berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Jadi Porifera berarti
hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera
ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan
sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai
tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. (Baca juga : Hewan
Invertebrata)
Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau
asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik),
membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut
mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat air
mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher
yang berflagelum, disebut koanosit.
Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel. Umumnya Porifera
mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin dan tak kawin. Secara kawin
dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang.
Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas.
Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast (bagian dari gelatin
mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik) atau karbonat (zat kapur) ini memiliki
bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk monakson, tetrakson, poliakson,
heksakson, atau benang-benang spongin. Spikula merupakan struktur tubuh yang berperan
penting untuk membedakan jenis-jenis Porifera. Bentuk dan kandungan spikula ini digunakan
sebagai dasar klasifikasi Porifera. Berdasarkan sifat spikulanya, Filum Porifera dibagi menjadi
3 kelas, yaitu Kelas Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongia. Berikut penjelasannya:
1. Kelas Calcarea
Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium karbonat) dengan
tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar dan biasa hidup di lautan dangkal.
Tipe saluran airnya bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni.
Mereka memiliki ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dalam bentuk
kalsit atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung spikula, sedangkan pada beberapa
spesies lainnya memiliki 2 atau empat spikula. [1]
Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan memiliki keanekaragaman
paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru menunjukkan bahwa, kelas
Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas calcacea yang pertama
kali menyimpang dari kingdom Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam filum
Silicarea. [1]
Sponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada daerah laut yang
memiliki suhu yang hangat. [2]
Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat, sponge Calcarea
biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan memiliki kedalaman kurang dari
1000 m. Pada daerah tropis calcarea berasosisasi dengan terumbu karang. [2]
Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan regenerasi jaringan. Sponge juga
dapat bereproduksi secara seksual dengan menjadi hermaprodit, sperma dan telur dapat
direproduksi secara berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sperma dan telur dilepaskan di
dalam air dan dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva yang
berenang bebas. [2, 3]
Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil (lapisan gelatin yang
tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak mengambil makanan dari sel koanosit dan
mendistribusikannya ke seluruh bagiann tubuh porifera.). Di dalam mesohil, sponge memiliki
bentuk sel sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar dengan
ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel ini dapat berkembang
menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu mengakumulasi kalsium di dalam mesohil
untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk membentuk
spikula pada ruang antar sel. [3, 4]. Sklerosit adalah sel khusus yang mensekresi struktur
termineralisasi pada dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada sponge, sklerosit
mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada lapisan mesohil. [35]
Contoh jenis yang menjadi anggota kelas ini adalah Leucosolenia sp., Scypha sp., Cerantia sp.,
dan Sycon gelatinosum. Perhatikan Gambar 2.
Memiliki larva yang disebut parenchymella (padat, kompak, dengan lapisan luar berupa sel
berflagela; flagela koanosit (collar cells) muncul secara independen di inti, sebagian besar
spesies memiliki 3 spikula; sistem penecernaannya bertipe ascon, sycon, atau jenis leucon;
sponge pharetronid dengan kerangka kaku yang terdiri dari spikula yang menyatu atau jaringan
berkapur; genus yang termasuk dalam subklas ini adalah Clathrina, Leucetta, Petrobiona
(pharetronid). [5]
Clathrinida merupakan ordo dari Calcinea. Anggota ordo ini memiliki kerangka berkapur, dan
merupakan organisme laut laut. Sponge ini memiliki struktur asconoid dan tidak memiliki
membran kulit dermal atau korteks. Spongocoel ini dilapisi dengan koanosit (collar cell). [6]
Leucettida merupakan ordo dari subklas Calcinea. Sponge pada ordo ini memiliki susunan
ruang berflagella atau struktur leukonoid yang memutar. Leukonoid adalah saluran air dari
ostium dihubungkan ke spongocoel melalui banyak percabangan. Ordo ini juga memiliki
membran kulit atau korteks. pongocoel ini tidak dilapisi dengan koanosit, sel-sel koanosit
hanya ada pada ruang berflagella. Leucascidae dan Leucaltidae adalah dua famili dari ordo ini.
[7]
Murrayonida adalah jenis sponge laut yang merupakan ordo dari Calcinea. Murrayonida
berbeda dari Calcinea lainnya, dimana sponge ini dengan memiliki kerangka yang lebih kuat,
sponge Murrayonida juga memiliki korteks yang melindungi cormus dan sistem aquiferous
leukonoid [8]. Ordo ini terdiri dari tiga spesies yang sudah dikenal, masing-masing berada
dalam famili sendiri: Murrayona phanolepis pada famili Murrayonidae, Lelapiella incrustans
pada famili Lelapiellidae, dan Paramurrayona corticata pada famili Paramurrayonidae.
Murrayona phanolepis ditemukan oleh CW Andrews di Pulau Christmas, kemudian
dideskripsikan dan dinamai oleh Kirkpatrick (1910); [10] Kirkpatrick mengusulkan nama
spesies itu untuk menghormati Sir John Murray, yang membiayai ekspedisi ke Pulau Natal.
[10]
Calcaronea adalah subclass di Calcarea. Subkelas ini adalah Calcarea dengan triactines dan
sistem basal tetractines sagital (yaitu sinar spicula membuat sudut yang tidak sama satu sama
lain), sangat teratur. Pada masa ontogenesis atau morfogenesisnya, spikula pertama yang
disekresikan adalah diactina. Choanositanya memiliki apinucleata. Calcaronea memiliki larva
amphiblastula. [11]
Baerida merupakan ordo dari kelas Calcaronea. Berida merupakan Calcaronea Leukonoid
dengan kerangka yang tersusun dari microdiactines, di mana microdiactines berada pada
bagian ter tentu dari kerangkanya, seperti pada bagian choanoskeleton atau kerangka atrium.
Pada umumnya memiliki spikula yang besar di dalam kerangka kortikal, di mana spikula
tersebut menginvasi sebagian atau seluruh bagian choanoderm. Pada sponge dengan korteks
yang diperkuat, pori-pori inhalansia dapat dibatasi dengan saringan yang berbentuk seperti
bagian pada bantalan ostia. Tetractines kecil berbentuk seperti belati (pugioles) pada umumnya
merupakan satu-satunya kerangka yang berfungsi sebagai sistem aquiferous exhalant.
Meskipun kerangkanya dapat sangat diperkuat oleh adanya lapisan padat microdiactines di
wilayah tertentu, kerangka berkapur aspicular tidak ada pada ordo ini. [12]
Leucosolenida merupakan ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum
Porifera. Leucolenida adalah Calcronea yang pada kerangkanya tidak memiliki spikula. [13]
Lithonida adalah ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum Porifera.
Lithonida merupakan Calcaronea dengan kerangka yang diperkuat, yang tersusun dari basal
actines yang terdiri dari tetractines atau basal kaku yang terdiri dari kalsit. Spikula diapason
umumnya ada pada ordo ini dan memiliki sistem saluran leukonoid. [14]
Sycettida merupakan ordo dari Calcaronea pada kelas Calcarea. Sycettida terdiri dari kelompok
sponge berkapur yang agak beragam, yang termasuk pada famili Sycettidae, Heteropiidae,
Grantiidae, Amphoriscidae, dan Lelapiidae. Koanosit dengan inti apikal terbatas pada ruang
flagella dan secara umum tidak pernah melapisi spongocoel. Famili dari Sycettidae menyerupai
ordo Leucosoleniida dalam hal hampir tidak memiliki membran dermal atau korteks yang
dimiliki oleh lima famili lainnya. Kerangka yang paling besar (spikula triradiate) ditemukan
pada famili Lelapiidae. [15]
2. Kelas Hexatinellida
Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang.
Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera kaca (Hyalospongiae), karena bentuknya
yang seperti tabung atau gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki
permukaan epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema sp., dan
Euplectella suberea. Perhatikan Gambar 3.
Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh dunia, terutama pada
kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini jumlahnya sangat melimpah di
Antartika.
Semua sponge kaca berdiri tegak, dan memiliki struktur khusus di pangkalnya untuk melekat
kuat pada dasar laut. Secara morfologi bentuknya radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada
juga yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida adalah
antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar. Hexactinellida
memiliki rongga sentral yang luas (atrium) dimana air melewati rongga tersebut, spikula yang
berbentuk seperti anyaman topi yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies.
Hexactinellida kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan
sponge syconoid, tetapi sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan
dengan syconoid.
Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan dengan sponge lainnya dengan pemeriksaan
secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat dari silika. Spikula yang
mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri perpendicular (oleh karena itu mereka
memiliki enam titik, sehingga mereka disebut sebagai hexactine), yang pada umumnya
menyatu, sehingga membuat hexactinellids memiliki kekakuan struktural yang berbeda dari
sponge lainnya. Bagian yang tegang di antara spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-sel
tubuh yang lembut. Air memasuki tubuh melalui ruang di dalam untaian syncytial. Di dalam
syncytia terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang ditemukan pada sponge lainnya,
tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering disebut sebagai collar
bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella, pergerakan dari flagela merekalah yang
menyebabkan aliran air melewati sponge ini. Di dalam syncytia ada sel fungsional sebanding
dengan archaeocytes yang ada pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini tampaknya memiliiki
mobilitas yang terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga tidak mampu
berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak memiliki struktur saraf, mereka mengirimkan
sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh melalui jaringan lunak syncytial.
Hanya sedikit yang diketahui tentang reproduksi hexactinellid dan perkembangannya. Sperma
ditransfer ke organisme lain melalui air, dan kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke
sel telur. Setelah pembuahan, larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga
mereka bahkan membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva parenchymella.
Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang memiliki flagela atau alat gerak lainnya.
Setelah larva menempel di dasar laut, larva bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai
tumbuh. Hexactinellids merupakan sponge yang mudah berkembangbiak.
Sponge kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus makroskopik,
mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil. Partikel kecil
diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies, partikel tersebut diserap pada
saat melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies dilapisi dengan microvili yang menjebak
makanan, dan kemudian melewati vakuola melalui collar bodies menuju ke dalam syncytia.
Archaeocytes di antara helai syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan
makanan. Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa hal untuk
menangkap makanan. Hexactinellida tampaknya kurang selektif terhadap makanan yang
mereka telan (setiap makanan yang cukup kecil untuk menembus syncytium dicerna oleh
mereka). Karena mereka meiliki sedikit membaran luar dan kurangya ostia, hexactinellida tidak
dapat mengkontrol seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka. Diyakini bahwa stabilitas
lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids untuk bertahan meskipun
kekurangan dalam hal ini.
Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya pun tampaknya tidak
menunjukkan gerakan, tidak seperti spons lainnya, hexactinellida tidak berkontraksi ketika
dirangsang.
Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan, meskipun potensi
mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Sebagian besar sponge kaca belum terpegaruh oleh
kegiatan manusia. Di Jepang, sponge ini diberikan sebagai hadiah pernikahan. Hexactinellida
dari spesies tertentu terlibat dalam hubungan simbiosis dengan udang. Pada saat kecil, dua
udang dengan jenis kelamin berbeda memasuki atrium sponge, dan setelah tumbuh dengan
ukuran tertentu kedua udang tersebut tidak bisa pergi. Mereka makan dari materi yang dibawa
oleh arus yang dihasilkan oleh sponge, dan kemudian akhirnya udang tersebut bereproduksi.
Sebuah kerangka sponge kaca yang di dalamnya terdapat dua udang diberikan sebagai hadiah
pernikahan di Jepang.
Saat ini hanya sedikit usaha yang sedang dilakukan untuk melestarikan spesies hexactinellida.
Ada nilai yang besar untuk tetap menjaga populasi sponge kaca yang sehat, karena dapat
memegang rahasia ratusan juta tahun evolusi, dan mungkin telah menghasilkan evolusi bahan
kimia potensial yang berguna bagi kemanusiaan. Hexactinellida dianggap berkerabat dekat
dengan Demospongiae.
Amphidiscosa adalah ordo dari hexactinellida, ditandai dengan adanya amphidisc spikula,
yaitu, spikula yang memiliki disk stellata di setiap akhir bagiannya. Mereka berada di kelas
Hexactinellida dan subclass Amphidiscophora. Organisme ini telah ada sejak periode
Ordovisium, dan masih berkembang hingga saat ini. [18]
Aulocalycoida Tabachnick & Reiswig (Hexactinellida, Hexasterophora) terdiri dari dua famili
dan tujuh genera. Ordo ini ditandai dengan kerangka dictyonal longgar yang dibangun di
sekitar untaian / helai longitudinal utama yang tersusun dari duri dictyonal yang memanjang.
Jala berbentuk tidak teratur. Antar famili dibedakan oleh detail dari konstruksi untai. Untaian
Aulocalycidae mengandung filamen aksial berurutan tunggal yang terbatas panjangnya.
Untaian uncinateridae mengandung filamen aksial yang tumpang tindih yang disebabkan oleh
serangkaian hexactins, duri dictyonal dari tiap individu memanjang tapi tidak terbatas pada
panjangnya. Kerangkanya halus dan fleksibel karena adanya jarak pada pertumbuhan distal,
tidak seperti sponge dari hexactinosidans dan lychniscosidans yang kaku dan rapuh. [19]
Lyssacinosida adalah ordo dari sponge kaca subkelas Hexasterophora. Sponge ini dapat
dikenali dengan adanya parenkim spikula yang biasanya tidak berhubungan, dimana hal ini
tidak seperti pada sponge lainnya pada subkelas yang sama, di mana spikula saling
berhubungan bak secara kuat maupun lemah untuk membentuk kerangka. [22]
3. Kelas Demospongia
Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benangbenang spongin tanpa skeleton.
Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon.
Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar.
Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena mengandung banyak pigmen
granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp.,
Microciona sp., Spongilla lacustris, Chondrilla sp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar
4.
Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10 ordo. Distribusi
geografis mereka berada di lingkungan laut dari daerah intertidal ke zona abyssal, dan beberapa
spesies menghuni air tawar.
Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula; megascleres dan
microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota Demospongiae mudah
dibedakan dari Hexactinellida karena tidak memiliki enam duri spikula. Mereka memiliki
struktur leukonoid, dengan choanoderm yang terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh
bagian tubu, dan menebal pada bagian mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin beragam
bentuk Demospongiae.
Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual,
spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan oosit timbul dari archeocytes.
Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan membentuk larva parenchymula dengan
massa sel internal berukuran besar yang dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil.
Larva yang dihasilkan berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan arus
exhalant.
Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik. Namun, larvanya
memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini adalah filter feeder,
hidup dari bakteri dan organisme kecil lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel makanan
masuk melalui pori-pori luar. Koanosit menangkap sebagian besar makanan yang masuk,
namun pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan. Partikel makanan juga dapat
dicerna langsung oleh sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat jarang dimakan oleh hewan
lain karena rasanya yang tidak enak. Namun, beberapa organisme dapat hidup pada sponge,
dan tinggal bersama mereka sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini merupakan
pelabuhan bagi bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi sebagai
perlindungan bagi organisme lain.
Meskipun tidak demospongian kurang dilestarikan dengan, masih ada catatan fosil untuk
sponge pada kelas ini. Beberapa Demospongiae ada pada periode Paleozoic awal. Pada awal
Cretaceous, semua ordo dari Demospongiae sudah ada.
Tingkatan organisasi merupakan petunjuk yang dapat diandalkan untuk mengetahui hubungan
filogenetik pada kelas Demospongiae. Namun, di antara kelas dari filum Porifera, sulit untuk
membedakan hubungan evolusioner. Organisasi tidak selalu berhubungan dengan filogeni,
misalnya, struktur leukonoid telah berevolusi secara independen beberapa kali.
Lithistida adalah ordo dari kelas Demospongia yang memiliki kerangka retikular yang tersusun
atas spikula bersilika yang bentuknya teratur dan menonjol. [24]
Sponge pada ordo Lithistida dikenal menghasilkan beragam senyawa mulai dari poliketida,
peptida siklik dan linier, alkaloid, pigmen, lipid, dan sterol. Sebagian besar senyawa ini
memiliki struktur yang kompleks serta memiliki aktivitas biologis yang sangat kuat dan
menarik. Sudah ada satu dekade sejak review menyeluruh yang merangkum tentang produk
alami yang dihasilkan ordo sponge yang menakjubkan ini. [25]
Agelasida adalah ordo dari Demospongiae dengan acanthostyles tegak berduri (Agelas
spicule), kadang-kadang disebut juga acanthoxeas. Serat spongin (serat Agelas) berintikan dan
tersusun oleh acanthostyles lebih dominan hadir dalam satu famili (Agelasidae). Famili lain
(Ceratoporellidae dan Astroscleridae: Astrosclera willeyana) yang disebut sclerosponges
memiliki lapisan tipis jaringan hidup diatas kerangka berkapur basal. Di daerah Mediterania
ada satu spesies Agelasida yang masih ada, yaitu Agelas oroides. [26, 27]
Keterangan: Gamet dari Astrporidha hanya dikenal pada beberapa marga, dan tahap larva
masih belum diketahui.
Nomenklatur: nama Astrophorida sering digunakan sebagai sinonim dari Choristida. Pada
takson ini, selain Astrophorida juga terdapat Spirophorida, yang memiliki megascleres seperti
Astrophorida tetapi memiliki sigmaspires yang berfungsi sebagai microscleres. [30]
Definisi: Sponge tanpa megascleres, tetapi dengan bagian perifer yang sangat berkolagen,
encrusting, berukuran massive hingga kecil. Tidak ada megasklera, tapi satu genus (Chondrilla)
mempertahankan euaster microscleres (spheraster), yang lain (Chondrosia) tidak memiliki
spikula. Contoh: Chondrilla nucula dan Chondrosia reniformis Ates.
Keterangan: Hanya satu famili yang diakui, yaitu famili Chondrillidae, dengan 3 genera yang
valid (total 5 genera). Biasanya, kelompok ini dimasukkan ke dalam ordo Hadromerida, tapi
hanya ada bukti yang sangat sedikit mengenai hubungan kekerabatan di antara keduanya. [31]
Dendroceratida (Demospongiae) terdiri dari dua famili dan delapan genera. Sponge ini
biasanya lembut dan rapuh, kerangkanya berserat, tetapi seratnya berkurang akibat sehubungan
dengan volume jaringan lunak, dan mengandung sedikit kolagen pada matriks endosomal.
Seratnya bersifat dendritik atau anastomosing, di mana dalam kasus terakhir tidak ada
perbedaan yang jelas antara serat primer dan serat lainnya. Serat selalu berisi empulur, tebal
dan berlapis. Beberapa genera memiliki elemen seluler (degenerate spongocyte) yang ada pada
kulit dan empulur (dengan jumlah yang lenih rendah). Spikula berserat bebas ada pada satu
genus. [33]
Definisi : Dendroceratida memiliki kerangka berupa serat, serat tersebut biasanya berkurang
sehubungan dengan volume jaringan lunak dan hampir tidak ada pada beberapa genera.
Kerangka terbentuk dari piringan basal yang menyebar secara terus menerus, dan berbentuk
kerangka dendritik maupun anastomosing atau retikular. Serat banyak dilapisi, biasanya cukup
kuat, dan sering memasukkan unsur-unsur seluler. Spikula berserat bebas (spikuloid) dapat
muncul sebagai tambahan pada kerangka utama. Choanocyte chambers berukuran besar,
berbentuk seperti kantung atau tubular-memanjang. Jumlah mesohyl rendah karena berkaitan
dengan volume ruang dan kanal, dan hanya terdapat sedikit kolagen. Hal ini, membuat sponge
pada ordo ini lembut dan rapuh. Empulur di fibresis sangat berbeda dari unsur-unsur pada kulit,
dan strukturnya hampir sama dengan Verongida. Sangatlah umum untuk menemukan serat
dengan pigmentasi gelap yang kontras dengan pigmentasi dari mesohil, hal ini seragam pada
sponge di ordo ini. (Dictyodendrilla sp.) (Aplysilla rosea) (Aplysilla cross section)
Keterangan : Memiliki larva yang besar, berupa larva parenchymella dengan stuktur dan
histologi kompleks. Memiliki kumpulan cilia yang panjang baik banyak maupun sedikit.
Anggota dari ordo ini sangat beranekaragam, dengan pola pada tiap-tiap famili yang berbeda.
Dua famili yang dikenali dari ordo ini adalah Famili Darwinellidae (Aplysilidae), Famili
Dictyodendrilidae (kerangka retikular sekunder). [34]