Anda di halaman 1dari 9

Klasifikasi Hewan

Animal Classification
Izziyatul Amal
izziyatulamal.bio18@fkip.unyiah.ac.id
Abstrak
Praktikum ini telah dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2019 bertempat di Laboraturium
Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala. Zoologi invertebrata bagian dari ilmu pengetahuan alam
mempelajari mengenai hewan-hewan invertebrata. Berdasarkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya, hewan-hewan invertebrata dikelompokan menjadi delapan filum yaitu, porifera,
coelenterata, platyhelminthes, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengklasifikasikan macam-macam hewan
invertebrata dari berbagai filum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengamati dan mengindentifikasi morfologi spesimen paramecium, sponge, terumbu karang,
planaria, cacing gelang, lintah, chiton, kepiting, dan bintang laut yang telah tersedia di
laboraturium. Hasil dari praktikum ini adalah kami dapat mengetahui dan mengklasifikasikan
hewan-hewan invertebrata tersebut melalui morfologi yang diamati.
Kata kunci: Klasifikasi, Invertebrata, Morfologi, Filum.

Abstract
This practicum was held on October 7, 2019 at the Biology Laboratory of FKIP Syiah
Kuala University. Invertebrate zoology is part of natural science to learn about invertebrate
animals. Based on the level of growth and development, invertebrate animals are grouped into
eight phyla namely, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca,
Arthropoda, and Echinoderms. This practicum aims to identify and classify various invertebrate
animals from various phyla. The method used in this research is to observe and identify the
morphology of paramecium specimens, sponges, coral reefs, planaria, roundworms, leeches,
chitons, crabs, and starfish that have been available in laboratories. The result of this practicum is
that we can find and classify these invertebrate animals through the observed morphology.
Keywords: Classification, Invertebrates, Morphology, Phylum.

1
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

Pendahuluan seperti kawasan terumbu karang (Gani, 2017,


Klasifikasi adalah pengelompokkan p.39).
yang sistematis dari pada sejumlah objek,
gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam Metode/Cara Kerja
kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri- Waktu dan Tempat
ciri yang sama (Yanuhar, 2018, p.1). Praktikum dilakukan di laboraturium
Salah satu cara dasar menggolongkan FKIP Biologi Unversitas Syiah Kuala pada
hewan adalah dengan melihat tipe simetri hari Senin tanggal 7 Oktober 2019 pukul
tubuhnya atau ketiadaan simetri. Kebanyakan 09.50-11.30 WIB.
spons, misalnya, tidak memiliki simetri sama
sekali (Campbel, 2012, p.229). Target/ Subjek/ Populasi/ Sampel
Zoologi Invertebrata mempelajari Subjek diperoleh sudah tersedia di
mengenai hewan-hewan invertebrata, yaitu laboraturium. Target yang hendak kami capai
hewan-hewan yang tidak memiliki tulang dalam praktikum ini adalah kami dapat
belakang. Invertebrata terbagi menjadi 3 mengetahui dan melakukan klasifikasi
golongan yaitu aselomata, pseudoselomata terhadap hewan invertebrata yang kami amati.
dan selomata yang dibagi menjadi 10 filum
yaitu filum porifera, coelenterata, ctenophora, Prosedur Praktikum
platyhelminthes, nemathelminthes, bryozoa, Mengetahui dan melakukan
mollusca, annelida, arthropoda dan pengklasifikasian terhadap hewan invetebrata
echinodermata. Pada Zoologi Invertebrata paramecium, spons, koral, planaria, cacing
membahas tentang ciri-ciri morfologi, gelang, lintah, kerang mantel, kepiting, dan
anatomi, fisologi, perilaku, habitat dan bintang laut. Spesimen invertebrata yang telah
peranan dari hewan yang digolongkan dalam diawetkan tersebut disediakan. Kemudian
invertebrata. Selanjutnya ciri-ciri tersebut dikeluarkan dari wadahnya dan diletakkan
digunakan sebagai dasar pengklasifikasian ke diatas nampan bedah. Selanjutnya diamati ciri
dalam tingkatan takson yaitu filum, kelas, morfologi dari spesimen tersebut dan
ordo, famili, genus dan spesies (Haryanti, kemudian diklasifikasikan ke dalam filum
2013, p.105). protozoa, porifera, coelenterata,
Invertebrata merupakan kelompok Plathyhelmintes, Nemathelmintes, Annelida,
binatang yang tidak mempunyai tulang moluska, arthropoda, dan echinodermata
belakang (vertebrae). Invertebrata, mencakup berdasarkan ciri mofologinya. Setelah itu hasil
95% dari semua jenis hewan yang telah dari pengamatan dan pengklasifikasian hewan
diidentifikasi, merupakan hewan yang tersebut dicatat dan digambar.
persebarannya paling luas dengan keunikan
setiap ekosistem. Invertebrata digunakan Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
sebagai bioindikator karena mempunyai sifat Data
hidup yang relatif menetap dalam jangka Data dan instrumen yang kami
waktu yang lama, sifat infertebrata tersebut dapatkan adalah telah tersedia di
yang memungkinkan untuk merekam kualitas laboraturium. Teknik pengumpulan data
suatu perairan (Luthfi, 2018, p.138). dalam praktikum ini kami lakukan secara
Invertebrata laut adalah hewan yang RAL (Rangkaian Acak Lengkap) dimana
tidak memiliki tulang belakang, yang hidup objek yang kami teliti merupakan objek yang
hampir di seluruh kawasan perairan laut. diamati di dalam ruangan (laboraturium).
Namun sebagian besar spesies invertebrata
laut banyak terdapat di kawasan pesisir pantai

