Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang berarti lubang dan ferre yang berarti
membawa atau mempunyai.Porifera adalah salah satu anggota dari hewan invertebrata.
Berdasarkan asal katanya, porifera merupakan anggota hewan yang berpori. Filum
Porifera tersebut terdiri dari tiga kelas yaitu Hydrozoa, Schypozoa, dan Anthozoa. Dalam
ekosistem, porifera memegang peranan yang penting dalam keseimbangan ekosistem.
Sebagai salah satu hewan akuatik, hewan ini memiliki adaptasi yang tinggi yang
memungkinkan ia bertahan dalam perubahan-perubahan lingkungan akuatik. Walaupun
hewan ini belum memiliki system saraf yang sebagaimana yang terdapat pada hewan
tingkat tinggi, namun ia dapat merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan
(Syulasmi, 2015).
Hewan porifera selama hidupnya menetap di karang atau permukaan benda keras di
dasar laut.Hewan ini tidak memilki alat gerak pada masa dewasa sehingga
iabersifatsessil. Ada sekitar 5.000spesiesdariporifera yang hidup tersebar dalam lautan
dan beberapa spesies yang hidup di air tawar. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
menjumpai hewan ini sebagai karang yang membawakan nilai estetika dan telah
menjadi bagian dari duni apariwisata bawah laut. Oleh karena itu, hewan ini memegang
peranan yang ekonomis bagi kehidupan manusia (Syulasmi, 2015).
Salah satu golongan avertebata lainnya yaitu Filum Coelenterata. Istilah coelenterata
Diambil dari bahasa Yunani (Greek);coilos=rongga, enteron=usus. Namun gabungan
istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, melainkan cukup
disebut hewan berongga. Coelenterata adalah hewan yang memiliki rongga di
dalamtubuhnya yang berfungsisebagai organ pencernaansekaligussebagaipengedar sari
makanan. Coelenterata disebut juga Cnidaria berasal dari bahasa Yunani; cnidos=
jarum penyengat. Disebut demikian karena memiliki knidosit atau sel-sel penyengat yang
ada pada epidermisnya. Filum Coelenterata tersebut terdiri dari tiga kelas yaitu Hydrozoa,
Scypozoa, danAnthozoa. Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu hydro yang berarti
air dan zoa yang berarti hewan. Scyphozoa berasal dari bahasaYunani, scypho =
mangkuk dan zoa = hewan. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani, anthos berarti bunga,
dan zoon berarti hewan (Hdayah dkk, 2018). Namun, tidak dapat dibantah bahwa
pengetahuan mengenai hewan ini masih kurang. Oeh karena itu, penyusun berupaya
mengumpulkan informasi mengenai hewan ini sebagai tambahan pengetahuan bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja spesies yang masuk ke dalam Kelas Calcarea, Hexactinelida, dan
Demospongia dalam Filum Porifera?
2. Apa saja spesies yang masuk ke dalam Kelas Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa
dalam Filum Coelenterata?
3. Apakah gambar spesies dari Filum Porifera dan Coelenterata yang di dapat saat
praktikum sama dengan gambar spesies yang ada di literatur?
4. Bagaimana klasifikasi, habitat, morfologi, fisiologi, dan spikula spesies dari
Filum Porifera dan Coelenterata yang di dapat saat praktikum?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui spesies apa saja yang masuk ke dalam Kelas Calcarea,
Hexactinelida, dan Demospongia dalam Filum Porifera.
2 Untuk mengetahui spesies apa saja yang masuk ke dalam Kelas Hydrozoa,
Scyphozoa dan Anthozoa dalam Filum Coelenterata.
3 Untuk mengetahui apakah gambar spesies dari Filum Porifera dan Coelenterata
yang di dapat saat praktikum sama dengan gambar spesies yang ada di literatur.
4 Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi, habitat, morfologi, fisiologi, dan
spikula spesies dari Filum Porifera dan Coelenterata yang di dapat saat praktikum.

1.4 Manfaat
1 Bagi mahasiswa bermanfaat untuk menambah wawasan tentang spesies apa saja
yang masuk ke dalam Kelas Calcarea, Hexactinelida, dan Demospongia dalam
Filum Porifera. Serta spesies apa saja yang masuk ke dalam Kelas Hydrozoa,
Scyphozoa dan Anthozoa dalam Filum Coelenterata.
2. Bagi ilmuwan hal ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi tentang
keanekaragaman spesies pada Filum Porifera dan Coelenterata.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan pada Rabu, 28 Agustus
2019 pukul 15.45 s/d 19.05 WIB. Untuk pengolahan data yang meliputi penyajian dalam
bentuk laporan dilaksanakan dalam kurun waktu satu minggu. Tempat pelaksanaan
penelitian ini adalah di gedung O5 FMIPA UM ruang 208 di jalan Veteran.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat

 Camera
 Buku petunjuk praktikum
 Kaca Pembesar
 Mikroskop
 Kaca penutup
 Kaca benda

2.2.2 Bahan

 Spesimen basah dan kering filum Porifera dan Coelentrata

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Pengamatan Spesimen

Dipersiapkan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk


praktikum keanekaragaman hewan

Spesimen disusun dengan rapi di atas meja pengamatan


termasuk mikroskop dan kaca pembesar

Diamati morfologi dan karakteristik khas spesimen


kemudian dicari nama spesimennya. Setelah itu di tuliskan
di buku praktikum gambar beserta klasifikasinya
2.3.2 Pengamatan Spikula Filum Porifera

Dipersiapkan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk


praktikum keanekaragaman hewan

Bagian permukaan spesimen dikerik untuk mendapatkan


spikulanya

Spikula diamati di mikroskop dengan menggunakan kaca


penutup dan kaca benda

Dianalisis jenis spikula apa yang terdapat pada spesimen


tersebut
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Filum Coelentrata

No. Gambar Klasifikasi


1 Filum : Coelentrata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Acriniaria
Famili : Metridiidae
Genus : Metridium
Spesies :Metridium sp.

