Anda di halaman 1dari 22

Filum Porifera

Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre
(membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal
juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar
perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di air
tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga
sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah.
Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri
radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis
(dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat
gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran,
dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan
dalam tubuhnya

tersusun

dari

sel-sel

yang

berleher

yang

berflagelum,

disebut koanosit.
Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel.
Umumnya Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin
dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid.
Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan
bertunas.

Gambar 1. Tipe saluran air pada Porifera


Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem saluran air pada Porifera
dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon (rhagon).
Perhatikan Gambar 1. Tipe askon merupakan tipe saluran air paling sederhana.
Saluran air dimulai dari ostia yang dihubungkan langsung oleh saluran ke
spongocoel. Dari spongocoel air keluar melalui oskulum. Tipe sikon merupakan tipe
saluran air yang terdiri atas dua saluran yaitu inkruen dan radial. Air masuk
melalui ostia menuju ke saluran inkruen. Melalui porosit, air dari saluran in
kruen menuju ke saluran radial, terus ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui
oskulum. Sedangkan tipe leucon (rhagon), merupakan tipe saluran air yang paling
kompleks. Air dari ostium masuk melalui saluran menuju ke rongga-rongga yang

dibatasi oleh koanosit. Dari rongga ini air melalui saluran-saluran lagi menuju ke
spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum.
Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast
(bagian dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik) atau
karbonat (zat kapur) ini memiliki bentuk yang bermacam-macam. Ada yang
berbentuk monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-benang spongin.
Spikula merupakan struktur tubuh yang berperan penting untuk membedakan jenisjenis Porifera. Bentuk dan kandungan spikula ini digunakan sebagai dasar klasifikasi
Porifera. Berdasarkan sifat spikulanya, Filum Porifera dibagi menjadi 3 kelas, yaitu
Kelas Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongia. Berikut penjelasannya:
1. Kelas Calcarea
Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium
karbonat) dengan tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar dan
biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya bermacam-macam. Hidup soliter
atau berkoloni.
Mereka memiliki ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium
karbonat dalam bentuk kalsit atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung
spikula, sedangkan pada beberapa spesies lainnya memiliki 2 atau empat spikula. [1]
Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan memiliki
keanekaragaman paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru
menunjukkan bahwa, kelas Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai filum,
khususnya untuk kelas calcacea yang pertama kali menyimpang dari kingdom
Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam filum Silicarea. [1]
1.1. Diversitas (Keanekaragaman) Calcarea
Ada sekitar 400 spesies sponge

pada

kelas

Calcarea.

[2]

1.2. Daerah Persebaran Calcarea


Sponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada
daerah laut yang memiliki suhu yang hangat. [2
1.3. Habitat Calcarea
Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat,
sponge Calcarea biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan
memiliki kedalaman kurang dari 1000 m. Pada daerah tropis calcarea berasosisasi
dengan terumbu karang. [2]
1.4. Reproduksi Calcarea
Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan regenerasi jaringan.
Sponge juga dapat bereproduksi secara seksual dengan menjadi hermaprodit, sperma

dan telur dapat direproduksi secara berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sperma
dan telur dilepaskan di dalam air dan dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan
berkembang menjadi larva yang berenang bebas. [2, 3]
1.5. Perkembangan Calcarea
Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil (lapisan
gelatin yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak mengambil
makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh bagiann tubuh
porifera.). Di dalam mesohil, sponge memiliki bentuk sel sepeti amoeba yang
berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar dengan ukuran inti sel yang
besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel ini dapat berkembang menjadi
berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu mengakumulasi kalsium di dalam
mesohil untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk
membentuk spikula pada ruang antar sel. [3, 4]. Sklerosit adalah sel khusus yang
mensekresi struktur termineralisasi pada dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada
sponge, sklerosit mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada
lapisan mesohil. [35]
Contoh
jenis yang

menjadi

anggota

kelas

ini

adalah Leucosolenia sp., Scyphasp., Cerantia sp., dan Sycon gelatinosum.

Gambar

2. Sycon

gelatinosum (museum.wa.gov.au)
1.6. Subkelas dari Kelas Calcarea\
1.6.1. Subkelas Calcinea
Memiliki larva yang disebut parenchymella (padat, kompak, dengan lapisan
luar berupa sel berflagela; flagela koanosit (collar cells) muncul secara independen di
inti, sebagian besar spesies memiliki 3 spikula; sistem penecernaannya bertipe ascon,
sycon, atau jenis leucon; sponge pharetronid dengan kerangka kaku yang terdiri dari
spikula yang menyatu atau jaringan berkapur; genus yang termasuk dalam subklas ini
adalah Clathrina, Leucetta, Petrobiona (pharetronid). [5
Berikut
ini
adalah
ordo
dari Subkelas Calcinea,
1.6.1.1. Ordo Clathrinida

yaitu

Clathrinida merupakan ordo dari Calcinea. Anggota ordo ini memiliki kerangka
berkapur, dan merupakan organisme laut laut. Sponge ini memiliki struktur asconoid
dan tidak memiliki membran kulit dermal atau korteks. Spongocoel ini dilapisi
dengan koanosit (collar cell). [6]
1.6.1.2. Ordo Leucettida
Leucettida merupakan ordo dari subklas Calcinea. Sponge pada ordo ini
memiliki susunan ruang berflagella atau struktur leukonoid yang memutar.
Leukonoid adalah saluran air dari ostium dihubungkan ke spongocoel melalui banyak
percabangan. Ordo ini juga memiliki membran kulit atau korteks. pongocoel ini tidak
dilapisi dengan koanosit, sel-sel koanosit hanya ada pada ruang berflagella.
Leucascidae

dan

Leucaltidae

adalah

dua

famili

dari

ordo

ini.

