Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang
pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya
serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi)selama umur bumi atau dalam skala
waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Fosil merupakan sisa-sisa atau bukti
kehidupan dari waktu geologi sebelumnya / purba. Fosil sangat berguna dalam
mengenal kehidupan masa lampau. Dalam mempelajari ilmu tentang fosil dan
hubungannya tentang penentuan umur suatu lingkungan yang ada di sekitarnya terlebih
dahulu kita harus mengetahui bagaimana proses terbentuknya fosil tersebut, unsur apa
yang terkandung di dalam fosil tersebut dan dimana lingkungan hidup dari fosil itu
sebelumnya. Untuk mempelajari hal tersebut kita harus mengenal fosil tersebut
termasuk taksonominya. Mulai dari kingdom, filum, kelas, ordo, family, genus hingga
nama spesies organismenya harus kita ketahui. Kita juga harus mengenal bagian-bagian
tubuh yang ada pada tubuh fosil tersebut agar dapat diklasifikasi dengan baik dan dapat
mengenal dengan baik pendukung lainnya. Fosil terbagi dua yaitu fosil tubuh dan fosil
jejak. Tidak semua fosil mengalami proses pemfosilan yang sama dan lingkungan
pengendapannya berbeda-beda sehingga komposisi kimia fosil berbeda pula. Proses
pemfosilan ini memiliki kronologi yang berbeda-beda contohnya cast, mold,
mineralisasi, kristalisasi, karbonisasi dan lain- lain. Dari proses pemfosilan inilah kita
tentunya juga dapat mengetahui bagaimana kondisi kehidupan masa lampau. Dengan
mendeskripsikan fosil, kita dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkunganpada saat
fosil tersebut masih hidup meskipun belum spesifik.

Pengenalan fosil seperti ini sangat penting untuk mengenal fosil lebih baik lagi nantinya
oleh karen itu, untuk bisa mencapai tujuan yaitu mengetahui kondisi kehidupan pada
masa lampau. Untuk lebih memahami mengenai fosil dan proses pemfosilan maka
dilakukanlah Praktikum Paleontologi ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini sebagai berikut :
- Untuk mengetahui
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Filum Coelenterata


Istilah Coelenterata diambil dari bahasa Yunani “Coilos” yang berarti rongga dan
“Enteron” yang berarti usus. Gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan
yang ususnya berongga, tetapi disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga
mengindikasikan bahwa hewan coelenterate tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya,
melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut Coelenterons. Kelompok hewan
berongga Coelenterata mempunyai bentuk tubuh seperti tabung. Bentuk tubuhnya
beragam, tetapi mempunyai rongga dengan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Dalam
keadaan berenang, mulutnya menghadap ke dasar laut. (mukayat, 1989).

Coelenterata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya
dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut
coelenteron. Dalam kenyataan coelenteron merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu
sebagai alat pencerna makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan ke seluruh
sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh (Maskoeri, 1992).

Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagian
besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau
benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan
bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air. Coelenterata terutama kelas
Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem
terumbu karang. Coelenterata termasuk hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan
lembaga berupa ectoderm dan endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan
gastrodermis, dan diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik
epidermis, maupun gestrodermis dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya
terdapat kantung yang berisis racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut
nematosit yang berfungsi sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan
terlibat dalam proses pencernaan. (Sugiarto, 2005)
Secara garis besar ciri-ciri coelenterata adalah memiliki tubuh simetri radial atau
biradial, longitudinal aksis dengan sisi oral dan aboral (tidak punya kepala). Mempunyai
dua tipe individu: polyp dan medusa. Bagian tubuh terdiri atas Eksoskeleton dan
endoskeleton: kitin, kapur atau beberapa komponen proteinTubuh terdiri dari sel-sel
yang terorganisasi membentuk jaringan, diploblastik (epidermis dan gastrodermis,
mesoglea. Mempunyai sel jelatang disebut dengan nematocyst. Tentakel disekitar mulut
atau ujung oral. Rongga gastrovascular atau enteron. Jaringan saraf dengan sinapsis
simetris dan asimetris dengan organ sensori. Sistim muskuler: epitheliomuscular. Sistim
ekskretori dan respirasi tidak ada. Reproduksi aseksual: tunas (polyp) dan seksual :
gamet (medusa), bentuk larva planula. Sebagian besar hidup di laut dan beberapa
spesies hidup di air tawar dengan jumlah species + 10.000 spesies. Susunan tubuh dari
coelenterata adalah yang pertama bagian Epidermis dimana pada bagian ini terdiri atas
Sel epitheliomuscular yang berfungsi untuk melindungi tubuh dan kontaraksi otot. Sel
intersisial yang berfungsi untuk membentuk sel, cnidoblast, seksual, tunas saraf. Sel
sensori yang berfungsi untuk menerima rangsangan kimia dan tactile dan Sel jelatang
yang berfungsi untuk mengeluarkan racun dapat melumpuhkan mangsa. Yang kedua
adalah Gastrodermis yang terdiri atas Sel nutrisi yang berfungsi untuk mencerna
makanan (intraseluler) dan Sel glandular yang berungsi untuk mensekresikan enzim
pencernaan. (Yusmnah, 2007)

