Anda di halaman 1dari 24

Got it!

This website uses cookies to ensure you get the best experience on our
website More info

 HOME
 EKONOMI
 BUDAYA
 GEOGRAFI
 KIMIA
 SEJARAH
 FISIKA
Home

Home » Animalia » Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi,


Reproduksi, Contoh

Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh

Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh -


Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre
(membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori,
dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap
(sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan
sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam,
menyerupai tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-
ubah. (Baca juga : Hewan Invertebrata)

Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri


radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam
2 lapis (dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna dan di
antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai
banyak pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat air mengalir.
Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang
berleher yang berflagelum, disebut koanosit.

Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel.


Umumnya Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak
secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel
spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan
secara tidak kawin dengan bertunas.

Gambar 1. Tipe saluran air pada Porifera


Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem saluran air pada Porifera
dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon
(rhagon). Perhatikan Gambar 1. Tipe askon merupakan tipe saluran air
paling sederhana. Saluran air dimulai dari ostia yang dihubungkan langsung
oleh saluran ke spongocoel. Dari spongocoel air keluar melalui oskulum. Tipe
sikon merupakan tipe saluran air yang terdiri atas dua saluran yaitu inkruen
dan radial. Air masuk melalui ostia menuju ke saluran inkruen. Melalui
porosit, air dari saluran in kruen menuju ke saluran radial, terus ke
spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum. Sedangkan tipe leucon
(rhagon), merupakan tipe saluran air yang paling kompleks. Air dari ostium
masuk melalui saluran menuju ke rongga-rongga yang dibatasi oleh
koanosit. Dari rongga ini air melalui saluran-saluran lagi menuju ke
spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum.

Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast


(bagian dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik)
atau karbonat (zat kapur) ini memiliki bentuk yang bermacam-macam. Ada
yang berbentuk monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-
benang spongin. Spikula merupakan struktur tubuh yang berperan penting
untuk membedakan jenis-jenis Porifera. Bentuk dan kandungan spikula ini
digunakan sebagai dasar klasifikasi Porifera. Berdasarkan sifat spikulanya,
Filum Porifera dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Kelas Calcarea,
Hexatinellida, dan Demospongia. Berikut penjelasannya:

1. Kelas Calcarea
Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium
karbonat) dengan tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya
besar dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya bermacam-
macam. Hidup soliter atau berkoloni.

Mereka memiliki ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium
karbonat dalam bentuk kalsit atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga
ujung spikula, sedangkan pada beberapa spesies lainnya memiliki 2 atau
empat spikula. [1]

Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan memiliki
keanekaragaman paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler
terbaru menunjukkan bahwa, kelas Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai
filum, khususnya untuk kelas calcacea yang pertama kali menyimpang dari
kingdom Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam filum Silicarea. [1]

1.1. Diversitas (Keanekaragaman) Calcarea

Ada sekitar 400 spesies sponge pada kelas Calcarea. [2]

1.2. Daerah Persebaran Calcarea

Sponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada


daerah laut yang memiliki suhu yang hangat. [2]

1.3. Habitat Calcarea

Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat,
sponge Calcarea biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung
dan memiliki kedalaman kurang dari 1000 m. Pada daerah tropis calcarea
berasosisasi dengan terumbu karang. [2]

1.4. Reproduksi Calcarea

Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan regenerasi


jaringan. Sponge juga dapat bereproduksi secara seksual dengan menjadi
hermaprodit, sperma dan telur dapat direproduksi secara berurutan atau
pada waktu yang sama. Sel sperma dan telur dilepaskan di dalam air dan
dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva
yang berenang bebas. [2, 3]

1.5. Perkembangan Calcarea

Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil (lapisan
gelatin  yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak
mengambil makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh
bagiann tubuh porifera.). Di dalam mesohil, sponge memiliki bentuk sel
sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar
dengan ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya
sel ini dapat berkembang menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit,
mampu mengakumulasi kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi
spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk membentuk spikula
pada ruang antar sel. [3, 4]. Sklerosit adalah sel khusus yang mensekresi
struktur termineralisasi pada dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada
sponge, sklerosit mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang
terdapat pada lapisan mesohil. [35]

Contoh jenis yang menjadi anggota kelas ini


adalah Leucosolenia sp., Scypha sp., Cerantia sp., dan Sycon gelatinosum.
Perhatikan Gambar 2.