[7]

1.6.1.3. Ordo Murrayonida


Murrayonida adalah jenis sponge laut yang merupakan ordo dari Calcinea.
Murrayonida berbeda dari Calcinea lainnya, dimana sponge ini dengan memiliki
kerangka yang lebih kuat, sponge Murrayonida juga memiliki korteks yang
melindungi cormus dan sistem aquiferous leukonoid [8]. Ordo ini terdiri dari tiga
spesies yang sudah dikenal, masing-masing berada dalam famili sendiri: Murrayona
phanolepis pada
Lelapiellidae,

famili
dan

Murrayonidae,

Lelapiella

Paramurrayona

incrustans

corticata

pada

pada

famili
famili

Paramurrayonidae. Murrayona phanolepisditemukan oleh CW Andrews di Pulau


Christmas, kemudian dideskripsikan dan dinamai oleh Kirkpatrick (1910); [10]
Kirkpatrick mengusulkan nama spesies itu untuk menghormati Sir John Murray, yang
membiayai ekspedisi ke Pulau Natal. [10]
1.6.2. Subkelas Calcaronea
Calcaronea adalah subclass di Calcarea. Subkelas ini adalah Calcarea dengan
triactines dan sistem basal tetractines sagital (yaitu sinar spicula membuat sudut yang
tidak sama satu sama lain), sangat teratur. Pada masa ontogenesis atau
morfogenesisnya, spikula pertama yang disekresikan adalah diactina. Choanositanya
memiliki

apinucleata.

Calcaronea

memiliki

larva

amphiblastula.

[11]

Berikut ini adalah ordo dari Subkelas Calcaronea, yaitu :


1.6.2.1. Ordo Baerida
Baerida merupakan ordo dari kelas Calcaronea. Berida merupakan Calcaronea
Leukonoid dengan kerangka yang tersusun dari microdiactines, di mana

microdiactines berada pada bagian ter tentu dari kerangkanya, seperti pada bagian
choanoskeleton atau kerangka atrium. Pada umumnya memiliki spikula yang besar di
dalam kerangka kortikal, di mana spikula tersebut menginvasi sebagian atau seluruh
bagian choanoderm. Pada sponge dengan korteks yang diperkuat, pori-pori inhalansia
dapat dibatasi dengan saringan yang berbentuk seperti bagian pada bantalan ostia.
Tetractines kecil berbentuk seperti belati (pugioles) pada umumnya merupakan satusatunya kerangka yang berfungsi sebagai sistem aquiferous exhalant. Meskipun
kerangkanya dapat sangat diperkuat oleh adanya lapisan padat microdiactines di
wilayah tertentu, kerangka berkapur aspicular tidak ada pada ordo ini. [12]
1.6.2.2. Ordo Leucosolenida
Leucosolenida merupakan ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di
dalam filum Porifera. Leucolenida adalah Calcronea yang pada kerangkanya tidak
memiliki spikula. [13
1.6.2.3. Ordo Lithonida
Lithonida adalah ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum
Porifera. Lithonida merupakan Calcaronea dengan kerangka yang diperkuat, yang
tersusun dari basal actines yang terdiri dari tetractines atau basal kaku yang terdiri
dari kalsit. Spikula diapason umumnya ada pada ordo ini dan memiliki sistem saluran
leukonoid. [14]
1.6.2.4. Ordo Sycettida
Sycettida merupakan ordo dari Calcaronea pada kelas Calcarea. Sycettida
terdiri dari kelompok sponge berkapur yang agak beragam, yang termasuk pada
famili Sycettidae, Heteropiidae, Grantiidae, Amphoriscidae, dan Lelapiidae. Koanosit
dengan inti apikal terbatas pada ruang flagella dan secara umum tidak pernah
melapisi spongocoel. Famili dari Sycettidae menyerupai ordo Leucosoleniida dalam
hal hampir tidak memiliki membran dermal atau korteks yang dimiliki oleh lima
famili lainnya. Kerangka yang paling besar (spikula triradiate) ditemukan pada famili
Lelapiidae. [15]
2. Kelas Hexatinellida
Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang tersusun dari zat kersik
dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera kaca
(Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung atau gelas piala. Tubuh
berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki permukaan epitel. Contoh anggota

kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema sp., dan Euplectella suberea. Perhatikan
Gambar 3.