Tubuh coelenterata bersifat radial simetris yang dapat berbentuk globular dan spherikal.
Bersifat diplobaltik. Pada kedua lapisan tubuhnya tersebut masing-masing dilapisi oleh
sel-sel jelatang. Tubuhnya hanya dilengkapi dengan mulut, tetapi tanpa anus dan di
sekitar mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai alat penangkap mangsa,
alat penggerak dan alat pertahanan. Saluran pencernaan makanan tidak sempurna,
merupakan sistem gastrovaskuler. Saluran syarafnya masih primitif, terdiri dari
anyaman-anyaman sel syaraf yang tersebar secara difusi dan belum mempunyai pusat
susunan syaraf. Sel-sel syarafnya belum berkutub, dan neurit yang dimiliki hanyalah
tonjolan-tonjolan badan sel syaraf saja / prosesus. (Sugiarto, 2005).
Reproduksi Coelenterata ada 2 cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup tumbuh di dekat kaki, semakin
lama semakin besar, membentuk tentakel untuk menangkap mangsanya. Tubuh anak ini
akan melekat pada induknya, hingga induk membentuk kuncup yang lain. Demikianlah
lama-kelamaan akan terbentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan
bertemunya sperma dan ovum.Sperma dihasilkan oleh testis dan ovum oleh
ovarium.Coelenterata meliputi berbagai macam hewan air, misalnya hewan tumbuhan
(hewan yang nampakanya seperti tumbuhan), Aurelia aurita, binatang karang, anemone
laut, polip dan lain-lain. (Yusminah, 2007)

Adapun cara mendapatkan makanan hewan ini adalah Di bawah mulut terdapat
kerongkongan pendek lalu masuk ke rongga gastrovaskuler untuk dicerna secara
ekstraseluler (luar sel). Sel-sel endodermis menyerap sari-sari makanan. Sisa-sisa
makanan akan dimuntahkan melalui mulut Rongga gastrovaskuler Coelentarata
bercabang-cabang yang dipisahkan oleh septum/penyekat dan belum mempunyai anus
Dalam sel endodermis terjadi pencernaan intraseluler (di vakuola makanan), zat
makanan diedarkan ke seluruh tubuh secara difusi dan untuk keberlangsung respirasi
dan ekskresi berlangsung pada hewan ini dengan ciri-ciri, belum memiliki organ
khusus, Pada bagian basal (ujung aboral) terdapat, banyak penumpukan sisa
ekskresi,Respirasi dan ekskresi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya.
(Maskoeri, 1992).

Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus
hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Ketiga kelas dari filum ini
memiliki ciri-ciri masing-masing sesuai dengan namanya, dan habitatnya ketiga kelas
ini memiliki spesies yang banyak juga.
- Kelas Hydrozoa, Hydrozoa berasal dari bahasa yunani “Hydro” yang berarti air dan
“zoa” yang berarti hewan sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan
medusa dalam siklus hidupnya. Adapun ciri-ciri hydrozoa secara umum adalah:
Hidup di air tawar atau air laut, cara hidup hydrozoa yaitu dengan berkoloni,
organisme ini mempunyai bentuk tubuh seperti silinder dan dapat bergerak di
bebatuan untuk menangkap makanan. Setelah berhasil menangkap makanannya
dimasukannya kedalam tubuh melalui Hipostom (Mulut), perkembang biakannya
dilakukan secara aseksual dan seksual.Contoh hydrozoa yaitu : Hydra dan Obelia
Hydrozoa Terdiri atas beberapa ordo, perbedaan dari ordo-ordo ini berdasarka
kepada ciri-ciri polip nya. Pertama Ordo Hydrozoa secara umum memiliki ciri-ciri
Polip berkembang, sedangkan medusa tidak berkembang atau tidak memiliki
statocyst. Terdiri atas beberapa sub ordo yaitu: Sub ordo Anthomedusae, Sub ordo
Leptomedusae, Sub ordo Limnomedusae. Kelas Ordo Hydrocorallina, secara umum
memiliki ciri-ciri berupa polip kecil dengan rangka dari zat kapur memiliki dua sub
ordo yaitu: Sub ordo Milleporina, Sub ordo Stylasterina. Ketiga Ordo Trachylina,
secara umum dengan Polip yang hampir punah, medusa besar, mempunyai statocyt,
tentaculocyst, gonad pada radial canal. Ordo ini memiliki tiga sub ordo yaitu: Sub
ordo Trachymedusae, Sub ordo Nacromedusae, Sub ordo Pteromedusae, Sub ordo
Pteromedusa. Keempat Ordo Siphonophora, secara umum memiliki ciri-ciri tubuh
besar, tidak ada tentakel, nematocyt banyak, hidup dilaut tropis. Contoh spesies:
Physalia pelagica, Velella, Porpita
- Kelas Scyphozoa, Scyphozoa dalam bahasa yunani, “scyph” berarti mangkuk,
“zoa” berarti hewan, memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus
hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan Aurelia aurita. Medusa umumnya
berukuran 2–40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang
berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Ciri-ciri Scyphozoa secara
umum adalah: Berukuran besar, banyak di pantai pantai sebagai ubur ubur.dan
hidup di laut, alat pencernaannya berupa saluran bercabang, bagian tepinya di
kelilingi tentakel, disekitar mulutnya terdapat empat lengan yang dilengkapi dengan
Nematokist yang berfungsi untuk melemahkan mangsa, sistem saraf berbentuk
anyaman.Scyphozoa terdiri atas beberapa ordo. Pertama Ordo Straumedusae
(Lucernariida). Dengan ciri-ciri berbentuk seperti gelas terbalik, Menempel pada
ganggang Contoh spesies: Lucernaria, Halyclistus. Kedua Ordo Cubomedusae
(Carydeida). Dengan ciri-ciri berbentuk seperti kubus, Tentakel 4 atau 4 kelompok,
Hidup dipantai tropis dan subtropis Contoh spesies: Charybdaea, Tamoya. Ketiga
Ordo Coronatae (Peromedusae). Dengan ciri-ciri berbentuk seperti payung atau
pensi Hidup di laut dalam Contoh spesies: Periphyla, Nausithue, Linuche. Keempat
Ordo Discomedusae. Dengan ciri-ciri berbentuk seperti payung, punya lengan
panjang dikenal dengan Aurelia aurita hidup di pantai.
- Kelas Anthozoa, Anthozoa dalam bahasa yunani “anthus” yang berarti bunga dan
kata “zoa” yang berarti hewan. Dengan ciri-ciri memiliki banyak tentakel yang
berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa,hanya
bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata
lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara
aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan
gamet. Ciri-ciri Scyphozoa secara umum adalah: Berbentuk mirip bunga, memiliki
warna beraneka ragam, memiliki tentakel dalam jumlah yg banyak,kelipatan 8,
hewan ini hidup di air laut yang jernih, tidak memiliki bentuk medusa dan juga
yang berbentuk polip yang sangat langka.
(Sugiarto, 2005)

2.2 Filum Brachiopida


Kerang lentera atau dalam bahasa latin dikenal dengan nama Lingula unguis tersebar
luas di daerah tropis, terletak di daerah pasifik seperti kepulauan Indonesia, Malaysia,
perairan Jepang, China, dan Filiphina (Ariadmo, 2000).

Menurut Gosner (1971) dalam Resky Wulandaris (2006) klasifisikasi Lingula unguis
sebagai berikut:
- Phylum : Brachiopoda
- Class : Inarticulata
- Ordo : Lingulida
- Famili : Lingulidae
- Genus : Lingula
- Spesies : Lingula unguis
Kerang lentera, tubuh bagian dalamnya terdiri atas organ-organ seperti hati, saluran
pencernaan (usus dan lambung), kelenjar pankreas, gonad dan otot-otot yang berfungsi
sebagai penggerak organ membuka dan menutup cangkang serta gerakan memutar
tubuhnya yang disebut pedikel. Di bagian depan (anterior) sebelah dalam cangkang
terdapat suatu organ yang berlipat-lipat menyerupai bentuk tapal sepatu kuda dan
disebut lafofor. Organ ini dilengkapi dengan tentakel sebagai organ respirasi dan alat
untuk menangkap makanannya, divisi dinding usus terdapat lubang kecil yang disebut
nephridium dan merupakan lubang pembuangan zat-zat tidak berguna. Nephridium
selain berguna sebagai organ ekskresi juga sebagai organ reproduksi (Romimohtarto
dan Juwana, 2001).

