Anda di halaman 1dari 7

Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

Freeze, Amber dan Ekskavasi


Rivaldi Aditya1, Andri Putri Matanari2, Esterina Yolanda Lumbantoruan3, Fathia Syarla Martiza4,
Fenesia Zefrinka Simatupang5, Ghanendra Hafiz Sugianto 6, Immanuel Armando Morientes Butar-
Butar7, Joyce Agnes Gladys Sinuraya 8, Rumiris Siboro9, Yapi Purnama10.
Sepriansyah, Anggita Wardani

Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi Dan Industri, Institusi Teknologi Sumatera

Email: aditya.122150091@student.itera.ac.id

Abstract

Unconventional fossilization is fossilization whose process does not commonly occur in nature.
This process requires special environmental conditions. Fossilization included in this category is
amber, frozen fossil. But there is one similarity between conventional and unconventional
fossilization. To find them, it is necessary to dig. In this experiment, we try to simulate the
conditions and mechanisms of how amber and frozen fossils are formed and preserved in nature
by using simple materials such as frozen fish and frozen bananas to simulate freezing fossils and
using resin and catalysts as well as insects to simulate amber fossilization. We also simulated the
excavation process using materials that we had previously created last week to simulate the
excavation of conventional fossilization such as molds and casts as well as trace fossils. The result
of this experiment is that we know how amber fossilization and freezing fossils occur and are
formed in nature and we know how important the excavation process is in fossil exploration.

Keywords: fossilization, unconventional fossilization, fossil freeze, amber fossil, excavation

Abstrak

Fosilisasi unkonvensional merupakan fosilisasi yang prosesnya tidak umum terjadi di


alam. Proses ini memerlukan kondisi lingkungan yang khusus. Fosilisasi yang termasuk
dalam kategori ini adalah amber, freezing fossil. Tetapi ada satu persamaan diantara
fosilisasi konvensional dan unkonvensional. Untuk menemukan mereka, maka perlu
dilakukan penggalian. Dalam eksperimen ini, kami mencoba menyimulasikan kondisi
dan mekanisme bagaimana amber dan freezing fossil terbentuk dan terpreservasi di alam
dengan menggunakan material sederhana seperti ikan yang dibekukan dan pisang yang
dibekukan untuk simulasi freezing fossil dan menggunakan resin dan katalisator serta
serangga untuk simulasi fosilisasi amber. Juga kami mensimulasikan proses eksavasi
menggunakan material yang kami telah buat sebelumnya di minggu lalu untuk
mensimulasikan penggalian fosilisasi konvensional seperti mold dan cast serta fosil jejak.
Hasil dari percobaan ini adalah kami menegtahui bagaimana fosi amber dan freezing
fossil terjadi dan terbentuk di alam serta kami mengetahui bagaimana pernan penting
proses eksavasi dalam eksplorasi fosil.
Kata Kunci : Fosilisasi, Fosilisasi unkonvensiaonal, fosil freeze, fosil amber, ekskavasi
Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Fosil menjadi salah satu petunjuk bagi manusia untuk mengetahui corak kehidupan masa
lalu yang nantinya dapat digunakan untuk menyimulasikan paleoenvironment kala itu.
Fosil yang terdapat di alam umumnya ditemukan dalam kondisi tidak utuh karena
jaringan lunaknya telah terurai. Namun dalam kasus khusus, terdapat fosilisasi yang dapat
membuat objek terpreservasi utuh beserta jaringan lunaknya. Proses ini dinamakan
sebagai fosilisasi unkonvensional karena proses ini tidak umum terjadi. Fosilisasi
ukonvensional adalah proses pemfosilan yang terjadi dalam situasi atau kondisi langka
dan tidak umum. Proses fosilisasi ini terbilang cukup istimewa karena proses pemfosilan
ini terjadi tanpa melalui proses pembusukan pada organisme mati tersebut. Fosilisasi
jenis ini, umumnya proses pemfosilannya terjadi karena melibatkan kondisi lingkungan
atau situasi yang tidak biasa seperti seperti di lingkungan yang sangat dingin sehingga
fosil mengalami pembekuan atau melalui proses kimia khusus. Dalam proses ini yang
termasuk dalam kelompok ini ialah amber dan freezing fossil. Meskipun begitu, tetapi ada
satu persamaan diantara fosilisasi konvensional dan unkonvensional yaitu untuk
menemukan mereka, maka perlu dilakukan penggalian atau yang disebut sebagai
eksavasi. Ekskavasi adalah proses penggalian atau penggalian tanah dan batuan untuk
mengungkapan data berupa tinggalan fosil.
1.2. Rumusan masalah
Permasalahan pada praktikum ini berkutat pada:
1. Bagaimana mekanisme pembentukan amber?
2. Bagaimana mekanisme pembentukan freez fossil?
3. Bagaimana proses eksavasi dan peran penting dalam eksplorasi fossil?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat membedakan proses fosilisasi freeze serta bentuk simulasinya.
2. Dapat mensimulasikan pembentukan amber fossil dan membedakan dengan
proses fosilisasi lainnya.
3. Dapat mensimulasikan kegiatan ekskavasi berbagai jenis fosil seperti fosil mold
and cast, trace fossil, dan dalam strata burial.