Gambar 3. Euplectella aspergillum (Wikimedia Commons)


2.1. Deskripsi [16]
Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh dunia,
terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini jumlahnya
sangat melimpah di Antartika.
Semua sponge kaca berdiri tegak, dan memiliki struktur khusus di pangkalnya
untuk melekat kuat pada dasar laut. Secara morfologi bentuknya radial simetris,
biasanya silinder, tetapi ada juga yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang.
Ketinggian rata-rata hexactinellida adalah antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat
tumbuh menjadi cukup besar. Hexactinellida memiliki rongga sentral yang luas
(atrium) dimana air melewati rongga tersebut, spikula yang berbentuk seperti
anyaman topi yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida
kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan sponge
syconoid, tetapi sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan
dengan syconoid.
2.1. Biologi [16]
Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan dengan sponge lainnya dengan
pemeriksaan secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat dari silika.
Spikula yang mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri perpendicular
(oleh karena itu mereka memiliki enam titik, sehingga mereka disebut sebagai
hexactine), yang pada umumnya menyatu, sehingga membuat hexactinellids
memiliki kekakuan struktural yang berbeda dari sponge lainnya. Bagian yang tegang
di antara spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-sel tubuh yang lembut. Air
memasuki tubuh melalui ruang di dalam untaian syncytial. Di dalam syncytia

terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang ditemukan pada sponge lainnya,
tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering disebut
sebagai collar bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella, pergerakan dari
flagela merekalah yang menyebabkan aliran air melewati sponge ini. Di dalam
syncytia ada sel fungsional sebanding dengan archaeocytes yang ada pada sponge
lainnya, tetapi sel-sel ini tampaknya

memiliiki mobilitas yang terbatas.

Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga tidak mampu berkontraksi. Sementara


Hexactinellid tidak memiliki struktur saraf, mereka mengirimkan sinyal-sinyal listrik
di seluruh tubuh melalui jaringan lunak syncytial.
2.2. Reproduksi [16]
Hanya sedikit

yang

diketahui

tentang

reproduksi

hexactinellid

dan

perkembangannya. Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan kemudian


harus membuat jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah pembuahan, larva
diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga mereka bahkan membentuk
spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva parenchymella. Hal ini berbeda dari
larva sponge lainnya yang jarang memiliki flagela atau alat gerak lainnya. Setelah
larva menempel di dasar laut, larva bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai
tumbuh. Hexactinellids merupakan sponge yang mudah berkembangbiak.
2.3. Perkembangan dan Pola Makan [16]
Sponge kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus makroskopik,
mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil. Partikel
kecil diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies, partikel
tersebut diserap pada saat melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies dilapisi
dengan microvili yang menjebak makanan, dan kemudian melewati vakuola melalui
collar bodies menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes di antara helai syncytial
bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan makanan. Archaeocytes
kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa hal untuk menangkap makanan.
Hexactinellida tampaknya kurang selektif terhadap makanan yang mereka telan
(setiap makanan yang cukup kecil untuk menembus syncytium dicerna oleh mereka).
Karena mereka meiliki sedikit membaran luar dan kurangya ostia, hexactinellida
tidak dapat mengkontrol seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka. Diyakini
bahwa stabilitas lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids untuk
bertahan

meskipun

kekurangan

dalam

hal

ini.

2.4. Pola Hidup [16


Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya pun tampaknya
tidak menunjukkan gerakan, tidak seperti spons lainnya, hexactinellida tidak
berkontraksi ketika dirangsang.
2.5. Nilai Ekonomis [16]
Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan,
meskipun potensi mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Sebagian besar sponge
kaca belum terpegaruh oleh kegiatan manusia. Di Jepang, sponge ini diberikan
sebagai hadiah pernikahan. Hexactinellida dari spesies tertentu terlibat dalam
hubungan simbiosis dengan udang. Pada saat kecil, dua udang dengan jenis kelamin
berbeda memasuki atrium sponge, dan setelah tumbuh dengan ukuran tertentu kedua
udang tersebut tidak bisa pergi. Mereka makan dari materi yang dibawa oleh arus
yang dihasilkan oleh sponge, dan kemudian akhirnya udang tersebut bereproduksi.
Sebuah kerangka sponge kaca yang di dalamnya terdapat dua udang diberikan
sebagai hadiah pernikahan di Jepang
Saat ini hanya sedikit usaha yang sedang dilakukan untuk melestarikan spesies
hexactinellida. Ada nilai yang besar untuk tetap menjaga populasi sponge kaca yang
sehat, karena dapat memegang rahasia ratusan juta tahun evolusi, dan mungkin telah
menghasilkan evolusi bahan kimia potensial yang berguna bagi kemanusiaan.
Hexactinellida dianggap berkerabat dekat dengan Demospongiae.
2.6. Ordo dari Kelas Hexatinellida
Berikut ini adalah ordo dari Kelas Hexatinellida, yaitu :
2.6.1. Ordo Amphidiscosida
Amphidiscosida Schrammen (Hexactinellida: Amphidiscophora) terdiri dari
tiga famili yang terdiri dari dua belas genera, hanya Hyalonema yang dibagi menjadi
subgenera berjumlah 12. Ordo ini ditandai dengan adanya amphidiscs dan tidak
adanya hexasters sebagai microscleres. Semua anggotanya lophophytous, dengan
bentuk tubuh yang bervariasi dari bulat telur sederhana hingga kerucut, cangkir,
silinder, dan varian simetris bilateral lainnya. Dermalia dan atrialia merupakan
pentactins pinular dan, jarang mempunyai hexactins, sedangkan hypodermalia dan
hypoatrialia adalah oxypentactins. Jangkar Basal diketahui berupa monactins yang
bergigi. Tiap famili dibedakan oleh bentuk choanosomal megascleres utama: diactins
di Hyalonematidae, pentactins di Pheronematidae, dan tauactins di Monorhaphididae.
[17]