Kode : Coelentrata, Coelentrata 8,


Anthozoa 11

2. Filum : Coelentrata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Alcyonacea
Famili : Tubipoidae
Genus : Tubipora
Spesies : Tubipora musica

Kode : C

3. Kingdom: Animalia
Filum: Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Pocilloporidae
Genus : Pocillopora
Spesies :Pocillopora sp.

Kode : Coelenterata2
4. Kingdom: Animalia
Filum: Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Alcyonacea
Famili : Alcyoniidae
Genus : Sarcophyton
Spesies :Sarcophyton sp.

Kode : Coelenterata6

5. Kingdom: Animalia
Filum : Coelentrata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Faviidae
Genus : Favites
Spesies :Favites sp.

Kode : D

6. Kingdom : Animalia
Filum : Coelentrata
Kelas : Scypozoa
Ordo : Semaeostomae
Famili : Ulmatidae
Genus : Aurelia
Spesies :Aurelia sp.

Kode : Coelentrata 5, scyphozoa 2


7. Kingdom : Animalia
Filum : Coelentrata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractina
Famili : Meandrinidae
Genus : Meandrina
Spesies : Meandrina sp

Kode : E, F

8. Kingdom : Animalia
Filum : Coelentrata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acrospora
Spesies : Acrospora sp

Kode : Coelentrata 12, G,


Coloenterata 3

9. Kingdom : Animalia
Filum :Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Siphonophora
Famili : Physaliidae
Genus : Physalia
Spesies : Physalia sp.

Kode : Coelenterata 7
10. Filum : Coelentrata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Acriniaria
Famili : Stichodactylidae
Genus : Stichodactylla
Spesies :Stichodactylidae gigantea

Kode : Coelentrata 4

11 Filum : Coelentrata
Kelas : Scypozoa
Ordo : Seaeostomeae
Famili : Ulmaridae
Genus : Aurelia
Spesies : Aurelia aurita

Kode : Coelenterata 5
3.1.2 Filum Porifera

No. Gambar Klasifikasi


1. Filum : Porifera
Kelas : Hexactinellida
Ordo : Lyssacinosida
Famili : Euplectellidae
Genus : Euplectella
Spesies : Euplectella
aspergillum

Kode : Porifera 5

2. Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Spongiidae
Genus : Hippospongia
Spesies : Hippospongia sp.

Kode : H

3. Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Hexactinellida
Ordo : Hexactinosa
Famili : Hyalospongidae
Genus : Hyalospongiae
Spesies : Hyalospongia sp.

Kode :porifera 3
4.
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Calcarea
Ordo : Leucosolenida
Famili : Sycettidae
Genus : Sycon
Spesies : Sycon ciliatum

Kode : porifera 7
5. Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Homosclerophorida
Famili : Plakinidae
Genus : Oscarella
Spesies :Oscarella lobularis

Kode : Porifera 8

6. Filum : Coelentrata
Kelas : Demospongiae
Ordo : Haploscerida
Famili : Chalinidae
Genus : Chalina
Spesies : Chalina oculata

Kode : B

7. Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Spongiidae
Genus : Spongia
Spesies : Spongia sp.

Kode : A
3.2 Pembahasan

3.2.1 Filum Coelentrata

 Metridium sp.

Gambar 1.Metridium sp

(Sumber : Actiniara.com, 2018)

Coelentrata merupakan metazoan primitif dengan sistem saraf yang paling


dasar.Tetapi, sistem saraf dan jaringa coelentrata tidak sederhana sehingga
memungkinkan gerakan yang kompleks.Dalam kasus anemon laut dan medusa,
banyak fitur khusus dari perilaku telah dianalisis dalam hal fungsi otot-otot, dan sifat
fisiologis pada gilirannya terkait dengan pola anatomi sistem saraf, otot, dan
indera.sel. Namun, tidak selalu mudah untuk mengenali unsur-unsur ini secara
histologis, dan di masa lalu sel-sel saraf terutama sering bingung dengan struktur
lain. (Batham, 2000)

Metridium sp. Merupakan spesies yang termasuk dalam kelas Anthozoa.


Menurut Indriwati (2018 : 46), Anthozoa merupakan hewan yang menyerupai bunga.
Seperti pada hasil penelitian bahwa Metridium sp.memiliki bentuk yang menyerupai
bunga.Warna dari spesies tersebut putih dan memiliki hypostome yang berwarna
putih juga.Struktur tubuhnya lunak dan halus.Sitoskeletonnya disusun oleh
mesogeal.Tentakelnya mengelilingi celah mulut secara teratur yang bisa
dianalogikan seperti mahkota bunga krisan.

Metridium sp.termasuk kedalam keluarga anemon laut. Menurut Indriwati


(2018 :47), Anemon laut merupakan polip yang hidup soliter dengan warna yang
beragam. Habitatnya adalah di laut (dari kawasan pantai 6000 m) terutama di
perairan tropic hangat.Yang nampak dari spesimen diatas adalah fase polipnya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Indriwati (2018 : 46) bahwa anggota dari kelas
anthozoa medusanya tereduksi sehingga yang nampak hanya polip saja. Hidupnya
melekat pada substrat di dasar laut.Meskipun menempel, namun mereka dapat
melakukan sedikit gerakan keatas dan kebawah mengayunkan tentakelnya.Hal ini
terjadi karena agar mempermudah mereka menangkap mangsa. Bila mereka berada
pada kondisi terancam, maka mereka akan mengerutkan tentakelnya sehingga
membentuk seperti karung goni.

 Tubipora musica

Gambar 2.Tubipora musica

(Sumber :Wintasya, 2018)

Tubipora musica termasuk kedalam kelas anthozoa.Tubipora


musica.merupakan salah satu hewan yang termasuk phylum cnidaria atau
coelenterata yang berada di daerah perairan laut. Pada pengamatan terlihat bahwa
hewan ini memiliki banyak tabung-tabung pada permukaannya dan tersusun secara
acak. Hal ini sesuai dengan teori Wintasya (2016), Hewan ini termasuk kelas
anthozoa ini memiliki ciri - ciri terdiri atas banyak tabung tabung yang berlubang.
Tabung - tabung tersebut disebut coralite. Fungsi dari coralite adalah untuk sebagai
tempat saluran masuknya air dan makanan.Sedangkan lubang dari tabung disebut
calice.Warna tubuh Tubipora musicaumumnya berwarna merah.Pada bagian bawah
Tubipora terdapat bagian yang berwarna putih yang disebut discus basalis.Fungsinya
sebagai tempat koloni untuk menempel pada substrat.Antara coralite dengan discus
basalis terdapat coanosarc.Jarak antar coralite disebut skleroseptum.

Tubipora musica kebanyakan habitatnya banyak di temui di samudra pasifik.


(Kim, 2004: 187). Biasanya, spesies ini menetap pada substrat diperairan laut yang
dalam.Hal ini yang membuat iya agak sulit ditemukan di pantai.

Anemon laut dan koral tergolong ke dalam kelas Anthozoa (berarti ‘hewan bunga’).
Cnidaria ini hanya terdapat sebagaipolip.Koral hidup soliter atau membentuk koloni,
dan banyak spesies menyekresikan rangka eksternal yang keras dari kalsium
karbonat.Setiap generasi polip membangun rangkanya di atas sisa-sisa rangka dari
generasi sebelumnya, membentuk ‘batu karang’ dengan bentuk yang khas bagi setiap
spesies.Rangka itulah yang biasanya kita anggap sebagai koral (Campbell et al, 2008:
245-246).

Menurut Indriwati (2018), karang jenis ini membentuk polip yang menyerupai pipa dan
berwarna hijau serta tersusun atas kerangka yang terbuat dari zat kapur dan warna merah. Spesies ini
biasa hidup secara berkoloni antara polip dan antara polip diikat oleh stolon yang merupakan
jaringan tubuh yang mengikat.Untuk susunannya, pipa tersebut tersusun secara berjajar dan
vertical.Ketika kita pegang spesimennya, maka nampak keras.Hal ini terjadi karena kerangka
tubuhnya termasuk jenis kerangka endoskeleton yang dibagian luarnya dibungkus oleh lapisan
epidermis.

 Pocillopora sp.

Sumber: (Dokumen pribadi) Sumber: (David, 2015)

Pocillopora sp. berupa kolonial ataupun spesies yang kebanyakan


merupakan karang pembentuk.Pocillopora sp. sangat bervariasi dalam ukuran dan
bentuk, beberapa yang submassive dan arborescent atau bercabang. Koralit
berukuran kecil dan bervariasi dari yang cekung sampai dengan kerucut.
Columellae Pocillopora sp. ini berkembang dengan baik dan septae tersebut dapat
menyatu dengan mereka. Coenesteum melapisi kerangka yang ditutupi dengan
spinules. Pocillopora sp. berkaitan erat dengan keluarga karang lainnya,
Astrocoeniidae dan Acroporidae. Habitat karang ini ditemukan dari terumbu di
perairan dangkal hingga perairan dalam, di daerah genangan pasang yang keruh
hingga di gugusan pulau-pulau kecil yang jernih dan di daerah yang
bergelombang besar hingga perairan yang tenang. Manfaat dari Pocillopora sp.
sebagai sumber biodiversitas di laut, penunjang kehidupan makhluk hidup yang
ada disekitarnya, dan pelindung pantai dan pesisir (Andrianto, 2016). Dokumen
pribadi untuk bentuk dari spesies Pocillopora sp.sudah sesuai dengan gambar
literatur, namun yang berbeda pada segi warnanya.

 Sarcophyton sp.
Sumber: (Dokumen pribadi) Sumber: (Charpin, 2016)

Sarcophyton sp.memiliki bentuk polip (menempel pada substrat dan tidak


dapat bergerak bebas) yang membentuk berkoloni (membentuk kumpulan polip
soliter). Tubuh koloni lunak dan lentur serta memiliki tangkai yang melekat pada
substrat keras. Bagian atas tangkai disebut kapitulum dengan bentuk bervariasi,
anatara lain seperti jamur, lobus, atau bercabang. Kapitulum mengandung polip
sehingga disebut bagian fertil sedangkan tangkainya lebih banyak mengandung
spikula, yaitu duri-duri kecil dari karbonat kalsium yang berfungsi sebagai
penyokong jaringan tubuh sehingga disebut bagian steril. Habitat di laut beriklim
sedang dan tropis.Sarcophyton adalah salah satu karang lunak yang sering
dimanfaatkan sebagai pengisi akuarium.Namun seringkali produk yang
dipasarkan berasal dari alam. Penemuan berbagai manfaat Sarcophyton juga
sebagai kandidat bahan obat (Wijayanti dkk., 2017). Dokumen pribadi untuk
bentuk dari spesies Sarcophyton sp.sudah sangat sesuai dengan gambar literatur.

 Favites sp.

Sumber: (Dokumen pribadi) Sumber: (Mondai, 2011)


Favites sp. termasuk ke dalam filum Coelenterata karena memiliki bentuk
tubuh yang radial/bilateral simetri, bersifat sessile, dan memiliki alat penyengat
yang berada di ujung tentakel (cnidocytes), yang tersusun atas sel-sel penyengat
yang disebut nematocyst. Favites sp. dimasukkan ke dalam kelas Anthozoa karena
tubuh berbentuk bunga dan tidak memiliki fasi medusa dalam daur
hidupnya. Favites sp. dikelompokkan ke dalam sub kelas Hexacorallia karena
memiliki bentuk tubuh persegi enam. Cangkang Favites sp. terbuat dari bahan
kapur, bentuk karangnya membulat dan berkoloni. Tipe coralitnya cerioid, disebut
demikian karena thecanya bergabung atau menyatu.Terdapat theca (bagian terluar
dari corallite), fossa, calyx (jarak antar theca), dan septum (sekat/dinding yang
membagi bagian calyx dalam beberapa bagian. Habitat berada di laut. Manfaat
dari Favites sp. sebagai sumber keanekaraman hayati di laut, penunjang
kehidupan berbagai makhluk hidup di sekitarnya, dan pelindung pantai dan
pesisir. (Budiantoro, 2016).Dokumen pribadi untuk bentuk dari spesies Favites sp.
sudah sesuai dengan gambar literatur.
 Aurelia sp

Gambar 1.Aurelia sp

(Sumber :pinterest.com, 2018)

Coelentrata merupakan metazoan primitif dengan sistem saraf yang paling


dasar.Tetapi, sistem saraf dan jaringa coelentrata tidak sederhana sehingga
memungkinkan gerakan yang kompleks.Dalam kasus anemon laut dan medusa,
banyak fitur khusus dari perilaku telah dianalisis dalam hal fungsi otot-otot, dan sifat
fisiologis pada gilirannya terkait dengan pola anatomi sistem saraf, otot, dan
indera.sel. Namun, tidak selalu mudah untuk mengenali unsur-unsur ini secara
histologis, dan di masa lalu sel-sel saraf terutama sering bingung dengan struktur
lain. (Batham, 2000)

Aurelia aurita adalah salah satu M.H anggota filum Coelenterata, kelas
Scyphozoa. Bentuknya bening dan hidup di laut, dikenal di Indonesia dengan sebutan
Ubur-ubur dan di luar negeri dikenal sebagai Jelly Fish. Hewan ini melayang di air.
Hewan ini memiliki lapisan mesoglea yang tebal dan dapat digunakan sebagai
sumber nutrisi. (Dawson, 2003)

Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan dibandingkan


dengan bentuk polip. Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Hewan ini
memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan
ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil pembuahan
adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula
akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel. Silia
dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut scifistoma, kemudian
membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti tumpukan piring atau
strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri menjadi medusa
disebut efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
(Kaestner,2012)

 Meandrina sp

Gambar 2.Meandrina sp

(Sumber : Wintasya, 2016)

Meandrina adalah genuskoral bebatuankolonial di keluargaMeandrinidae


.Karang dalam genus ini membentuk kepala hemisfer besar atau memiliki lempeng
datar besar dan dapat tumbuh hingga satu meter (halaman).Hidup berkoloni,
bentuknya beralur-alur seperti otak, sehingga sering disebut karang otak.Koloni
terdiri dari kumpulan beberapa generasi polip yang membentuk kerangka dari bahan
kapur. Bagian-bagian yang terlihat: techa, scleroseptum dan pedal disc yang
digunakan sebagai alat pelekat tubuh dengan dasar laut. (Gilbertson, 1999)

Meandrina sinosa mempunyai bagian-bagian yaitu, rongga tubuh, tentakel,


dan epidermis. Jenis coelenterata ini biasa disebut juga dengan otak karang (brain-
coral), yang memiliki tentakel dan mempunyai rangka luar yang terdiri atas calsium
carbonat. Rangka ini dibuat oleh lapisan ectoderm. Warna tubuhnya yaitu coklat
kekuningan dengan permukaan yang licin dan didapat bagian-bagian keras.
Meandrina sinosa umumnya hidup berkoloni dan tidak mempunyai siphonoglyp
atau celah bersilia. Habitatnya di air laut dengan temperatur tertentu. Meandrina ,
pada kedalaman laut 35 m. Meandrina berperan dalam taman laut atau
keindahan di dasar laut.Meandrina mempunyai ekskleton kompak berbadan batu
kapur; polip kecil. Mempunyai bagian yang berbentuk piala skeleton, tentakel
biasanya 6, tidak memiliki siphonoglyph, otot lemah, koloni, terdapat dalam air laut
hangat, terdapat sejak zaman Pre Cambrium sampai sekarang. Yang masih hidup
sebanyak 2500 species dan yang punah sebanyak 5000 species.(Hegner. 1968 )

 Acrospora sp

G
a
m
b
a
r

3
. Acrospora sp
( Sumber: Palumbi,2002)

Acropora adalah genus karangberbatu polip kecil di filum Cnidaria .


Beberapa spesiesnya dikenal sebagai karang meja, karang elkhorn , dan karang
staghorn .Lebih dari 149 spesies dijelaskan.Spesies Acropora adalah beberapa
terumbu karang utama yang bertanggung jawab untuk membangun substruktur
kalsium karbonat besar yang mendukung kulit karang yang tipis.Seperti karang
lainnya, karang Acropora adalah koloni dari polip individu, yang sekitar 2 mm
dan berbagi jaringan dan jaring saraf .Polip dapat menarik kembali ke dalam
karang sebagai respons terhadap gerakan atau gangguan oleh predator potensial,
tetapi ketika tidak terganggu, mereka sedikit menonjol.Polip biasanya meluas
lebih jauh di malam hari untuk membantu menangkap plankton dan bahan
organik dari air.(Wallace, 2006)
Acropora paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya
terang dan gerakan air sedang sampai tinggi.Banyak ikan karang kecil hidup di
dekat koloni mereka dan mundur ke rumpun cabang jika terancam. Sebagian
besar spesies Acropora berwarna coklat atau hijau, akan tetapi beberapa ada yang
cerah. (Palumbi,2002)
 Tipe spikula

(sumber : Oman,2007)

Pada tubuh Porifera terdapat spikula-spikula yang mengandung zat kapur


(kalsium), zat kersik (silikat), atau benang-benang spongin.klasifikasi Porifera
berdasarkan bentuk dan kandungan spikula dibedakan menjadi tiga kelas berikut. (Lilis,
2007)

 Kelas Calcarea
Rangka tubuh Calcarea bersifat kalkareus. Hal ini karena spikulanya mengandung
kalsium karbonat (kapur). Sebagian spikulanya berbentuk monaxon dan triaxon
sehingga tampak seperti duri-duri kecil. Anggota kelas ini banyak tersebar di laut
dangkal di seluruh dunia. Contoh Scypha sp., Cerantia sp., Sycon sp., Leucon sp., dan
Clathrina sp. (Lilis,2007)

Gambar: spesies Clathrina sp.


 Kelas Hexactinellida

Spikula pada kelas ini mengandung banyak benang silikat atau kersik
(SiO2).Sementara itu, spikulanya berbentuk triaxon dengan enam cabang.Bentuk hewan-
hewan pada kelas ini menyerupai gelas, silinder, atau corong. Contoh Euplectella
aspergilium, Pheronema, dan Hyalonema sp.(Lilis,2007)

Gambar: Euplectella aspergilium

 Kelas Demospongia

Hewan anggota kelas ini bertulang lunak karena tidak mempunyai rangka.Apabila ada
yang memiliki rangka, rangkanya tersusun dari serabut-serabut spongin dengan spikula
dari zat silikat.Bentuk spikulanya ada yang monaxon atau tetraxon. Contoh Euspongia
sp., Callyspongia sp., Clionia sp., Phyllospongia sp., dan Spongia sp.(Lilis,2007)

 Physalia sp.

Gambar 1. Physalia sp.


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen
dengan dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Aurelia aurita merupakan salah
satu spesies dari kelas Hydrozoa dan fillum coelenterata. Ubur-ubur ini dikenal juga
sebagai ubur-ubur api.
Memiliki sengatan yang melepuhkan, bahkan mematikan. Tidak hanya itu, ubur-
ubur ini tidak mampu hidup sendiri dan berkoloni. Tubuhnya unik. Mempunyai
bentuk yang panjang membentuk polip. Terdapat bagian tudung yang digunakan
untuk mengapaung (seperti medusa). Ubur-ubur ini juga berbahaya bagi manusia
(Page’s, 2010).
Selain itu, kadang-kadang berkelompok (koloni) terapung di permukaan laut dan
bergerak bebas tergantung dari adanya arus dan ge-lombang. Bila ombak cukup besar
mereka cenderung terbawa ke pantai. Hal ini di-mungkinkan karena tubuhnya yang
mengge-lembung dan berisi udara, sedangkan rumbai-rumbai dan tentakel yang ada
di bawahnya bukanlah berfungsi sebagai alat renang (Page’s, 2010). Oleh karena itu
pantaslah kalau binatang ini tersebar luas ke seluruh dunia pada per-airan tropis dan
subtropics.

 Stichodactylidae gigantea

Gambar 1 . Stichodactylidae gigantea

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen dengan
dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Stichodactylidae gigantea merupakan salah satu
spesies dari kelas Anthozoa dan fillum coelenterata. Bentuk tubuhnya sendiri seperti bunga.

Selain itu, beberapa anemon laut lainnya dapat bergerak sperti siput. Tidak hanya itu,
beberapa jenis atau sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat. Spesies ini juga banyak
dijumpai pada daerah terumbu karang yang dangkal dan panjang dijumpai pada daerah terumbu
karang atau di bagian tutupan karang yang bebatuannya tinggi (Allen, 2004).

