BERIKUT JAWABANNYA!
PORIFERA
1. Ciri-ciri umumnya:
- Reproduksi secara aseksual dan seksual
- Habitat mereka sebagian besar dilaut dan sedikit yang ditemukan di air tawar
- Fertilisasi secara internal
- Memiliki sifat hermaprodit ( memiliki dua jenis kelamin)
- Memiliki berbagai bentuk dan tidak memiliki simetri yang pasti
- Mereka menggambarkan tingkat organisasi seluler
- Memiliki tubuh yang berongga
- Tidak memiliki pencernaan yang sejati
- Ekskresi dan pertukaran gas pernafasan terjadi dengan difusi sederhana
Ciri-ciri utamanya :
- Memiliki banyak pori-pori kecil yang dikenal dengan ostia dan oskulum
- Sel-sel porifera terorganisir secara longgar
- Rongga sentral disebut spongocoel atau atrium yang terbuka diluar melalui oskulum
- Memiliki sel saraf tetapi tidak memiliki sistem saraf tertentu
- Mereka memiliki kekuatan untuk meregenerasi bagian yang hilang
- Perkembangannya tidak langsung dan belahan dada bersifat holoblastik
- Memiliki tiga lapisan utama struktur tubuh
Calcarea merupakan spons yang hidup di laut. Spons ini memiki kerangka spikula dari zat kapur
yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan mikroskleres. Bentuk spons ini bervariasi
dari bentuk yang menyerupai vas dengan simetri radial hingga bentuk bentuk koloni yang
membentuk bangunan serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil hingga lembaran dan
bahkan ada yang mencapai bentuk raksasa.
B. Hexactinellida
Kerajaan : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Hexactinellida (Schmidt, 1870)
Sub Kelas : Hexasterophora dan Amphidiscophora
Order : Amphidiscosida
Order : Aulocalycoida, Hexactinosa dan Lychniscosa
Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan. Habitat utama dari
porifera ini adalah pada lautan dalam. Ciri yang membedakan kelas ini dari kelas lain adalah
kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat. Kerangka spons pada kelas hexactinelida tidak
memiliki jaringan spongin. Sel epithelium dermal dan koanosit terbatas pada bentuk-bentuk
ruang yang tersembunyi.
a. Sub Kelas Hexasterophora
Ciri khas yang ada pada subkelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa hexaster.
Contoh Euplectella.
C. Demospongiae
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Halichondrida
Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa empat spikula
silica atau dari serabut spongin atau keduanya. Beberapa bentuk primitive tidak memiliki
rangka. Tipe saluran air yang ada pada spons ini berupa Leuconoid. Porifera yang masuk dalam
kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari daerah tidal hingga
kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air tawar.
a. Sub kelas Tetractinomorpha
Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres tetraxonid dan
monoxonid, mikroskleres asterose dan kadang-kadang tidak memiliki serat spongin. Tubuh
spons ini memiliki bentuk radial dan perkembangan cortical axial mengalami kemajuan.
Kelompok ini mencakup spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang primitive
menetaskan amphiblastulae.
1. Ordo Homosclerophorida
Porifera dalam ordo ini merupakan Tetractinomorpha primitive yang memiliki struktur
Leuconoid homogen dengan sedikit dareah terdeferensiasi . Larva menetas berupa amphiblastula.
Spikulanya berupa teract berukuran kecil. Beberapa spesies tidak memiliki rangka seperti
pada Oscarella.
2. Ordo Choristida
Porifera yang termasuk ordo Choristida paling tidak memiliki beberapa megaskleres tetraxons,
biasanya berupa triaenes, mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae yang khas.
Bentuk tubuhnya seringkali rumit. Spons ini memiki korteks yang dapat dibedakan secara jelas
dan seringkali tersusun atasnlapisan fibrosa di sebelah dalam dan lapisan gelatin di bagian luar.
Contoh Geodia dan Aciculites.
b. Sub Kelas Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha adalah
larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid, dan mikrosklesesnya
berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan. Pada rangkanya juga sering
ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang bervariasi.
1. Ordo Halichondrida
Porifera yang ada dalam ordo Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres berupa
monactinal dan atau diactinal serta tidak memiliki microskleres. Contoh Halichondrida,
Hymeniacidondan, Ciocalypta.
Alat pernapasan terdiri atas sel-sel pinakosit (bagian luar) dan koanosit (bagian dalam). Oksigen
yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel-sel
amubosit. Sedangkan untuk proses ekskresi zat-zat sampah sisa metabolisme diedarkan dari
internal tubuhnya oleh amubosit.
COELENTERATA
1. Ciri-ciri umumnya :
1. Hydrozoa
Hydrozoa hidupnya ada yang soliter (terpisah) dan ada yang berkoloni (berkelompok).
Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk polip
dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra dan Obellia.
Hydra
Bentuk tubuh Hydra seperti polip, hidup di air tawar. Ukuran tubuh Hydra antara 10-30 mm.
Makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea rendah. Bagian tubuh sebelah bawah tertutup
membentuk kaki, gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak.
Pada ujung yang berlawanan terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan di
sekelilingnya terdapat 6 – 10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap
makanan. Selanjutnya makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.
Perkembangan Hydra terjadi secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual
terjadi melalui pembentukan tunas/budding, kira-kira pada bagian samping tengah dinding tubuh
Hydra. Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga gastrovaskuler. Tunas tersebut
terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari tubuh induknya untuk menjadi individu baru.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan
sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang sampai stadium
gastrula.
Kemudian embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk. Kista
ini dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat pada obyek di dasar perairan.
Kemudian bila keadaan lingkungan membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi
Hydra baru.
Obelia
Obelia hidup berkoloni di laut dangkal sebagai polip di batu karang atau berenang di air sebagai
medusa. Polip pada Obelia dibedakan menjadi 2 jenis polip pada cabang-cabang yang tegak,
yaitu :
2. Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk
dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.
Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual.
Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh Scyphozoa adalah
Cyanea dan Chrysaora fruttescens.
3. Anthozoa
Anthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa berarti hewan yang
bentuknya seperti bunga atau hewan bunga.
Anthozoa dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip. Bila dibandingkan, polip Anthozoa
berbeda dengan polip pada Hydrozoa.
Mawar laut menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut Mawar Laut terdapat banyak
tentakel berukuran pendek. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan kotoran lain
tidak melekat sehingga Mawar Laut tetap bersih.
4. Cubozoa
Ciri-ciri Cubozoa:
Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan lalu
berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Mula-mula zigot
tumbuh di ovarium hingga menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan
induk dan membentuk polip di dasar perairan.
Reproduksi generatif dilakukan oleh seluruh Coelenterata dengan sifat medusa dan beberapa
coelenterata yang bersifat polip (tidak berpindah tempat). Sedangkan reproduksi vegetatif
hanya dilakukan oleh coelenterata yang bersifat polip (tidak berpindah tempat). Beberapa
jenis coelenterata juga mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), yaitu reproduksi
vegetatif yang di ikuti oleh reproduksi generatif pada satu generasi. Pada coelenterata jenis
ini, tubuh akan memiliki bentuk polip pada satu fase hidupnya, kemudian berbentuk medusa
pada tahap selanjutnya.
4. Peranan Filum Coelenterata Bagi kehidupan manusia
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen
utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Selain itu di dalam dunia medis struktur
jaringan dan kekerasan rangka koral sering di manfaatkan untuk cangkok tulang di beberapa
rumah sakit.
Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang.
Terumbu karang berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan-ikan laut dan tempat
berlindung satwa laut lainnya. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga
hidup pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan
objek wisata, dapat menarik wisatawan dan pengunjung untuk menyelam. Karang di pantai
sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai (abrasi). Batu
karang juga bahan pembuat kapur dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, misalnya jenis
batu karang merah.
PLATYHELMINTHES
1. Ciri-ciri umumnya :
Cacing pipih bersifat tripoblastik aselomata yakni memiliki 3 lapisan embrionik terdiri
atas ectoderm, mesoderm dan endoderm, serta tidak memiliki rongga tubuh.
Rongga pencernaan tidak mempunyai anus.
Mempunyai tubuh simetri bilateral.
Tubuh lunak serta adanya silia pada epidermis tubuh.
Biasanya Hidup sebagai parasit kecuali Planaria.
Tidak mempunyai sistem sirkulasi.
Pernapasan dilakukan dengan permukaan tubuh serta ruang gastrovaskuler.
Reproduksi secara vegetative (fragmentasi/aseksual) serta generative (pembuahan silang/
seksual).
Bersifat hemafrodit (mempunyai 2 alat kelamin pada satu tubuh).
Platyhelmintes ( cacing pipih ) dibedakan menjadi 3 kelas antara lain sebagai berikut :
Turbellaria adalah Platyhelminthes yang memiliki silia (rambut getar) pada permukaan tubuhnya
yang berfungsi sebagai alat gerak. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang
disebut rhabdoid yang berfungsi untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lendir
pada waktu merayap. Dibawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar, longitudinal,
diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar dan meliuk-liuk.
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani : rabdit
= tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan
jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai
kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya. Keberadaannya
sekitar 4000+ spesies di seluruh dunia; hidup di batu dan permukaan sedimen di air, di tanah
basah, dan di bawah batang kayu.
Hampir semua Turbellaria hidup bebas (bukan parasit) dan sebagian besar adalah hewan laut.
Kebanyakan turbellaria berwarna bening, hitam, atau abu-abu. Namun, beberapa spesies laut,
khususnya di terumbu karang, memiliki corak warna lebih cerah. Panjang mulai kurang dari 1
mm hingga 50 cm. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 –
1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam
hari.
Keberadaan trematoda berjumlah sekitar 12000 spesies di seluruh dunia; hidup di dalam atau
pada tubuh hewan lain. Semua cacing hisap adalah parasit, berbentuk silinder atau seperti daun.
Panjang berkisar 1 cm hingga 6 cm. Cacing ini memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke
organ internal atau permukaan luar inangnya, dan semacam kulit keras yang membantu
melindungi parasit itu. Organ reproduksinya mengisi hampir keseluruhan bagian interior cacing
hisap.
Sebagai suatu kelompok, cacing trematoda memparasiti banyak sekali jenis inang, dan sebagian
besar spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan adanya pergiliran tahap seksual dan
aseksual. Banyak trematoda memerlukan suatu inang perantara atau intermediet tempat larva
akan berkembang sebelum menginfeksi inang terakhirnya (umumnya vertebrata), tempat cacing
dewasa hidup. Sebagai contoh, trematoda yang memparasati manusia menghabiskan sebagian
dari sejarah hidupnya di dalam bekicot.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh
darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan
tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Trematoda tidak
mempunyai rongga badan dan semua organ berada di dalam jaringan parenkim.
Tubuh biasanya pipih dorsoventral, dan biasanya tidak bersegmen dan seperti daun. Mereka
mempunyai dua alat penghisap, satu mengelilingi mulut dan yang lain berada di dekat
pertengahan tubuh atau pada ujung posterior. Alat penghisap yang kedua disebut
asetabulum karena bentuknya mirip dengan mangkuk cuka.
Dinding luar atau tegumen trematoda adalah kutikula yang kadang-kadang mengandung duri
atau sisik. Sistem pencernaan makanan sangat sederhana. Terdapat mulut pada ujung anterior,
yang dikelilingi oleh sebuah alat penghisap. Makanan dari mulut melalui farings yang berotot ke
esofagus dan kemudian ke usus, yang terbagi menjadi dua sekum yang buntu. Sekum ini kadang-
kadang bercabang, dan percabangan ini kadang-kadang sedikit rumit.
Kebanyakan trematoda tidak mempunyai anus, dengan demikian sisa bahan makanan harus
diregurgitasikan. Sistem saraf adalah sederhana. Cincin dari serabut saraf dan ganglia
mengelilingi esofagus, dan dari sini saraf berjalan ke depan dan belakang. Biasanya, sebatang
saraf berjalan kebelakang pada setiap sisi, dan saraf-saraf bertolak dari sini menuju ke berbagai
organ.
Trematoda tidak mempunyai sistem peredaran darah. Sistem ekskresi tersusun dari sebuah
kandung kemih posterior. Sebuah sistem percabangan dari tabung pengumpul yang masuk ke
dalam kandung kemih, dan sebuah sistem sel-sel ekskresi yang terbuka ke dalam saluran
pengumpul tersebut. Tidak terdapat organ ekskresi yang terlepas, sel-sel ekskresi ditempatkan
secara strategis di seluruh tubuh.
Sel ekskresi terdiri dari sebuah sitoplasma basal yang berisi inti dan sebuah vakuola berisi
seberkas silia ynag terbuka secara tetap ke dalam saluran pengumpul. Sistem reproduksinya
kompleks. Sebagian besar dari trematoda adalah hermafrodit, mempunyai organ jantan dan
betina. Tetapi pembuahan silang merupakan hal yang biasa, dan pembuahan sendiri tidak umum.
Pembuahan biasanya uterus, sperma melewati sirus dari satu cacing ke uterus cacing lain.
Cestoda (Cacing Pita)
Keberadaannya berjumlah sekitar 3500 spesies di seluruh dunia; hidup sebagai parasit dalam
tubuh hewan. Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 – 3m dan
terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan
lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Tubuhnya satu strobila tertutup oleh cuticula yang tebal; tidak berpigmen;
tidak mempunyai tractus digestivus atau alat indera dalam bentuk dewasanya. Makin ke posterior
segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat
hermafrodit.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina
(ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di
bagian posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh
inang utama bersama dengan tinja dengan membawa ribuan telur. Jika termakan hewan lain,
telur akan berkembang dan memulai siklus hidup barunya. Cacing pita tidak memiliki saluran
pencernaan. Cacing pita menyerap makanan yang telah dicerna terlebih dahulu oleh inang.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan
diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan
pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak
tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia
solium. Cacing pita tidak mempunyai saluran pencernaan dan sitem peredaran darah.
Makanan langsung melalui dinding tubuh. Sistem ekskresi yaitu berupa sel api.
Sistem saraf tersusun dari beberapa ganglion pada skoleks, dengan komisura melintang
diantaranya. Dan tiga batang saraf longitudinal setiap sisi tubuh (sebuah batang besar disebelah
lateral dan yang kecil disebelah ventral), satu ganglion kecil disetiap segmen pada masing-
masing dari enam batang tersebut, dan komisura pada setiap segmen menghubungkan ganglion-
ganglion ini. Cestoda adalah hermafrodit, yang mempunyai organ jantan dan betina. Organ
jantan terdiri dari testis (menghasilkan spermatozoa), vas deferen, seminal vesicle, penis, dan
lubang kelamin. Sedangkan organ bertina terdiri dari ovarium, oviduk, seminal uterus, vagina,
dan lubang kelamin.
Perkembangbiakan cacing pipih dapat terjadi secara generatif (seksual) dan vegetatif
(aseksual). Perkembangbiakan generatif cacing pipih melalui proses pembuahan, sedangkan
perkembangbiakan vegetatifnya dalam bentuk fragmentasi (pemutusan bagian tubuh).
Perkembangbiakan generatif cacing pipih diawali dengan fertilisasi internal pada saat sel
sperma membuahi sel telur (ovum).
Pada beberapa sepesies, telur akan menetas menjadi larva yang melayang-layang sampai
akhirnya menemukan habitat yang cocok, selanjutnya melakukan metamorfosis.
Fragmentasi adalah cara berkembang biak pada hewan dengan teknik memutuskan bagian
tubuhnya atau memotong tubuhnya untuk membentuk organisme baru.
Pada saat individu cacing pipih dipotong menjadi dua bagian atau lebih, maka potongan-
potongan itu dapat menjadi individu baru.
Cacing pipih membuat duplikat diri dengan membelah diri menjadi potongan-potongan tubuh
(fragmen). Selanjutnya setiap fragmen akan tumbuh menjadi individu baru.
Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada umunya filum ini akan
merugikan manusia, selain manusia, ada pula cacing pita inag domba dan anjing, dulu amat
banyak orang-orang cina, jepang dan korea yang menderita karena penyakit parasit, clonorchis,
disamping belum berkembang ilmu kesehatan, maka mereka juga suka makan ikan mentah atau
setengah matang. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada manusia dan pada inag
lain biasanya dengan memutuskan daur cacing pita, baik dengan cara mencegah jangan sampai inang
perantara terkena infeksi maupun dengan jalan mencegah jangan sampai inag sendiri terkjena
infeksi, selain itu juga pembuangan tinja manusia perlu diatur menurut syarat-syarat kesehatan
sehingga tidak memungkinkan heksakan yang keluar bersama tinja-tinja itu sampai tertelan babi,
sementara itu semua daging babi, sapi dan ikan yang mungkin mengandung sisteserkus harus
dimasak sebaik-baiknya oleh manusia.