2.6.2. Ordo Amphidiscosa


Amphidiscosa adalah ordo dari hexactinellida, ditandai dengan adanya
amphidisc spikula, yaitu, spikula yang memiliki disk stellata di setiap akhir
bagiannya. Mereka berada di kelas Hexactinellida dan subclass Amphidiscophora.
Organisme ini telah ada sejak periode Ordovisium, dan masih berkembang hingga
saat ini. [18
2.6.3. Ordo Aulocalycoida
Aulocalycoida Tabachnick & Reiswig (Hexactinellida, Hexasterophora) terdiri
dari dua famili dan tujuh genera. Ordo ini ditandai dengan kerangka dictyonal
longgar yang dibangun di sekitar untaian / helai longitudinal utama yang tersusun
dari duri dictyonal yang memanjang. Jala berbentuk tidak teratur. Antar famili
dibedakan oleh detail dari konstruksi untai. Untaian Aulocalycidae mengandung
filamen aksial berurutan tunggal yang terbatas panjangnya. Untaian uncinateridae
mengandung filamen aksial yang tumpang tindih yang disebabkan oleh serangkaian
hexactins, duri dictyonal dari tiap individu memanjang tapi tidak terbatas pada
panjangnya. Kerangkanya halus dan fleksibel karena adanya jarak pada pertumbuhan
distal, tidak seperti sponge dari hexactinosidans dan lychniscosidans yang kaku dan
rapuh.

[19]

2.6.4. Ordo Hexactinosida


Hexactinosa merupakan ordo dari subkelas Hexasterophora padakelas
Hexactinellida. Parenkim megascleres pada ordo ini bersatu untuk membentuk
kerangka kaku dan seluruhnya terdiri dari hexactins sederhana yang tersusun secara
linier paralel. Kerangka tersebut bersatu di dalam amplop sekunder silika. Beberapa
contoh dari ordo ini adalah Hexactinella, Aphrocallistes, Eurete, dan Farrea. [20]
2.6.5. Ordo Lychniscosida
Ordo Lychniscosida Schrammen (Hexactinellida, Hexasterophora), merupakan
ordo yang mencakup kelompok fosil yang beragam dan dominan dari komunitas
bentik Cretaceous. Namun, saat ini hanya memiliki dua famili dan tiga genera
sebagai anggota terbaru. Kelompok ini ditandai dengan pembentukan kerangka
dictyonal kaku oleh fusi hexactins lychniscid terutama oleh fusi duri dictyonalia
berdekatan yang tersusun bersampingan (pola euretoid). Panjang duri yang
membentuk bagian sisi jala dictyonal sangat terbatas hanya untuk lebar satu jala,
biasanya berukuran 150-400m. Famili pada ordo ini dibedakan oleh ketebalan unit

struktural (dinding, pilar, piring) dan organisasi dictyonalia, baik dalam susunan yang
terdeteksi maupun tidak terdeteksi. Unit struktural (dinding tubulus, pilar) tidak
saling terhubung, namun ada kemungkinan untuk menafsirkan dinding tubulus dari
Diapleuridae sebagai schizorhyses. [21]
2.6.6. Ordo Lyssacinosida
Lyssacinosida adalah ordo dari sponge kaca subkelas Hexasterophora. Sponge
ini dapat dikenali dengan adanya parenkim spikula yang biasanya tidak berhubungan,
dimana hal ini tidak seperti pada sponge lainnya pada subkelas yang sama, di mana
spikula saling berhubungan bak secara kuat maupun lemah untuk membentuk
kerangka. [22]
3. Kelas Demospongia
Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benangbenang spongin
tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran
airnya adalah leukon. Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang memiliki
jumlah anggota terbesar. Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah,
karena mengandung banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya. Contoh
kelas

ini antara

lain Suberit sp., Cliona sp., Microciona sp., Spongilla

lacustris, Chondrillasp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar 4.

Gambar 4. Microciona sp. (dpr.ncparks.gov)


3.1. Habitat [23]
Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10
ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan laut dari daerah intertidal ke
zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.
3.2. Biologi [23]
Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh
pada berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka

dapat berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau bentuk guci.
Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas ini berwarna
cerah, seperti warna: kuning terang, oranye, merah, ungu, atau hijau.
Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula;
megascleres dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota
Demospongiae mudah dibedakan dari Hexactinellida karena tidak memiliki enam
duri spikula. Mereka memiliki struktur leukonoid, dengan choanoderm yang terlipat.
Lapisan pinacoderm ada pada seluruh bagian tubu, dan menebal pada bagian
mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin beragam bentuk Demospongiae.
3.3. Reproduksi [23]
Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada
reproduksi seksual, spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan oosit
timbul dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan
membentuk larva parenchymula dengan massa sel internal berukuran besar yang
dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang dihasilkan
berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan arus exhalant.
Metode reproduksi aseksual mencakup pertunasan dan pembentukan
gemmules. Pada pertunasan, agregat sel berdiferensiasi menjadi sponge kecil yang
dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada famili Spongellidae yang
hidup di air tawar. Mereka diproduksi dalam mesohyl berupa gumpalan dari
archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang dikeluarkan oleh amoebocytes
lainnya. Gemmules dilepaskan ketika tubuh induk rusak, dan gemmules ini mampu
bertahan dalam kondisi yang keras. Dalam situasi yang menguntungkan, sebuah
lubang yang disebut micropyle muncul dan melepaskan amoebocytes, yang
berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis sel.
3.4. Perkembangan dan Pola Makan [23]
Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik.
Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua sponge dari
kelas ini adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme kecil lainnya. Air
mengantarkan partikel-partikel makanan masuk melalui pori-pori luar. Koanosit
menangkap sebagian besar makanan yang masuk, namun pinocytes dan amoebocytes
juga dapat mencerna makanan. Partikel makanan juga dapat dicerna langsung oleh
sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat jarang dimakan oleh hewan lain karena
rasanya yang tidak enak. Namun, beberapa organisme dapat hidup pada sponge, dan
tinggal bersama mereka sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini merupakan