Bagian luar dari Brachiopoda ini juga biasa disebut “lamp shell” (Kerang Lampu)
hampir mirip dengan phoronids. Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan
Mollusca jenis Bivalvia dimana pada bagian tubuhnya terlindungi secara eksternal oleh
sepasang convex yang dikelompokkan ke dalam cangkang yang dilapisi oleh
permukaan yang tipis dari periostracum organic yang berkisar hingga 100 tahun yang
lalu. Dalam kelompok ini lebih banyak jenisnya yang menjadi fosil dari pada yang
masih hidup (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

Tubuh bagian dalam (anatomi) Kerang Lentera (lingula unguis) terdiri dari atas organ-
organ seperti hati, saluran pencernaan (usus dan lambung), kelenjar pancreas, gonad dan
otot-otot yang berfungsi sebagai penggerak organ seperti membuka dan menutup
cangkang serta gerakan memutar tubuhnya yang disebut pendukel. Bagian depan
(anterior) sebelah dalam cangkang terdapat suatu organ yang terlipat-lipat menyerupai
bentuk tapak sepatu kuda yang disebut lofofor. Organ ini dilengkapi dengan tentakel
bulu (bercillium) sebagai organ respirasi dan alat bantu untuk menangkap makanannya.
Di sisi dinding usus terdapat lubang kecil yang disebut nephridium dan merupakan
lubang pembuangan zat-zat yang tidak berguna. Nephridium selain sebagai organ
eksresi juga sebagai organ reproduks. Hewan Brachiopoda hidup menempel pada
substratnya melalu suatu tangkai, dan membuka cangkangnya sedikit untuk
memungkinkan air mengalir di antara cangkang dan lofofor. Semua anggota
Brachiopoda yang masih hidup adalah sisa-sisa dari masah lalu yang jauh lebih jaya;
hanya sekitar 330 spesies tersebut yang diketahui, tetapi terdapat 30.000 spesies fosil
peleozoikum dan mesozoikum.
(Nail A Campbell, 2003).
Lingula unguis tersebar luas di daerah tropis, terutama di daerah pasifik seperti
kepulauan Indo malayan perairan Jepang, China, dan Philipina. Kerang lentera hidup di
dasar perairan yang umunya dangkal, tidak berkoloni, daerah berlumpur dan dapat
berpindah tempat dengan pendukel yang berfungsi sebagai tongkat. Gerakan ini juga
terjadi karena adanya pasang surut. Lumpur sebagian besar merupakan partikel-partikel
zat organik untuk berbagai jenis kerang tempat hidup yang baik. Meningkatnya
kandungan lumpur yang belum mengendap menyebabkan cahaya matahari
penetrasinya terhadap dasar perairan dan kerang lentera umumnya membenamkan
dirinya didalam sedimen berpasir atau daerah berlumpur. Daerah garis pantai berpasir
sebagai daerah peralihan antara laut dan darat ternyata banyak dihuni oleh organisme ini
(Ariadmo, 2000).

Kerang umumnya membenamkan diri di dalam pasir atau pasir berlumpur. Pantai
berpasir dan berlumpur memiliki beberapa perbedaan di mana pantai berpasir memiliki
ukuran butiran yang lebih besar dibandingkan daerah berlumpur yang memiliki butiran
yang sangat halus. Pantai berlumpur cenderung mengakumulasi bahan organik yang
berarti bahwa cukup banyak bahan makanan yang potensial untuk organisme penghuni
pantai, akan tetapi keadaan berlimpahnya partikel organik yang halus ini mempunyai
kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan bagi organisme yang
membenamkan diri di dalamnya (Suhardi, 2002).

Sebanyak 30.000 spesies Brachiopoda hidup pada era paleozoikum dan mezoikum.
Fosil Brachiopoda tersebar luas dan banyak pada dasar batuan dasar laut, sekitar 335
spesies hidup sampai saat ini, semuanya hidup dilaut, soliter dan biasanya menempel
pada batu atau benda padat lainnya, beberapa spesies hidup dalam lubang pasir atau
lumpur pantai dan umumnya ditemukan di daerah pantai sedang dan dingin. Lingula
unguis bergerak lambat, mencapai panjang cangkang 5 cm dalam waktu 12 tahun.
Hewan ini menjadi matang kelamin, mencapai 2,25 cm. Pemijahan terjadi disepanjang
tahun. Telur dan spermatozoa disebar akan terbentuk larva dan terjadi pembuahan.
Embrio yang dihasilkan akan terbentuk menjadi larva yang berenang bebas. Larva ini
menghanyut di permukaan laut dan makan tumbuh-tumbuhan renik yang terdapat di
laut.
(Romimohtarto dan Juwana, 2005).

Reproksi seksual, umumnya dioecious, gomad biasanya berupa empat kelompok gamet
yang dihasilkan dalam peritoneum, kecuali yang dierami gamet dilepaskan ke air
melalui nepridia. Pembuahan diliar tubuh, telur menetas menjadi larva yang berenang
bebas dan sudah mulai makan. Larva inarcitulata bentuknya mirip brachiopoda dewasa
tidak mengalami metamorphosa pada akhir stadia larva tumbuh pedicle serta cangkang
dan larva turun ke substrat untuk kemudian hidup dalam lubang (Aslan, dkk, 2007)

Makanan Kerang Lentera (Lingula unguis) adalah jasad renik yang melayang di dalam
air seperti plankton, sebagai hewan bentik yang hidup menetap pada suatu dasar atau
substrat. Lingula unguis mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikel-
partikel yang ada di dalam air. Cara makan lingula unguis agak berbeda dengan hewan
penyaring lainnya seperti kerang-kerangan Mollusca, karena hewan ini mempunyai
organ berbulu getar yang disebut lofofor. Dengan bantuan organ tersebut. Kerang
lentera dapat menangkap makanannya dan zat yang tidak dibutuhkan akan dihalau
keluar tubuh. Makanan yang didapat akan didorong masuk ke rongga mulut dan
selanjutnya ke dalam lambung untuk dicerna. Zat-zat sisa berupa kotoran dikeluarkan
melalui lubang kecil yang terdapat di dinding usus keluar tubuh. (Romimohtarto dan
Juwana, 2005).

Lingula unguis merupakan salah satu spesies yang mempunyai nilai ekonomis yaitu
sebagai protein hewani, sehingga keberadaannya di perairan diambil oleh masyarakat
untuk dikonsumsi sebagai pengganti ikan. (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
ACARA/MODUL
UNIVERSITAS MULAWARMAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM PALENTOLOGI
LEMBAR DESKRIPSI FOSIL

NAMA PRAKTIKAN KELOMPOK NO. PERAGA NAMA FOSIL YANG


DIPERIKSA
AHMAD MAULANA 3

TANGGAL JAM ASISTEN YANG BERTUGAS

29-09-2021 MIFTAH FAZZA FILUM

JENIS FOSIL YANG DIAMATI KELAS

BODI UTUH FRAGMEN TRACE MOLD CAST LAIN-LAIN


ORDO

GEJALA PROSES PEMFOSILAN LAIN YANG TERAMATI

FAMILI

GAMBAR FOSIL :

KETERANGAN :

DAFTAR PUSTAKA : TANGGAL PARAF


PEMERIKSA
ACARA/MODUL
UNIVERSITAS MULAWARMAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM PALENTOLOGI
LEMBAR DESKRIPSI FOSIL

NAMA PRAKTIKAN KELOMPOK NO. PERAGA NAMA FOSIL YANG


DIPERIKSA
AHMAD MAULANA 3

TANGGAL JAM ASISTEN YANG BERTUGAS

29-09-2021 MIFTAH FAZZA FILUM

JENIS FOSIL YANG DIAMATI KELAS

BODI UTUH FRAGMEN TRACE MOLD CAST LAIN-LAIN


ORDO

GEJALA PROSES PEMFOSILAN LAIN YANG TERAMATI

FAMILI

GAMBAR FOSIL :

KETERANGAN :

DAFTAR PUSTAKA : TANGGAL PARAF


PEMERIKSA
ACARA/MODUL
UNIVERSITAS MULAWARMAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM PALENTOLOGI
LEMBAR DESKRIPSI FOSIL

NAMA PRAKTIKAN KELOMPOK NO. PERAGA NAMA FOSIL YANG


DIPERIKSA
AHMAD MAULANA 3

TANGGAL JAM ASISTEN YANG BERTUGAS

29-09-2021 MIFTAH FAZZA FILUM

JENIS FOSIL YANG DIAMATI KELAS

BODI UTUH FRAGMEN TRACE MOLD CAST LAIN-LAIN


ORDO

GEJALA PROSES PEMFOSILAN LAIN YANG TERAMATI

FAMILI

GAMBAR FOSIL :

KETERANGAN :

DAFTAR PUSTAKA : TANGGAL PARAF


PEMERIKSA
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Filum Coelenterata


Coelenterata berasal dari kata coelon yang berarti berongga dan enteron yang berarti
perut. Dengan demikian, Coelenterata merupakan hewan yang menggunakan rongga
tubuhnya (perut) sebagai tempat pencernaan makanan. Coelenterata dapat disebut juga
dengan Cnidaria, yang berasal dari kata Cnido yang artinya penyengat, hal tersebut
sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat yang terletak diantara mulut dan
tentakelnya.
Coelenterata belum memiliki alat penapasan, peredaran darah, susunan sel saraf, dan
ekskresi secara khusus, oleh karena itu coelenterata masih tergolong ke dalam filum
yang primitif. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan Coelenterata secara detailnya,
akan dijelaskan pada subtopik-subtopik dibawah ini.

4.1.1 Kelas-kelasnya
Berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, coelenterata diklasifikasikan
ke dalam tiga kelas, yaitu:
- Hydrozoa, berupa polip, Hidup berkoloni, Habitat di air tawar dan sebagian di
laut, Biasanya hidup menempel pada benda yang ada di dalam air, Reproduksi
aseksual hydrozoa membentuk tunas, Reproduksi seksualnya membentuk ovum
dan sperma, Hydrozoa kebanyakan hermaprodit meskipun ada yang gonochoris,
Contoh: Hydra viridissima (hidra hijau), Hydra fusca (hidra coklat).
- Scyphozoa, bentuk tubuh menyerupai mangkuk atau cawan terbalik sehingga
sering kali disebut dengan ubur-ubur mangkuk, Hidup dengan dua bentuk
(medusa dan polip), namun bentuk medusanya lebih mendominasi, Diameter
tubuh dapat mencapai 2 m, Memiliki kelenjar kelamin (gonad) yang teradapat
dalam kantung-kantung ruang gastrikum, Hidup di perairan laut, Contoh:
Aurelia aurita.
- Anthozoa, bentuk tubuh menyerupai bunga, Memiliki tentakel di sekitar mulut
dalam jumlah yang banyak, Mulutnya memanjang, bermuara di dalam tabung
yang disebut stomodeum, Pembentuk anemon laut atau terumbu karang, Hidup
dengan bentuk polip. Bentuk polip dari koral yang menyekresikan kalsium
karbonat di sekitar tubuhnya, Koral berukuran kecil, berkoloni, dan bervariasi
dalam warna serta bentuk, Beberapa jenis koral bersimbiosis mutualisme dengan
dinoflagellata. Koral dengan polipnya melindungi dinoflagellata, sedangkan
dinoflagellata menyediakan oksigen dan mendaur ulang sisa metabolisme koral,
Contoh: Stephnauge, Tubifora musica, Acropora sp., Fungia sp.

4.1.2 Taksonomi
filum Coelenterata masuk ke dalam subkingdom Eumetazoa. Golongan
hewan Coelenterata ini diklasifikasikan berdasarkan tubuhnya yang memiliki organ
usus yang berongga yang disebut gastrovaskular. Adapun karakteristik dari
Coelenterata, yaitu
- Hewan invertebrata bersel banyak (multiseluler).
- Sebagian hidup secara soliter dan sebagian lagi hidup berkoloni.
- Merupakan hewan diploblastik di mana tubuh radial simetris (2 lapis sel),
ektoderma (epidermis) dan endoderma (gastroderma). Pada bagian tengah-
tengahnya terdapat rongga (mesoglea).
- Lapisan epidermis berfungsi untuk melindungi tubuh dari bahaya lingkungan,
sedangkan lapisan gastroderma berperan dalam proses pencernaan.
- Pada bagian dalam terdapat sistem pencernaan (gastrovaskular) yang berbentuk
kantong yang disebut gastrosol.

4.1.3 Lingkungan Hidup, Morfologi, Proses Pemfosilan dan Kegunaan Filum


Coelenterata
Ciri Tubuh Coelenterata
Berikut ini terdapat beberapa ciri tubuh pada Coelenterata, antara lain:
1. Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam.Ada yang penjangnya beberapa
milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea.
Tubuh Coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip.
2. Medusa berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh “lengan-
lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang
memanjang.

Struktur dan fungsi tubuh


1. Coelenterata merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua
lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau
gastrodermis).
2. Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk
pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol.
Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk kantong. Makanan yang masuk ke
dalam gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel
gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan
ekstraseluler.
3. Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang
terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari
bahan gelatin.
Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut.
Mulut dikelilingi oleh tentakel. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki
bagian kaki. Mulut berfungsi untuk menelan makanan dan mengeluarkan sisa makanan
karena Coelenterata tidak memiliki anus. Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa
dan memasukan makanan ke dalam mulut. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel
yang disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas. Setiap knidosit mengandung kapsul
penyengat yang disebut nematokis (nematosista).

Cara Hidup Coelenterata


Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil
di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan
kedalam mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air
tawar. Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat
pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk
polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Habitat Coelenterata
Coelenterata hidup bebas secara heterotfof dengan memangsa plankton dan hewan kecil
di air. Jika ada mangsa yang menempel atau mendekati tentakel dan mengenai knidosit,
knidosit mengeluarkan racun untuk melumpuhkan mangsa tersebut mangsa.
Peranan Coelenterata
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen
utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan
tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang.

4.2 Filum Brachiopoda


Hewan ini merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki & lengan.
Phylum ini merupakan salah satu phylum kecil dari benthic invertebrates hingga saat ini
terdapat sekitar 300 spesies dari phylum ini yang mampu bertahan & sekitar 30.000
fosilnya telah dinamai merupakan organisme yang hidup di laut dengan cara benthonik.
Sebagian besar Brachiopoda hidup di dasar laut dengan menambatkan diri
menggunakan flehy stalk atau pedikel. Bentuk tubuh Brachiopoda mirip dengan lampu
etruscan, sehingga disebut juga dengan kerang lampu. Tubuh dari Brachiopoda tersusun
oleh 2 valve mirip dengan Pelecypoda (Molluska).

Untuk dapat mengenali Brachiopoda, perlu mengetahui ciri fisik secara umum. Susunan
tubuh Brachiopoda terdiri atas tubuh keras (valve) dan tubuh lunak. Lingkungan
hidupnya biasanya terdapat didasar laut pada kedalaman kurang dari 100 m, dengan
menambatkan diri pada tumbuh - tunbuhan atau dasar laut itu sendiri.

4.2.1 Kelas-kelasnya
Adapun klasifikasi dari filum brachiopoda sebagai berikut :
1. Klas Articulata/Pygocaulina, cangkang atas & bawah (valve) dihubungkan dengan
otot dan terdapat selaput & gigi. 
2. Klas Inarticulata/Gastrocaulina, cangkang atas & bawah (valve) tidak dihubungkan
dengan otot dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput
pengikat. 
4.2.2 Taksonomi
Phylum Brachiopoda dibagi atas dua kelas, yaitu Klas Inarculata dan Klas Articulata.
Pembagian klasifikasi pada Brachiopoda ini didasarkan pada :
1. Ada tidaknya engsel (hinge line)
2. Bentuk dari deltyriumnya (lobang pedikel)
3. Bentuk - bentuk engselnya
4. Bentuk - bentuk dari muscle scarsnya
5. Morfologi dari shellnya (valve)

4.2.3 Lingkungan Hidup, Morfologi, Proses Pemfosilan dan Kegunaan Filum


Brachiopoda
Spesies dari phylum ini yang mampu bertahan & sekitar 30.000 fosilnya telah
dinamaiMerupakan organisme yang hidup di laut dengan cara benthonik. Sebagian
besar Brachiopoda hidup di dasar laut dengan menambatkan diri menggunakan flehy
stalk atau pedikel. Bentuk tubuh Brachiopoda mirip dengan lampu etruscan, sehingga
disebut juga dengan kerang lampu. Tubuh dari Brachiopoda tersusun oleh 2 valve mirip
dengan Pelecypoda (Molluska).

Untuk dapat mengenali Brachiopoda, perlu mengetahui ciri fisik secara umum. Susunan
tubuh Brachiopoda terdiri atas tubuh keras (valve) dan tubuh lunak. Lingkungan
hidupnya biasanya terdapat didasar laut pada kedalaman kurang dari 100 m, dengan
menambatkan diri pada tumbuh - tunbuhan atau dasar laut itu sendiri.

Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil index (index fossil) untuk
strata pada suatu wilayah yang luas. Brachiopoda dari kelas Inarticulata; genus Lingula
merupakan penciri dari jenis brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower Cambrian. Jenis
ini ditemukan pada batuan Lower Cambrian dengan kisaran umur 550 juta tahun yang
lalu.
Secara garis besar, jenis filum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup
pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur
batuan sebagai index fossil.
4.3 Filum Molusca
Moluska merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum
Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam
bentuk fosil. Moluska hidup di laut, air tawar, payau, dandarat.

4.3.1 Kelas- Kelas Filum Mollusca


Adapun klasifikasi dari filum mollusca sebagai berikut:
1. Amphineura, adalah jenis Mollusca yang masih primitif. Amphineura
mempunyai tubuh simteri bilateral. Mempunyai beberapa insang di dalam rongga
mantelnya. Hidup di sekitar panta. Contoh: Chiton.
2. Scaphopoda, hidup di laut atu di pantai, mempunyai cangkang yang
tajam, berbentuk seperti terompet, mempunyai kaki kecil, di kepalanya terdapat
beberapa tentakel, dan tidak mempunyai insang. Contoh: Dentalium Vulgare.