1.4 Potensi dan Manfaat Praktikum


Potensi dan manfaat dari praktikum adalah
1. Praktikan dapat mempelajari bagaimana terjadinya fosilisasi konvesional.
2. Praktikan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi pembentukan
fosil.
3. Praktikan megetahui keberadaan sisa oraganisme dalam sistem pegendapan
sedimentasi uang sederhana dari ekskavasi.

1.5 Tinjauan Pustaka


Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

1.5.1 Pengertian Fosil dan Fosilisasi


Fosil adalah sisa aktivitas organisme yang telah mati atau terkubur selama lebih
dari sepuluh juta tahun. Adanya fosil dapat memberikan gambaran mengenai
bagaimana kehidupan masa lalu dengan melihat bagaimana fosil itu terjadi, jenis
fosilnya material sedimen tempat fosil terpreservasi dan rekonstruksi spesies
sehingga memberikan gambaran dan data mengenai paleoenvironment dan
paleografi tempat fosil terbentuk. Fosilisasi dibagi menjadi dua yaitu fosilisasi
konvensional dan fosilisasi unkonveksional. Fosilisasi konvensional merupakan
proses yang terjadi secara umum pada sisa-sisa organisme padahewan maupun
tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimentasi atau endapan-endapan yang
mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian, ataupun jejaknya saja,
sedangkan Fosilisasi unkonvensional adalah suatu proses fosilisasi yang proses
kejadiannya tidak umum ditemui di alam. (Stearn, 1989) Proses fosilisasi
unkonvensional menjadi sebuah fenomena unik dimana jaringan jaringan lunak
dari organisme yang terpreservasi masih ada dan melekat pada tubuh fosil. Ada
beberapa jenis fosilisasi unkonvensional yang ada di alam, seperti freez fossil dan
amber. (Ray, 2008)