pelabuhan bagi bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi


sebagai perlindungan bagi organisme lain.
3.5. Nilai Ekonomis [23]
Kelompok yang paling penting dan ekonomis dari demospongians untuk
manusia adalah sponge yang digunakan untuk mandi. Sponge jenis ini dipanen oleh
penyelam dan juga dapat ditanam secara komersial. Sponge ini di bleaching
kemudian dipasarkan, sponge jenis ini memiliki spongin sehingga mampu
memberikan kelembutan dan daya serap.
Meskipun tidak demospongian kurang dilestarikan dengan, masih ada catatan
fosil untuk sponge pada kelas ini. Beberapa Demospongiae ada pada periode
Paleozoic awal. Pada awal Cretaceous, semua ordo dari Demospongiae sudah ada.
Tingkatan organisasi merupakan petunjuk yang dapat diandalkan untuk
mengetahui hubungan filogenetik pada kelas Demospongiae. Namun, di antara kelas
dari filum Porifera, sulit untuk membedakan hubungan evolusioner. Organisasi tidak
selalu berhubungan dengan filogeni, misalnya, struktur leukonoid telah berevolusi
secara independen beberapa kali.
3.6. Ordo dari Kelas Demospongia
Berikut ini adalah ordo dari Kelas Demospongia, yaitu
3.6.1. Ordo Lithistida
Lithistida adalah ordo dari kelas Demospongia yang memiliki kerangka
retikular yang tersusun atas spikula bersilika yang bentuknya teratur dan menonjol.
[24]
Sponge pada ordo Lithistida dikenal menghasilkan beragam senyawa mulai
dari poliketida, peptida siklik dan linier, alkaloid, pigmen, lipid, dan sterol. Sebagian
besar senyawa ini memiliki struktur yang kompleks serta memiliki aktivitas biologis
yang sangat kuat dan menarik. Sudah ada satu dekade sejak review menyeluruh yang
merangkum tentang produk alami yang dihasilkan ordo sponge yang menakjubkan
ini. [25]
3.6.2. Ordo Agelasida
Agelasida adalah ordo dari Demospongiae dengan acanthostyles tegak berduri
(Agelas spicule), kadang-kadang disebut juga acanthoxeas. Serat spongin (serat
Agelas) berintikan dan tersusun oleh acanthostyles lebih dominan hadir dalam satu
famili (Agelasidae). Famili lain (Ceratoporellidae dan Astroscleridae: Astrosclera
willeyana) yang disebut sclerosponges memiliki lapisan tipis jaringan hidup diatas

kerangka berkapur basal. Di daerah Mediterania ada satu spesies Agelasida yang
masih ada, yaitu Agelas oroides. [26, 27]
3.6.3. Ordo Astroporidha
Definisi: Sponge dengan astrose microscleres (euaster, sterraster, metaster)
kadang-kadang disertai dengan microrhabds (microxeas dan microstrongyles).
Megascleres berbentuk tetractines (tetraxones), biasanya berbentuk triaenes, biasanya
hampir selalu berkombinasi dengan oxeotes (hugeoxeas, strongyloxeas atau
strongyles). Kerangka skeletal radial teratur, setidaknya di daerah perifer. Kedua
megascleres tetractinal atau astrose microscleres terkadang bisa hilang, dan
menghasilkan genera havingoxeas dan aster, atau oxeas hanya untuk spikula.
Kerangkanya radiate dan umumnya bertekstur kasar. [28]
Astrophorida (Porifera, Demospongiaep) terdistribusi luas secara geografis dan
batimetrik didistribusikan secara luas. Astroporidha saat ini meliputi lima famili :
Ancorinidae, Calthropellidae, Geodiidae, Pachastrellidae dan Thrombidae. Sampai
saat ini, studi filogenetik molekuler termasuk spesies Astrophorida sangat langka dan
jumlah sampelnya terbatas. Hubungan filogenetik pada ordo sebagian besar tidak
diketahui dan hipotesis berdasarkan morfologi sebagian besar belum teruji.
Astrophorida memiliki spikula yang sangat beragam seingga membuat mereka
menjadi subjek pilihan untuk menyelidiki evolusi spikula. [29]
Keterangan: Gamet dari Astrporidha hanya dikenal pada beberapa marga, dan tahap
larva masih belum diketahui.
Nomenklatur: nama Astrophorida sering digunakan sebagai sinonim dari
Choristida. Pada takson ini, selain Astrophorida juga terdapat Spirophorida, yang
memiliki megascleres seperti Astrophorida tetapi memiliki sigmaspires yang
berfungsi sebagai microscleres. [30]
3.6.4. Ordo Chondrosida
Definisi: Sponge tanpa megascleres, tetapi dengan bagian perifer yang sangat
berkolagen, encrusting, berukuran massive hingga kecil. Tidak ada megasklera, tapi
satu genus (Chondrilla) mempertahankan euaster microscleres (spheraster), yang lain
(Chondrosia) tidak memiliki spikula. Contoh: Chondrilla nucula dan Chondrosia
reniformis Ates.
Keterangan: Hanya satu famili yang diakui, yaitu famili Chondrillidae, dengan
3 genera yang valid (total 5 genera). Biasanya, kelompok ini dimasukkan ke dalam
ordo Hadromerida, tapi hanya ada bukti yang sangat sedikit mengenai hubungan
kekerabatan di antara keduanya. [31]

3.6.5. Ordo Dendroceratida


Dalam taksonomi, Dendroceratida adalah spongedari kelas Demospongiae.
Mereka biasanya ditemukan di daerah pesisir dangkal dan pasang surut, dan ada pada
sebagian besar pantai di seluruh dunia. Sponge ini pada umumnya dicirikan oleh
lapisan konsentris serat spongin, dan ruang berfalgella besar yang terbuka langsung
ke kanal exhalant. [32]
Dendroceratida (Demospongiae) terdiri dari dua famili dan delapan genera.
Sponge ini biasanya lembut dan rapuh, kerangkanya berserat, tetapi seratnya
berkurang akibat sehubungan dengan volume jaringan lunak, dan mengandung
sedikit kolagen pada matriks endosomal. Seratnya bersifat dendritik atau
anastomosing, di mana dalam kasus terakhir tidak ada perbedaan yang jelas antara
serat primer dan serat lainnya. Serat selalu berisi empulur, tebal dan berlapis.
Beberapa genera memiliki elemen seluler (degenerate spongocyte) yang ada pada
kulit dan empulur (dengan jumlah yang lenih rendah). Spikula berserat bebas ada
pada satu genus. [33]
3.6.6. Ordo Dendroceratida
Definisi : Dendroceratida memiliki kerangka berupa serat, serat tersebut
biasanya berkurang sehubungan dengan volume jaringan lunak dan hampir tidak ada
pada beberapa genera. Kerangka terbentuk dari piringan basal yang menyebar secara
terus menerus, dan berbentuk kerangka dendritik maupun anastomosing atau
retikular. Serat banyak dilapisi, biasanya cukup kuat, dan sering memasukkan unsurunsur seluler. Spikula berserat bebas (spikuloid) dapat muncul sebagai tambahan
pada kerangka utama. Choanocyte chambers berukuran besar, berbentuk seperti
kantung atau tubular-memanjang. Jumlah mesohyl rendah karena berkaitan dengan
volume ruang dan kanal, dan hanya terdapat sedikit kolagen. Hal ini, membuat
sponge pada ordo ini lembut dan rapuh. Empulur di fibresis sangat berbeda dari
unsur-unsur pada kulit, dan strukturnya hampir sama dengan Verongida. Sangatlah
umum untuk menemukan serat dengan pigmentasi gelap yang kontras dengan
pigmentasi

dari

mesohil,

(Dictyodendrilla sp.)

hal

(Aplysilla

ini

seragam
rosea)

pada

sponge

(Aplysilla

di

cross

ordo

ini.

section)

Keterangan : Memiliki larva yang besar, berupa larva parenchymella dengan


stuktur dan histologi kompleks. Memiliki kumpulan cilia yang panjang baik banyak
maupun sedikit. Anggota dari ordo ini sangat beranekaragam, dengan pola pada tiaptiap famili yang berbeda. Dua famili yang dikenali dari ordo ini adalah Famili

Darwinellidae (Aplysilidae), Famili Dictyodendrilidae (kerangka retikular sekunder).


[34]
Karakteristik khusus dari filum porifera yang membedakannnya dengan filum
lainnya
Porifera mempunyai ciri-ciri khusus :
1. Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari sistem kanal (saluran
air) yang menghubungkan daerah eksternal dengan darah internal
2. Tubuh tidak dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat digerakkan
3. Belum memiliki sistem saluran pencernaan.
Ciri-ciri morfologinya antara lain:

tubuhnya berpori (ostium)

multiseluler

tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.

berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan

warnanya bervariasi

tidak berpindah tempat (sesil)

Ciri-ciri anatominya antara lain:


memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan Reproduksi
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi
secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut
juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh
Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan cara peleburan sel sperma
dengan s el ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh porifera.
Peran Porifera dalam kehidupan
Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai
spons mandi. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potenSi sebagai obat
penyakit kanker

FILUM PORIFERA
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya
tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerjasecara mandiri, masih belum
ada koordinasi antara sel satu dengan sel yang lainnya.

Porifera merupakan phylum antara protozoa dan coelenterata.


Kesukaran dalam menghubungkan dengan metazoa sebenarnya adalah
pada sejarah embryonal yang khusus. Atas dasar itulah porifera
digolongkan

dalam

kelompok

parazoa

(di

samping)

atau

hewan

sampingan. Porifera mempunyai ciri-ciri khusus :


1). Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari sistem
kanal (saluran air) yang menghubungkan daerah eksternal dengan darah
internal
2). Tubuh tidak dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat
digerakkan
3). Belum memiliki sistem saluran pencernaan.
Pada umumnya porifera hidup di air laut, yaitu tersebr atau
terbentang sejak daerah perairan pantai (tide) yang dangkal hingga
daerah kedalaman 5,5 km. Familia yang hidup di air tawar. biasanya
termasuk pada familia Spongilidae. Fase dewasa bersifat sesil, artinya
menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan perpindahan. Hewan ini
mengikatkan diri pada suatu obyek yang keras yang dipakai sebagai
tambahan, misalnya batu-batuan, kayu-kayu yang tenggelam didalam air
dan ada juga yang melekat pada cangkok hewan-hewan Mollusca. Antara
bagian tubuh utamanya dengan tambatan dihubungkan oleh tangkal atau
pendekula

yang

dibagian

proksimal

mengadakanpelebaran

sebagai

bentuk cakram atau bentuk yang menyerupai akar. Bentuk tubuh sangat
bervariasi, yaitu ada yang menyerupai kipas, jambangan bunga, batang,
globural, genta, terompet dan lainnya: hewan porifera sebagian besar
membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur, sehingga tampak
seperti tumbuhan. Warna tubuh porifera bermacan-macan misalnya
berwarna kelabu, kunig, merah, biru, hitam, putih keruh coklat, jingga,
hijau dam lain-lainnya. Warna tubuh sering berubah, tergantung tempat
sinar. Warna-warna itu diperkuat atau diperlemah warna lain, karena
didalam tubuhnya mengandung ganggang yang memiliki warna juga.
Ganggang ini rupanya mengadakan simbiosis dengan porfera.
A. Struktur Tubuh Porifera
Dinding tubuh tersusun atas dua lapis yaitu :
1). Lapis luar yang disebut epidermis ayau ephitelium dermal tapi
menurut ambenfels sel-sel itu bukan sel ephitelium sebenarnya, dan
sering disebut Pinacocyt dan kadang-kadang mempunyai satu flagellum.

2). Lapis dalam yang terdiri atas jajaran sel-sel berleher yang
disebut Choanocyt yang berbentuk botol yang berbahan gelatin. Didalam
zat antar itu terdapat :
a) Amoebocyte yang berfungsi mengedarkan zay-zat makanan ke
sel lainnya dan menghasilkan gelatin
b) Porocyte (sel pori) atau myocyt
c) Scleroblast yang berfungsi membentuk spikula (kerangka tubuh)
d) Archeocyt merupakan sel amoebosit embrional yang tumpul dan
dapat membentuk sel-sel lainnya misalnya sel-sel reproduktif
e) Spicula yang merupakan unsur pembentuk tubuh
Berhubung dinding tubuh porifera terdiri atas dua lapis, yaitu lapis
luar (ektodermal) dan lapisan dalam (endodermal), maka ditinjau dari
sudut sejarah embrionalnya porifera termasuk diplobastis. Ditinjau dari
pembentuk kerangkanya, maka porifera dapat dikelompokkan menjadi 3
golongan yaitu :
1. Porifera lunak
Porifera jenis ini kerangkan tubuhnya tersusun bahan spongin
(organis).

Porifera jenis ini, biasanya telah mati tubuhnya dapat

digunakan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi, penggosok


alat-alat rumah tangga misalnya meubelair dan lain-lainnya, benda
semacam ini biasanya disebut sponsa.
2. Porifera Kapur
Porifera jenis ini kerangka tubuhnya trbuat dari bahan kristal zat
kapur atau CaCo3.
3. Porifera Silikat
Porifera jenis ini kerangka tubuhnya terbuat dari bahan kristal
silikat H2Si3O7, kristal-kristal yang terbentuk seperti duri, binatang, mata
kail, jangkar, dan lain-lain yang biasa disebut spikula itu merupakan hasil
bentukan atau sekresi dari sel-sel skleroblast. Sedangkan spongin
merupakan sekresi dari sel-sel spongioblast.
B. Pencernaan Makanan

Makanan porifera berupa plankton atau bahan organik yang masuk


bersama aliran air melewati pori.Porifera tidak mempunyai saluran
makanan ,sistim pencernaan berlangsung secara intraseluler .makanan
masuk melalui leher (koanosit) dan berlangsung proses pencernaan
makanan,selanjutnya zat makanan diedarkan oleh sel-sel ameboid ke
seluruh tubuh.
C. Sistem Saluran Air.
Porifera mempunyai saluran air.dimulai dari pori tubuh dan berakhir
pada lobang keluar yang disebutoskulum.saluran air tersebut berfungsi
sebagai alat untuk melewatkan bahan makanan dari luar kedalam tubuh
dan zat-zat sisa metabolisme keluar tubuh .
Ada 3 tipe sistim saluran air pada porifera :
A. Tipe Ascon
Tipe Ascon Yang berbentuk jamban bunga yang
merupakan tipe paling sederhana dan dapat kita
lihat suatu rongga sentral yang disebut spongiocoel
atau

paragaster.

terdapat

Ujung

lubang

disebut osculum. Lubang


masuk

atas

aliran

air

itu

yang

dari

jambangan

besar

yang

merupakan

pintu

menuju

kedalam

ronggaparagester. air yang masuk melalui pori atau


ostium bergerak melewati saluran menuju rongga
tubuh (spongiosol). Selanjutnya air keluar melalui
oskulum. Contoh Leucosolenia.

