Anda di halaman 1dari 5

Telaumbanua, Bonifasius Putra Perdana. Spesimen Fosil.

SPESIMEN FOSIL

Bonifasius Putra Perdana Telaumbanua1.a, Alex Saputra Hutabarat1, Diva Puspita Ningrum1,
Henoch Alan Setiawan1, Jeremi Sitanggang, Muhammad Rafli Zahran, Raudhatun Nisya, Tiara
Lourensia Br Pardede, Tioma Uly. Tri Wahyuni1, Sepriansah1
1
Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi Dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
a
Email: bonifasius.121150037@student.itera.ac.id

Abstract

Fossil specimens generally have fossil characteristics that are different from the remains of
organisms that have not yet become fossilized. Fossils are naturally preserved remains of life that
are more than 10,000 years old or older than the Holocene. In general, these fossils are formed
from a process of destroying the remains of organisms that have lived before. This often occurs
when plants or animals are buried in an environment free of oxygen. Physically, fossils generally
look duller, have a relatively higher hardness and have a high density so that it can be seen that
the fossils are ancient and have undergone crystallization. Chemically, these fossils generally
experience a change in composition when compared to the initial conditions, either due to
permineralization or recrystallization, which can be seen from the intact fossil form, which has
separated body parts. The purpose of this Fossil Specimen practicum is to classify various kinds
of living things based on their similar characteristics, so as to be able to distinguish between
fossils and non-fossils.

Keywords: Fossil specimens, Fosil, Non Fosil

Abstrak
Spesimen fosil umumnya memiliki karakteristik fosil yang berbeda dengan sisa organisme yang
belum menjadi fosil. Fosil merupakan sisa kehidupan yang dimana terawetkan secara alamiah
yang berumur lebih dari 10.000 tahun atau lebih tua dari masa holosen. Secara umum fosil ini
terbentuk dari suatu proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup sebelumnya.
Hal ini sering terjadi apabila tumbuhan atau hewan terkubur dalam suatu lingkungan yang
terbebas dari oksigen. Secara fisik fosil umumya terlihat lebih kusam, memiliki kekerasan yang
relatif lebih tinggi dan memiliki massa jenis yang tinggi sehingga dapat dilihat fosil telah purba
dan telah mengalami kristalisasi. Secara kimia fosil ini umumnya mengalami perubahan
komposisi jika dibandingkan dengan kondisi awal, baik akibat permineralisasi ataupun
rekristalisasi dapat dilihat dari bentuk fosil utuh menjadi terpisah bagian tubuhnya. Adapun tujuan
dari praktikum Spesimen Fosil ini adalah Mengelompokkan berbagai macam makhluk hidup
berdasarkan kesamaan ciri-ciri yang dimilikinya, sehingga mampu membedakan antara fosil dan
non fosil.

Kata kunci: Spesimen Fosil, Fosil, Non fosil


Telaumbanua, Bonifasius Putra Perdana. Spesimen Fosil.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fosil merupakan sisa tulang belulang
binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu dan tertanam di bawah
lapisan tanah, dalam pengertian geologi fosil merupakan sisa-sisa atau bukti kehidupan
dari waktu geologi sebelumnya atau sisa kehidupan yang terawetkan secara alamiah yang
umurnya lebih dari 10.000 tahun atau sebelum masa holosen. Spesimen fosil umumnya
memiliki karakteristik fosil yang berbeda dengan sisa organisme yang belum menjadi
fosil. Karakteristik pada fosil adalah sudah tersementasikan dan terendapkan selama lebih
dari 10.000 tahun atau sebelum masa holosen sehingga jelas berbeda dengan sisa
organisme yang belum menjadi fosil. Jika organisme masih tergolong baru berarti
organisme tersebut belum tersementasikan apalagi terendapkan sehingga dapat terpapar
bakteri dan mengalami pembusukan.
Spesimen fosil merupakan salah satu cara untuk membedakan antara spesimen fosil dan
bukan fosil berdasarkan karakteristik fisik dan kimia secara umum. Secara fisik fosil
umumnya terlihat lebih kusam, memiliki kekerasan yang relatif lebih tinggi dan memiliki
massa jenis yang tinggi sehingga dapat dilihat fosil telah purba dan telah mengalami
kristalisasi. Secara kimia fosil umumnya mengalami perubahan komposisi jika
dibandingkan dengan kondisi awal, baik akibat permineralisasi ataupun rekristalisasi
dapat dilihat dari bentuk fosil utuh menjadi terpisah bagian tubuhnya. Selain itu fosil juga
umumnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan sisa organisme yang belum
menjadi fosil. Resimen adalah salah satu cara untuk membedakan antara fosil dengan
organisme yang belum menjadi fosil serta yang merupakan proses peralihan suatu
organisme menjadi fosil. Dalam praktikum ini terdapat tujuan pencapaian yaitu mampu
mengetahui berbagai spesimen fosil, dapat menentukan fosil ataupun bukan fosil pada
suatu batuan melalui sifat fisik dan kimia yang nampak pada batuan serta mampu
mendeterminasikan fosil yang diteliti ke dalam kelompok taksonomi yang dimilikinya
melalui ciri morfologi yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam percobaan praktikum ini adalah
1. Apa yang pengertian dari Spesimen fosil
2. Bagaimana mengidentifikasi jenis fosil
3. Bagaimana Cara membedakan antara fosil dan bukan fosil