Mereka hidup soliter dan menempel pada dasar yang kuat atau lunak dan sebagian ada
yang sedikit membenam di dasar yang berpasir dengan bantuan keping kaki (pedal disc). Tempat
hidupnya di bawah garis surut terendah, dapat berpindah tempat dengan cara merang-kak dengan
menggunakan keping kaki dengan bantuan ombak dan kontraksi pada ototnya (Allen, 2004).

Stichodactylidae gigantea biasanya dimanfaatkan untuk makanan. Selain dimakan, yang


sudah umum dilakukan adalah diambil untuk keperluan mengisi aquarium laut. Untuk itu
sebelum anemon dibawa kelain tempat (aquarium) maka mereka menampungnya lebih dulu
dengan tujuan bHa nanti dibawa anemon dalam keadaan segar tidak layu karena sudah
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru (Allen, 2004).

 Aurelia aurita

Gambar 1 . Aurelia aurita

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen dengan
dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Aurelia aurita merupakan salah satu spesies dari
kelas Scypozoa dan fillum coelenterata. Ubur-ubur ini merupakan hewan laut yang tampak
cantik namun terkadang dapat menimbulkan kerugian lewat sengatannya yang terkadang dapat
menyebabkan gatal-gatal, kejang hingga kercaunan.

Namun sebagian besar ubur-ubur ini memiliki lebih banyak manfaat daripada
kerugiannya. Peranannya sebagai konsumen primer dalam menjaga keseimbangan ekosistem
laut, dapat melangsungkan rantai makanan dan piramida rantai makanan (Willcox, 2009). Hal ini
merupakan cara menjaga keseimbangan ekosistem laut dan pelestarian biota laut.

Selin itu, pada beberap jenis digunakan sebagai bahan makanan olahan dan sebagai obat
tradisional di beberapa negara seperti China, Taiwan, Jepang, dan Thailand. Aurelia aurita
merupakan ubur-ubur yang memiliki ciri-ciri melewati fase polip dan medusa, polip bersifat sesil
atau menempel pada substrat, sedangkan medusa dapat bergerak bebas (Willcox, 2009).
Bentuknya simetri radial, larva planula, memiliki cnidia dan memiliki tentakel di sekeliling
mulutnya. Hewan ini memiliki lapisan mesogela yang tebal sebagai sumber nutrisi dan memiliki
lapisan tubuh dipoblastik serta ia ditemukan hampir diseluruh lautan dunia.

Aurelia aurita/ ubur - ubur, memiliki dua fase dalam hidupnya, yaitu fase seksual dalam
bentuk medusa dan fase aseksual dalam bentuk polip. Medusa sebut fase seksual karena ubur –
ubur (Aurelia aurita) melakukan reproduksi secara generarif (melibatkan induk jantan dan
betina) pada saat menjadi ubur-ubur dewasa yang berbentuk medusa. Ubur – ubur dewasa ini
membentu sel gamet (ovum dan sperma). Sperma dihasilkan oleh testis dan ovum dihasilkan
oleh ovarium. Testis biasanya terbentuk di dekat tentakel, sedangkan ovarium terbentuk d dekat
kaki. Sperma yang telah matang dikeluarkan di dalam air kemudian berenang hingga mencapai
ovum dan menghasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi planula dan akan melekat pada dasar
lautan untuk tumbuh menjadi individu baru (skifistoma).

Polip di sebut fase aseksual karena ubur-ubur (Aurelia aurita) melakukan reproduksi
secara vegetatif (melibatkan satu induk saja) pada saat menjadi skifistoma yang berbentuk polip.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan jalan membentuk kuncup yang tumbuh di dekat kaki
yang semakin lama semakin besar dan membentuk tentakel. Tubuh anak hewan ini tetap melekat
pada induknya hingga induk membentuk kuncup yang lain sehingga akan terbentuk koloni
(strobilla). Setelah beberapa waktu, anak akan memisah dari induknya dan membentuk efira
(ubur-ubur muda).