4.3.2 Taksonomi Filum Mollusca


Adapun taksonomi dari filum mollusca sebagai berikut:
1. Mempunyai ukuran dan tubuh yang bervariasi
2. Mempunyai lunak dan tidak beruas-ruas
3. Merupakan tripoblastik selomata
4. Merupakan hewan invertebrata (tidak mempunyai tulang belakang)
5. Hidup di air dan didarat

4.3.3. Lingkungan Hidup, Morfologi, Proses Pemfosilan dan Kegunaan Filum


Mollusca
Ada banyak struktur tubuh hewan yang unik, salah satunya ialah hewan-hewan yang
masuk kedalam kelompok hewan lunak atau mollusca. Dalam Biologi, kelompok hewan
lunak masuk dalam filum mollusca. Sesuai dengan namanya, hewan-hewan yang
termasuk dalam kelompok mollusca biasanya bertubuh lunak, licin, serta berlendir.
Adapun beberapa contoh hewan yang masuk dalam kelompok mollusca yakni, siput,
kerang, sotong, dan cumi-cumi. Hewan-hewan tersebut tersebar tidak hanya didaratan
tetapi juga diperairan. Sama dengan kelompok hewan lainnya, mollusca memiliki ciri-
ciri dan klasifikasi unik yang menarik untuk dipelajari.
Peran mollusca yang menguntungkan
Sumber makanan yang berprotein tinggi untuk kehidupan manusia. Hiasan dan kancing,
misalnya dari cangkang tiram batu, Nautilus, dan tiram mutiara.

Fungsi peran mollusca yang merugikan


Mollusca yang merugikan bagi manusia, misalnya bekicot dan keong sawah yang
merupakan hama dari tanaman. Siput air adalah perantara cacing Fasciola hepatica.
Dan peran Mollusca yang merugikan bagi manusia, yakni misalnya bekicot dan keong
sawah yang merupakan hama dari tanaman.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Saya harap pada praktikum selanjutnya pemateri yang menyampaikan materi lebih baik
lagi dan lebih jelas dalam menyampaikan materi yang dibawakan. Agar para praktikkan
dapat mudah memahami apa yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA COELENTERONTOL

Hala,Yusminah. . 2007.  Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin


Suwignyo,Sugiarto.  2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya
Maskoeri, Jasin. 1992. Sistematika Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Radiopoetro.2002. Zoologi. Jakarta : Erlangga
Sutarno, Nono, dkk. 2009. Zoologi Invertebrata. Jakarta : UPI
Toharudin, Uus. 2001. Zoologi Invertebrata : Prisma Press
Anonim. Animalia.  http://www.scribd.com/doc/2012 (diakses 24 maret 2015)

DAPUS MOLUSCA
Campbell,N.A. , Reece dan L.G.Mitchell.2003.Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Ersoy dan Ozeren. 2009. KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica)
AKIBAT
PROSES PENGOLAHAN SAMPAH. Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012
(halaman 74-83).
Franc, A. (1960): Classe de Bivalves. In: Grassé, Pierre-Paul: Traite de Zoologie 5/II.

Hala, yusminah.2007. Daras Biologi Umum II. Makasar: Allaludin Press.


Jasin, Maskoeri. 1992. Zoology Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Jay A. Schneider (November 2001). "Bivalve Systematics During the 20th
Century". Journal
of Paleontology 75 (6): 1119–1127.
Jutje S Lahay. 2006. Zoology Invertebrata. Makasar: Universitas Negeri Makasar Press.
Kimball, J.W. 2004. Biologi jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: sinar wijaya.
Mukayat Djarubito Brotowidjojo. 1982. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Newell, N.D. (1969): [Bivalvia systematics]. In: Moore, R.C.: Treatise on Invertebrate
Paleontology Part N.
Poutriers. 1998. Morfologi Fungsional Kerang Batik Paphia undulata (Bivalvia:
veneridae).
Penelitian hayati. (vol 16). Halaman 83-87.
Ruslan dan Harianto. 2009. Morfologi Invertebrata. Jakarta: informatom buku press.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta.
Sugiarti. 2005. Avertebrata Air Jilid II. Jakarta : penebar swadaya.
Suwignyo. 2005. Avertebrata Air Jilid II. Jakarta: penebar swadaya.

Aslan, M, L., Wa Iba., Kamri, S., Irawati., Subhan., Purnama, F, M., M., Jaya, I, M.,
Rahmansyah., Saputra, R., Tiar, S., Mulyani, T., Kasendri, R, A., Zhuhuriani, Riana, A.
2011. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Neil, A., 2003. Biologi. Edisi kelima Jilid II. Penerbit Erlangga. Jakarta. 
Romimohtarto, K., dan Sri Juwana, 2005.  Biologi Laut.  Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut.  Djambatan.  Jakarta.
Suhardi.,  2002. Buku Evolusi Avertebrata Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai