa sebagai sampel dalam mengamati berbagai gerak
reflex. Pada pengamatan pertama, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak
normal menghasilkan gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan sum-sum
tulang belakang.

Hal ini menunjukkan bahwa katak normal memiliki sistem saraf (otak dan
sum-sum tulang belakang) yang baik, dimana saraf-saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus ke otak dan sum-sum tulang belakang dari resptor ke
efektor secara cepat.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa pada katak
normal, rangsang yang diberikan menghasilkan respon yang normal pula. Namun
terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak spinal (single pithing). Akan
tetapi katak spinal masih dapat memberikan respon, sedangkan katak tanpa spinal
sudah tidak mampu memberikan respon pada beberapa rangsangan.

Pada pengamatan kedua, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak


spinal (single pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang lambat
oleh efektornya. Dari beberapa perlakuan tersebut katak menanggapi beberapa
gerak refleks yang diberikan dengan lambat. Kurangnya aksi refleks ini
dikarenakan sistem saraf pusat yakni otak telah mengalami kerusakan pada saat
melakukan single pithing. Kerusakan sistem saraf pusat menyebabkan reaksi
efektor terhadap beberapa impuls rangsangan berjalan lambat dan condong ke
kanan karena perlakuan single phiting merusak sistem saraf otak sebelah kanan.

Pada pengamatan ketiga, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak


tanpa spinal (double pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang
sangat lambat oleh efektornya dan beberapa respon yang diberikan tidak
ditanggapi. Lemahnya respon refleks ini dikarenakan sistem saraf pada otak dan
sum-sum tulang belakangnya (medulla spinalis) tidak mampu merespon dan
memberi ataupun menghantarkan perintah terhadap impuls saraf ke efektor.
Kerusakan tulang belakang menyebabkan katak lumpuh, tetapi tidak mematikan
katak.

Pada single pithing, bagian yang dirusak adalah foramen ocipetale,


sedangkan pada double pithing bagian yang dirusak adalah canalis vertebralis.
Katak yang di single pithing akan memberikan respon yang lebih baik di
bandingkan dengan katak double pithing. Rangsangan pada double pithing lebih
rendah daripada single pithing karena pada single pithing bagian saraf otak tidak
dirusak, hanya foramen ocipetale yang rusak.

Otak dan sum-sum tulang belakang memiliki fungsi yang sangat penting
dalam proses terjadinya gerak refleks sebagai respon terhadap suatu rangsangan.
Refleks yang dikontrol oleh saraf spinal pada katak antara lain; reaksi ketika
dicubit, perubahan mata, reaksi ketika kaki dipanaskan, sedangkan refleks yang
dikendalikan oleh saraf kranial katak antara lain; frekuensi pernapasan, gerakan
kepala, cara berenang, dan gerak tungkai depan dan belakang.

2. Pembahasan pada uji refleks manusia

a. Refleks Lutut

Contoh refleks regang adalah refleks tendon patella atau knee-jerk reflex.
Tendon patella berperan sebagai reseptor. Pengetukan tendon ini dengan sebuah
palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot di sekitarnya. Rangsangan
tersebut memicu sebuah impuls. Impuls diterima oleh nervus femoris (saraf
sensoris), menjalar ke sumsum tulang belakang lalu kembali lagi, dan akhirnya
diterima lagi oleh nervus femoris (saraf motoris), sehinngga timbul kontraksi otot
quadratus femoris (efektor). Otot quadratus femoris merupakan salah satu dari
otot-otot quadrisep yang membentuk paha anterior dan melekat ke tibia (tulang
kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Ini mengakibatkan kaki
terjulur dan tungkai bawah terangkat secara tiba-tiba.

Sudut angkat kaki yang terbentuk ketika pelaku percobaan sedang


berhitung atau menggerak-gerakkan anggota tubuh selain kaki lebih besar
dibandingkan ketika pelaku percobaan hanya duduk diam. Ini menunjukkan
bahwa suatu rangsangan akan menghasilkan efek yang lebih besar jika ada proses
yang dihentikan tiba-tiba karenanya, misalnya proses berpikir dan proses gerak.

Pemeriksaan refleks ini dilakukan secara rutin sebagai penilaian


pendahuluan fungsi sistem saraf. Refleks tendon patella yang normal
mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan otot-otot
gelendong, saraf aferen, neuron motorik, saraf eferen, neuromuskulus, dan otot itu
sendiri berfungsi normal.

b. Refleks Achilles

Mekanisme kerja refleks ini serupa dengan refleks lutut. Tendon Achilles
berperan sebagai reseptor. Pengetukan tendon ini dengan sebuah palu karet akan
secara pasif meregangkan otot-otot di sekitarnya. Rangsangan tersebut memicu
sebuah impuls. Impuls diterima oleh nervus tibialis (saraf sensoris), menjalar ke
sumsum tulang belakang lalu kembali lagi, dan akhirnya diterima lagi oleh nervus
tibialis (saraf motoris), sehinngga timbul kontraksi otot gastroknemius (efektor).
Ini mengakibatkan kaki terhentak dengan arah menjauhi betis.

c. Refleks Kornea

Sentuhan kapas ke kornea mata direspon secara spontan oleh kelopak


mata. Kelopak mata menutup dan membuka secara cepat, gerakan ini disebut
berkedip. Tujuan dari gerakan berkedip adalah untuk melindungi mata dari benda
asing atau cahaya terang. Pada saat berkedip, kelopak mata menekan kelenjar air
mata supaya air mata yang tersekresi dapat membasahi permukaan anterior mata
dan mencegahnya mengalami kekeringan.

