FILUM PROTOZOA
Jumlah dan keragaman protozoa sangat besar. Sekitar 46.000 spesies telah dinamai,
meskipun lebih dari 20.000 dari mereka adalah fosil. Seribu spesies protozoa hidup bebas
telah dideskripsikan dan setiap jenis menunjukkan ciri yang khas.
Filum Protozoa adalah hewan dengan macam-macam ukuran dan tingkah laku.
Meskipun tidak dibagi dalam sel-sel fungsional yang berbeda, Protozoa memiliki seluruh
proses kehidupan dengan satu sel. Mereka dimulai dari sel-sel sederhana, sampai sel-sel yang
kompleks dengan bermacam-macam vakuola, fibril, dan organel. Karena demikian kecilnya,
hanya sedikit Protozoa yang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya. Yang cukup besar
dapat terlihat dengan mata telanjang. Pada tahun-tahun sekarang mikroskop elektron telah
menampilkan banyak tentang ultra-struktur mereka pada beberapa penelitian.
Flagella adalah organ lokomotor yang terdiri dari 9 pasang serabut tepi longitudinal
membentuk silinder yang mengelilingi dua serabut sentral longitudinal yang ditutupi oleh
selubung dalam membran. Ujung aksonema pada dasar dalam granula disebut
blefaroplas atau badan granula atau badan granula atau kinetosom. Pada kelompok
khusus flagellum mempunyai apendiks berupa perluasa lateral dari seludang luar disebut
mastigonema. Struktur silia pada umumnya sama dengan flagella.
Gambar 7. Diagram ultrastruktur flagellum (Barnes, 1987) dan cillium (Kotplat et al.,
1981). A, Ultrastruktur flagella. B, Silia. Bandingkan dengan gambar.
Protozoa yang hidup bebas tidak tersebar diantara tubuh air pada tubuh air dalam
pakian yang sembarangan: setiap spesies lebih atau kurang terbatas untuk jenis habitat
yang pasti juga seperti hewan yang lebih tinggi. Beberapa spesies hidup di air tawar;
yang lain hanya di air garam; beberapa hidup berhubungan dengan dasar; yang lain
terapung di sekitar endapan dalam air; beberapa tidak diketahui hidup hanya di tanah.
Dan yang lain hanya di spagnum rawa.
2.3. KLASIFIKASI
Jumlah Protozoa yang besar ini mempunyai pembagian secara tradisional
berdasarkan arti gerakan mereka kedalam empat kelas: Sarcodina dengan kaki semu,
Mastifophora dengan flagela, Ciliata dengan silia, dan Sporozoa dengan tanpa organel
untuk bergerak. Sekarang ini, Komite Taksonomi dan Masalah Taksonomi Lembaga
Protozologiwan mempublikasikan klasifikasi Protozoa yang direvisi (Honigberg et al.,
1964). Klasifikasi mereka mencoba untuk menunjukkan filogeni dan refleksi penemuan
sekarang. Meskipun demikian hal ini lebih sederhana daripada suatu klasifikasi buatan,
dia mengikuti ini, dengan beberapa modifikasi, sebagai klasifikasi paling diminati untuk
memiliki kemantapan dimasa mendatang kelas-kelas Sarcodina mengikuti Bovee dan
Jahn (1965).
Kelas 1: Phymastigophorea
Biasanya mempunyai 1 atau 2 flagel dan memiliki kloroplas
Ordo Chysomonadina
Ordo ini meliputi bentuk yang mengandung satu atau dua kromatofora colat dan
satu atau tiga flagela. Tubuh sering amoeboid dan makanan dapat diambil dengan
pseupodopodia. Nutrisi holofitik, holozoik atau keduanya.
Protozoa air minum. Beberapa spesies Chysomonadina memiliki keistimewaan
yang menarik sebab mereka kadang-kadang menjadi sangat banyak dalam air dalam
reservoar dan membuatnya tidak layak untuk diminum. Mereka seluruhnya berada dalam
kebiasaan berkoloni. Uroglenopsis americana membentuk koloni individu speris yang
tertanam dalam pinggiran matriks gelatin.
