Anda di halaman 1dari 51

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III : FILUM PORIFERA DAN COELENTERATA

LAPORAN

OLEH :
AXEL C.G SUMULE
D061191101

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paleontologi adalah ilmu yang mengenai kehidupan pada masa lampau


termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta lingkungan
kehidupannya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di
jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang
terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses
alami, sebagai sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat
diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu
terekam dalam fosil.
Ada berbagai macam fosil dari berbagai filum contohnya seperti dari filum
porifera dan coelenterate . Dari penemuan fosil filum porifera dan coelenterate
dapat membantu untuk mengetahui dan mengungkap kehidupan spesies-spesies
dari filum tersebut dan mengetahui bagaimana kehidupan organisme tersebut
dimasa lampau. Selain itu penemuan fosilnya dapat mengungkap umur serta
tempat pembentukan atau pengendapan fosil organisme tersebut.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui tentang fosil dari filum porifera dan
coelenterata lebih lanjut maka dilakukan praktikum dan penyusunan laporan
pengenalan fosil filum porifera dan coelenterata.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum dilakukan untuk mengembangkan
pemahaman tentang fosil filum porifera dan coelenterata.
1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum yaitu:

1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis Filum Porifera dan Coelenterata


2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk fosil
3. Praktikan dapat mengetahui manfaat fosil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Filum Porifera dan Coelenterata


2.1.1 Filum Porifera
Porifera dalam bahasa latin, porus artinya pori, sedangkan fer artinya
membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling
sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa
atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons. (Tim asisten
paleontologi, 2019)
2.1.2 Filum Coelenterata
Karang yang ada di pantai tebentuk dari kerangka luar tubuh salah satu jenis
coelenterata. Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron=rongga) adalah
invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi
sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coeleanterata disebut juga Cnidaria
(dalam bahasa yunani, cnido=penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang
memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat
disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.
Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi
dikoordinasi oleh saraf sederhana. (Tim asisten paleontologi, 2019)

2.2 Ciri-Ciri Filum Porifera dan Coelenterata


2.2.1 Filum Porifera

1. Bersifat bersifat multiseluler


2. Tidak mempuyai mulut tapi berpori
3. Hidup secara sessile (tertambak)
4. Hidup diair terutama laut.(Mustaghfirin Amin, 2014)

2.2.2 Filum Coelenterata


1. Berbentuk sierti radial/biradial
2. Termasuk fauna invertebrata
3. Mulut langsung berhubungan dengan rongga gastrovasekuler
4. Sekitar mulut terdapat tentakel
5. Hidup secara sessile (Mustaghfirin Amin, 2014)

2.3 Klasifikasi Filum Porifera dan Coelenterata


2.3.1 Filum Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi
tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea
(Calcisspongiae).
1. Kelas Calcarea
Sponge dari klas ini dibedakan dengan semua sponge lainnya oleh kerangka
dan spicule yang bersifat calcareous (gampingan). Material gampingan sebagian
besar adalah kalsit, aroganit, dan sejumlah kecil magnesium karbonat. Sponge dari
klas ini semuanya menunjukkan tiga tipe struktur yaitu asconoid, sysconoid dan
leuconoid. Semua asconoid sponge dan sysconoid sponge termasuk klas ini.
Mereka biasanya kecil, jarang lebih dari 15 m tingginya dan umurnya hidup
secara soliter berbentuk vas. Sponge calcareous yang hidup adalah khas marine
dan mempunyai penyebaran yang luas di dunia. Hidup dalam laut dangkal (Neritic
zone) dan beberapa diantaranya ada yang di daerah pasang surut. Yang mewakili
Klas Calcarea ini sangat buruk terawetkan sebagai fosil.
Klas ini dibagi menjaadi 2 (dua) ordo :
a. Ordo Homocoela
Mempunyai dinding yang tipis, dengan bagian dalam tidak terlipat, struktur
ascenoid, kerangka tidak terawetkan, apabila dijumpai sebagai fosil sedikit dan
tidak lengkap.
Contoh : Leucosolenia
b. Ordo Heterocoela
Mempunyai dinding yang tebal, dengan bagian dalam terlipat, struktur
syconoid dan leuconoid, kerangka berkembang dengan baik dan didapatkan
dalam bentuk fosil.
Contoh : Girtyocoela (Pennsylvanian / Karbon Atas)
Tremacystia (Cretaceous / Kapur)
Petrosoma
Eudea (Trias – Jura) (Sandri Alfian, 2018)

Gambar 2.1 Calcarea


2. Kelas Hexatinellida
Hexactinellida atau glass sponge dibedakan dari semua sponge lainnya dari
speculenya yang siliceous. Kerangkanya seperti gelas terdiri dari specule yang
terpisah, bersama dengan jaringan spicule yang rapat membentuk sebuah struktur
yang agak tegar/kaku. Spicule ini tersusun oleh asam silica (opaline silica) yang
mengandung sejumlah kecil zat organik yang disebut spiculin.
a. Struktur Lyssucine
Struktur yang dibentuk oleh jaringan sumbu - sumbu hexaxon sehingga
memberikan struktur yang tidak beraturan.
b. Struktur Dictyonine
Struktur jaringan tiga dimensi pada sumbu hexaxon yang teratur yang
terpadu pada semua ujungnya dalam enam arah. Struktur ini relativ tegar dan
mempunyai jaringan yang berbentuk teratur.
Klas ini dibagi menjadi 2 ordo :
- Ordo Lyssacina
Kerangka dengan struktur Lysssacine.
Contoh : Hyalanema
Euplectella
Protospongia (Kambrium)
Hydnoceras (Devon)
- Ordo Dictyonina
Kerangka dengan struktur dictyonine.
Contoh : Hexactinella
Ventriculites (Kapur) (Sandri Alfian, 2018)

3. Kelas Demospongia
Demospongia termasuk sponge yang tidak mempunyai spicule. Sistem
saluran air leuconoid. Banyak sponge yag hidup termasuk dalam klas ini, dan ada
yang tercatat sebagai fosil yang berumur Kambrium.
Klass ini dibagi menjadi 3 ordo :

Gambar 2.2 Kelas Demospongea


a. Ordo Tetractinellida
Demospongia dengan kerangka yang bersumbu dua dan empat siliceous
spicule. Kerangka dibentuk oleh penggabungan dari bebrapa spicule yang
disebut lithistid dan terawetkan. Oleh banyak paleontologist dipisahkan dalam
ordo tersendiri (Lithistida), karena pentingnya sebagai fosil.
Contoh : Siphonia (Kapur)
Astylospongia (Silur)
Cylindropyma (Jura)
Doryderma (Kapur)
Jereica (Kapur)
b. Ordo Monaxonida
Monaxoid sponge mempunyai kerangka siliceous. Spicule terpencar
melaluai mesenchyme. Ketika binatang ini mati mereka menjadi bagian
endapan - endapan didasar. Sebagian besar siliceous sponge marine yang hidup
termasuk pada ordo ini, spiculenya adalah ciri dari material sedimen dasar laut.
Sponge air tawar (Spongillidae) juga termasuk dalam ordo ini. Spiculenya ipis
dan umumnya dalam endapan sungai dan danau.
Contoh : Spongilla (Fresh water)
Halicliona (Marine water)
c. Ordo Keratosa
Kerangka dari ordo ini terdiri dari spongin fiber dan umumnya
digambarkan seperti tanduk (horny). Sebagian besar horny sponge hidup dalam
batuan, dasar laut dangkal didaerah tropis dan sub tropis. Ordo ini tidak tercatat
sebagai fosil, terkecuali dalam bentuk impression.
Contoh : Euspongia (Sandri Alfian, 2018)
4. Kelas Pleospongia
Pleospongia adalah golongan calcareous berbentuk seperti gelas, sebagai
organisme seperti sponge yang muncul pertama kali dalam Kambrium Awal dan
musnah pada Kambrium Tengah, dan mempunyai penyebaran di dunia yang luas.
Plaespongia juga disebut Archaeos, Archaeocyatha, Archaeocyathacea,
Archaeocyathinue dan Cyathospongia. Nature of skeleton (Sifat kerangka)
Kerangka Pleospongia ini khususnya mempunyai satu atau dua dinding berbentuk
cylindrical atau conical. Ruang antara dinding luar dan dinding dalam disebut
intervallum, yang dibatasi oleh banyak sekat - sekat vertikal dan radial yang
disebut parieties.
Sekat horisontal disebut synapticula yang menghubungkan parieties satu
dengan yang lainnya, dan lapisan tipis yang tidak beraturan (dissipiments) meluas
dari parieties satu ke parieties lainnya. Horisontal tabular plate (tabula) merupakan
sekat tambahan. Kedua dinding berlubang, dinding luar umumnya mempunyai
lubang yang lebih kecil dibanding dinding dalam, dan bagian dalam dari cup-nya
membuka pada dasar. Sebagian besar dari intervallum strukturnya juga berlubang
- lubang.
Pleospongia dibagi kedalam 4 subclass.
a. Subclass Monocyatha
Berdinding tunggal, mempunyai bentuk conical dengan sekat-sekat dan pori
- pori. Contoh : Monocyathus
b. Subclass Archaeocyatha
Mempunyai dinding ganda dengan kerangka conical dan struktur
intervallum.
Dibagi menjadi 2 ordo :
- Ordo Ajacicyatina
Contoh : Ajacicyathus
Archaeocyathellus
Nevadacyathus
- Ordo Metacyathina
Contoh : Cambrocyathus
Protopharetra
c. Subclass Acanthocyatha
Pleospongia dari subclass ini termasuk golongan yang belum pasti karena
mirip dengan Anthozoa (Koral). Bagian dalam ruangan diisi dengan jaringan
kerangka. Keduanya dinding dan parieties tidak berpori dengan dinding dalam
tidak berkembang dengan baik.
Anggota dari subclass ini merupakan golongan transisi antara Pleospongia
dan Koral
d. Subclass Uranocyatha
Pleospongia ini mempunyai bentuk spheroidal, ovoidal dengan sebuah
dinding tunggal tersusun oleh spicule calcareous. Anggota dari subclass ini
akhirnya ditetapkan kedalam Pleospongia lainnya atau mungkin kedalam Class
Calcarea.(Sandri Alfian, 2018)

2.3.2 Filum Coelenterata

Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan


dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hydrozoa
(dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki
pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup
soliter.Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk Obelia
merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.Obelia memiliki bentuk
polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
1. Hydozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar
memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa
dapat hidup soliter.Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk
Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.Obelia memiliki
bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Contoh jenis dari kelas ini adalah Hydra, yang hidup di dalam air tawar.
Ujung tempat letaknya mulut disebut ujung Oral sedangkan yang melekat pada
dasar disebut ujung Aboral. Cara reproduksi hewan disebut adalah dengan cara
vegetatif maupun generatif. Contoh lain adalah Obelia. (Mustaghfirin Amin,
2014)

Gambar 2.3 Daur hidup Hydrozoa


2. Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan)
memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya.Medusa
Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm.
Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil
menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan
Chrysaora fruttescens.
Sebagian besar hidup dalam bentuk medusa. Bentuk polip hanya pada
tingkat larva.Contoh jenis dari kelas tersebut adalah Aurelia sp. (ubur-ubur
kuping) yang sering terdampar di pantai-pantai. Larva disebut Planula, kemudian
menjadi polip yang disebut Skifistoma. Dari skifistoma terbentuk medusa yang
disebut Efira. (Mustaghfirin Amin, 2014)

Gambar 2.4 Tubuh Aurelia Aurita


3. Anthozoa
Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus = bunga, zoa = hewan) memiliki
banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki
bentuk medusa,hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari
dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni.
Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta
reproduksi seksual menghasilkan gamet.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora, Urticina
(Anemon laut), dan turbinaria. Koral hidup di air jernih dan dangkal karena koral
bersimbiosis dengan ganggang. Ganggang memberikan makanan dan membantu
pembentukan rangka pada koral. Sedangkan koral memberikan buangan yang
merupakan makanan bagi ganggang serta perlindungan bagi ganggang dari
herbivora. Rangka koral tersusun dari zat kapur. Rangka koloni dari polip koral
inilah yang membentuk karang pantai (terumbu karang) atau atol (pulau karang).
Tidak mempunyai bentuk sebagai medusa (sepanjang hidupnya Polip).
Contoh jenis dari kelas tersebut adalah anemon laut (Cribinopsis fernaldi).
Mempunyai alat pernafasan sederhana disebut Sifonoglifa. (Mustaghfirin Amin,
2014)
Gambar 2.5 Tubuh anemon laut (Cribinopsis fernaldi)
4. Ctenophora
Satu-satunya Coelenterata yang tidak memiliki mematokis. Coelenterata
terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan
tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang.Keanekaragaman organisme
terumbu karang yang paling tingg terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan
Indonesia hingga Great Barier Reef di Australia. Dua puluh lima persen ikan yang
dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. (Mustaghfirin Amin, 2014)
BAB III
METODELOGI

3.1 Metode

Metode yang digunakan praktikum ini adalah metode pendeskripsian


sampel fosil secara langsung didalam laboratorium.

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun tahapan praktikum sebagai berikut:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi acara dimana kami diberikan
materi singkat mengenai acara yang akan dipraktikumkan serta cara
pendeskripsian fosi. Selain itu kami juga melalukan pembuatan tugas pendahuluan
berdasarkan studi pustaka atau literature.

3.2.2 Tahapan Praktikum

Tahapan ini kami melakukan responsi sebelum memulai praktikum, pada


responsi kami diberikan soal terkait acara yang akan dipraktikumkan, setelah
responsi kami memulai praktikum dimana kami diberikan sampel fosil, kemudian
sampel tersebut kami deskripsi pada lembar kerja praktikum.

3.2.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan analisis data yang telah kami ambil pada
saat praktikum, kemudian data tersebut diasistensikan.

3.2.4 Pembuatan laporan

Pada tahapan ini kami membuat kaporan berdasarkan dari analisis data yang
telah kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan praktikum.
Tabel 3.1 Flow Chart Tahapan Praktikum

TAHAPAN PENDAHULUAN

TAHAPAN PRAKTIKUM

ANALISIS DATA

PEMBUATAN LAPORAN

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan praktikum yaitu :


1. HCL
2. Lap kasar
3. Lap halus
4. Literatur
5. Buku penuntun
6. Lembar kerja praktikum
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Tryplasma loveni (EDW & H)

Gambar 4.1. Fosil Tryplasma loveni (EDW & H)

Fosil ini berasal dari filum Coelentera, kelas Anthozoa ,ordo Cystiphilida,
family Tryplasmanidae, genus Tryplasma, dan memiliki nama spesies yaitu,
Tryplasma loveni (EDW & H)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Bentuk tubuh fosil ini ialah conical yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang mengerucut.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui laut dangkal. Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini
masuk ke dalam zaman silur dengan umur terbentuknya kira-kira 435-424 juta
tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi.

4.2. Hellophylum halli (EDW & H)

Gambar 4.2. Fosil Hellophylum halli (EDW & H)

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida ,
family Hellophylumidae, genus Hellophylum, dan memiliki nama spesies yaitu,
Hellophylum halli (EDW & H)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Bentuk tubuh fosil ini ialah conical
yang merupakan salah satu bentuk fosil yang bentuknya seperti kerucut
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
Devon tengah dengan umur terbentuknya kira-kira 370-361 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi.
4.3. Hyalatragos rugosum (MSTR)

Gambar 4.3. Fosil Hyalatragos rugosum (MSTR)

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Sclerospongea, ordo


Heterocoela, family Hyalatragosidae, genus Hyalatagos, dan memiliki nama
spesies yaitu, Hyalatragos rugosum (MSTR)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Bentuk fosil yaitu conical adalah
bentuk seperti kerucut
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
jurasic atas dengan umur terbentuknya kira-kira 160-142 juta tahun yang lalu.

Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi.

4.4. Zaphrentoides delanouei (EDW & H)

Gambar 4.4. Fosil Zaphrentoides delanouei EDW & H

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
family Zaphrentoidesidae, genus Zaphrentoides, dan memiliki nama spesies yaitu,
Zaphrentoides delanouei EDW & H
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Bentuk tubuh fosil ini ialah tabular yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang bentuknya seperti tabung.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini tidak bereaksi
mengeluarkan gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa
komposisi kimia dari fosil ini adalah silikaan (SiO3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dalam.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
karbon bawah dengan umur terbentuknya kira-kira 345-319 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi

4.5. Stellispongia glomerata Q

Gambar 4.5. Fosil Stellispongia glomerata Q


Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Calcaronea,
family Stellispongianidae, genus Stellispongia, dan memiliki nama spesies yaitu,
Stellispongia glomerata Q
Untuk menjadi fosil, setiap organisme harus mengalami kematian terlebih
dahulu. Setelah melewati tahap kematian setiap organisme mengalami
pembusukan oleh bakteri pembusuk dimana bagian yang terlebih dahulu
mengalami pembusukan ialah jaringan lunak (daging, dan otot). Akan tetapi,
untuk menjadi fosil, bagian yang kerap kali terfosilkan ialah bagian tubuh yang
awet seperti jaringan keras (tulang dan gigi). Jaringan keras pada organisme
kemudian terkubur, baik secara cepat maupun secara lambat (tidak langsung
terkubur). Fosil yang mengalami rapid burial sering kali dapat terawetkan dengan
baik karena tidak mengalami gangguan paska-mati, sedangkan organisme yag
tidak langsung terkubur akan mengalami proses-proses alamiah sehingga
posisinya sudah berpindah dari tempat organisme tersebut mati. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Artinya, fosil tersebut
mengalami penggantian sebagian tubuhnya oleh mineral lain sehingga material
endapan dari proses ini dapat berkomposisi sama seperti tulang yang
ditempatinya.
Bentuk tubuh fosil ini ialah Branching yang merupakan salah satu bentuk
fosil yang bercabang.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini tidak bereaksi
mengeluarkan gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa
komposisi kimia dari fosil ini adalah kalsium Silika (SiO 3). Dari reaksi kimianya
dapat diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dalam.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
jusasic atas dengan umur terbentuknya kira-kira 160-142 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya sangat baik untuk fosil indeks (index
fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas.
4.6. Caninia cornucopiae (NICH)

Gambar 4.6. Fosil Caninia cornucopiae (NICH)

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Arnthozoa, ordo Stauriida,
family Caninianidae, genus Caninia, dan memiliki nama spesies yaitu, Caninia
cornucopiae (NICH).
Untuk menjadi fosil, setiap organisme harus mengalami kematian terlebih
dahulu. Setelah melewati tahap kematian setiap organisme mengalami
pembusukan oleh bakteri pembusuk dimana bagian yang terlebih dahulu
mengalami pembusukan ialah jaringan lunak (daging, dan otot). Akan tetapi,
untuk menjadi fosil, bagian yang kerap kali terfosilkan ialah bagian tubuh yang
awet seperti jaringan keras (tulang dan gigi). Jaringan keras pada organisme
kemudian terkubur, baik secara cepat maupun secara lambat (tidak langsung
terkubur). Fosil yang mengalami rapid burial sering kali dapat terawetkan dengan
baik karena tidak mengalami gangguan paska-mati, sedangkan organisme yag
tidak langsung terkubur akan mengalami proses-proses alamiah sehingga
posisinya sudah berpindah dari tempat organisme tersebut mati. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Proses pemfosilan yang terjadi
pada fosil ini adalah mineralisasi. Artinya, fosil tersebut mengalami penggantian
seluruh tubuhnya oleh mineral lain sehingga material endapan dari proses ini
dapat berkomposisi sama seperti tulang yang ditempatinya.
Bentuk tubuh fosil ini ialah tabular yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang mempuyai bentuk menyerupai tabung.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
karbon bawah dengan umur terbentuknya kira-kira 345-319 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya dapat digunakan sebagai penciri
kehidupan terumbu karang di laut, sehingga kehadirannya sangat membantu
dalam penentuan lingkungan pengendapan serta umur batuan.

4.7. Porpotes porpita L

Gambar 4.7. Fosil Porpites porpita L

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo


Cystiphyllida, family Porpitesidae, genus Porpites, dan memiliki nama spesies
yaitu, Porpites porpita L
Untuk menjadi fosil, setiap organisme harus mengalami kematian terlebih
dahulu. Setelah melewati tahap kematian setiap organisme mengalami
pembusukan oleh bakteri pembusuk dimana bagian yang terlebih dahulu
mengalami pembusukan ialah jaringan lunak (daging, dan otot). Akan tetapi,
untuk menjadi fosil, bagian yang kerap kali terfosilkan ialah bagian tubuh yang
awet seperti jaringan keras (tulang dan gigi). Jaringan keras pada organisme
kemudian terkubur, baik secara cepat maupun secara lambat (tidak langsung
terkubur). Fosil yang mengalami rapid burial sering kali dapat terawetkan dengan
baik karena tidak mengalami gangguan paska-mati, sedangkan organisme yag
tidak langsung terkubur akan mengalami proses-proses alamiah sehingga
posisinya sudah berpindah dari tempat organisme tersebut mati. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Artinya, fosil tersebut
mengalami penggantian sebagian tubuhnya oleh mineral lain sehingga material
endapan dari proses ini dapat berkomposisi sama seperti tulang yang
ditempatinya.
Bentuk tubuh fosil ini ialah dischoidal yang merupakan fosil berbentuk
lingkaran datar. Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi
mengeluarkan gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa
komposisi kimia dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi
kimianya dapat diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut
dangkal. Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam
zaman silur dengan umur terbentuknya kira-kira 435-424 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya untuk menentukan umur relatif dan
membuktikan adanya kehidupan di masa lampau.

4.8. Verruculina tenuis

Gambar 4.8. Fosil Verruculina tenuis

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Homocoela,
family Veruuculinanidae, genus Verruculina, dan memiliki nama spesies yaitu,
Fosil Verruculina tenuis.
Bentuk tubuh fosil ini ialah conical yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang menyerupai kerucut.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
kapur atas dengan umur terbentuknya kira-kira 100-66 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya, membantu dalam penentuan lingkungan
pengendapan, dan membantu dalam penentuan umur batuan.

4.9. Cnemidiastrum rimulasum (GOLDF)

Gambar 4.8. Fosil Cnemidiastrum rimulasum (GOLDF)

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Scelarospongea, ordo


Homocoela, family Cnemidiastrumidae, genus Cnemidiastrum, dan memiliki
nama spesies yaitu, Fosil Cnemidiastrum rimulasum (GOLDF)
Bentuk tubuh fosil ini ialah conical yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang menyerupai kerucut.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman jura
atas dengan umur terbentuknya kira-kira 160-142 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya, membantu dalam penentuan lingkungan
pengendapan, dan membantu dalam penentuan umur batuan.

4.10. Cyathophyllum dinanthus (GOLDF)


Gambar 4.8. Fosil Cyathophyllum dinanthus (GOLDF)

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
family Cyathophyllumidae, genus Cyathophyllum, dan memiliki nama spesies
yaitu, Fosil Cyathophyllum dinanthus (GOLDF).
Bentuk tubuh fosil ini ialah tabular yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang menyerupai tabung
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
devon tengah dengan umur terbentuknya kira-kira 370-359 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya, membantu dalam penentuan lingkungan
pengendapan, dan membantu dalam penentuan umur batuan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Filum porifera terbagi atas beberapa kelas yaitu elas Calcarea, kelas
Hexatinellida, kelas Demospongia, dan kelas Pleospongia. Adapun
pembagian kelas filum coelenterate yaitu Hydozoa, Scyphozoa, Anthozoa,
dan Ctenophora
2. Dalam praktikum didapatkan bentuk-bentuk fosil dari coelenterata dan
porifera yaitu tabular, conical, konveks, branching dan plate
3. Adapun manfaat filum porifera yaitu penentuan lingkungan sedimentasi
batuan. Manfaat dari filum coelenterata yaitu digunakan sebagai penciri
kehidupan terumbu karang di laut dan membentu dalam penentu lingkungan
pengendapan serta umur batuan.

5.2 Saran
Adapun saran untuk laboratorium yaitu menambah dan membenahi fasilitas-
fasilitas yang ada pada laboratorium dan asiten selalu mengarahkan praktikan
untuk membersihkan laboratorium setelah digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Sandri.2018.Ilmu Paleontologi Dasar.Kendari: Universitas Halu Oleo


Amin, Mustaghfirin.2014.Paleontologi.jakarta:Kemendikbud
Tim Asisten Laboratorium Paleontologi.2019.penuntun praktikum paleontologi.
Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

L
A
M
P
I
R
A
N
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata

AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa


ORDO Cystipillida

FAMILI Tryplasmanidea
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Tryplasma
Kamis, 12-03-2020 16:57 ANDI ZARKIA N.
Tryplasma
SPESIES
loveni EDW&H
NO. PERAGA : 266
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton 5. Enteron
2.Oral disk 6. Hipostoma
3.Osral opening
4. Calyx

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Silur Tengah (±435-424 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Cystipillida, family Tryplasmanidae, genus
Tryplasma , dan dengan nama spesies Tryplasma loveni EDW
& H.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Devon Tengah (±435-422 Juta
Tahun) Berbentuk Conical, yaitu bentuknya yang seperti
kerucut. Komposisi kimia yaitu Karbonatan dimana
lingkungan pengendapan berasal dari daerah laut dangkal.
Bagian tubuh terdiri dari Eksoskeleton, oral disk, oral opening,
calyx, enteron, dan H

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Rugosa

Hellophyllumid
FAMILI
ae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hellophyllum
Kamis, 12-03-2020 17:02 ANDI ZARKIA N.
Hellophyllum
SPESIES
halli EDW&H
NO. PERAGA : 841
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton 5. Enteron
2. Oral disk 6. Hipostoma
3. Oral opening
4. Calyx

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Devon Tengah (±370-361 juta tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Rugosa, famili Helliophyllumidae, genus
Helliophyllum, dan dengan nama spesies Hellophyllum halli
EDW & H.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Devon Tengah (±370-359 Juta Tahun
yang Lalu). Fosil tersebut berbentuk Conical yaitu berbentuk
kerucut. Memiliki komposisi kimia berupa Karbonatan,
dimana lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh berupa Oral Opening, enteron, Eksoskeleton,
Calix, Hipostoma dan Oral Disk
.

CATATAN: PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 Scelerosponge
KELAS
a
ORDO Heterocoela

FAMILI Hyalatrogosidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hyalatragos
Kamis, 12-03-2020 17:07 ANDI ZARKIA N.
Hyalatragos
SPESIES
rugosum MSTR
NO. PERAGA : 1643
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium

3. Holdfast

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Jura Atas (±160-142 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas
Sclerospongea, ordo Heterocoela, famili Hyalatagosidae,
genus Hyalatragos, dan dengan nama spesies Hyalatragos
rugosum MSTR.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut berumur Jura Atas (±160-140 Juta Tahun).
Fosil ini berbentuk Conical yaitu bentuk tubuhnya seperti
kerucut. Memiliki komposisi kimia berupa karbonatan dimana
lingkungan pengendapan laut dangkal. Bagian tubuh berupa
Test, Ostium, dan Holdfast.
CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Stauriida

Zaphrentoidesid
FAMILI
ae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Zaphrentoides
Kamis, 12-03-2020 17:12 ANDI ZARKIA N.
Zaphrentoides
SPESIES delanovei EDW
NO. PERAGA : 942 &H
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Calix
2. Eksoskeleton

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Karbon Bawah (±435-319 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Daalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Stauriida, famili Zaphrentoidesidae, genus
Zaphrentoides, dan dengan nama spesies Zaphrentoides
delanovei EDW & H
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut memiliki umur Karbon bawah (±345-317
Juta Tahun yang Lalu). Bentuk fosil tersebut berupa Tabular.
Memiliki komposisi kimia berupa silikaan dimana lingkungan
pengendapan berada di laut dalam. Bagian tubuh berupa
Eksoskeleton dan Calix.
CATATAN: PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Calcarea
ORDO Calcaronea

Stellispongianida
FAMILI
e
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Stellispongia
Kamis, 12-03-2020 17:17 ANDI ZARKIA N.
SPESIE Stellispongia
S glomerata Q
NO. PERAGA : 1652
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi
BENTUK FOSIL Branchng
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Jura Atas (±165-142 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Calcaronea, famili Stellispongianidae, genus
Stellispongia dan dengan nama spesies Stellispongia
glomerata Q.
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami
penguraian dan terbebas dari materi pembusuk maka
organisme ini akan mengalami transportasi oleh air, angin,
atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten
terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Jura Atas (±165-140 Juta Tahun yang
Lalu). Bentuk fosil berupa Branching yang bentuknya
bercabang. Komposisi kimia berupa silikaan sehingga
lingkungan pengendapannya berada di laut dalam. Bentuk
tubuh berupa Test dan Ostium.
.
CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Stauriida

FAMILI Caninianidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Caninia
Kamis, 12-03-2020 17:22 ANDI ZARKIA N.
Caninia
SPESIES cornucopiae
(NICH)
NO. PERAGA : 887
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton 5. Enteron
2. Oral Opening
3. Oral Disk
4. Hipostoma

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Karbon bawah (±345-319 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Stauriida, famili Caninianidae, genus Caninia
dan dengan nama spesies Caninia cornucopiae NICH.
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami
penguraian dan terbebas dari materi pembusuk maka
organisme ini akan mengalami transportasi oleh air, angin,
atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten
terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut berumur Karbon Bawah (±345-317 Juta
Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular, yang
bentuknya seperti tabung. Memiliki komposisi kimia berupa
karbonatan, dimana lingkungan pengendapan berada di laut
dangkal. Bagian tubuh berupa Calix, Enteron, Oral Opening,
Oral Disk dan Hipostoma.

CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Chystiphylida

FAMILI Porpitesidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN GENUS Porpites
Kamis, 12-03-2020 17:27 ANDI ZARKIA N. Porpites
SPESIES
porpita L
NO. PERAGA :157
GAMBAR :
KETERANGAN :

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Dischoidal
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Silur Tengah (±435-424 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Chystiphylida, famili Pospitesidae, genus
Porpites, dan dengan nama spesies Porpites porpita L.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi, dimana terdapat proses perubahan mineral
penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika (SiO 2), kalsium
karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya
proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur dari fosil tersebut adalah Silur Tengah (±435-422 Juta
Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa dischoidal atau
berbentuk lingkaran datar. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berada di laut
dangkal. Bagian tubuh yaitu, Oral Opening dan Oral Disk.

CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
KELAS Calcarea
ORDO Homocoela
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 Verruculinanida
FAMILI
e
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Verruculina
Kamis, 12-03-2020 17:32 ANDI ZARKIA N.
SPESIE Verruculina
S tenuis
NO. PERAGA : 816
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
3. Holdfast

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Kapur Atas (±100-66 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Homocoela, famili Verruculinanidae, genus Verruculina,
dan dengan nama spesies Verruculina tenuis.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Kapur Atas (±100-64 Juta
Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk
kerucut. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga
lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test, Ostium dan Holdfast
.

CATATAN: PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
KELAS Sclerospongea
ORDO Homocoela
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 Cnemidiastrumi
FAMILI
dae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Cnemidiastrum
Kamis, 12-03-2020 17:37 ANDI ZARKIA N.
Cnemidiastrum
SPESIE
rimulasum
S
(GOLDF)
NO. PERAGA : 1644
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Holdfast
2. Test
3. Ostium

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Jura Atas (±160-142 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari Fosil ini berasal dari filum
Porifera, kelas Sclerospongea, ordo Homocoela, famili
Cnemidiastrumidae, genus Cnemidiastrum, dan dengan nama
spesies Cnemidiastrum rimulasum (GOLDF).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Jura Atas (±160-142 Juta
Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk
kerucut. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga
lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test, ostium dan Holdfast.

CATATAN: PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Stauriida

Cyathophyllum
FAMILI
idae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Cyathophyllum
Kamis, 12-03-2020 17:42 ANDI ZARKIA N.
Cyathophyllum
SPESIES dinanthus
NO. PERAGA : 395 (GOLDF)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Oral Opening 5. Hipostoma
2. Oral Disk
3. Enteron
4. Eksoskeleton

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Devon Tengah (±370-361 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari Fosil ini berasal dari filum
Porifera, kelas Anthozoa, ordo Stauriida, famili
Cyathophyllumidae, genus Cyathophyllum, dan dengan nama
spesies Cyathophyllum dinanthus (GOLDF)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Devon tengah (±370-359
Juta Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular atau
seperti tabung. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga
lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa . Oral Opening, Calix, Oral Disk, dan
Eksoskeleton

CATATAN: PARAF

Anda mungkin juga menyukai