1.5.2 Proses Fosilisasi Unkonvensional


Fosilisasi unkonvensional dikatakan proses pemfosilan yang terjadi tidak pada
umumnya karena proses pemfosilan ini berlangsung selama ribuan tahun tanpa
mengalami proses pembusukan terhadap organisme yang mati tersebut. Contoh
fosilisasi unkonvensional adalah fosilisasi freeze dan amber fossil. Fosilisasi
freeze merupakan proses pemfosilan suatu organisme dimana proses pemfosilan
ini tidak berlangsung proses pembusukan terhadap organisme mati tersebut karena
organisme mati tersebut terperangkap di dalam es beku yang membuat bakteri
pembusuk tidak dapat hidup lalu kemudian secara alamiah membuat organisme
mati tersebut terawetkan tanpa mengalami proses pembusukan hingga menjadi
suatu fosil. (McFall, 1972) Sedangkan amber fossil merupakan suatu proses
pemfosilanyang terjadi pada suatu organisme yang terperangkap dalam getah
pohon kemudian terhindar dari proses pembusukan lalu terendapkan selama
ribuan tahun sehinggamembatu membentuk sebuah fosil. (Raham, 2009) Getah
karet (amber) merupakan alat alamiah yang mempunyai peran penting dalam
paleontologi, karena kemampuannya dalam mengawetkan organisme baik hewan
maupun tumbuhan secara akurat, serta mampu bertahan selama jutaaan tahun.
Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui serta membedakan prosesfosilisasi
freeze dan proses pembentukan amber fossil dengan beberapa contoh
prosesfosilisasi yang telah disimulasikan sebelumnya. Meskipun kasus fosil
unkonvensional tidak umum terjadi, namun terdapat satu persamaan jenis
fosilisasi ini dengan fosilisasi konvensional, yakni harus dilakukan eksavasi untuk
mendapatkan dan menemukan fosil ini. Eksavasi adalah suatu proses berupa
penggalian untuk mengambil sesuatu yang sifatnya tertimbun. Dalam hal ini, perlu
Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

dilakukan eksavasi dikarenakan fosil adalah sisa makhluk hidup yang mengalami
burial sehingga perlu dilakukan penggalian. (Herawati, 2019)

3. Hasil Dan Pembahasan


3.1. Freeze

Gambar 1. Proses freeze pada ikan

Gambar 2. Proses freeze pada pisang


Pada praktikum freeze, digunalan bahan berupa ikan dan pisang yang telah
dibekukan. Ikan yang digunakan berupa ikan mas berukuran kecil dan pisag muli.
Dalam percobaan ini, konsidisi awal dari kedua organisme terlihat segar dan tidak
menunjukkan tanda tanda perubahan struktur dan dekomposisi seperti pisang yang
masih berwarna kuning cerah dan ikan yang berwarna merah segar. Setelah dilakukan
pembekuan pada kedua organisme, ditemukan perubahan yang cukup mencolok.
Pada ikan, ditemukan perubahan warna insang yang sebelumnya berwarna merah
segar menjadi merah tua, daging ikan menjadi keras akibat pembekuan, serta tekstur
pada ikan yang mati menjadi kaku yang diakibatkan perubahan suhu yang drastis.
Proses pembekuan ini dilakukan dalam waktu semalaman sehingga kristal-kristal es
menusuk ikan dan mengakibatkan ikan tidak dapat bertahan hidup. Cara agar ikan
dapat bertahan hidup meski dibekukan yakni dengan dibekukan pada lingkukangan
yang ekstrem atau dengan cara menggunakan nitrogen yang mana menyebabkan
suhunya menjadi turun secara drastis. Pada pisang ditemukan perubahan seperti
pisang menjadi tidak segar dan pucat, kulit pisang berwarna kuning kehitaman dan
layu, serta tekstur menjadilembek. Hal ini terjadi karena air yang digunakan adalah
suhu yang sangat rendah, airmentah yang digunakan, serta buah ditaruh di dalam
suatu wadah yang berisi airsehingga tidak dapat dihindari buah akan menyerap air
yang ada di sekelilingnya yangmengakibatkan daging buah menjadi lembek serta
berubah warna namun hal ini tetap tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
pembusukan.
Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