Ordo Dipnoflagellida (Gambar 12,A dan 12, D). Karakteristik paling umum
bentuk Dipnoflagellida adalah cangkang dan apartus flagela. Cangkang atau lorika
adalah struktur yang kaku, kadang-kadang sangat aneh, tersusun oleh glukoasa atau
substansi gabungannya, yang biasanya mempunyai celah longitudinal, sulkus, dan celah
sirkular, selimut (anulus). Terdapat 2 flagela yang dianggap berasal dari lubang lorika
dan seolah-olah berada dalam celah itu. Flagelum di dalam sulkus meluas diluar
jangkauan dan meyediakan kekuatan yang banyak, undulasi flagelum di dalam selimut
tumbuh cukup di atas permukaan organisme untuk mneyediakan kekuatan pendorong.
Mayoritas Dipnoflagellata holpitik dan memiliki kromatofora, yang dapat coklat,
hijau pucat, atau kuning. Sedikit spesiesnya, bagaimanapun, memiliki cara makan
holozoik dan bahkan dapat menelan makanan meeka dengan pseudpodia. Terdapat
stigma. Reproduksi aaseksual dengan melakukan pembelahan.
Ekologi Dipnoflagellata. Paling banyak Dipnoflagellata adalah speises air garam;
sejumlah besar adalah parasit, dan beberapa hidup di air tawar, Ceratium hirundinella
(Gambar 12, A) dengan pasti ditemukan di perairan air tawar dan garam. Suatu spesies
laut yang menarik adalah Noctiluca scintillans (Gambar 12, D). Dia berbentuk speris,
simetri bilateral, dan biasanya berdiameter 500 sampai 1000 mikron. Dia mempunyai
sebuah flagela kecil, sebuah tentakel, dan sitoplasma yang banyak vakuola. Kadang-
kadang noctiluka berlimpah di Atlantik dan Passifik sebagaiman warna iar merah dalam
kesehariannya dam membuat fosforen malam hari. “Pasang merah” bertepatan dengan
melimpahnya beberapa spesies Dipnoflagelat, sering Gymnodium brevis. Minyak yang
tersimpan sebagai bahan makanan oleh Dipnoflagellata menyebabkan “pasang merah”
diperkirakan menjadi toksik terhadap hewan laut yang lain ketika dilepaskan dalam
jumlah besar melalui kematian alami sejumlah Dipnoflagellata tersebut. Teluk Meksiko
telah menjadi tempat “pasang merah” yang membunuh ikan. Dipnoflagellata adalah
Protozoa simbiotik yang kehadirannya di dalam sel beberapa invertebrata lau, sperti
karang dan moluska. Sebagai Dipnoflagellata simbiotik, dianggap menyediakan
keuntungan makanan terhadap inang mereka, dikenal dengan istilah Zooanthellae. Pada
asosiai mutualisme, Dipnofalgellata tidak dapat dikenali tetapi mereka medapatkan
kembali karakteristik Dipnoflaegllata mereka bila keluar dari inang.
Ordo Euglenida. Euglenida umumnya flagelata yang menyimpan makanan
dengan membaikkannya sebagai paramilum. Seluruh Euglenida menjadi undulasi
menggeliat dikenal sebagai metaboli; sebagai gerakan metabolik bukan gerakan
amoeboid. Euglena agak bertipe genus dan keberadaanya secara prinsip karakteristik
kelompok. Beberapa spesies yang menarik umumnya berada di air tawar. Euglena
pisciformis adalah spesies berbentuk gelendong dengan aktivitas yang tinggi. E. Spirogya
berukuran besar dan lamban. E. Sanguinea mempunyai hematokrom. E.deses
mempunyai flagelum yang sangat pendek dan dengan metabolik yang tinggi. Genus
Phacus (Gambar 13, A) diwakili oleh beberapa spesies air tawar. Tubuhnya kebanyakan
pipih, dan kutikula mempunyai lurik yang menyolok. Terdapat kromatofora hijau.