2
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

Teknik Analisis Data kelas ciliata yaitu protozoa yang memiliki alat
Teknik analisis data yang kami gerak silia atau bulu getar. Secara umum
jabarkan adalah dengan metode kualitatif bentuk tubuh paramecium menyerupai sandal
dimana setelah melakukan pengamatan sehingga sering disebut binatang sandal yang
terhadap objek yang diteliti kami melakukan terlihat pada gambar paramecium. Bagian
penyajian data dengan mencari literatur serta ujung anterior tumpul, sedangkan bagaian
menyimpulkan pengklasifikasian terhadap ujung belakang posterior meruncing dengan
hewan invertebrata tersebut dan penyajian bulu getar di seluruh permukaan tubuhnya.
data juga dilengkapi dengan gambaran atau Ciliata merupakan kelompok terbesar dari
secara deskriktif mengenai objek yang protozoa. Sebagai alat gerak ciliata juga
diamati. berfusngsi sebagai penerima rangsang dan
penangkap makanan. Ciliata hidup di perairan
Hasil dan Pembahasan tawar dan laut yang banyak mengandung zat
organik. Beberapa diantaranya hidup sebagai
parasit dalam tubuh organime lain

Gambar 1. Paramecium
Mengamati dan mengklasifikasikan
hewan filum protozoa (Paramecium
caudatum). Dari seluruh organisme yang ada Gambar 2. Sponge
hidup dipermukaan bumi, diperkirakan Mengamati dan mengklasifikasikan
protozoa berjumlah sekitar 15.000-20.000 hewan filum porifera (Hippospongia
spesies dengan beraneka ragam bentuk. communis). Sponge merupakan organisme
Protozoa tersebar merata diseluruh permukaan laut invertebrata yang berasal dari filum
bumi mulai dari daratan rendah samai ke porifera. Porifera merupakan salah satu hewan
daratan tinggi baik di darat, perairan tawar primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan
maupun perairan laut. Berdasarkan alat bersifat non selective filter feeder (menyaring
geraknya yang dimiliki, protozoa di apa yang ada). Sponge tampak sebagai hewan
kelompokan menjadi empat kelas, Rhizopoda sederhana, tidak memiliki jaringan, otot
(Sarcodina), yaitu rotozoa dengan alat gerak maupun jaringan saraf serta organ dalam
pseudopodia (kaki semu), Flagellata (Soeid, 2017, p.1).
(Mastigophora), yaitu protozoa dengan alat Berdasarkan pengamatan didapati
gelak flagel (bulu cambuk), Ciliata hasil bahwa hippospongia termasuk ke dalam
(Chilopora), yaitu protozoa dengan alat gerak kelas demospongiae. Kelas demospongiae
silia (bulu getar). Sporotozoa, yaitu protozoa adalah kelompok sponge yang paling dominan
yang tidak mempunyai alat gerak (Wijaya, di antara porifera masa kini, tersebar luas di
2009, p.12). alam dan jenis maupun jumlah hewannya
Berdasarkan pengamatan didapati sangat banyak. Ada sekitar 6.000 jenis
hasil bahwa paramecium termasuk ke dalam demospongiae yaitu 85% dari semua porifera

