Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Klasifikasi makhluk hidup didasarkan kepada pemikiran para ahli dalam


mengelompokkan makhluk hidup sesuai dengan syarat internasional. Oleh karena
itu, klasifikasi makhluk hidup yang ada sangat beragam, karena para ahli memiliki
pemikirannya masing- masing. Seperti yang kita ketahui, makhluk hidup di bumi
sangat bervariasi, coba kita perhatikan lingkungan disekitar kita.
Sistem klasifikasi makhluk hidup dapat berbeda sesuai dengan siapa ahli
yang mengemukakannya, juga dapat mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Sistem klasifikasi yang dikemukakan oleh
Robert H. Whittaker yaitu sistem klasifikasi 5 kingdom. Menurutnya, makhluk
hidup

dibedakan

menjadi

kingdom monera,

protista,

fungsi (jamur), plantae(tumbuhan), dan animalia (hewan). Selain 5 kingdom


tersebut, terdapat juga golongan virus, virus tidak termasuk ke dalam golongan
kingdom makhluk hidup, karena virus memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
makhluk hidup lainnya.
Dari 5 klasifikasi makhluk hidup diatas. Setiap kingdomnya dibagi lagi
menjadi beberapa filum (untuk hewan) dan divisi (untuk tumbuhan), kemudian
setiap filum atau divisi dibagi lagi menajdi beberapa ordo, setiap ordo dibagi lagi
menjadi beberapa famili, setiap famili dibagi lagi menjadi beberapa genus, dan
setiap genus dibagi lagi menjadi beberapa spesies (jenis). Semakin tingggi
tingkatan taksonnya, semakin sedikit persamaan ciri yang akan dijumpai.
Protista adalah kingdom makhluk hidup yang terdiri dari satu sel atau
banyak sel dan memiliki membran inti (organisme eukariot). Segala kegiatan
hidup protista dilakukan oleh sel itu sendiri. Kegiatan hidup tersebut meliputi
makan, pertukaran gas, menanggapi rangsangan, bergerak, dan berkembangbiak.

Protista dikelompokkan secara sederhana

menjadi protista

mirip

hewan

(protozoa) danprotista mirip tumbuhan (alga), serta protista mirip jamur.


Protista memiliki

ciri-ciri seperti tumbuhaan

(alga/algae) contohnya

adalah euglenophyta yang memiliki ciri uniseluler, tidak memiliki dinding sel,
mempunyai klorofil sehingga mampu berfotosintesis, dan memiliki flagel
contohnya euglena. Phyrrophyta sebagian besar yang hidup di air tawar,
uniseluler, memiliki dinding sel, dan mampu bergerak secara aktif contohnya
ceratium.
Pada paper ini akan dibahas secara mendalam mengenai protista yaitu
Euglenophyta dan Phyrrophyta baik dari segi morfologi maupun reproduksi.

1.2 Tujuan

1.2.1

Mampu mengidentifikasi jenis-jenis Euglenophyta dan Pyyrrophyta

1.2.2

Dapat mengetahui jenis-jenis ordo dari kedua filum tersebut

1.2.3

Dapat mengetahui morfologi dan reproduksi dari kedua filum yang


dibahas

1.2.4

Untuk memenuhi nilai tugas planktonologi

1.3 Manfaat
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan seharihari dalam hal yang berkaitan dengan budidaya dan dapat menunjang praktikum
mata kuliah planktonologi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistematika Euglenophyta dan Phyrrophyta


A.Euglenophyta
Euglenophyta berasal dari kata eu yang berarti sungguh-sungguh dan
glenos yang berarti mata. Hal ini dapat diartikan sebagai sel yang sungguhsungguh memiliki mata. Beberapa spesies Euglenophyta memiliki kloroplas dan
dapat melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan, beberapa spesies tidak
memiliki kroloplas dan hidup secara heterotrof. Euglenophyta yang mengandung
klorofil a, b, karoten dan terkadang pigmen xantofil. Hasil fotosintesis disimpan
sebagai cadangan makanan berupa polisakarida paramilon. Makhluk ini hidup
sebagai organisme fotoautotrof melalui fotosintesis. Namun, bila keadaan kurang
mendukung , misalnya tidak ada cahaya matahari, maka Euglenophyta dapat juga
hidup sebagai organisme heterotrof. Euglenophyta umumnya hidup di air tawar,
seperti kolam atau danau dan memiliki flagel yang berfungsi untuk bergerak di
air. Euglenophyta hanya memiliki 40 genus dan 1000 spesies yang berasal dari
satu kelas yaitu Euglenophyceae yang terdiri atas tiga ordo yaitu :
1. Euglenales yang memiliki satu famili yaitu Euglenaceae terdiri dari tiga
genus yaitu Euglena, Phacus, Trachelomonas
2. Peranemales atau Eutraptiales memiliki satu famili yaitu Eutraptiaceae dan
terdiri atas tiga genus yaitu Astacia, Peranema, Hyalophacus
3. Rhabdomonadales terdiri dari satu family dan satu genus yaitu
Rhabdomonadacea dan Petalomonas
Euglenophyta bedasarkan bentuk dan anatomi dibagi menjadi :
1. Euglenacae

Dapat hidup holo-phytic dan sapro-phytic artinya, ada golongan- golongan


dari Euglenacae yang holo-phytic saja dan ada yang sapro-phytic saja. Jadi, tidak
ada specimen yang dapat hidup secara sapro-phytic dan holo-phytic.

2.

Astaciacae
Dapat hidup holozoic dan sapro-phytic

3. Peranemaceae
Hanya dapat hidup holozoic. Specimen ini hidupnya benthal.

Holophytic
Kemampuan makhluk membentuk senyawa organik dari unsur- unsur
mineral secara fotosintesis seperti tumbuhan tinggi.

Saprophytic
Mendapatkan makanannya dari bahan organik yang sudah mati.

Holozoic
Sifat makhluk yang mengambil makanan dari lingkunga nnya dalam
bentuk padat.

a. Ordo Euglenales:
1. Phacus longicauda
Klasifikasi
Filum

: Euglonophyta

Kelas

: Euglenophyceae

Ordo

: Euglenales

Familiy

: Euglenaceae

Genus

: Phacus

Phacus adalah uniseluler dari filum Euglenophyta. Mereka adalah cahaya


hijau dan biasanya ditemukan di kolam air tawar, mendorong diri dengan berkisar
sel mereka. Sel ini memiliki satu flagela. Biasanya dindingnya menjadi keras,
karena periplast mengeras. Maka dari itu bentuk selnya tidak dapat berubah-ubah.
Jenis spesies dari genus phacus ini pipih, berwarna hijau, di tengah-tengahnya
sering terdapat cadangan makanan karbohidrat (paramylum/paramylon) yang
terlihat seperti inti besar.

Gambar 2.1 Phacus longicauda


2. Trachelomonas armata
Klasifikasi
Filum

: Euglenophyta

Kelas

: Euglenophyceae

Orde

: Euglenales

Family

: Euglenaceae

Genus

: Trechelomonas

Bentuknya daat berubah- ubah seperti bola, elips, silinder, dimana di dalamnya
terdapat protoplasma. Permukaan lorica terlihat halus dan sel ini memiliki flagel.
Habitatnya di air tawar, umum pada air yang bersifat asam (ph 4,5-7), sering di
kolam bergambut.

Gambar 2.2 Trachelomonas armata

3. Euglena sp.
Klasifikasi
Phyllum

: Euglenophyta

Class

: Euglenophyceae

Ordo

: Euglenales

Family

: Euglenidae

Genus

: Euglena

Species

: Euglena sp.

Bersel tunggal, berbentuk lonjong, dilengkapi bulu cambuk (flagel),


terdapat bintik mata. Euglena biasanya ditemukan di peairan tawar dan laut.

Gambar 2.3 Euglena sp.


6

b. Ordo Peranemales
Phyllum

: Euglenophyta

Class

: Euglenophyceae

Ordo

: Peranemales

Family

: Eutreptiaceae

Genus

: Astacia

Species

: Astacia sp.

Gambar 2.4 Astacia sp.

c. Ordo Rhabdomonadales
Phyllum

: Euglenophyta

Class

: Euglenophyceae

Ordo

: Rhabdomonadales

Family

: Rhabdomodaceae

Genus

: Petalomonas

Species

: Petalomonas sp.