3.2.1 Filum Porifera

 Euplectella aspergillum

Gambar 4.Euplectella aspergillum


Hewan yang diamati selanjutnya adalah Euplectella aspergillum.Spesies ini
ditemukan melekat pada daerah berbatu di dasar laut. Ditemukan dari 100 hingga 1000 m di
bawah permukaan, dan paling umum pada kedalaman lebih dari 500 m. hewan ini berbentuk
simetris radial dan ukuran sedang, mulai dari 7,5cm hingga 1,3m. Tingginya antara 10cm
dan 30cm. Kerangka itu mengandung spikula silikaosa hexactine (enam-ray) dan di samping
itu berisi kisi-kisi spikula silika berpadu. (Kaesner, 2012)
Di sinilah mendapat nama "spons kaca" karena secara harfiah terbuat dari kaca,
menjadikannya contoh paling indah dari kelas Hexactinellida, tetapi juga sebagai berbahaya
dan rapuh seperti kaca dapat. Di sekeliling kerangka yang indah ini adalah jaring jaringan
hidup yang disebut jaring trabekuler, yang diciptakan oleh fusi sel amoeboid yang disebut
archaeocytes.Di dalam jaring trabekuler ini terdapat ruang memanjang seperti jari yang
tercakup dalam choanocytes, yang terbuka ke dalam spongocoel.
Rincian reproduksi E. aspergillum tidak diketahui, oleh karena itu kami hanya
dapat menjelaskan bentuk normal reproduksi di Porifera secara umum. Sering kali ketika
kondisi yang tidak menguntungkan terjadi spons akan menggunakan reproduksi aseksual.
Menurut Indriwati (2018), dalam spons laut menggunakan reproduksi aseksual, amoebosit
menempel di sekitar spons yang memburuk. Sel-sel epitel kemudian mengelilingi amoebosit,
dan ketika spons yang memburuk hilang, hewan baru tumbuh dari rumpun sel. Beberapa
spons memiliki dua jenis kelamin, dan individu hanya memiliki satu jenis kelamin, tetapi
kemungkinan E. aspergillum bersifat hermafrodit, menghasilkan gamet jantan dan betina
pada waktu yang berbeda. Archaeocytes dan choanocytes keduanya telah diamati matang
menjadi gamet, dan pematangan ini mirip dengan yang ditemukan pada hewan yang lebih
tinggi.Sperma masuk ke spons melalui arus inhalan dan kemudian membuahi sel telur.Sel
pembawa, amoebosit, mempengaruhi pembuahan sel telur sehingga tidak hanya sperma dan
sel telur yang terlibat.Kemudian sel pembawa dan sperma keduanya mencapai sel telur, dan
membentuk sitostom, yang menelan sel pembawa dan sperma. Zigot ini kemudian melewati
pembelahan sel holoblastik radial yang semuanya memiliki ukuran dan bentuk yang sama.
Kemudian embrio membentuk larva yang berenang bebas, yang akhirnya berkembang
menjadi spons baru.

 Hippospongia sp.


Sumber: Dokumen pribadi Sumber: Chim, 2008
Hippospongia sp. adalah salah satu jenis porifera yang memiliki bentuk tubuh
seperti tabung. Hewan ini memiliki lubang pori di sekeliling tubuh nya. Tubuhnya terdiri
atas rangka yang terbuatdari sponging. Hipposporangia sp berbentuk massif dan
berwarna cerah. Warna cerah tersebut diakibatkan oleh pigmen yang terdapat pada
amoebosit yang Hippospongia sp. juga memiliki oskulum dan spongocoel. Oleh karena
itu, Hippospongia sp. termasuk ke dalam Classis Demospongia. Habitat Hipposporangia
sp umumnya di perairan laut dalam maupun dangkal.

 Oscarella lobularis

Gambar 1. Oscarella lobularis

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen dengan
dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Oscarella lobularis merupakan salah satu spesies
dari kelas Demospongiae dan fillum Porifera. Selain itu, strukturnya tebal, dan merupakan spons
yang tumbuh hingga 10-30 cm lebar dan 3 cm.

Membentuk koloni berdaging terdiri dari lobed, nodul yang bulat yang sampai 1 cm lebar
dan 1 cm. Spins nya memiliki tegas tapi lembut, tekstur agar-agar dan permukaan halus dengan
nuansa beludru. Warna spons yang lebih intens pada nodul dan biasanya bewarna kuning sampai
cokelat tapi mungkin kadang-kadang merah hijau ungu atau biru dan ditandai dengan krim di
pangkalan (Syulasmi, 2016).

Habitatnya umumnya di pantai berbatu di zona intertidal sublittoral dan dangkal.


Membentuk koloni encruting pada batu, batu dan alga besar (Syulasmi, 2016).
 Chalina oculata

Gambar 1 . Chalina oculata

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen dengan
dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Chalina oculata merupakan salah satu spesies dari
kelas Demospongiae dan fillum Porifera. Memiliki bentuk tubuh yang kaku seperti potongan
bambu yang kadang bercabang pada lapisan epidermis terdapat pori-pori tersusun atas spikula
yang tersusun atas kalsium karbonat silikat (Syulismi, 2016).

Habitatnya dapat ditemukan di air tawar dan air laut. Selain itu memiliki lapisan dalam
yang terdiri dari koanosit. Diantara kedua lapisan terdapat lapisan mesogela yang terdiri dari sel
amoekosit. Secara aseksual dengan cara pembentukan tunas yang menempel pada induknya yang
membantu dalam seksual dengan cara pembelahan sel telur sel gamet dibentuk oleh oikeosit
dalam koanosit. Ciri khasnya berbentuk seperti potongan bamboo yang kadang bercabang pada
ujungnya (Syulasmi, 2016).

 Spongia sp.

Gambar 1. Spongia sp.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen dengan
dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Spongia sp. merupakan salah satu spesies dari kelas
Scypozoa dan fillum Coellenterata. Memiliki banyak pori pada tubuhnya, bentuk tubuh
menyerupai batang (Saskya, 2008). Bewarna ungu. Struktur tubuhnya lembek dan memiliki
osculum pada tiap ujung cabangnya. Habitatnya berada di laut dangkal.Biasanya dimanfaatkan
untuk bahan pembuatan obat, spoms mandi dan pembersih kaca. Digunakan juga sebagai
penghias akuarium dan bahan kosmetik.
 Sycon ciliatum

Sumber: Dokumenpribadi Sumber: museum.wa.gov.au

Sycon ciliatum merupakan spons dengan kerangka kalsium. Sycon ciliatum ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan spesies porifera pada umumnya. Tumbuh sebagai bentuk tabung tunggal.
Beberapa terlihat seperti bercabang-cabang. Warnanya rata-rata cerah. Pada ujung tabung adalah
oscula khas dikelilingi oleh mahkota seperti spikula. Mereka bias tumbuh sampai 9 cm, tapi
umumnya adalah 1-3 cm. Permukaan mereka tampak berbulu. Mereka mudah dikenali karena
penampilannya yang unik. Mereka ditemukan di zona Sublittoral dangkal ditemukan di landas
kontinen.