Gambar 2. Sycon gelatinosum (museum.wa.gov.au)


1.6. Subkelas dari Kelas Calcarea
1.6.1. Subkelas Calcinea

Memiliki larva yang disebut parenchymella (padat, kompak, dengan lapisan


luar berupa sel berflagela; flagela koanosit (collar cells) muncul secara
independen di inti, sebagian besar spesies memiliki 3 spikula; sistem
penecernaannya bertipe ascon, sycon, atau jenis leucon; sponge pharetronid
dengan kerangka kaku yang terdiri dari spikula yang menyatu atau jaringan
berkapur; genus yang termasuk dalam subklas ini adalah Clathrina, Leucetta,
Petrobiona (pharetronid). [5]

Berikut ini adalah ordo dari Subkelas Calcinea, yaitu :

1.6.1.1. Ordo Clathrinida

Clathrinida merupakan ordo dari Calcinea. Anggota ordo ini memiliki


kerangka berkapur, dan merupakan organisme laut laut. Sponge ini memiliki
struktur asconoid dan tidak memiliki membran kulit dermal atau korteks.
Spongocoel ini dilapisi dengan koanosit (collar cell). [6]

1.6.1.2. Ordo Leucettida

Leucettida merupakan ordo dari subklas Calcinea. Sponge pada ordo ini
memiliki susunan ruang berflagella atau struktur leukonoid yang memutar.
Leukonoid adalah saluran air dari ostium dihubungkan ke spongocoel melalui
banyak percabangan. Ordo ini juga memiliki membran kulit atau korteks.
pongocoel ini tidak dilapisi dengan koanosit, sel-sel koanosit hanya ada pada
ruang berflagella. Leucascidae dan Leucaltidae adalah dua famili dari ordo
ini. [7]

1.6.1.3. Ordo Murrayonida

Murrayonida adalah jenis sponge laut yang merupakan ordo dari Calcinea.
Murrayonida berbeda dari Calcinea lainnya, dimana sponge ini dengan
memiliki kerangka yang lebih kuat, sponge Murrayonida juga memiliki
korteks yang melindungi cormus dan sistem aquiferous leukonoid [8]. Ordo
ini terdiri dari tiga spesies yang sudah dikenal, masing-masing berada dalam
famili sendiri: Murrayona phanolepis pada famili Murrayonidae, Lelapiella
incrustans pada famili Lelapiellidae, dan Paramurrayona corticata pada famili
Paramurrayonidae. Murrayona phanolepis ditemukan oleh CW Andrews di
Pulau Christmas, kemudian dideskripsikan dan dinamai oleh Kirkpatrick
(1910); [10] Kirkpatrick mengusulkan nama spesies itu untuk menghormati
Sir John Murray, yang membiayai ekspedisi ke Pulau Natal. [10]

1.6.2. Subkelas Calcaronea

Calcaronea adalah subclass di Calcarea. Subkelas ini adalah Calcarea dengan


triactines dan sistem basal tetractines sagital (yaitu sinar spicula membuat
sudut yang tidak sama satu sama lain), sangat teratur. Pada masa
ontogenesis atau morfogenesisnya, spikula pertama yang disekresikan
adalah diactina. Choanositanya memiliki apinucleata. Calcaronea memiliki
larva amphiblastula. [11]

Berikut ini adalah ordo dari Subkelas Calcaronea, yaitu :

1.6.2.1. Ordo Baerida

Baerida merupakan ordo dari kelas Calcaronea. Berida merupakan


Calcaronea Leukonoid dengan kerangka yang tersusun dari microdiactines, di
mana microdiactines berada pada bagian ter tentu dari kerangkanya, seperti
pada bagian choanoskeleton atau kerangka atrium. Pada umumnya memiliki
spikula yang besar di dalam kerangka kortikal, di mana spikula tersebut
menginvasi sebagian atau seluruh bagian choanoderm. Pada sponge dengan
korteks yang diperkuat, pori-pori inhalansia dapat dibatasi dengan saringan
yang berbentuk seperti bagian pada bantalan ostia. Tetractines kecil
berbentuk seperti belati (pugioles) pada umumnya merupakan satu-satunya
kerangka yang berfungsi sebagai sistem aquiferous exhalant. Meskipun
kerangkanya dapat sangat diperkuat oleh adanya lapisan padat
microdiactines di wilayah tertentu, kerangka berkapur aspicular tidak ada
pada ordo ini. [12]

1.6.2.2. Ordo Leucosolenida


Leucosolenida merupakan ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di
dalam filum Porifera. Leucolenida adalah Calcronea yang pada kerangkanya
tidak memiliki spikula. [13]

1.6.2.3. Ordo Lithonida

Lithonida adalah ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam
filum Porifera. Lithonida merupakan Calcaronea dengan kerangka yang
diperkuat, yang tersusun dari basal actines yang terdiri dari tetractines atau
basal kaku yang terdiri dari kalsit. Spikula diapason umumnya ada pada ordo
ini dan memiliki sistem saluran leukonoid. [14]

1.6.2.4. Ordo Sycettida

Sycettida merupakan ordo dari Calcaronea pada kelas Calcarea. Sycettida


terdiri dari kelompok sponge berkapur yang agak beragam, yang termasuk
pada famili Sycettidae, Heteropiidae, Grantiidae, Amphoriscidae, dan
Lelapiidae. Koanosit dengan inti apikal terbatas pada ruang flagella dan
secara umum tidak pernah melapisi spongocoel. Famili dari Sycettidae
menyerupai ordo Leucosoleniida dalam hal hampir tidak memiliki membran
dermal atau korteks yang dimiliki oleh lima famili lainnya. Kerangka yang
paling besar (spikula triradiate) ditemukan pada famili Lelapiidae. [15]

2. Kelas Hexatinellida

Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang tersusun dari zat


kersik dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera
kaca (Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung atau gelas
piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki permukaan
epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema sp.,
dan Euplectella suberea. Perhatikan Gambar 3.
Gambar 3. Euplectella aspergillum (Wikimedia Commons)
2.1. Deskripsi [16]

Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh dunia,


terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini
jumlahnya sangat melimpah di Antartika.

