Anda di halaman 1dari 3

     PEMBAHASAN     

Dalam pengujian mengenai kualitas air, dilakukan tiga tahap pengujian. Tahap
pertama yaitu Uji Pendugaan dengan menggunakan medium KL (Kaldu Laktose). Uji
pendugaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroorganisme pada air
dengan indikator ada atau tidaknya gelembung pada medium dalam waktu 1x24 jam.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam uji ini, diketahui pada 3 jenis air yang di uji yaitu
air sumur, air mineral dan air teh rata-rata tiap tabung terdapat gelembung. Pada air sumur
tabung A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3 terdadapat gelembung. Pada air mineral
tabung A1, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3 terdapat gelembung. Pada air teh tabung A1,
A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3 terdapat gelembung. Dimana A merupakan tingkat
pengenceran pertama (10-1), B merupakan tingkat pengenceran kedua (10 -2), dan C
merupakan tingkat pengenceran ketiga (10-3). Dapat diambil kesimpulan untuk uji
pendugaan pada sampel air sumur, air mineral dan air teh ditemukan mikroba yang
mampu memfermentasikan laktosa dimana berarti mikroba tersebut menghasilkan gas
pada tabung Durham. Terbentuknya gelembung gas dalam tabung Durham disebabkan
karena adanya mikroba pembentuk gas (Fardiaz S., 1992). Didukung oleh sumber lain
bahwa timbulnya gas disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada
sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan., 1986). Dengan demikian
didapatkan nilai MPN tabel air sumur sebesar 24,00; air mineral sebesar 0,53 dan air teh
sebesar 24,00. Sedangkan nilai MPN Colliform air sumur sebesar 2.400 cfu/ml, air
mineral sebesar 53 cfu/ml dan air teh sebesar 2.400 cfu/ml.
Tahap kedua adalah uji penegasan. Dalam uji ini digunakan medium BGLB
(Brilliant Green Lactose Bile Broth). Menurut Dwijoseputro (2005), hijau berlian yang
terdapat pada uji penegasan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif dan menggiatkan pertumbuhan bakteri golongan kolon dengan melihat ada atau
tidaknya gas sebelum 48 jam berakhir. Dengan demikian hanya bakteri golongan kolon
saja yang dapat tumbuh di medium ini (Dwijoseputro, 2005). Setelah 1x24 jam
didapatkan data yang diperoleh, diketahui bahwa dari ketiga jenis air yang diamati, hanya
air teh saja yang menunjukkan hasil positif, yaitu pada tabung A1, A2, A3, B1, B2, B3,
C1, C2, dan C3. Sedangkan pada air sumur dan air mineral menunjukkan hasil yang
negatif.. Ini berarti pada sampel air teh di tabung A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3
terdapat mikroorgaisme golongan kolon. Hasil tersebut menunjukkan kesesuaian dengan
tes pendugaan, dimana air teh pada tabung A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3
terdapat gelembung dan saat dilakukan tes penegasan, air teh juga menunjukkan hasil
yang positif. Jadi dari tes penegasan yang dilakukan ini disimpulkan bahwa terdapat
bakteri coliform fekal pada sampel air teh yang diuji karena pada inokulasi sampel pada
medium BGLB menghasilkan gelembung udara yang artinya adalah adanya pertumbuhan
dan aktivitas bakteri coliform fekal pada medium.
Bakteri E.Coli atau Coliform Fekal hanya ditemukan dalam saluran usus hewan
atau manusia. Istilah “fekal” diambil dari suatu materi yang berada bersama feses atau
kotoran manusia (Buchanan, 2003). Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis
terpenting kualitas air minum. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit
tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air menunjukkan tingkat sanitasi
rendah. Oleh karena itu, air yang akan dikonsumsi harus bebas dari semua jenis coliform.
Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran
bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan.
(Fardiaz, 1992). Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa pada sampel air teh terdapat
bakteri coliform fekal, sehingga dapat diketahui bahwa air teh memiliki kualitas yang
rendah karena adanya bakteri coliform yang bias meningkatkan risiko hadirnya bakteri
patogen lain.
Untuk mengkonfirmasi adanya bakteri E.coli pada sampel air, dilakukan uji
kepastian menggunakan medium MCA. Sampel pada setiap pengenceran diinokulasikan
pada medium MCA dan diinkubasikan selama 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam. Pada waktu
pengamatan ditemukan koloni yang berwarna merah pekat pada medium MCA, dan juga
ditemukan koloni bakteri lain. Menurut Lay (1994), coliform basil yaitu E.coli
menghasilkan asam dari fermentasi laktosa. E.coli menghasilkan kuantitas asam lebih
banyak dibandingkan spesies coliform yang lain. Pada pengamatan ketiga jenis air (air
sumur, air mineral dan air teh) memberikan hasil yang positif. Pada air sumur,
pengenceran pertama terdapat 65 koloni, pengenceran kedua 56 koloni dan pengenceran
ketiga 49 koloni. Pada air mineral, pengenceran pertama terdapat 75 koloni, pengenceran
kedua terdapat 62 koloni dan pengenceran ketiga terdapat 55 koloni. Pada air teh,
pengenceran pertama terdapat 158 koloni, pengenceran kedua terdapat 101 koloni dan
pengenceran ketiga 86 koloni. Pada medium yang hasilnya positif pada sekitar koloni
bakteri akan berubah menjadi merah akibat produksi asam yang dihasilkannya. Sementara
bakteri-bakteri lain yang bersifat patogen tidak dapat memfermentasikan laktosa sehingga
tidak ada asam yang dihasilkan dan koloni kelihatan tidak berwarna dan seringkali
transparan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tes kepastian yang dilakukan, terdapat
bakteri E.coli pada sampel air yang diujikan (air sumur, air mineral dan air teh).
Masalah air bersih yang kurang memenuhi syarat sangat berpengarauh terhadap
kualitas produk. Sebagai contoh di dalam industri minuman, jika air yang digunakan
kurang baik maka produk yang dihasilkan juga kurang baik, apalagi jika air yang
digunakan tidak steril maka produk yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh
mikroorganisme patogen yang mana dapat membayakan konsumen (Fardiaz,1992).
Berdasarkan hasil nilai MPN yang kami lakukan, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa
sampel yang kami uji kurang layak untuk diminum. Namun, dimungkinkan pula terjadi
kesalahan praktikan saat praktikum, dimana kurangnya praktikan dalam memperhatikan
teknik aseptic. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan
coliform, artinya, kualitas air semakin baik.

Buchanan,RE. & Gibbons,NE. 2003. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The


William & Wilkins Company Baltimore.USA.

Dwijoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Jambatan.

Fardiaz, S.,.1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


IPB

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Grafindo.


Pelczar, Michael and Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia
Press

Anda mungkin juga menyukai