 Hyalospongiae sp.

Gambar 1. Hyalospongiae sp.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, gambar antara spesimen dengan
dengan gambar literatur yang didapat sesuai. Hyalospongiae sp. merupakan salah satu spesies
dari kelas Hexactinellida dan fillum Porifera. Memiliki spikula yang tersusun dari silika.

Ujungnya berbentuk vas bunga atau mangkuk. Perwarnaan di sebagian pucat.


Kebanyakan hidup di laut jeluk dan tersebar luas (Syulasmi, 2016). Badannya sering berbentuk
tabung atau keranjang dan spikulanya dapat berbentuk kerangka bersambung seperti kaca
pintalan. Memiliki sebuah sistem unik untuk dengan cepat melakukan impuls listrik diseluruh
tubuh mereka, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk merespon dengan cepat terhadap
rangsangan eksternal (Ssyulasmi, 2016).
Pertanyaan tambahan:

- Ciri atau Karakter apa yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pembedaan
Filum Porifera dan Coelenterata?

(Sri Astuti, 2007)


DAFTAR RUJUKAN

Allen, G.R.2004. Damselfishes of the south Seas. T.F.H. Publications, Inc. Sydney, Australia P :
50-62.

Andrianto. 2016. Variasi Morfologi Karang Bercabang (Branching) Berdasarkan Zona Terumbu
Karang Di Perairan Pulau Badi Kabupaten Pangkep. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Batham E.J. 2000. The Nerve-net of the Sea-Anemone Metridium senile: the Mesenteries and the
Colum.Quarterly Journal of Microscopical Science. 101( 4): 487-510

Budiantoro, Agung. 2016. Petunjuk Praktikum Keanekaragaman Invertebrata dan Vertebrata.


Yogyakarta: Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan.
Charpin, F. 2016. Mushroom Leather Coral, (Online),
(https://reefguide.org/mushroomleathercoral.h), diakses tanggal 3 September 2019.

Gilbertson, L. 1999. Zoology Laboratory Manual (edisi ke-4th). McGraw-Hill.hlm. 9.2–


9.7.ISBN 0-07-229641-0.

Hegner, Robert.W. & Joseph G.Engemann. 1968. Invertebrates Zoologi. London: The
Macmillan Company Collier-Macmilllan Limited.

Hidayah, N., Suhendi, A., dan Nurjihan, F. 2018. Phylum Coelenterata. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.

Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar BIOLOGI. Bandung : GRAFINDO Media Pratama.

Mondai, T. 2011. Corals of The World, (Online),


(http://www.coralsoftheworld.org/speciesfactsheets/species_factsheet_images/favites-
micropentagona/),diakses tanggal 3 September 2019.

Page`s, F. & J. Gili.2010.Siphonophores (Cnidaria, Hydrozoa)of the Benguela Current


(southeastern Atlantic). ScientiaMarina;56: 65–112

Palumbi, S. (2002)."Hibridisasi dan Evolusi Keanekaragaman Terumbu Karang".Sains296


(5575): 2023–2025.doi : 10.1126 / science.1069524

Sri Astuti, Lilis. 2007. KLASIFIKASI HEWAN. Jakarta : Kawan Pustaka.

Syulasmi, A. 2016. Phylum Porifera. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


Wallace, C. C;Rosen, B. R (2006-04-22)."Karang staghorn yang beragam (Acropora) dalam
kumpulan Eosen lintang tinggi: implikasi bagi evolusi pola keanekaragaman karang
terumbu modern" .Prosiding Royal Society B: Ilmu Biologi .273 (1589): 975–982.doi :
10.1098 / rspb.2005.3307 .ISSN0962-8452 .PMC1560246 .

Wijayanti, D. P., Charismawaty, A., Indrayanti, E., dan Trianto, A.2017. “Pertumbuhan Karang
Lunak Sarcophyton sp. yang Dibudidayakan di Teluk Awur, Jepara,”Jurnal Oseanografi,
Vol 6 No 1:61–68.
Willcox S, Moltschaniwskyj NA, Crawford CM.2009.Population dynamics of natural colonies of
Aurelia sp. scyphistomae in Tasmania, Australia. Marine Biology 154: 661–670.
LAPORAN PRAKTIKUM

FILUM PLATYHELMINTHES, NEMATHELMINTHES DAN ANNELIDA

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia yang dibimbing oleh :

Bagus Priambodo S.Si., M.Si., M.Sc.

Fahrul Ghani Muhaimin, Fustatul Qur'ani Anam, Maisuna Kundariati

Disusun oleh :

Offering I 2018

Aziza Fadhilah (180342618018)

Delaila Nafulani Em De Sundjie (180342618010)

Ika Nanda Febriana (180342618007)

Oktaviani Jannati Qalbi (180342618 )

Thania Ayu Pramesty (180342618029)

Laboratorium Struktur Perkembangan dan Taksonomi Hewan

Jurusan Biologi, Program Studi Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

2019

Anda mungkin juga menyukai