Semua sponge kaca berdiri tegak, dan memiliki struktur khusus di


pangkalnya untuk melekat kuat pada dasar laut. Secara morfologi bentuknya
radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada juga yang berbentuk cangkir,
guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida adalah antara 10
dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar.
Hexactinellida memiliki rongga sentral yang luas (atrium) dimana air
melewati rongga tersebut, spikula yang berbentuk seperti anyaman topi
yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida
kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan
sponge syconoid, tetapi sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal
dibandingkan dengan syconoid.

2.1. Biologi [16]

Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan dengan sponge lainnya dengan
pemeriksaan secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat dari
silika. Spikula yang mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri
perpendicular (oleh karena itu mereka memiliki enam titik, sehingga mereka
disebut sebagai hexactine), yang pada umumnya menyatu, sehingga
membuat hexactinellids memiliki kekakuan struktural yang berbeda dari
sponge lainnya. Bagian yang tegang di antara spikula jaringan syncytial yang
besar dari sel-sel tubuh yang lembut. Air memasuki tubuh melalui ruang di
dalam untaian syncytial. Di dalam syncytia terdapat unit fungsional mirip
dengan koanosit yang ditemukan pada sponge lainnya, tetapi unit-unit ini
sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering disebut sebagai collar
bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella, pergerakan dari
flagela merekalah yang menyebabkan aliran air melewati sponge ini. Di
dalam syncytia ada sel fungsional sebanding dengan archaeocytes yang ada
pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini tampaknya memiliiki mobilitas yang
terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga tidak mampu
berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak memiliki struktur saraf, mereka
mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh melalui jaringan lunak
syncytial.

2.2. Reproduksi [16]

Hanya sedikit yang diketahui tentang reproduksi hexactinellid dan


perkembangannya. Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan
kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah
pembuahan, larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga
mereka bahkan membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva
parenchymella. Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang
memiliki flagela atau alat gerak lainnya. Setelah larva menempel di dasar
laut, larva bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai tumbuh.
Hexactinellids merupakan sponge yang mudah berkembangbiak.

2.3. Perkembangan dan Pola Makan [16]

Sponge kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus
makroskopik, mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik
yang sangat kecil. Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang
diciptakan oleh collar bodies, partikel tersebut diserap pada saat melalui
saluran di dalam sponge. Collar bodies dilapisi dengan microvili yang
menjebak makanan, dan kemudian melewati vakuola melalui collar bodies
menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes di antara helai syncytial
bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan makanan.
Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa hal
untuk menangkap makanan. Hexactinellida tampaknya kurang selektif
terhadap makanan yang mereka telan (setiap makanan yang cukup kecil
untuk menembus syncytium dicerna oleh mereka). Karena mereka meiliki
sedikit membaran luar dan kurangya ostia, hexactinellida tidak dapat
mengkontrol seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka. Diyakini
bahwa stabilitas lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids
untuk bertahan meskipun kekurangan dalam hal ini.

2.4. Pola Hidup [16]

Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya pun


tampaknya tidak menunjukkan gerakan, tidak seperti spons lainnya,
hexactinellida tidak berkontraksi ketika dirangsang.

2.5. Nilai Ekonomis [16]

Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan,


meskipun potensi mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Sebagian
besar sponge kaca belum terpegaruh oleh kegiatan manusia. Di Jepang,
sponge ini diberikan sebagai hadiah pernikahan. Hexactinellida dari spesies
tertentu terlibat dalam hubungan simbiosis dengan udang. Pada saat kecil,
dua udang dengan jenis kelamin berbeda memasuki atrium sponge, dan
setelah tumbuh dengan ukuran tertentu kedua udang tersebut tidak bisa
pergi. Mereka makan dari materi yang dibawa oleh arus yang dihasilkan oleh
sponge, dan kemudian akhirnya udang tersebut bereproduksi. Sebuah
kerangka sponge kaca yang di dalamnya terdapat dua udang diberikan
sebagai hadiah pernikahan di Jepang.

Saat ini hanya sedikit usaha yang sedang dilakukan untuk melestarikan
spesies hexactinellida. Ada nilai yang besar untuk tetap menjaga populasi
sponge kaca yang sehat, karena dapat memegang rahasia ratusan juta tahun
evolusi, dan mungkin telah menghasilkan evolusi bahan kimia potensial yang
berguna bagi kemanusiaan. Hexactinellida dianggap berkerabat dekat
dengan Demospongiae.
2.6. Ordo dari Kelas Hexatinellida

Berikut ini adalah ordo dari Kelas Hexatinellida, yaitu :

2.6.1. Ordo Amphidiscosida

Amphidiscosida Schrammen (Hexactinellida: Amphidiscophora) terdiri dari


tiga famili yang terdiri dari dua belas genera, hanya Hyalonema yang dibagi
menjadi subgenera berjumlah 12. Ordo ini ditandai dengan adanya
amphidiscs dan tidak adanya hexasters sebagai microscleres. Semua
anggotanya lophophytous, dengan bentuk tubuh yang bervariasi dari bulat
telur sederhana hingga kerucut, cangkir, silinder, dan varian simetris
bilateral lainnya. Dermalia dan atrialia merupakan pentactins pinular dan,
jarang mempunyai hexactins, sedangkan hypodermalia dan hypoatrialia
adalah oxypentactins. Jangkar Basal diketahui berupa monactins yang
bergigi. Tiap famili dibedakan oleh bentuk choanosomal megascleres utama:
diactins di Hyalonematidae, pentactins di Pheronematidae, dan tauactins di
Monorhaphididae. [17]

2.6.2. Ordo Amphidiscosa
Amphidiscosa adalah ordo dari hexactinellida, ditandai dengan adanya
amphidisc spikula, yaitu, spikula yang memiliki disk stellata di setiap akhir
bagiannya. Mereka berada di kelas Hexactinellida dan subclass
Amphidiscophora. Organisme ini telah ada sejak periode Ordovisium, dan
masih berkembang hingga saat ini.  [18]

2.6.3. Ordo Aulocalycoida

Aulocalycoida Tabachnick & Reiswig (Hexactinellida, Hexasterophora) terdiri


dari dua famili dan tujuh genera. Ordo ini ditandai dengan kerangka
dictyonal longgar yang dibangun di sekitar untaian / helai longitudinal utama
yang tersusun dari duri dictyonal yang memanjang. Jala berbentuk tidak
teratur. Antar famili dibedakan oleh detail dari konstruksi untai. Untaian
Aulocalycidae mengandung filamen aksial berurutan tunggal yang terbatas
panjangnya. Untaian uncinateridae mengandung filamen aksial yang
tumpang tindih yang disebabkan oleh serangkaian hexactins, duri dictyonal
dari tiap individu memanjang tapi tidak terbatas pada panjangnya.
Kerangkanya halus dan fleksibel karena adanya jarak pada pertumbuhan
distal, tidak seperti sponge dari hexactinosidans dan lychniscosidans yang
kaku dan rapuh. [19]

2.6.4. Ordo Hexactinosida

Hexactinosa merupakan ordo dari subkelas Hexasterophora padakelas


Hexactinellida. Parenkim megascleres pada ordo ini bersatu untuk
membentuk kerangka kaku dan seluruhnya terdiri dari hexactins sederhana
yang tersusun secara linier paralel. Kerangka tersebut bersatu di dalam
amplop sekunder silika. Beberapa contoh dari ordo ini adalah Hexactinella,
Aphrocallistes, Eurete, dan Farrea. [20]

2.6.5. Ordo Lychniscosida

Ordo Lychniscosida Schrammen (Hexactinellida, Hexasterophora),


merupakan ordo yang  mencakup kelompok fosil yang beragam dan dominan
dari komunitas bentik Cretaceous. Namun, saat ini hanya memiliki dua famili
dan tiga genera sebagai anggota terbaru. Kelompok ini ditandai dengan
pembentukan kerangka dictyonal kaku oleh fusi hexactins lychniscid
terutama oleh fusi duri dictyonalia berdekatan yang tersusun bersampingan
(pola euretoid). Panjang duri yang membentuk bagian sisi jala dictyonal
sangat terbatas hanya untuk lebar satu jala, biasanya berukuran 150-
400μm. Famili pada ordo ini dibedakan oleh ketebalan unit struktural
(dinding, pilar, piring) dan organisasi dictyonalia, baik dalam susunan yang
terdeteksi maupun tidak terdeteksi. Unit struktural (dinding tubulus, pilar)
tidak saling terhubung, namun ada kemungkinan untuk menafsirkan dinding
tubulus dari Diapleuridae sebagai schizorhyses. [21]

2.6.6. Ordo Lyssacinosida

Lyssacinosida adalah ordo dari sponge kaca subkelas Hexasterophora.


Sponge ini dapat dikenali dengan adanya parenkim spikula yang biasanya
tidak berhubungan, dimana hal ini tidak seperti  pada sponge lainnya pada
subkelas yang sama, di mana spikula saling berhubungan bak secara kuat
maupun lemah untuk membentuk kerangka. [22]

3. Kelas Demospongia

Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau


benangbenang spongin tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula
dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon. Demospongia
merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar.
Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena
mengandung banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya. Contoh
kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp., Microciona sp., Spongilla
lacustris, Chondrilla sp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar 4.

Gambar 4. Microciona sp. (dpr.ncparks.gov)


3.1. Habitat [23]

Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10


ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan laut dari daerah
intertidal ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.

3.2. Biologi [23]

Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh


pada berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter.
Mereka dapat berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari,
atau bentuk guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat
anggota kelas ini berwarna cerah, seperti warna: kuning terang, oranye,
merah, ungu, atau hijau.
Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis
spikula; megascleres dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen
(spongin). Anggota Demospongiae mudah dibedakan dari Hexactinellida
karena tidak memiliki enam duri spikula. Mereka memiliki struktur leukonoid,
dengan choanoderm yang terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh
bagian tubu, dan menebal pada bagian mesohil. Semakin tebal mesohil,
semakin beragam bentuk Demospongiae.

3.3. Reproduksi [23]

Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada


reproduksi seksual, spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan
oosit timbul dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil
dan membentuk larva parenchymula dengan massa sel internal berukuran
besar yang dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang
dihasilkan berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan
arus exhalant.

Metode reproduksi aseksual mencakup pertunasan dan pembentukan


gemmules. Pada pertunasan, agregat sel berdiferensiasi menjadi sponge
kecil yang dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada famili
Spongellidae yang hidup di air tawar. Mereka diproduksi dalam mesohyl
berupa gumpalan dari archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang
dikeluarkan oleh amoebocytes lainnya. Gemmules dilepaskan ketika tubuh
induk rusak, dan gemmules ini mampu bertahan dalam kondisi yang keras.
Dalam situasi yang menguntungkan, sebuah lubang yang disebut micropyle
muncul dan melepaskan amoebocytes, yang berdiferensiasi menjadi berbagai
macam jenis sel.

3.4. Perkembangan dan Pola Makan [23]

Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik.


Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua
sponge dari kelas ini adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme
kecil lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel makanan masuk melalui
pori-pori luar. Koanosit menangkap sebagian besar makanan yang masuk,
namun pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan. Partikel
makanan juga dapat dicerna langsung oleh sel-sel mesohil. Sponge dari
kelas ini sangat jarang dimakan oleh hewan lain karena rasanya yang tidak
enak. Namun, beberapa organisme dapat hidup pada sponge, dan tinggal
bersama mereka sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini
merupakan “pelabuhan” bagi bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis
lainnya berfungsi sebagai perlindungan bagi organisme lain.

3.5. Nilai Ekonomis [23]

Kelompok yang paling penting  dan ekonomis dari demospongians untuk


manusia adalah sponge yang digunakan untuk mandi. Sponge jenis ini
dipanen oleh penyelam dan juga dapat ditanam secara komersial. Sponge ini
di bleaching kemudian dipasarkan, sponge jenis ini memiliki spongin
sehingga mampu memberikan kelembutan dan daya serap.

Meskipun tidak demospongian kurang dilestarikan dengan, masih ada


catatan fosil untuk sponge pada kelas ini. Beberapa Demospongiae ada pada
periode Paleozoic awal. Pada awal Cretaceous, semua ordo dari
Demospongiae sudah ada.

Tingkatan organisasi merupakan petunjuk yang dapat diandalkan untuk


mengetahui hubungan filogenetik pada kelas Demospongiae. Namun, di
antara kelas dari filum Porifera, sulit untuk membedakan hubungan
evolusioner. Organisasi tidak selalu berhubungan dengan filogeni, misalnya,
struktur leukonoid telah berevolusi secara independen beberapa kali.

3.6. Ordo dari Kelas Demospongia

Berikut ini adalah ordo dari Kelas Demospongia, yaitu

3.6.1. Ordo Lithistida

Lithistida adalah ordo dari kelas Demospongia yang memiliki kerangka


retikular yang tersusun atas spikula bersilika yang bentuknya teratur dan
menonjol. [24]

Sponge pada ordo Lithistida dikenal menghasilkan beragam senyawa mulai


dari poliketida, peptida siklik dan linier, alkaloid, pigmen, lipid, dan sterol.
Sebagian besar senyawa ini memiliki struktur yang kompleks serta memiliki
aktivitas biologis yang sangat kuat dan menarik. Sudah ada satu dekade
sejak review menyeluruh yang merangkum tentang produk alami yang
dihasilkan ordo sponge yang menakjubkan ini. [25]

3.6.2. Ordo Agelasida

Agelasida adalah ordo dari Demospongiae dengan acanthostyles tegak


berduri (Agelas spicule), kadang-kadang disebut juga acanthoxeas. Serat
spongin (serat Agelas) berintikan dan tersusun oleh acanthostyles lebih
dominan hadir dalam satu famili (Agelasidae). Famili lain (Ceratoporellidae
dan Astroscleridae: Astrosclera willeyana) yang disebut sclerosponges
memiliki lapisan tipis jaringan hidup diatas kerangka berkapur basal. Di
daerah Mediterania ada satu spesies Agelasida yang masih ada, yaitu Agelas
oroides. [26, 27]

3.6.3. Ordo Astroporidha

Definisi: Sponge dengan astrose microscleres (euaster, sterraster, metaster)


kadang-kadang disertai dengan microrhabds (microxeas dan
microstrongyles). Megascleres berbentuk tetractines (tetraxones), biasanya
berbentuk triaenes, biasanya hampir selalu berkombinasi dengan oxeotes
(hugeoxeas, strongyloxeas atau strongyles). Kerangka skeletal radial teratur,
setidaknya di daerah perifer. Kedua megascleres tetractinal atau astrose
microscleres terkadang bisa hilang, dan menghasilkan genera havingoxeas
dan aster, atau oxeas hanya untuk spikula. Kerangkanya radiate dan
umumnya bertekstur kasar. [28]

Astrophorida (Porifera, Demospongiaep) terdistribusi luas secara geografis


dan batimetrik didistribusikan secara luas. Astroporidha saat ini meliputi lima
famili : Ancorinidae, Calthropellidae, Geodiidae, Pachastrellidae dan
Thrombidae. Sampai saat ini, studi filogenetik molekuler termasuk spesies
Astrophorida sangat langka dan jumlah sampelnya terbatas. Hubungan
filogenetik pada ordo sebagian besar tidak diketahui dan hipotesis
berdasarkan morfologi sebagian besar belum teruji. Astrophorida memiliki
spikula yang sangat beragam seingga membuat mereka menjadi subjek
pilihan untuk menyelidiki evolusi spikula. [29]

Keterangan: Gamet dari Astrporidha hanya dikenal pada beberapa marga,


dan tahap larva masih belum diketahui.

Nomenklatur: nama Astrophorida sering digunakan sebagai sinonim dari


Choristida. Pada takson ini, selain Astrophorida juga terdapat Spirophorida,
yang memiliki megascleres seperti Astrophorida tetapi memiliki sigmaspires
yang berfungsi sebagai microscleres. [30]

3.6.4. Ordo Chondrosida

Definisi: Sponge tanpa megascleres, tetapi dengan bagian perifer yang


sangat berkolagen, encrusting, berukuran massive hingga kecil. Tidak ada
megasklera, tapi satu genus (Chondrilla) mempertahankan euaster
microscleres (spheraster), yang lain (Chondrosia) tidak memiliki spikula.
Contoh: Chondrilla nucula dan Chondrosia reniformis Ates.

Keterangan: Hanya satu famili yang diakui, yaitu famili Chondrillidae, dengan
3 genera yang valid (total 5 genera). Biasanya, kelompok ini dimasukkan ke
dalam ordo Hadromerida, tapi hanya ada bukti yang sangat sedikit mengenai
hubungan kekerabatan di antara keduanya. [31]

3.6.5. Ordo Dendroceratida

Dalam taksonomi, Dendroceratida adalah spongedari kelas Demospongiae.


Mereka biasanya ditemukan di daerah pesisir dangkal dan pasang surut, dan
ada pada sebagian besar pantai di seluruh dunia. Sponge ini pada umumnya
dicirikan oleh lapisan konsentris serat spongin, dan ruang berfalgella besar
yang terbuka langsung ke kanal exhalant. [32]

Dendroceratida (Demospongiae) terdiri dari dua famili dan delapan genera.


Sponge ini biasanya lembut dan rapuh, kerangkanya berserat, tetapi
seratnya berkurang akibat sehubungan dengan volume jaringan lunak, dan
mengandung sedikit kolagen pada matriks endosomal. Seratnya bersifat
dendritik atau anastomosing, di mana dalam kasus terakhir tidak ada
perbedaan yang jelas antara serat primer dan serat lainnya. Serat selalu
berisi empulur, tebal dan berlapis. Beberapa genera memiliki elemen seluler
(degenerate spongocyte) yang ada pada kulit dan  empulur (dengan jumlah
yang lenih rendah). Spikula berserat bebas ada pada satu genus.  [33]

3.6.6. Ordo Dendroceratida 

Definisi : Dendroceratida memiliki kerangka berupa serat, serat tersebut


biasanya berkurang sehubungan dengan volume jaringan lunak dan hampir
tidak ada pada beberapa genera. Kerangka terbentuk dari piringan basal
yang menyebar secara terus menerus, dan berbentuk kerangka dendritik
maupun anastomosing atau retikular. Serat banyak dilapisi, biasanya cukup
kuat, dan sering memasukkan unsur-unsur seluler. Spikula berserat bebas
(spikuloid) dapat muncul sebagai tambahan pada kerangka utama.
Choanocyte chambers berukuran besar, berbentuk seperti kantung atau
tubular-memanjang. Jumlah mesohyl rendah karena berkaitan dengan
volume ruang dan kanal, dan hanya terdapat sedikit kolagen. Hal ini,
membuat sponge pada ordo ini lembut dan rapuh. Empulur di fibresis sangat
berbeda dari unsur-unsur pada kulit, dan  strukturnya hampir sama dengan
Verongida. Sangatlah umum untuk menemukan serat dengan pigmentasi
gelap yang kontras dengan pigmentasi dari mesohil, hal ini seragam pada
sponge di ordo ini. (Dictyodendrilla sp.) (Aplysilla rosea) (Aplysilla cross
section)

Keterangan : Memiliki larva yang besar, berupa larva parenchymella dengan


stuktur dan histologi kompleks. Memiliki kumpulan cilia yang panjang baik
banyak maupun sedikit. Anggota dari ordo ini sangat beranekaragam,
dengan pola pada tiap-tiap famili yang berbeda. Dua famili yang dikenali dari
ordo ini adalah Famili Darwinellidae (Aplysilidae), Famili Dictyodendrilidae
(kerangka retikular sekunder). [34]

Anda sekarang sudah mengetahui Filum Porifera. Terima kasih anda sudah


berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas
X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.

Referensi Lainnya :

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Calcareous_sponge

[2] Wörheide, G. 2002. "Calcarea Introduction" (On-line). Gert Wörheide's


homepage about geobiology. Accessed January 13, 2005
at http://wwwuser.gwdg.de/~gwoerhe/calcarea_introduction.html.

[3] Brusca, R., G. Brusca. 2003. Invertebrates. Sunderland, Massachusetts:


Sinauer Associates, Inc.

[4] Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology. Orlando, Florida: Dryden Press.

[5] http://www.britannica.com/EBchecked/topic/560783/sponge/32650/Ann
otated-classification#ref407686

[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Clathrinida

[7] http://en.wikipedia.org/wiki/Leucettida

[8] Manuel, M. (2006), "Phylogeny and evolution of calcareous sponges",


Canadian Journal of Zoology 84 (2): 225–241, doi: 10.1139/Z06-005

[9] Kirkpatrick, R. (1910), "On a remarkable pharentronid sponge from


Christmas Island", Proceedings of the Royal Society of London. Series B,
Containing Papers of a Biological Character (The Royal Society) 83 (562):
124–133, doi: 10.1098/rspb.1910.0070, JSTOR 80366

[10] http://en.wikipedia.org/wiki/Murrayonida
[11] http://en.wikipedia.org/wiki/Calcaronea

[12] http://en.wikipedia.org/wiki/Baerida

[13] http://en.wikipedia.org/wiki/Leucosolenida

[14] http://en.wikipedia.org/wiki/Lithonida

[15] http://www.answers.com/topic/sycettida

[16] http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Hexactinellida/

[17] Reiswig, H. M. 2002. Order Amphidiscosida Schrammen, 1924. Springer


US. p. 1231. DOI : 10.1007/978-1-4615-0747-5_126

[18] http://en.wikipedia.org/wiki/Amphidiscosa

[19] Reiswig, H. M. 2002. Order Aulocalycoida Tabachnick & Reiswig,


2000. Springer US. p. 1361. DOI : 10.1007/978-1-4615-0747-5_139

[20] http://www.accessscience.com/abstract.aspx?id=317100

[21] Reiswig, H. M. 2002. Order Lychniscosida Schrammen, 1903. Springer


US. p. 1377. DOI : 10.1007/978-1-4615-0747-5_142

[22] http://en.wikipedia.org/wiki/Lyssacinosa

[23] http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Demospongiae/

[24] http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/Lithistida

[25] Mar Drugs. 2011 Dec;9(12):2643-82. doi: 10.3390/md9122643. Epub


2011 Dec 15. Natural products from the Lithistida: a review of the literature
since 2000.
[26] http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/Lithistida

[27] Schmidt, O., 1862. Die Spongien des Adriatischen Meeres. Engelmann,


Leipzig: 1-88, 7 pls.

[28] http://species-identification.org/species.php?
species_group=sponges&id=21&menuentry=groepen

[29] Cárdenas P, Xavier JR, Reveillaud J, Schander C, Rapp HT (2011)


Molecular Phylogeny of the Astrophorida (Porifera, Demospongiaep) Reveals
an Unexpected High Level of Spicule Homoplasy. PLoS ONE 6(4): e18318.
doi: 10.1371/journal.pone.0018318

[30] http://species-identification.org/species.php?
species_group=sponges&id=21&menuentry=groepen

[31] http://species-identification.org/species.php?
species_group=sponges&id=27&menuentry=groepen

[32] http://en.wikipedia.org/wiki/Dendroceratida

[33] Bergquist, P. R. and S. C. de Cook. 2002. Order Dendroceratida


Minchin, 1900. Springer US. p. 1067. DOI: 10.1007/978-1-4615-0747-5_103

[34] http://species-identification.org/species.php?
species_group=sponges&id=33&menuentry=groepen

[35] http://en.wikipedia.org/wiki/Sclerocyte
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Enter your
SUBMIT
Tags : Animalia

Related : Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh


 Peranan dan Manfaat Hewan (Animalia) bagi Kehidupan
ManusiaPeranan dan Manfaat Hewan (Animalia) bagi Kehidupan Manusia - Di
alam, berbagai jenis hewan telah memberikan peranan yang menguntungkan
bagi kehidupan manusia. Pada ura ...

 Kelas Amphibia (Amfibi) : Pengertian, Ciri-ciri, Reproduksi,


ContohKelas Amphibia (Amfibi) : Pengertian, Ciri-ciri, Reproduksi, Contoh -
Amfibia atau Amfibi adalah hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan
atau hidup di dua alam. Amphi ...

 Filum Arthropoda : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi,


ContohFilum Arthropoda : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi,
Contoh - Arthropoda adalah hewan tak bertulang belakang yang memiliki
tubuh beruas-ruas atau bersegme ...

 Filum Mollusca : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi,


ContohFilum Mollusca : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh -
Kata mollusca berasal dari Bahasa Latin mollis (lunak), sehingga Moluska
berarti hewan yang be ...

 Hewan Vertebrata : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi,


Contoh, GambarHewan Vertebrata : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Contoh,
Gambar - Vertebrata adalah kelompok hewan bertulang belakang. Vertebrata
juga merupakan subfilum di dalam ...

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijak. Komentar yang tidak sesuai materi akan


dianggap sebagai SPAM dan akan dihapus. 
Aturan Berkomentar : 
1. Gunakan nama anda (jangan anonymous), jika ingin berinteraksi dengan
pengelola blog ini.
2. Jangan meninggalkan link yang tidak ada kaitannya dengan materi
artikel. 
Terima kasih.

Search..
GO
REKOMENDASI

 Pemberontakan DI/TII di Indonesia, Latar Belakang, Penyebab, Tujuan


 Rangkaian Arus Bolak Balik, Listrik, Daya, Resonansi, Pengertian,
Fungsi, Resistor, Induktif, Kapasitor, Seri RLC, Rumus, Contoh Soal,
Jawaban, Praktikum, Penerapan, Aplikasi
 Rumus Simpangan Baku, Simpangan rata-rata, Ragam, Variansi,
Koefisen Keragaman, Contoh Soal, Data Tunggal Kelompok, Jawaban,
Statistik, Matematika
 Pengertian Nilai Stasioner Fungsi, Contoh Soal, Rumus, Cara
Menentukan dan Menghitung, Pembahasan, Matematika
 Peristiwa Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), Latar
Belakang, Penyebab, Tujuan, Upaya Penumpasan, Dampak
KATEGORI

Agama dan Kepercayaan Agama


IslamAlpukatAnabolismeAnimaliaAntropologiApelArtikel dan MakalahAsam
dan BasaAtomBahasa IndonesiaBatuan dan
TanahBenzenaBiofuelBiogasBiologiBioteknologiBudayaBumi dan Tata
SuryaContoh SoalCuaca dan IklimDaun MintDesa dan
KotaEkonomiEkosistemEnzimFermentasiFisikaFotosintesisFungiGenetikaGeog
rafiHidrokarbonHidrosferHormon TumbuhanHukum Dasar KimiaHukum
MendelIlmu HukumIlmu NutrisiInspirasi MudaIPTEKJaheJaringan
HewanJaringan TumbuhanJurnalKarbonKatabolismeKeanekaragaman
HayatiKemangiKesenianKimiaLarutanLingkunganLombaMakanan
SehatMakromolekulMatematikaMetabolismeMikroalgaMikroorganismeMinyak
BumiMolekulMutasiNewsObat-obatanOrgan TumbuhanPanduan dan
PedomanPengangkutan TumbuhanPenginderaan JauhPenjaskesPerhitungan
KimiaPertumbuhan TanamanPertumbuhan
TumbuhanPetaPlanologiPlantaeProkariotikProtistaPupukRadioaktifReaksi
KimiaReduksi dan OksidasiRespirasiSejarahSelSel Bahan
BakarSIGSirihSirsakSistem EkskresiSistem GerakSistem Imun (Kekebalan
Tubuh)Sistem InderaSistem OrganSistem Pencernaan MakananSistem
Peredaran DarahSistem Periodik UnsurSistem PernapasanSistem Regulasi /
Koordinasi Sistem ReproduksiSosiologiSumber Daya ManusiaTehTeh
HijauTomatTotipotensi TumbuhanTranspor ZatVirus
Tentang Kami / Sitemap / Contact / PrivacyPowered By Blogger

Anda mungkin juga menyukai