3
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

yang masih ada. Sebagian besar bercabang (Branching). Karang ini memiliki
demospongiae adalah jenis laut namun mulut yang dikelilingi oleh tentakel yang
beberapa famili tinggal di air tawar di semua tersusun rapi berderet yang berfungsi untuk
benua kecuali Antartika. Sponge dari kelas menagkap mangsa serta sebagai alat
demospongiae bersifat sessile atau menetap pertahanan diri. Rongga tubuhnya juga
dan merupakan organisme bentik. Namun, berfungsi sebagai alat pencernaan
larvanya memiliki flagela dan mampu (Gastrovascular). Karang jenis ini umumnya
berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini ditemukan menmpel pada batu karang,
adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan berwarna coklat keputihan, serta terdapat pori-
organisme kecil lainnya. Air mengantar pori kecil (coralit).
partikel-partikel makanan masuk melalui pori-
pori luar koanosit menangkap sebagian besar
makanan yang masuk namun pinocytes dan
amoebocytes juga dapat mencerna makanan.

Gambar 4. Cacing Pipih


Mengamati dan mengklasifikasikan
hewan filum plathyhelmintes (Planaria sp).
Planaria dipakai sebagai contoh yang
Gambar 3. Koral mewakili anggota kelas Turbellaria pada
Mengamati dan mengklasifikasikan umumnya. Planaria biasa disebut dengan
hewan filum coelenterata (Acropora sp.). istilah Euplanasia atau Dugesia. Planaria
Terumbu karang adalah ekosistem dasar laut hidup bebas di perairan air tawar yang jernih,
yang dihuni oleh karang batu dengan lebih suka pada air yang tidak mengalir.
karakteristik memiliki arsitektur yang Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di
dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang tempat-tempat yang teduh, misalnya di balik
dinamakan polip. Secara sederhana, karang batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke
terdiri dari satu polip yang memiliki bentuk dalam air dan lain-lain (Sari, 2008 , p.215).
tubuh seperti tabung dengan mulut yang Berdasarkan pengamatan didapati
terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh hasil bahwa Planaria memiliki bentuk tubuh
tentakel. Tapi sebagian besar spesies, satu lebih kurang memanjang berbentuk
individu polip karang akan berkembang gelendong. Karakteristik umum adalah tubuh
menjadi banyak individu yang dinamakan sangat datar dengan salah satu ujungnya
koloni. melebar berbentuk kepala panah. Dua mata
Berdasarkan pengamatan didapati yang terletak di kepala. Cacing pipih tidak
hasil bahwa Acropora sp. termasuk ke dalam berenang tapi bergerak di atas setiap substrat
filum cnidaria kelas anthozoa dimana padat. Gerakan ini dilakukan dengan lancar
umumnya tipe kelas anthozoa hidup sebagai dan mudah karena kontraksi otot. Semua
polip dan bentuk tubuh seperti tabung dan tubellaria sensitif terhadap cahaya kuat, untuk

4
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

itu mereka lebih banyak di daerah yang dilindungi oleh kutikula agar tidak
tertutup dan ada persediaan makanan. terpengaruh oleh enzim inangnya. Tubuhnya
dilapisi oleh tiga lapisan (tripoblastik),
yaitulapisan luar (ektodermis), lapisan tengah
(mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm).
Kulit hewan ini tidak berwarna dan licin.

Gambar 5. Cacing Gelang


Mengamati dan mengklasifikasikan
hewan filum nemathelmintes (Ascaris
lumbricoides). Cacing gelang (A.
lumbricoides) merupakan nematoda usus Gambar 6. Lintah
terbesar (panjang mencapai 30 cm). Cacing Mengamati dan mengklasifikasikan
ini termasuk soil transmitted helmint karena hewan filum annelida (Hirudo medicinalis).
membutuhkan tanah untuk proses pematangan Annelida berasal dari bahasa latin “anellus”
telur menjadi telur infektif. Manusia yang berarti cincin kecil. Sebutan ini tidak
merupakan inang (hospes) perantara cacing lain karena karakteristik tubuh cacing ini
dewasa A. lumbricoides dan cacing ini tidak mirip seperti susunan cincin-cincin kecil atau
memiliki hospes perantara. Infeksi cacing ini bersegmen-segmen. Oleh karena itu, filum
dikenal dengan askariasis yang menyebabkan Annelida sering disebut juga cacing bercincin
anak/orang dewasa menjadi kekurangan gizi atau cacing bersegmen. Hewan yang termasuk
karena setiap 20 ekor cacing dewasa akan ke dalam filum ini diantaranya adalah cacing
menghisap 2,8 gram karbohidrat dan 0,7 gram tanah, lintah, dan pacet. Filum ini secara
protein, sehingga menimbulkan gejala klinik tradisional dibagi menjadi tiga kelas
(perut buncit, pucat, lesu, rambut berwarna berdasarkan morfologi “rambut” atau seta
merah dan mudah lepas, badan kurus) (en: chaetae), yaitu: Polychaeta, Oligochaeta,
keadaan ini semakin diperparah jika dan Hirudinea.
sebelumnya anak menderita under 7-9 Berdasarkan pengamatan didapati
nutrition (gizi buruk) (Sandy, 2014, p.36). hasil bahwa lintah tubuhnya bersegmen-
Berdasarkan pengamatan didapati segmen. Filum Annelida adalah satu-satunya
hasil bahwa cacing gelang merupakan kelompok Trokozoa yang bersegmen dan
golongan nematoda. Nematoda berasal dari memiliki selom. Selom ini telah berkembang
kata nematos yang berarti benang dan oidos dengan sempurna dan berisi cairan yang
yang berarti bentuk, sehingga cacing ini berfungsi sebagai rangka hidrostatik. Oleh
sering disebut cacing gilik ataupun cacing karena itu, cacing ini termasuk ke dalam
gelang. Nematoda itu sendiri dibagi menjadi 2 kelompok triploblastik selomata. Karakteristik
jenis yakni nematoda usus dan nematoda segmentasi pada cacing bersegmen berbeda
jaringan. Tubuh dari cacing ini tidak memiliki dengan segmentasi pada cacing pita.
segmen dan lapisan luar tubuhnya licin serta Segmentasi pada cacing bersegmen

5
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

merupakan metamerisme (en: metamerism) Berdasarkan pengamatan didapati


atau metamerisme sejati, sedangkan pada hasil bahwa kerang mantel (kiton) memiliki
cacing pita merupakan metamerisme palsu tubuh yang berbentuk oval dan cangkangnya
atau pseudometamerisme. Annelida juga yang terbagi menjadi delapan lempengan
merupakan kelompok hewan yang memiliki dorsal. Akan tetapi tubuh kiton itu sendiri
tubuh simetris bilateral, sehingga cacing ini tidak beruas-ruas. Kita dapat menemukan
termasuk dalam kelompok Bilateria. Pada hewan laut ini melekat pada bebatuan di
perkembangan embrionya, mulut pada embrio sepanjang pesisir selama pasang surut. Kaki
cacing bersegmen terbentuk terlebih dahulu kiton berperan sebagai alat penghisap yang
daripada anus, sehingga cacing ini termasuk sangat kuat. Kiton juga dapat menggunakan
dalam kelompok Protostomia. Dan yang kakinya untuk merayap perlahan di
terakhir, cacing bersegmen ini termasuk ke permukaan batu.
dalam kelas Lophotrochozoa berdasarkan
filogenetik DNA, dan lebih jauh merupakan
Trokozoa (en: Trochozoans), yaitu kelompok
hewan yang menghasilkan larva bersilia.

Gambar 8. Kepiting
Mengamati dan mengklasifikasikan
hewan filum arthropoda (Brachyura sp.).
Kepiting adalah binatang crustacea berkaki
Gambar 7. Kiton sepuluh, yang biasanya mempunyai "ekor"
Mengamati dan mengklasifikasikan yang sangat pendek, atau yang perutnya sama
hewan filum mollusca (Chiton sp). Mollusca sekali tersembunyi di bawah thorax. Hewan
adalah hewan bertulang lunak, namun ini dikelompokkan ke dalam Phylum
sebagian besar menyekresikan cangkang Athropoda,Sub Phylum Crustacea, Kelas
pelindung keras yang terbuat dari kalsium Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder
karbonat. Kebanyakan Mollusca hidup di laut, Pleocyemata dan Infraorder Brachyura. Tubuh
walaupun beberapa spesies mendiami perairan kepiting umumnya ditutupi dengan
tawar, dan beberapa siput dan siput telanjang exoskeleton (kerangka luar) yang sangat
hidup di daratan. Siput tenjang, cumi-cumi keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit
dan gurita memiliki cangkang internal yang (Puspawati, 2010, p.92).
tereduksi atau telah kehilangan seluruh Berdasarkan pengamatan didapati
cangkangnya selama evolusi. Ada beberapa hasil bahwa kepiting memiliki chelipeds dan
kelas yang terdapat pada filum Mollusca di empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki
antaranya Gastropoda, Bivalvia, juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang
Polyplacophora, dan Cephalopoda (asal2, penjepit, chelipeds terletak di depan kaki
2011, p.15). pertama dan setiap jenis kepiting memiliki
struktur chelipeds yang berbeda-beda.

6
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

Chelipeds dapat digunakan untuk memegang biasanya berbulu getar dan berisi sel-sel
dan membawa makanan, menggali, membuka kelenjar dan sel-sel indera. Tubuh
kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam echinodermata tidak beruas-ruas ketika larva
menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh bersifat simetri bilateral dan setelah dewasa
kepiting juga ditutupi dengan Carapace. menjadi simetri radial. Sistem pernafasan
Carapace merupakan kulit yang keras atau berbeda-beda, ada yang menggunakan kaki
dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) tabung, insang kecil, pohon respirasi. Selain
berfungsi untuk melindungi organ dalam itu echinodermata memiliki berbagai ukuran,
bagian kepala, badan dan insang. bentuk, struktur, dan warna ada yang seperti
bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan
seperti tumbuhan bunga. Tubuh terdiri dari
bagian oral dan aboral. Permukaan
echinodermata umumnya berduri, baik pendek
tumpul atau runcing panjang. Duri berpangkal
pada suatu lempengan kalsium karbonat
(CaCO3) yang disebut testa.