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari Spesimen fosil
2. Memahami beberapa jenis-jenis fosil
3. Mengetahui perbedaan antara fosil dan bukan fosil
Telaumbanua, Bonifasius Putra Perdana. Spesimen Fosil.

1.4 Tinjauan Pustaka


Dalam skala waktu geologi terdapat dua jenis skala waktu yang dipakai untuk mengukur
dan menentukan umur bumi. Pertama adalah skala waktu relatif, yaitu skala waktu yang
ditentukan berdasarkan urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan
organisme dimasa yang lalu. Kedua adalah skala waktu absolut (radiometrik) yaitu suatu
skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur
kimia yang terkandung dalam bebatuan (Noor, 2009). Kegiatan dalam
mengidentifikasikan fosil meliputi identifikasi fosil secara anatomis dan taksonomi.
Identifikasi anatomis dilakukan untuk mengetahui jenis spesimen fosil sedangkan
identifikasi taksonomi dilakukan untuk mengetahui jenis hewan atau tumbuhan dari fosil
tersebut. Spesimen fosil merupakan salah satu cara untuk membedakan antara spesimen
fosil dan bukan fosil berdasarkan karakteristik fisik dan kimia secara umum. Secara fisik
fosil umumya terlihat lebih kusam, memiliki kekerasan yang relatif lebih tinggi dan
memiliki massa jenis yang tinggi sehingga dapat dilihat fosil telah purba dan telah
mengalami kristalisasi. Secara kimia fosil umumnya mengalami perubahan komposisi
jika dibandingkan dengan kondisi awal, baik akibat permineralisasi ataupun rekristalisasi
dapat dilihat dari bentuk fosil utuh menjadi terpisah bagian tubuhnya. Selain itu fosil juga
umumnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan sisa organisme yang belum
menjadi fosil.
Fosil berasal dari bahasa Latin fodere yang artinya menggali. Fosil, sesuatu yang berada
di dalam tanah, untuk mendapatkan sebuah fosil dilakukan tindakan dengan menggali.
Pada tahun 1550-1800an disebutkan bahwa, semua benda-benda yang diperoleh harus
melalui proses penggalian. Dikatakan sebuah fosil, baik asalnya berupa mineral atau sisa-
sisa organisme dari hewan (Cassanova, 1960). Fosil diartikan sebagai sisa-sisa, cetakan,
dan jejak dari segala makhluk hidup, baik itu dari manusia, hewan, dan juga tumbuh-
tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologi ataupun
masa prasejarah yang telang berlalu (Jackson, 1984). Dalam menemukan suatu fosil dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu salah satunya dengan melakukan kegiatan
ekskavasi. Yang mana ekskavasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
menggali ataupun membongkar suatu susunan fosil tertentu yang terperangkap di dalam
lapisan batuan sedimen, yang mana tujuannya untuk menemukan benda-benda
peninggalan yang ada pada zaman dahulu.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil dan pembahasan yang didapat setelah melakukan pratikum adalah :