Gambar 2.5 Petalomonas sp.

2. Phyrrophyta
Phyrrophyta (alga api) juga dikenal dinoflagellata merupakan alga
uniseluler yang memiliki dua flagel yang tidak sama panjang sehingga kelompok
alga ini disebut dinoflagellata (dino=dua). Disebut alga api karena memiliki
fosfor yang mampu memendarkan cahaya pada kondisi yang gelap. Phyrrophyta
hidup di laut dan air tawar dan beberapa hidup berkoloni. Makhluk ini bersifat
fotoautrotof atau heterotrof sebagai saprofit, parasit, hidup bersimbiosis atau
holozoik. Warna alga ini sangat bervariasi, mulai dari warna kuning kehijauan
hingga coklat. Mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin,sementara yang
lain memiliki klorofil A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Alga
ini dapat membuat laut tampak bercahaya pada malam hari (seperti kelap-kelip
cahaya). Beberapa jenis alga ini bersimbiosis dengan hewan laut, misalnya koral
sebagai tempatnya. Pada kehidupan tersebut alga api sebagai tempatnya
sedangkan koral memperoleh makanan makanan dari alga.
Pyrrhophyta memiliki kelas Dinophyceae (Dinoflagellates) yang terdiri
dari 3

ordo, yakni :

1. Gymnodiniales
Klasifikasi
Filum

: Phyrrophyta

Kelas

: Dinophyceae

Ordo

: Gymnodiniales

Family

: Gymnodiniaceae

Genus

: Gymnodinium

Spesies

: Gymnodinium catenatum

Gymnodiniales adalah gangang yang berwarna coklat kehijauan yang tidak


memiliki dinding yang berbentuk membujur lurik dan memiliki dinoflagellata.

Gambar 2.6 Gymnodinium catenatum

2. Peridiniales
No.

Family

Genus

Spesies

1.

Glenodiniaceae

Glenodinium

Glenodinium armatum

2.

Peridiniaceae

Peridinium

Peridinium cinctum

3.

Ceratiaceae

Ceartium

Ceartium carolinianum

Gambar 2.7 Peridinium cinctum

3. Dinococcales
Filum

: Phyrrophyta

Kelas

: Dinophcceae

Family

: Phytodiniaceae

Genus

: Cystodinium

Spesies

: Cystodinium cornifax

Merupakan sel non flagellata dan berbentuk bulan sabit. Habitatnya di air
tawar.

Gambar : 2.8 Cystodinium cornifax

2.2 Morfologi Euglenophyta dan Phyrrophyta

2.2.1

Morfologi Euglenophyta

Unicelullar

Pada umumnya memiliki flagel yang tidak sama panjang (Heterokontae)


jumlah flagel 2 atau 4

Umumnya hidup di air tawar yang kaya bahan organik (di laut sangat sedikit)

10

Bersifat autorof, karena memiliki klorofil a dan b, karoten dan beberapa


xanthofilyaitu astaxanthin

Bersifat heterotrof karena memakan bahan organic/ bakteri yang tersedia.

Ada yang memiliki kloroplast (dapat berfotosintesis) ada juga yang tidak
dapat berfotosintesis.

Spesies yang berfotosintesis disebut Phototrophic

Spesies yang yang tidak berfotosintesis disebut Osmotrophic (makan dengan


cara diffusi)

Kelompok yang ketiga disebut Phagotrophic (makan dengan cara menangkap


makanan)

Dinding sel tidak terbuat dari selulosa namun membran tipis tersusun atas
lapisan-lapisan protein berbentuk spiral, yang disebut "pellicle

Jumlah genus hanya 40 dan jumlah spesies 800

Memiliki bintik mata yang disebut stigma

Eyespot (stigma) merah terang yang sensitive terhadap cahaya. Pigmen merah
ini merupakan astaxanthin

Juga disebut Euglenozoa, euglenoids, euglenophyta

Cadangan makanan berupa paramilum/paramylon yaitu bentuk antara dari


polisakarida

Ujung anterior dari sel berupa sitostom dan dibawahnya berupa


kerongkongan atau gullet
Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian
posterior yang membesar berupa waduk (reservoir).
Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil

Sistem pergerakan
Dengan flagellum, prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling.
Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan
atau sentakan.
Metaboly ( menggunakan dinding sel yang mengandung protein)
.