Simpulan dan Saran


Simpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum
hewan invertebrata ini kami mengambil
Gambar 9. Bintang Laut kesimpulan bahwa Hewan invertebrata yaitu
Mengamati dan mengklasifikasikan hewan yang tidak memiliki tulang belakang
hewan filum echinodermata (Linckia serta memiliki struktur morfologi dan anatomi
multifora). Kelompok utama filum lebih sederhana dibandingkan dengan
echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelompok hewan bertulang belakang. Filum
kelas bintang laut (Asteroidea) contoh: invertebrata diantaranya protozoa, porifera,
Archastertypicus, kelas Bintang Ular coelenterata, platyhelminthes,
(Ophiuroidea) contoh: Amphiodiaurtica, kelas nemathelminthes, annelida, mollusca,
Landak Laut (Echinoidea) contoh: echinodermata, dan arthropoda.
Diademasetosium, kelas lilia laut (Crinoidea)
contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Tripang Saran
Laut (Holothuroidea) contoh: Pada praktikum zoologi invertebrata
Holothuriascabra (Jalaluddin, 2017, p.82). ini sebaiknya tidak menggunakan spesimen
Berdasarkan pengamatan didapati melainkan menggunakan hewan yang masih
hidup agar morfologi maupun organ-organ
hasil bahwa dulunya filum echinodermata
yang ada tidak rusak, berubah warna maupun
selalu dijadikan satu dengan coelenterata hilang. Sebelum praktikum dilaksanakan
dalam klasifikasi hewan, karena bentuknya pastikan praktikan memahami betul apa yang
simetri meruji, kesamaannya hanya simetri ini hendak diteliti atau sudah memiliki
saja yang membedakan dua kelompok hewan pengetahuan dasar tentang objek yang hendak
ini dari kelompok hewan lain. Beda antara dipraktikumkan sehingga pada saat praktikum
keduanya adalah echinodermata mempunyai berlangsung praktikan dapat
mengindentifikasi objek secara akurat dan
sistem pencernaan lengkap dengan mulut,
akan lebih mendapatkan hasil yang maksimal
usus, dan anus, tidak seperti halnya dalam proses pengamatan objek.
coelenterata sifat umum filum ini selanjutnya
ialah epidermis pada hewan dari filum ini Daftar Pustaka

7
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

A, Gani, dkk. (2017). Keanekaragaman Jenis


Invertebrata yang Berasosiasi dengan
Ekosistem Terumbu Karang di Perairan
Teluk Palu Kelurahan Panau Kota Palu.
Jurnal Agrisains. 18:1, 38-45.
EHW, Haryanti, dkk. (2013). Pembelajaran
Zoologi Invertebrata Berbasis Darts
Melalui Lesson Study Sebagai Upaya
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir
Kritis Mahasiswa Biologi. Jurnal Bioma.
2:1, 101-113.
Jalaluddin&Ardeslan. (2017). Identifikasi dan
Klasifikasi Phylum Echinodermata di
Perairan Laut Desa Sembilan Kecamatan
Simeulue Barat Kabupaten Simeulu.
Jurnal Biology Education. 6:1, 81-97.
M, Soeid. (2017). Kemampuan Biofilter
Sponge Class Demospongiae dengan
Berbagai Bentuk Pertumbuhan Terhadap
Kekeruhan dan Total Suspended Solid.
Jurnal Kelautan dan Perikanan. 4:1, 1-8.
NDA, Sari. (2008). Pertumbuhan Planaria
yang Diperlakukan dengan Regenerasi
Buatan di Sungai Semirang Ungaran.
Jurnal Ilmiah Sains. 3:3, 211-219.
Neil A, Campbell. (2012). Biologi Edisi 8
Jilid 2. (Terjemahan D.T. Wulandari).
Jakarta: Erlangga.
NM, Puspawati&IN, Simpen. (2010).
Optimasi Deastilasi Khitin Dari Kulit
Udang dan Cangkang Kepiting Limbah
Restoran Seafood Menjadi Khitosan
Melalui Variasi Konsentrasi NaOH.
Jurnal Kimia. 4:1, 79-90.
S, Sandy&M, Irmanto. (2014). Analisis
Model Faktor Risiko Infeksi Cacing
Gelang (Ascaris lumbricoides) pada
Murid SD di Distrik Arso Kabupaten
Keerom Papua. Jurnal Buski. 5:1, 35-42.
U, Yanuhar. (2018). Avertebrata. Malang: UB
Press.
Wijaya. (2009). Model Pembelajaran,
Keterampilan Proses Sains, Pembelajaran
Berbasis Praktikum dan Protozoa. Jurnal
Education Bio. 2:1, 11-18.

8
Izziyatul Amal: Klasifikasi Hewan

Anda mungkin juga menyukai