2.1 Klasifikasi Non Fosil


Pada spesimen ini berupa tengkorak kepala dan dikatakan sebagai non fosil. Hal ini
dikarenakan pada tengkorak ini belum terlihat bahwa dia telah terendapkan secara alami
dan belum memiliki umur selama lebih dari 10.000 tahun. Dikatakan begitu karena dilihat
dari kondisi spesimen ini yang pernah mengalami pembakaran. Pada saat melakukan
identifikasi telah kami lakukan goresan-goresan dengan menggunakan paku baja dan juga
dengan cara menggoreskan paku ke spesimen tersebut dan hasil yang didapatkan adalah
sampel tidak tergores. Dan ketika ditetesi HCl sampel tidak mengalami reaksi dengan
Telaumbanua, Bonifasius Putra Perdana. Spesimen Fosil.

mengeluarkan buih yang mana artinya pada sampel ini tidak berkarbonat akan tetapi pada
bagian dalam bekas gigi sampel bereaksi mengeluarkan buih pada saat ditetes kan HCl.
Hal ini dikarenakan kalsium pada tulang memiliki sifat yang mudah bereaksi dengan asam
kuat sehingga membentuk larutan garam kalsium. Berdasarkan deskripsi yang telah
dicatat maka dapat disimpulkan bahwa tengkorak kepala tersebut merupakan kingdom
animalia.

Gambar 1. Klasifikasi Non Fosil

2.2 Klasifikasi Fosil


Fosil kayu yang membatu adalah sejenis fosil, yaitu fosil kayu di mana semua bahan
organiknya telah digantikan oleh mineral (biasanya sejenis silikat, seperti quartz), dengan
struktur kayu tetap terjaga. Proses fosil terjadi di bawah tanah, ketika kayu terkubur di
bawah lapisan sedimen. Air yang banyak mengandung mineral masuk ke dalam sel-sel
tanaman dan sementara lignin dan selulosa membusuk, mereka digantikan oleh batu. Ciri
yang sangat mendasar dari fosil-fosil kayu yang berada di dalam dan pinggiran sungai
lebih keras dan bahkan bagian-bagian kulitnya sudah tidak terdapat kapur, seolah-olah
sudah ada proses pemolesan oleh manusia. Ini terjadi kerana terjadi gesekan-gesekan
antara fossil kayu dengan pasir dan batuan lainnya yang berada di dalam sungai selama
jutaan tahun lamanya.

Gambar 2. Klasifikasi Fosil


Telaumbanua, Bonifasius Putra Perdana. Spesimen Fosil.

3. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah
1. Spesimen fosil merupakan salah satu cara untuk membedakan antara spesimen
fosil dan bukan fosil berdasarkan karakteristik fisik dan kimia secara umum.
Secara fisik fosil umumya terlihat lebih kusam, memiliki kekerasan yang relatif
lebih tinggi dan memiliki massa jenis yang tinggi sehingga dapat dilihat fosil telah
purba dan telah mengalami kristalisasi. Secara kimia fosil umumnya mengalami
perubahan komposisi jika dibandingkan dengan kondisi awal, baik akibat
permineralisasi ataupun rekristalisasi dapat dilihat dari bentuk fosil utuh menjadi
terpisah bagian tubuhnya

2. Fosil keong, fosil cangkang kerang, fosil gigi hiu, fosil spesies amber, fosil kayu,
fosil mold, fosil moluska.

3. Karakteristik pada fosil adalah sudah tersementasikan dan terendapkan selama


lebih dari 10.000 tahun atau sebelum masa holosen sehingga jelas berbeda dengan
sisa organisme yang belum menjadi fosil. Jika organisme masih tergolong baru
berarti organisme tersebut belum tersementasikan apalagi terendapkan sehingga
dapat terpapar bakteri dan mengalami pembusukan. Massa berat fosil lebih terasa
berat dibandingkan dengan massa berat non fosil. Fosil juga sudah tidak memiliki
bentukan aslinya disebabkan oleh proses sementasi sedangkan non fosil masih
terlihat jelas bentukan asli dari non fosil itu sendiri

REFERENSI

Cassanova, R. (1960). Fossil Collecting. London.


Jackson, B. &. (1984). Dictionary Of Geological. New York.
Noor, D. (2009). Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknik Universitas Pakuan.

Anda mungkin juga menyukai