Peranema trichophorum (Gambar 13, C) adalah spesies yang umum. Tubuh pipih dan
meruncing pada ujung posterior bila bergerak, dan flagelum yang panjang dengan
getaran ujung meluas ke luar dari titik ujung anterior. Tubuh sangat metabolik bila
stasioner. Heteronema acus terdapat di air tawar dan di tanah. Dua flagela timbul dari
ujung anterior: satu langsung ke depan dan yang lain ke belakang. Tubuh tanpa warna,
metabolik, dan bertitik di kedua ujung.
Coprmonas substilis adalah spesies yang menarik karena dia koprozoik, yang
terdapat pada hewan tingkat tinggi yang mana dia menemukan lingkungan yang cocok.
Telah dicatat dari tinja katak, kodok, babi, dan manusia. Spesies parasit, Euglenamorpha
hegneri yang umumnya terdapat pada tinja katak dan kecebong kemungkinannya milik
dari kelompok ini, dan jika demikian hanya mewakili yang memiliki tiga flagela. Dia
tinggal diantara masa makanan dan dinding intestinum atau rektum kecebong dan dapat
dipindahkan dari satu kecebong ke spesies lain yang sama atau berbeda dengan cara
sosiasi kecebong terinfeksi dengan kecebong bersih atau dnegan cara memakan
kecebong bersih dengan rektum dari hewan yang terinfeksi.
Gambar 11. Euglenidae. (A) Phacus longicadus. (B) Heteronema acus. (C) Peranema
trichophorum. (D) Copromonas subtilis. (E). Euglenamorpha hegneri.
(Hegner & Engemann, 1968).
Eudorina adalah koloni bertipe 32 sel. Setiap sel dapat mereproduksi suatu koloni
secara vegetatif melalui pembelahan. Pada saat sel-sel khusus koloni menjadi besar; ini
adalah karakteristik koloni betina sel-sel yang besar adalah makrogamet. Pada koloni
jantan, setiap sel membelah membentuk 16 atau 32 mikrogamet. Mikrogamet bergabung
dengan makrogamet pada pasangannya membentuk zigot. Pada genus ini hal ini tidak
diragukan tentang perbedaan ukuran diantara sel gamet-gamet yang berkonjugasi.
Pleodorina adalah koloni agak sedikit speris, seperti Eudorina dengan sel-sel
tersusun pada permukaan dengan flagela keluar. Bagaimanapun, beberapa sel adalah sel-
sel somatik yang kecil yang tidak mempunyai kemampuan reproduktif. Sel-sel somatik
ini terletak pada suatu ujung; sel-sel generatif yang besar melengkapi mayoritas susunan
speris.
Vovox globator (Gambar 13) mewakili tahap akhir dalam rangkaian. Ribuan sel-sel
vegetatif dalam koloni digabungkan oleh untai protoplasma; kelanjutan fisiologi
berikutnya ditetapkan diantara sel, suatu keadaan yang tidak ditemukan pada koloni yang
dideskripsikan sebelumnya. Paling banyak sel mengandung sebuah bintik mata, klorofil,
vakuola kontraktil, dan dua flagela. Ini adalah sel-sel somatik. Produksi koloni anak
diselesaikan oleh sel-sel reproduktif khusus yang diutarakan bukan untuk tujuan ini.
Proses cara reproduksi aseksual adalah sebagai berikut. Sel-sel khusus koloni lebih besar
dari yang lain dan flagela lebih tebal; jumlah ini dalam satu koloni bertambah ukurannya
dan membelah dengan pembelahan sederhana menjadi jumlah sel yang besar,
menghasilkan koloni baru tanpa pembuahan. Sel-sel yang bertindak dalam cara ini
bernama pertenogonidia. Cara reproduksi seksual dapat diamati pada koloni yang
mengandung sebanyak 50 sel-sel besar tanpa flagela. Beberapa barisan yang besari ini
dan dapat dikenali sebagai sel-sel betina atau makrogamet; yang lainnya dihasilkan
melalui pembelahan sederhan, mengandung 128 sel-sel jantan berbentuk gelendong atau
mikrogamet. Pengabungan ini dengan makrogamet. Zigot selanjutnya membentuk sekret
mengelilingi dinding dan kondisi ini musim dingin dilewati. Mengikuti musim semi zigot
memecahkan dinding dan dengan pembelahan menghasilkan sebuah koloni baru. Sel-sel
somatik yang lebih kecil terkandung dalam koloni induknya jatuh ke dasar dan berpisah
secepatnya koloni baru dihasilkan oleh fertilisasi sel-sel germinal yang telah dilepaskan.
Pada Pleodorina dan Volvox, sel-sel somatik sejati ditemukan untuk pertama kali,
sel-sel yang fungsinya hanya vegetatif dan tidak dapat memproduksi koloni. Dalam
bentuk deskripsi lain setiap sel berkemampuan bereproduksi seluruhnya. Volvox juga
mengandung sel-sel germinal sejati, yaitu sel-sel yang telah memberikan fungsi nutritif
terhadap berlangsungnya reproduksi. Lebih jauh, suatu kejelasan kematian alami yang
terjadi pada sel-sel somatik ketika mereka jatuh ke dasar kolam dan berpisah. Tubuh
hewan yang lebih tinggi mengandung sejumlah sel yang dapat membelah menjadi sel-sel
somatik dan germinal. Berikutnya jantan atau betina juga. Pada paling banyak kasus
penyatuan sel-sel betina dengan jantan dibutuhkan sebelum hewan baru dapat
bereproduksi. Pada rata-ratanya, berupa sel-sel germinal ini utamanya kelanjutan spesies
baru dengan menghasilkan individu baru, sementara sel-sel somatik mati bila hewan
mati.
Kelas 2: Zoomastigophora
Biasanya memiliki 1 atau beberapa flagella dan tanpa kloroplas.
Ordo Choanoflagellida. Ordo Choano-flagellida mengandung sejumlah kecil
spesies hidup bebas dan mempunyai flagellum tunggal mengelilingi pada dasar dengan
sebuah leher yang lembut. Spesies air tawar ialah Monosiga brevies (Gambar 14, B).
Berleher, sel-sel berflagel terdapat dalam ordo Protozoa ini, pada spons dan pada
Echinodermata.
Gambar 14. Zoomastigophora. (A) Oikomonas termo. (B) Monosiga brevipes. (C)
Mastigamoeba invertens. (D) Bodo saltans. (E) Cercomonas longicauda.
(F) Monas vulgaris (Hegner & Engemann, 1968).
Gambar 17. Flagelata usus rayap. (A) Sundurella tabogae, dari Lobitermes longicolis.
(B) Spirotrichonympha flagellate, dari Reticulitermes lucifugus. (C)
Probocidiella kofoidi, dari Cryptotermes dudleyi. (D) Streblomastrix, dari
Termopis laticeps. (A,B,C, fari Kirby; B, dari Garssi). (Hegner & Engemann,
1968).
Kelas Hydraulea
Seluruh bagian pseudpo-dium memiliki pengaturan gerakan yang sama berhubugan
aksis pseudopodium.
Ordo Arcellinida. Hewan dari ordo ini mempunyai cangkang yang disekresikan
oleh hewan itu sendiri. Cangkang ini melengkung di atas dan mempunyai lubang di
tengah bagian bawah. Umumnya hdup di air tawar meliputi genus Arcella, Difflugia,
Centropyxis dan Euglypha. Ordo ini terdiri dari genera Arcella vulgaris, mempunyai dua
inti. A. dentate, mempunyai dua inti. A. polypore adalah Difflugia oblongan mempunya
cangkang berbentuk botol dengan leher silinder yang kurang jelas, D. lobostoma
mempunyai cangkang speris atau ovate dengan lubang mulut terbuka, D. coronaI
memuny cangkang speris dengan sejumlah variable dari pada ujung yang berlawanan
dari lubang mulut. (Gambar 19).
Ordo Mycetozoida. Ordo ini dikenal sebagai hewan slime molds. Mereka
mempunyai dinding sista selulosa dan tubuh seperti tubuh buah jamur. Contohnya adalah
Stemonitis.
Kelas Autotractea
Pseudopodia berbentuk silinder dan pergerakan dapat terjadi dalam pengaturan
yang berlawanan terhadap tempat yang berlawanan dari pseudopodia yang sama;
pseudopoda seringkali berbentuk aksial.
Ordo Heliozoida. Tubuh dibagi dua kelompok yaitu lapisan kortk yang
mengandung vakuola kontraktil dan tumbuh menjadi pseudopodia; dan lapisan medula
yang mengandung inti, vakuola makanan. contohnya adalah Actinophrys sol dan
Actinosphaerium eichhorni (berukuran mencapai satu millimeter). (Gambar 20)
Ordo Radiolaria. Secara eksklusif di laut dan memiliki kapsul sntral, yang
struktur membrannya dibagi menjadi daerah inra dan ekstra kapsuler. Daerah ekstra-
kapsul dibagi menjad tiga lapisan, yaitu (1) lapisan asimilatif yang mengandung
makanan, (2) lapisan kalmia yang mengandung sebagian besar vakuola dan menyokong
fungsi hidrostatis, dan (3) lapisan eksternal yang mengelilingi tubuh dan dari situ
aksopodia tumbuh.
Ordo Foraminiferida. Seluruhnya mempunyai cangkang yang mungkin kitin,
calcarea atau material lain. sedikit yang bercangkang silica. Dua jenis struktur umumnya
berada dalam spesies yang sama yaitu (1) bentuk mikrosperis, dapat diidentifikasi
dengan rongga pertama yang kecil, yang menghasilkan individu secara aseksual, (2)
bentuk megalosperis, dapat diidentifikasi dengan rongga pertama yang besar yang
menumbuhkan gamet berflagela berfusi untuk menghasilkan bentuk mikrosperis.
Umumnya hewan ini hidup di dasar laut, kecuali Allogromia yang hidup di air tawar.
Contoh Globigerina bulloides (kosmopolitan di lumpur dasar dengan kedalam 3.000 m,
digunakan ahli geologi untuk korelasi stratigrafik sedimentasi batuan).
Kelas Terosporea
Tanpa filamen kutub, spora sederhana mempunyai zoid yang banyak. Dibagi
menjadi tiga ordo.
Ordo Gregarinida. Umumnya parasit pada insekta khususnya di saluran
pencernaan. Leidyana erratica, menyerang sel-sel usus jangkik. Monocystis menyerang
vesika seminal cacing tanah. Gregarina blattarum hidup pada usus belalang, kecoa dan
cacing.
Gambar 22. Teleospora. A. Gregarinidia, Leidyana erratica, B. Gregarina blattarum, C.
Coccida, Isospora hominis. (Hegner & Engemann, 1968).
Gambar 23. Sporozoa darah. A, Haemoproteus di dalam korpuskel darah merah (dkdm)
burung; B, Lenkesterella dkdm katak; C. Karyolisus dkdm merah katak; D.
Babesia canis dkdm anjing; E. Korpuskel darah merah normal burung; F.
Plasmodium relictum dkdm merpati. (Hegner & Engemann, 1968).
Kelas Holotrichea
Memiliki silia yang sederhana dan seragam dan daerah oral biasanya tidak
mencolok.
Ordo Gymnostomatida. Tidak mempunyai rongga bukal, sitostom terbuka
langsung ke permukaan. Contoh Coleps hirtus, spesies berbentuk tong yang ditutupi oleh
12 platela longitudinal dan tiga duri posterior; Lacrymaria olor, berbentuk silinder
probosis yang sangat fleksibel; Didinium nasutum, berbentuk silinder dengan silia;
Dileptus anser, mempunyai beberapa mikronukleus dan kromatin makronukleus yang
terdistribusi melewati faring. Buxtonella sulcata, parasit pada vcsekum sapi;
Amplhileptus branchiarium, bagian dari siklus hidupnya ada di insang kecebong
(Gambar 24).
Gambar 24. Gymnostomatida. A. Coleps hirtus; B, Lacrymaria olor; C, Dileptus anser;
D, Chilodonella cucullus; E, Amplhileptus branchiarium (Hegner &
Engemann, 1968).
Kelas Peritrichea
Mempunyai silia oral yang encolo dan tanpa silia tubuh pada yang dewasa; silia
melambar melawan arah jarum jam dan dewasa seringkali seperti batang.
Ordo Peritrichida. Fase dewasa tidak mempunyai silia tubuh, tetapi silia oral
berkembang menonjol. Kebanyakan sesil. Kebanyakan ditempel oleh jamur pada daerah
ujung oral yang disebut skopula. Genus Vorticella, umum di air tawar. Vorticella
campanulla berbentuk seperti lonceng terbalik, mempunyai batang kontraktil, soliter.
Contoh lain adalah Calchaesium polupinum hidup di permukaan krustacea dan cangkang
molluska, Epistylis flavicans, dan Trichodina peduculus (Gambar 26).
Kelas Suctorea
Tidak mempunyai silia pada yang dewasa; mereka memperoleh makanan dengan
cara tentakel suktoreal dan biasanya berbentuk batang.
Ordo Suctorida. Sedenter yang sama sekali menggunakan mekanisme silia pada
dewasa dan tanpa rongga bukal. Ingesti dan menangkap mangsa dengan bantuan
tentakel. Contoh Podophyra collini (tubuh dengan batang), Sphaerophyra magna (tubuh
speris tanpa batang), Trichophyra salparum. (Gambar 27).
Kelas Spirotrichae
Mempunyai silia bukal yang menonjol, yang biasanya termasuk zona membranela
adoral, yang bergetar melawan arah jarum jam terhadap sitostom.
Gambar 27. A, Tokophyra lemnarum; B, T. lemnarum dengan 4 pita dan berkas silia
diujung; C, larva T. lemnarum; D, Shaerophyra; E, Ophryodendron
abientium. (Hegner & Engemann, 1968).
Struktur lain dalam Euglena jelas ketika diwarnai dengan pantas. Sejumlah
butiran kecil, diistilahkan mitokondia tersebar di seluruh sel. Mitokondria penting
sebagai tempat reaksi kimia sel selama respirasi. Badan golgi berlimpah tetapi tidak
diketahui fungsinya.
Sebuah flagelum panjang seperti cambuk memanjang dari lubang reservoar. Dia
berasal dari satu dari dua flagelum yang berasal dari kinetosom yang terletak di dinding
reservoar. Struktur mikroskopis elektron flagelum sama dengan sillium bahwa masing-
masing mempunyai 11 serabut tebal elektron tersusun dalam suatu pola dua serabut pusat
dan sembilan serabut tepi. Hanya serabut tepi meluas dalam kinetosom. Posri distal
flagelum mengandung sejumlah kecil serabut, dikenal dengan sebagai mastigonema yang
terproyeksi secara lateral.
Nutrisi. Walaupun, Euglena mempunyai mulut (sitostom) dan kerongkongan, dia
diragukan, seperti dicatat diatas, jika makanan ditelan. Makanan dipabrikasi secara
fotosintesis, seperti tumbuhan, dengan bantuan cahaya dan klorofil dalam kromatofora.
Cara nutrisi ini dikenal sebagai holopitik atau autotropik. Fotosintesis dapat melepaskan
oksigen molukel, sementara hidrogen melalui molekul air mereduksi karbon dioksida
yang ada melewati tangkaian tahap untuk membentuk karbohidrat dan selebihnya air.
Panjang gelombang cahaya biru dan merah digunakan dalam efisiensi terbesar.
Karbohidrat disimpan sebagai substansi seperti pati yang disebut paramilum. Konversi
gula sederhanan yang dihasilkan oleh fotosintetis menjadi paramilum diduga terjadi
disebabkan kegiatan pirenoid. Pirenoid dan kromatofara adalah struktur permanen sel
dan bertambah jumlahnya melalui pembelahan dan bukan oleh sesuatu yang baru dari
bagian tubuh yang lain. Seluruh makanan yang dibutuhkan untuk kehidupan Euglena
bukan dibutuhkan dihasilkan oleh fotosintesis. Bila klorofil dihancurkan oleh suatu
perlakuan dengan bahan khusus, hasilnya Euglena yang kehilangan warna dapat
melanjutkan kehidupannya jika tersedia medium kaya nutrien organik. Hal ini
menunjukkan tanda-tanda bahwa substansi organik dalam larutan diserap melewati
permukaan tubuh, nutrisi sapropitik dapat terjadi dan dapat mungkin melengkapi nutrisi
holopitik normal. Nutrisi Euglena berbeda dari umumnya hewan, karena kehidupan
kemudian dengan cara penelanan partikel cair makanan dan dikatakan holozoik atau
heterotropik.
Lokomosi. Euglena merubah bentuknya secara berangsur-angsur, menjadi lebih
pendek dan lebih tebal, dan menunjukkan gerakan menggeliat khsuus. Bukti-bukti ini
bahwa dia memiliki hal yang dapat dipertimbangkan elastik, karena bentuk normal
didapatkan kembali jika keberadaan air cukup. Seringkali pada spesies yang
menguntungkan, flagelum seperti benang mungkin terlihat proyeksi dari ujung anterior
tubuh dan berikatan ke depan, menggambarkan hewan setelah dia. Pitelka dan Schooley
(1955) telah menemukan bahwa bila flagelum diletakkan pada pH mendekati yang
ditetapkan medium kultur mastigonema teraplikasi dengan rapat terhadap flagelum.
Dibawah kondisi lain, mastigonema yang terproyeksi lateral dapat membalikkan
pengaturan kekuatan mendorong (Gambar 30) yang dilakukan oleh flagelum
Ochromonas walaupun undulasi flagelum sama. Beberapa peneliti berpendapat bahwa
kekuatan mendorong berasal dari gerakkan mendayung buritan euglena yang meruncing
sebagaimana dia bergetar yang menyebabkan gerakan flagela.
Gambar 30. Gerakan flagela (Hegner & Engemann, 1968).
2.4.2. Amoeba
Nama Amoeba proteus diturunkan dari kata latin dari amoibe yang berarti
berubah, dan proteus yang berarti yang dapat merubah bentuk. Habitat Amoeba proteus
dalah kolam dan aliran air tawar. Terdapat di permukaan lumpur dan vegetasi periran.
Struktur terdiri dari ektoplasma (plasma-lemma) dan endoplasma. Diameter
tubuh berukuran sekitar 250 sampai 600µ. Ektoplasma merupakan daerah bening berupa
membran selektif tubuh yang selektif permeabel terhadap air dan beberapa molekul
terlarut yang kecil. Endo-plasma dikelilingi oleh ektoplasma yang mengandung inti,
vakuola kontraktil, vakuola makanan dan organel-organel lainnya.
Lokomosi Amoeba menggunakan pseudopodia (lobopodia) yang berbentuk
seperti jari. Bentuk ini dihasilkan dari aliran kedepan sitoplasma. Gerakan ini disebut
gerakan amoeboid. Meskipun dengan bukti yang kurang memuaskan, ada 8 teori
pergerakan Amoeba: yaitu teori kontraksi hidrolik,teori tensi permukaan, teori gerakan
menggelinding, teori gerakan berjalan, teori sol-gel (perubahan viskositas), teori
pelipatan-nonpelipatan, teori kontraksi daerah depan, teori transfomasi gel-sol secara
reversibel.
Gambar 32. Struktur tubuh Amoeba proteus (Hegner & Engemann, 1968).
Menurut teori sol-gel atau perubahan viskositas Mast (1925) dalam Hegner &
Engemann (1968). Gerakan Amoeba melalui proses:
1. Plasmasol adalah pusat porsi perpanjangan atau substansi koloid pada fase sol.
Substansi ini bergerak mendorong pengaturan tekanan terendah.
2. Plasmagel adalah substansi koloid protoplasma pada fase gel yang membentuk
sebuah tabung yang mengelilingi plsamasol. Plasmagel berkontraksi pada bagian
posterior dan mengalami perubahan ke fase sol pada pertemuannya dengan plasma
sol.
3. Plasmalemma adalah lapisan permukaan membran elastik yang sangat tipis.
4. Sebuah lapisan hyalin berada diantara plasmagel dan plasmalemma. Plasmasel dan
plasmagel membentuk endoplasma, sedangkan lapisan hyalin dan plasmalemma
membentuk ektoplasma. Kontraksi plasmagel posterior menghasilkan tekanan
hidrolik pada plamasol. Perlawanan terhadap tekanan tersebut terjadi semakin
kecil pada bagian anterior dimana lapisan tipis plasmagel secara terus-menerus
menghalangi bahkan pecah, tetapi segera terbentuk kembali oleh gelatin
plasmasol. Plasmagel mempunyai tekanan terkuat pada tempat itu dan
berkekuatan menengah pada posterior. Selanjutnya tekanan pada anterior
menyebabkan aliran balik, atau tekanan pada daerah anterior menyebabkan
pembelokan menjauhi tekanan. Plasmagel dibawah tekanan yang terus-menerus
dan pengurang tekanan yang terlokalisir merupakan kekuatan elastis yang
menyebabkan pembentukan pseudopodium (Gambar 33).
Gambar 33. Diagram daerah yang terbentuk pada gerakan amoeboid (Hegner &
Engemann, 1968).
2.4.4. Paramecium
Paramecium distribusi diseluruh dunia di air tawar, kolam, aliran air, sungai
danau dsb. Struktur tubuh (Gambar 36), bentuk memanjang, depan lancip, belakang
tumpul, sering disebut bentuk sandal atau bentuk gelendong.
Gambar 37. Struktur pelikel dan sistem infrasilia Paramecium (Kotpal et al., 1981).
Paramecium memiliki tubuh streamline yang dapat digunakan untuk berenang. Laju
renang dibantu oleh silia yang menutupi permukaan tubuh. Paramecium bergerak
dengan kecepatan 1500α/ detikatau lebih. Selama bergerak, silia membuat gerakan yang
semutan dari anterior ke posterior, disebut ritme metrakonal. Gerakan yang timbul adalah
gerakan rotasi sambil majudengn gerakan spiral (heliks) melawan arah jarum jam.
Gambar 38. Beberapa gerakan Paramecium. A & B gerakan silium tunggal, gerakan
efektif & gerakan pembalikan; C & D ritme metakonal; E lintasan spiral
melawan arah jarum jam. (kotpal et al., 1981).
Paramecium bersifat holozoic, mkanan seperti Amoeba, bakteri, dsb. Ada satu
spesies P. bursaria bersimbiosis dengan Zoochlorella sehingga bersifat holofitik.
Mekanisme pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke sitosom padarongga bukal.
Selanjutnya makanan yng telah terseleksi berangsur-angsur dikumpulkan di dalam
vakuola makanan. Di dalam vakuola makanan, makanan dicerna oleh enzim –enzim
yang disekresikan oleh lisosom, kemudian masuk ke dalam vakuola makan. Makanan
yang tidak dicerna dikeluarkan melalui sitofaga.
Respirasi dan eksresi dilakukan oleh pelikel semipermiabel. O2 terlarut
didifusikan dan digunakan untuk oksidasi. Limbah Katabolik seperti CO2 dan bahan –
bahan intro-gen di difusikan keluar tubuh (Gambar 39).
Gambar 41. Tahap siklosis pada Paramecium, (Kotpal et al., 1981).
Gambar 41. Tahap pembelahan biner pada Paramecium paramecium (Kotpal et al.,
1981).
Gambar 43. Tahap autogami pada Paramecium paramecium (Kotpal et al., 1981).
Daftar Pustaka
Campbell, N.A., L.G. Mitchell and J.B. Reece. 1994. Biology,Concepts and Connections.
The Benjamin/Cummings Publishing Company, inc., California.
Hegner, R.W. dan J.G. Engemann. 1968. Invertebrate Zoology. MacMilan Publishing Co.
Inc., New York.
Kotpal, R.L., S.K. Agarwal dan R.P. Khetarpal. 1981. Modern Textbook of Zoology
Invertebrates. Rastogi Publications, Meerut.
Sugiri, N. 1989. Zoologi Avertebrata I. PAU Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugiri, N. 1989. Zoologi Avertebrata II. PAU Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Vilee, C.A., W.F. Walker, Jr. Dan R.D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Terj. N. Sugiri.
Erlangga, Jakarta.