d. Refleks Fotopupil atau Refleks Cahaya

Pelaku percobaan yang kedua matanya ditutup selama beberapa menit,


pupil matanya menjadi semakin kecil setelah mata dibuka di hadapan jendela
yang diterangi cahaya matahari. Hal ini dikarenakan karena iris merupakan suatu
bagian mata yang mengendalikan pupil dan tempat pengaturan jumlah cahaya
yang masuk ke dalam mata. Pada iris terdiri atas dua perangkat serabut otot,
seperangkat yang terletak sirkuler berkontraksi untuk mengecilkan pupil, dan
yang terletak radial untuk membesarkan. Respon otot-otot ini terhadap perubahan
intensitas cahaya tidak bersifat segera tetapi memerlukan waktu untuk
menyesuaikan dengan tempat yang remang-remang atau dengan cahaya matahari
yang terang benderang, inilah yang merjadi alasan mengapa mata perlu ditutup
dahulu setelah berhadapan dengan sumber cahaya sebelum pengamatan pupil
dilakukan. Untuk mencegah agar mata tidak merasa silau, otot sirkuler
berkontraksi untuk mengecilkan pupil.

e. Refleks Akomodasi Pupil

Saat melihat obyek yang jauh pupil menjadi mengecil, sedangkan pada
saat mengamati obyek yang dekat pupil mata menjadi membesar. Hal ini terjadi
karena ketika melihat obyek yang jauh otot siliaris berelaksasi sehingga lensa
menjadi memipih, sedangkan saat melihat obyek yang dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga lensa mata menjadi menebal. Selain itu, saat melihat obyek
yang jauh cahaya akan lebih banyak masuk ke dalam pupil, sehingga pupil akan
mengatur cahaya tersebut dan adanya kontraksinya serabut otot yang terletak
sirkuler sehingga pupil mata mengecil. Pupil berubah membesar juga disebabkan
karena saat melihat obyek yang dekat, cahaya yang masuk ke dalam pupil sangat
sedikit sehingga otot radial berkontraksi agar pupil membesar dan kebutuhan
cahaya terpenuhi.

f. Refleks Konvergensi

Ketika memperhatikan benda jauh, mata tampak normal. Tetapi, ketika


memperhatikan benda dekat, mata tampak juling. Hal ini disebabkan karena untuk
melihat benda yang letaknya segaris dengan daerah di antara kedua mata, mata
harus digerakkan ke arah dalam, gerakan ini disebut konvergensi.

g. Refleks Menelan

Saat menelan ludah terasa tersendat-sendat. Sedangkan saat menelan air


minum, air dapat secara lancar masuk ke dalam tenggorokan. Hal ini terjadi
karena air liur bersifat agak lengket seperti gel sehingga sangat sulit ditelan secara
cepat. Selain itu air liur harus terlebih dahulu diproduksi oleh kelenjar dalam
rongga mulut sehingga sehingga membutuhkan waktu untuk menelannya secara
cepat. Sedangkan air minum bersifat cair sehingga mudah ditelan secara cepat.

h. Refleks Salivari

Dengan waktu larangan menelan yang sama, yakni dua menit, hasil
percobaan menunjukkan bahwa volume saliva yang terkumpul setelah lidah
pelaku percobaan ditetesi minuman sari jeruk adalah dua kali lebih banyak
dibandingkan volume saliva yang terkumpul sebelumnya. Hal ini membuktikan
bahwa pengeluaran saliva bertambah banyak setelah distimulasi.

Pengecapan merupakan hasil stimulasi ujung saraf. Ujung saraf pengecap


berlokasi di kuncup-kuncup pengecap pada lidah. Kuncup-kuncup pengecap
mempunyai bentuk seperti labu, terletak pada lidah di bagian depan hingga
belakang. Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap
melalui pori-pori bagian atas. Di dalam mulut, makanan akan merangsang ujung
saraf yang mempunyai rambut. Dari ujung tersebut pesan akan dibawa ke otak,
kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan
yang masuk ke dalam mulut kita.
Penumpukan saliva dalam mulut menyebabkan meningkatnya pH saliva
menjadi basa (pH = 8). Tetapi setelah lidah ditetesi minuman sari jeruk, pH saliva
menjadi semakin asam (pH = 3). Setelah pengumpulan saliva yang kedua kalinya,
saliva sudah menjadi netral (pH = 7).

Saliva diproduksi secara berkala dan interval waktu sekresi sangat


tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya
rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan.
VIII. Kesimpulan

- Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sistem saraf pusat yaitu
otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat kordinasi dari
beberapa gerak tubuh termasuk gerak refleks. Gerak refleks sangat
berpengaruh terhadap stimulus yang disampaikan oleh sistem saraf pusat
dari reseptor kepada efektor. Sebagai contoh refleks yang dikontrol oleh
otak atau saraf kranial katak meliputi frekuensi pernapasan, gerakan
kepala, cara berenang, dan gerak tungkai depan dan belakang. Sedangkan
refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal
pada katak meliputi reaksi ketika dicubit, perubahan mata, reaksi ketika
kaki dipanaskan.
- Pada manusia, refleks regangan seperti refleks tendon patella dan refleks
Achilles dapat digunakan untuk memastika bahwa kondisi saraf dan otot
dalam keadaan baik. Refleks pupil dan kornea berguna bagi perkembangan
ilmu fisiologi sistem indera, terutama yang menyangkut mekanisme kerja
saraf-saraf optik. Refleks menelan dan salivari dapat membantu kita
mempelajari mekanisme kerja kelenjar saliva.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Mulyati. 2010. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Bogor:


Laboratorium Farmasi.

Ganong, F. William. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta:
EGC.

Idel, Antoni. 2000. Biologi dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jakarta: Gramedia


Press.

Anda mungkin juga menyukai