B. Tipe Sycon
Tipe Sikon merupakan tipe saluran air yang
ostiumnya dihubungkan dengan saluran air
yang bercabang cabang ke rongga-rongga
sel koanosit. selanjutnya ,air bergerak menuju
ke spongiosol dan akhirnya keluar melalui
oskulum. ( lihat gambar b dibawan ini).
Contoh: Scypha

C. Tipe Leucon
Tipe Rhagon merupakan tipe saluran air
yang paling komplek air yang masuk melalui
pori atau ostium menuju kerongga rongga
bulat yang saling berhubungan .air dari
rongga mengalir menuju ke spongiosol dan
akhirnya keluar melalui oskulum . ( lihat
gambar a dibawan ini) contoh Spongila

D.Reproduksi Porifera

Porifera

dapat

melakukan

reproduksi

secara

aseksual

dan

seksual. Umumnya, spons bersifat hermafrodit.


1). reproduksi secara aseksual
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan
gemmule. Dilakukan dengan membentuk tunas pada tubuh induk., lamakelamaan

akan

terbentuk

koloni

porifera.

Fragmen-fragmen

kecil

melepaskan diri dari spons induk, menempel pada substrat, dan tumbuh
menjadi spons baru.
Reproduksi aseksual porifera air tawar bisa juga dilakukan untuk
mengatasi kondisi lingkungan yang kering dengan pembentukan gemule
(butir benih/tunas internal), yaitu sel amebosit yang dibungkjus oleh tiga
lapisan kuat.
Proses pembentukan gemmulae adalah sebagai berikut : Pertamatama arkeost mengumpulkan nutrient dengan memfagosit sel lain untuk
dikumpulkan dalam rongga tubuh. Sel tertentu kemudian mengelilingi
secret

kumpulan

tersebut

dan

membungkusnya.

Terbentuklah

kumpulan/cluster dan kapsul yang mengelilingi. Pada kondisi yang tepat

gemmulae menetas dan sel-sel di dalamnya keluar dan berdiferensiasi


membentuk spons baru Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di
dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar.Gemule akan terlihat pada
saat induk hancur. Jika kondisi lingkungan membaik kemabali, maka
lapisan pelindung pecah dan kehidupan dilangsungkan kembali.
2). Reproduksi secara seksual
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembuahan sel telur
suatu

porifera

oleh

sel

internal. Perkembangbiakan

sprema
generatif

porifera

yang

berlangsung

lain

secara

secara anisogami,

yaitu dengan peleburan gamet jantan (mikrogamet) dengan gamet betina


(makrogamet). Masing-masing individu menghasilkan sperma dan ovum.
Kedua sel kelamin terbentuk dari perkembangan sel-sel amebosit atau
koanosit. Sel-sel sperma dilepaskan ke dalam air, kemudian masuk ke
tubuh spons lain bersama aliran air melalui ostium untuk melakukan
fertilisasi. Hasil pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi
larva bersilia. Larva tersebut akan keluar dari tubuh porifera induk melalui
oskulum, kemudian melekat di dasar perairan untuk tumbuh menjadi
dewasa

F. Klasifikasi Porifera
Terdapat tiga kelas yang dapat diklasifikasikan ke dalam filum
porifera, yaitu kelas Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongiae.
Perbedaan

Calcarea

Hexactinellida

Demospongia

Penyusun

Spikula seperti

Spikula yang

Serabut spongin

kerangka

duri-duri kecil

mengandung silikat

atau campuran

tubuh

dari Kalsium

atau kersik (SiO2).

spongin dan zat

Karbonat.

Ujung spikula

kersik.

berjumlah 6.
Ukuran
tubuh

Tinggi kurang

Tinggi rata-rata 10-30

Tinggi dan

dari 10 cm.

cm.

diameter mencapai
lebih dari 1 m.

Warna

Pucat

Pucat

Cerah,
mengandung
pigmen pada
amoebosit yang
berfungsi untuk
melindungi tubuh

dari sinar matahari.


Bentuk

Seperti vas

Seperti vas bunga

Tidak beraturan

tubuh

bunga, kendi,

atau mangkuk.

dan bercabang.

Tipe sikonoid

Tipe leukonoid

Laut dangkal

Kedalaman laut 200 -

Laut dalam

1.000m.

maupun dangkal,

dompet, atau
silinder.
Tpie saluran
air

Habitat

meskipun ada yang


di air tawar.

Contuh

Sycon sp

Pheronema sp, E

Euspingia sp,Call

spesiesnya

,Clatharina sp

uolectellasp

yspongia sp,
danPhyllospongia
sp

G. Manfaat Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,
karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami
ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk
mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat
pembersih

toilet

yang

harganya

mahal. Beberapa

seperti Spongia dan Hippospongia dapat

digunakan

jenis
sebagai

Porifera
spons

mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan
obat-obatan.

Spesies Petrosia

contegnatta mengahsilkan

senyawa

bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat antiasma diambil dari Cymbacela. SponsLuffariella variabilis menghasilkan
senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai