UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III : FILUM PORIFERA DAN COELENTERATA
LAPORAN
OLEH :
AXEL C.G SUMULE
D061191101
GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum dilakukan untuk mengembangkan
pemahaman tentang fosil filum porifera dan coelenterata.
1.2.2 Tujuan
3. Kelas Demospongia
Demospongia termasuk sponge yang tidak mempunyai spicule. Sistem
saluran air leuconoid. Banyak sponge yag hidup termasuk dalam klas ini, dan ada
yang tercatat sebagai fosil yang berumur Kambrium.
Klass ini dibagi menjadi 3 ordo :
3.1 Metode
Pada tahapan ini kami melakukan asistensi acara dimana kami diberikan
materi singkat mengenai acara yang akan dipraktikumkan serta cara
pendeskripsian fosi. Selain itu kami juga melalukan pembuatan tugas pendahuluan
berdasarkan studi pustaka atau literature.
Pada tahapan ini kami melakukan analisis data yang telah kami ambil pada
saat praktikum, kemudian data tersebut diasistensikan.
Pada tahapan ini kami membuat kaporan berdasarkan dari analisis data yang
telah kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan praktikum.
Tabel 3.1 Flow Chart Tahapan Praktikum
TAHAPAN PENDAHULUAN
TAHAPAN PRAKTIKUM
ANALISIS DATA
PEMBUATAN LAPORAN
Fosil ini berasal dari filum Coelentera, kelas Anthozoa ,ordo Cystiphilida,
family Tryplasmanidae, genus Tryplasma, dan memiliki nama spesies yaitu,
Tryplasma loveni (EDW & H)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Bentuk tubuh fosil ini ialah conical yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang mengerucut.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui laut dangkal. Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini
masuk ke dalam zaman silur dengan umur terbentuknya kira-kira 435-424 juta
tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi.
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida ,
family Hellophylumidae, genus Hellophylum, dan memiliki nama spesies yaitu,
Hellophylum halli (EDW & H)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan. Bentuk tubuh fosil ini ialah conical
yang merupakan salah satu bentuk fosil yang bentuknya seperti kerucut
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
Devon tengah dengan umur terbentuknya kira-kira 370-361 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi.
4.3. Hyalatragos rugosum (MSTR)
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi.
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
family Zaphrentoidesidae, genus Zaphrentoides, dan memiliki nama spesies yaitu,
Zaphrentoides delanouei EDW & H
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Bentuk tubuh fosil ini ialah tabular yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang bentuknya seperti tabung.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini tidak bereaksi
mengeluarkan gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa
komposisi kimia dari fosil ini adalah silikaan (SiO3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dalam.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
karbon bawah dengan umur terbentuknya kira-kira 345-319 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya adalah, penentu umur relatif batuan,
sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau, ataupun sebagai penunjuk
rekonstruksi paleogeografi
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Arnthozoa, ordo Stauriida,
family Caninianidae, genus Caninia, dan memiliki nama spesies yaitu, Caninia
cornucopiae (NICH).
Untuk menjadi fosil, setiap organisme harus mengalami kematian terlebih
dahulu. Setelah melewati tahap kematian setiap organisme mengalami
pembusukan oleh bakteri pembusuk dimana bagian yang terlebih dahulu
mengalami pembusukan ialah jaringan lunak (daging, dan otot). Akan tetapi,
untuk menjadi fosil, bagian yang kerap kali terfosilkan ialah bagian tubuh yang
awet seperti jaringan keras (tulang dan gigi). Jaringan keras pada organisme
kemudian terkubur, baik secara cepat maupun secara lambat (tidak langsung
terkubur). Fosil yang mengalami rapid burial sering kali dapat terawetkan dengan
baik karena tidak mengalami gangguan paska-mati, sedangkan organisme yag
tidak langsung terkubur akan mengalami proses-proses alamiah sehingga
posisinya sudah berpindah dari tempat organisme tersebut mati. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Proses pemfosilan yang terjadi
pada fosil ini adalah mineralisasi. Artinya, fosil tersebut mengalami penggantian
seluruh tubuhnya oleh mineral lain sehingga material endapan dari proses ini
dapat berkomposisi sama seperti tulang yang ditempatinya.
Bentuk tubuh fosil ini ialah tabular yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang mempuyai bentuk menyerupai tabung.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
karbon bawah dengan umur terbentuknya kira-kira 345-319 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya dapat digunakan sebagai penciri
kehidupan terumbu karang di laut, sehingga kehadirannya sangat membantu
dalam penentuan lingkungan pengendapan serta umur batuan.
Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Homocoela,
family Veruuculinanidae, genus Verruculina, dan memiliki nama spesies yaitu,
Fosil Verruculina tenuis.
Bentuk tubuh fosil ini ialah conical yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang menyerupai kerucut.
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
kapur atas dengan umur terbentuknya kira-kira 100-66 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya, membantu dalam penentuan lingkungan
pengendapan, dan membantu dalam penentuan umur batuan.
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
family Cyathophyllumidae, genus Cyathophyllum, dan memiliki nama spesies
yaitu, Fosil Cyathophyllum dinanthus (GOLDF).
Bentuk tubuh fosil ini ialah tabular yang merupakan salah satu bentuk fosil
yang menyerupai tabung
Ketika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M fosil ini bereaksi mengeluarkan
gelembung-gelembung buih berasap yang menunjukkan bahwa komposisi kimia
dari fosil ini adalah kalsium karbonat (CaCO 3). Dari reaksi kimianya dapat
diketahui bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut dangkal.
Sedangkan berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini masuk ke dalam zaman
devon tengah dengan umur terbentuknya kira-kira 370-359 juta tahun yang lalu.
Kegunaan dari fosil ini diantaranya, membantu dalam penentuan lingkungan
pengendapan, dan membantu dalam penentuan umur batuan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Filum porifera terbagi atas beberapa kelas yaitu elas Calcarea, kelas
Hexatinellida, kelas Demospongia, dan kelas Pleospongia. Adapun
pembagian kelas filum coelenterate yaitu Hydozoa, Scyphozoa, Anthozoa,
dan Ctenophora
2. Dalam praktikum didapatkan bentuk-bentuk fosil dari coelenterata dan
porifera yaitu tabular, conical, konveks, branching dan plate
3. Adapun manfaat filum porifera yaitu penentuan lingkungan sedimentasi
batuan. Manfaat dari filum coelenterata yaitu digunakan sebagai penciri
kehidupan terumbu karang di laut dan membentu dalam penentu lingkungan
pengendapan serta umur batuan.
5.2 Saran
Adapun saran untuk laboratorium yaitu menambah dan membenahi fasilitas-
fasilitas yang ada pada laboratorium dan asiten selalu mengarahkan praktikan
untuk membersihkan laboratorium setelah digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
L
A
M
P
I
R
A
N
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
FAMILI Tryplasmanidea
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Tryplasma
Kamis, 12-03-2020 16:57 ANDI ZARKIA N.
Tryplasma
SPESIES
loveni EDW&H
NO. PERAGA : 266
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton 5. Enteron
2.Oral disk 6. Hipostoma
3.Osral opening
4. Calyx
CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Rugosa
Hellophyllumid
FAMILI
ae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hellophyllum
Kamis, 12-03-2020 17:02 ANDI ZARKIA N.
Hellophyllum
SPESIES
halli EDW&H
NO. PERAGA : 841
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton 5. Enteron
2. Oral disk 6. Hipostoma
3. Oral opening
4. Calyx
CATATAN: PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 Scelerosponge
KELAS
a
ORDO Heterocoela
FAMILI Hyalatrogosidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hyalatragos
Kamis, 12-03-2020 17:07 ANDI ZARKIA N.
Hyalatragos
SPESIES
rugosum MSTR
NO. PERAGA : 1643
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
3. Holdfast
Zaphrentoidesid
FAMILI
ae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Zaphrentoides
Kamis, 12-03-2020 17:12 ANDI ZARKIA N.
Zaphrentoides
SPESIES delanovei EDW
NO. PERAGA : 942 &H
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Calix
2. Eksoskeleton
Stellispongianida
FAMILI
e
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Stellispongia
Kamis, 12-03-2020 17:17 ANDI ZARKIA N.
SPESIE Stellispongia
S glomerata Q
NO. PERAGA : 1652
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi
BENTUK FOSIL Branchng
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Jura Atas (±165-142 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Calcaronea, famili Stellispongianidae, genus
Stellispongia dan dengan nama spesies Stellispongia
glomerata Q.
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami
penguraian dan terbebas dari materi pembusuk maka
organisme ini akan mengalami transportasi oleh air, angin,
atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten
terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Jura Atas (±165-140 Juta Tahun yang
Lalu). Bentuk fosil berupa Branching yang bentuknya
bercabang. Komposisi kimia berupa silikaan sehingga
lingkungan pengendapannya berada di laut dalam. Bentuk
tubuh berupa Test dan Ostium.
.
CATATAN : PARAF
FAMILI Caninianidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Caninia
Kamis, 12-03-2020 17:22 ANDI ZARKIA N.
Caninia
SPESIES cornucopiae
(NICH)
NO. PERAGA : 887
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton 5. Enteron
2. Oral Opening
3. Oral Disk
4. Hipostoma
CATATAN : PARAF
FAMILI Porpitesidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN GENUS Porpites
Kamis, 12-03-2020 17:27 ANDI ZARKIA N. Porpites
SPESIES
porpita L
NO. PERAGA :157
GAMBAR :
KETERANGAN :
CATATAN : PARAF
CATATAN: PARAF
CATATAN: PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
AXEL C. G. SUMULE D061191101 5 KELAS Anthozoa
ORDO Stauriida
Cyathophyllum
FAMILI
idae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Cyathophyllum
Kamis, 12-03-2020 17:42 ANDI ZARKIA N.
Cyathophyllum
SPESIES dinanthus
NO. PERAGA : 395 (GOLDF)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Oral Opening 5. Hipostoma
2. Oral Disk
3. Enteron
4. Eksoskeleton
CATATAN: PARAF