11

2.2.2 Struktur Sel Euglenophyta


Organisme ini mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi daripada
Cyanophyta

karena

sudah

mempunyai inti

yang

tetap,

mempunyai kloroplast seperti pada tumbuhan tinggi. Karena itu Eugle na dapat
melangsungkan fotosintesis dan tumbuh seperti halnya pada tumbuhan tinggi.
Semua euglenoid mempunyai satu atau dua flagella yang menyebabkan mereka
dapat bergerak secara aktif. Selnya telah mempunyai bentuk yang tetap, dinding
sel bukan terdiri dari selulosa melainkan suatu selaput tipis yang dapat mengikuti
gerakan sel euglenoid yang sewaktu-waktu dapat berubah bentuk.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, dan di bawahnya berupa
kerongkongan atau gullet. Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk
memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak
demikian. Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior
yang membesar berupa waduk (reservoir). Waduk berhubungan dengan vakoula
kontraktil. Pada genera tertentu pada gulletnya terdapat batang farink, terletak
parallel dengan panjang gullet, dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk
atau memanjang ke ujung posterior dari sel. Fungsi organ ini untuk menyokong
sitostoma waktu menelan makanan padat.
Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar
sepanjang sitofarinx dan sitostoma. Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke
muka. Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan
tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama
panjang. Flagelnya mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Sistem pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan
baling-baling. Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk
dorongan atau sentakan. Gelombang ini lewatnya dari dasar ke ujung dan
langsung mengendalikan organisme dalam arah yang berlawanan atau pergerakan

12

gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini gerakan sentakan organisme. Sel
mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata.
Cadangan makanan berupa paramilum/paramylon yaitu bentuk antara dari
polisakharida, jadi bukan berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau
glycogen seperti pada binatang. Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi
juga secara saprofit; tidak dapat hidup dalam medium yang hanya mengandung
garam-garam anorganik, tetapi akan cepat tumbuh bila dalam medium ditambah
dengan sejumlah asam amino. Beberapa jenis hidup secara obligat saprofit sedang
yang lain obligat autotrof, disamping ada yang hidup secara holozoik yaitu dapat
menangkap dan menelan mangsanya seperti pada binatang.
2.2.3 Morfologi Phyrrophyta

Ukuran selnya yakni antara 25m - 1000m.

Phyrrophyta merupakan alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran.

Disebut alga api karena memiliki fosfor yang mampu memendarkan cahaya
pada kondisi yang gelap.

Alga api ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang.

Alga api yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi yaitu memiliki fosfor
yang memancarkan cahaya, yang kemampuannya disebut bioluminescence.

Memilki kloroplas yang kecil yang berbentuk discoid dan bentuk lainnya
yang berisi pigmen untuk berfotosintesis sama dengan yang ada pada diatom.

Dinding sel pada umumnya mengandung selulose dan lempeng-lempeng,


selain itu terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini
merupakan ciri khas dari alga api)

Pertambahan bentuk flagellate sebagai peningkatan ekspresi terhadap


habitatnya, bentuknya seperti coccoid, filamentous, palmelloid dan kelompok
amoboid.

13

Warna kemerahan pada dinoflagellata disebabkan pigmen yang benama


piridinin, selain itu divisi ini mempunyai klorofil a dan klorofil c, karoten,
xantofil, neoperidinin, dinoxantin, neodinoxantin, dan diatoxanthin.

Cadangan makanannya berupa amilum.

Bentuk selnya bi-conical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut
cingulum dan celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk
plastid yang bulat memanjang (Roger, 1988).

Kebanyakan dinoflagellata mempunyai 2 flagel sebagai alat pergerakkan.


Kedua flagella muncul dari satu lubang pada persimpangan antara singulum
dan sulkus. Satu buah melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian
posterior. Ada juga flagel yang terletak di bagian lateral. Bila flagel yang
melingkar bergerak, maka sel akan berputar dan bila flagel bagian posterior
yang bergerak maka sel akan maju.

Berdasarkan

pembentukan

heterotrofik

dan

makanan,

autotrofik,

dan

Phyrrophyta
terkadang

dibagi
mempunyai

menjadi
sifat

keduanya. Phyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit,


parasit, hidup bersimbiosis atau holozoik. Karakteristik organisme ini dari
eukariotik lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia
sehingga dikenal dengan sifat mesokariotik.

Ada yang bergerak dan tidak.

Habitatnya kebanyakan pada lingkungan laut dan estuari.

2.2.4 Struktur Sel Phyrrophyta


Pembagian Phyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknya
penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai
penutup sel (theca).Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan
komponen utama sellulosa.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid.

14

Sel Phyrrophyta primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri,


mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat sel bagian
tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan
flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan
(cingulum) yang melingkari sel atau bentuk spiral pada beberapa belokan.
Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang sederhana dan jika
berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan
pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal
mengendalikan air ke arah posterior.
Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka
dan hipoteka.

2.3 Reproduksi Euglenophyta dan Phyrrophyta

2.3.1 Reproduksi Euglenophyta


Euglenophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara aseksual
dan seksual.
1.

Aseksual
Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam

keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel)


protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar
dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika
lamanya dan tumbuh menjadi sel baru.Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan
memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior.
Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula- mula blepharoplast
membelah menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan
menghasilkan flagella baru. Pada yang mempunyai dua flagella, dapat ter jadi
salah satu sel anakan membawa dua flagel lamanya dan sel anakan yang lain akan
menghasilkan dua flagella baru atau dapat terjadi masing- masing sel anakan

15

membawa satu flagella dan kemudian masing- masing menghasilkan satu flagella
lagi.
Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam
keadaan dibungkus oleh selaput lendir.Kadang-kadang protoplast anakan tidak
keluar dari selaput pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti
ini akan terbentuk koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya
akan bergerak aktif kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa siste
berdinding tebal.Bentuk siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya, tetapi
kebanyakan

bentuknya

berbeda,

bulat

atau

polygonal.Protoplast

dapat

menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga berwarna sangat


merah.Biasanya siste berkecambah dengan keluarnya protoplast dari dalam
dinding yang tebal dan tumbuh manjadi sel baru yang bergerak aktif.

2. Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada
beberapa euglenophyta,

tetapi kasus

ini masih

sangat kabur.Autogami

(penggabungan dua inti anakan dalam sel), Inti hasil fusi kemudian membelah
meiosis membentuk empat nukleus yang masing- masing berkembang menjadi sel
vegetatif. Hal ini pernah dijumpai pada genus phacus.

16

2.3.2. Reproduksi Phyrrophyta


Phyrrophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara aseksual dan
seksual.
1.

Secara Aseksual ( Vegetataif)

Yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak.


Jika sel memiliki panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga
dengan cara protoplas membelah membujur, lalu keluarlah dua sel
telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing masing
membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang
mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan
sel kembar yang telanjang.

Dengan pembelahan biner, yaitu pembelahan sel dengan sel anak


mendapatkan sebagian dari sel induk (sel anak yang membentuk
dinding baru). Contoh :Peridinium.

2. Secara Seksual
Dengan

sel

terbentuk

isogamet

yang

masing- masing

dapat

menggandakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain. Sporik, yaitu


dengan zoospora contohnya gloenidium dan aplanospora.

2.4 Peranan Euglenophyta dan Phyrrophyta

1. Euglenophyta

Penghasil oksigen di perairan dari hasil fotosintesis

Dalam bidang perikanan filum ini berfungsi sebagai makanan ikan..

Dalam dunia sains, euglena sering dijadikan sebagi objek pengamatan


karena alga ini mudah didapat dan dibiakkan serta sebagai indikator
adanya pencemaran organik.

17

2. Phyrrophyta

Menghasilkan oksigen dari hasil fotosintesis.

Menjadi primary producers terpenting di laut setelah diatome.

Kemampuan bioluminescence (cahaya pada organisme), seperti yang


dihasilkan oleh nocticula, gonyaulax, pyrrocystis, pyrodinium, dan
peridinium sehingga menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam
hari dan menambah estetika laut.

2.5 Dampak Negatif Euglenophyta dan Phyrrophyta


1. Euglenophyta

Mencemari sumber air.

Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau.

Jika terjadi blooming bersamaan dengan adanya peroses pembusukan,


maka akan terjadi kematian pada ikan.

2. Phyrrophyta

Menyebabkan pasang merah (red tide) dengan 1-20 juta sel per liter.

Pada saat blooming Phyrrophyta dapat mengeluarkan toksin (racun).

Pada waktu adanya red-tide akan banyak ikan yang mati karena
memakan Phyrropyta.

2.5 Perbedaan Euglenophyta dan Phyrrophyta


Filum

Warna dan

Cadngan

Penyusun

Reproduksi

Pigmen

Makanan

Dinding Sel

Paramilum

Tanpa

Aseksual

b,

dinding sel

(pembelahan),

karoten,xantofil)

;Protein sub

seksual(autogami)

Fotosintesis
Euglenophyta

Hijau (klorofil a,

membran
Phyrrophyta

Cokelat(klorofil

Pati

Selulosa

Aseksual( pembel

a, klorofil

(amilum)

Submembran

ahan dan sporik),

c,karoten, xantofil

seksual(isogami)

18

BAB III
KESIMPULAN

Euglenophyta dapat diartikan sebagai sel yang memiliki mata nyata. Filum
ini dibagi menjadi beberapa ordo,

yaitu Euglenales, Peranemales, dan

Rhabdomonadales. Berdasarkan bentuk dan anatomi, filum ini dibagi menjadi


Euglenacae, Astaciacae, dan Peranemaceae. Ada yang hidup sebagai saprophytic,
holophytic, dan holozoic. Saprophytic adalah mendapatkan makanannya dari
bahan organik yang sudah mati. Holophytic adalah kemampuan makhluk
membentuk senyawa organik dari unsur-unsur mineral secara fotosintesis seperti
tumbuhan tinggi. Holozoic merupakan sifat makhluk yang mengambil makanan
dari lingkungannya dalam bentuk padat.
Morfologi dari Euglenophyta uniselullar dan bersifat heterotrof. Spesies
yang berfotosintesis disebut Phototrophic. Spesies yang yang tidak berfotosintesis
disebut Osmotrophic (makan dengan cara diffusi). Kelompok yang ketiga disebut
Phagotrophic (makan dengan cara menangkap makanan).Dinding sel tidak terbuat
dari selulosa namun membran tipis tersusun atas lapisan- lapisan protein berbentuk
spiral, yang disebut "pellicle. Reproduksinya dilakukan dengan aseksual dan
seksual(autogami) .
Pyrrophyta merupakan alga api dan juga dikenal dengan nama
dinoflagellata merupakan alga uniseluler yang memiliki dua flagel yang tidak
sama panjang sehingga kelompok alga ini disebut dinoflagellata (dino=dua).
Disebut alga api karena memiliki fosfor yang mampu memendarkan cahaya pada
kondisi yang gelap. Filum ini dibagi menjadi tiga ordo, yaitu Gymnodiniales,
Peridiniales, dan Dinococcales. Habitatnya kebanyakan pada lingkungan laut dan
estuari. Reproduksinya dilakukan dengan aseksual dan seksual (isogami).

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013. http://prezi.com/dbglqtlnw8el/phytoplankton-perairan-laut/
( diunduh pada tanggal 9 Maret 2015 pada pukul 23.01 WIB ).
Hala,Yusminah . 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
http://id.scribd.com/doc/94190930/Euglenophyta-Ppt. (diakses pada tanggal 7
Maret 2015 pada pukul 20.30 WIB).
Latifah, Eva. 2004. Biologi 2. Bandung : Remaja Rosdakarya. (diunduh pada
tanggal 2 Maret 2015 pada pukul 17.30 WIB).
Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Semarang:UNDIP.
Sri Pujianto, 2008. Menjelajah Dunia Biologi 1. Solo:PT. Tiga Serangkai Pusaka
Mandiri.

20

Anda mungkin juga menyukai