3.2 Amber

Gambar 3. Sebelum menjadi amber Gambar 4. Setelah menjadi amber

Percobaan kedua adalah pembentukan fosil amber menggunakan resin yang diberi
katalisator. Resin ini kemudian diberi serangga sebagai simulasi pembentukan fosil
amber yang sering terdapat serangga didalamnya. Katalisator bertindak sebagai
oksidator yang mempercepat pengerasan material resin sehingga dapat segera
mengeras dengan kompensasi kenaikan suhu. Resin sintetis yang telah ditakar dalam
gelas lalu diteteskan katalis polyester sebanyak 5 tetes yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi kimia yang berujung pada pengerasan material. saat resin masih
kental, ditambahkan serangga kedalam gelas. Setelah beberapa lama, resin mengeras
sepenuhnya. Pada percobaan ini, output hasil percobaan berhasil menyimulasikan
baik proses maupun duplikasi modelnya. Hal ini dikarenakan pada proses ini, dapat
terlihat bahwa proses pembentukan amber dialam dapat tersimulasikan dengan baik
tanpa ada gangguan atau eror yang mengganggu. Katalis berperan sebagai
“pemercepat waktu” bagi proses ini sehingga hanya perlu waktu yang cukup singkat.
Warna amber yang dihasilkan pada simulasi ini berwarna bening dengan sedikit hue
hijau. Di alam sendiri, amber dibentuk dari resin tanaman seperti damar yang
mengalami koagulasi akibat reaksi dengan udara. Dan sering terdapat serangga yang
terjebak didalamnya akibat terjebak saat melintas dan tidak cukup kuat untuk
meloloskan diri. Tidak semua getah dapat menjadi bahan seperti resin dalam amber.
Hal ini dikarenakan diperlukan suatu kandungan bahan kimia semacam asam resinoal
sebagai material utamanya beserta minyak atsiri khusus. Sehingga amber cukup
jarang ditemukan di alam.

3.3 Ekskavasi

Gambar 5. Ekskavasi daun Gambar 6. Ekskavasi tulang ayam


Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

Gambar 7. Ekskavasi tulang ikan Gambar 8. Ekskavasi mold&cast

Percobaan ketiga adalah simulasi eksavasi dari spesimen strata burial dan cetakan
yang telah dibuat pada minggu lalu. Ekskavasi merupakan kegiatan menggali,
mengamati serta meneliti suatu susunan burial fosil yang telah tersingkap dalam
lapisas batuan. Dalam kegiatan ini simulasi ekskavasi dilakukan pada contoh fosil
yang telah dibuat sebelumnya yaitu mold and cast, trace fossil dan strata burial.
Praktikum ini berguna untuk mengambarkan bagaimana proses eksavasi secara nyata
serta korelasinya terhadap eksplorasi fosil. Pada praktikum eksavasi dimulai dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam praktikum. Pada
percobaan ekskavasi starta burial terdapat tiga lapisan. Lapisan paling atas hanya
ditemukan gypsum yang menandakan sedimen lapisan paling atas jarang terdapat
fosil, Lalu pada lapisan berikutnya ditemukan sisa organisme seperti tulang ikan yang
kondisinya sudah hancur dikarenakan terdapat organisme yang melakukan
penguraian. Selanjutnya pada lapisan ketiga terdapat tulang ayam yang sudah
mengalami pembusukan. Dari hal ini dapat diketahui bahwa strata burial berkaitan
denhan hukum steno dimana semakin bawah semakin tua umurnya. Pada ekskavasi
mold dan cast, terlihat mold cangkang kerrang yang menyetak permukaan gypsum.
Ekskavasi pada trace fossil dapat terlihat seperti bekas sisa aktivitas organisme pada
lapisan gypsum.

4. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah:
1. Fosilisasi unkonvensional adalah proses pemfosilan suatu organisme yang
terjadi secara tidak umum yang mana proses fosilisasi ini terbilang cukup
istimewa karena proses pemfosilan ini terjadi tanpa melalui proses pembusukan
pada organisme mati tersebut
2. Freeze merupakan proses pemfosilan suatu organisme dimana proses pemfosilan
ini tidak mengalami proses pembusukan terhadap organisme yang mati
dikarenakan organismenya terperangkap di dalam es beku pada lingkungan yang
rendah ektream.
3. Amber merupakan suatu proses pemfosilan yang terjadi pada suatu organisme
yang terperangkap dalam getah pohon
4. Eksavasi memiliki peran penting dalam eksplorasi fosil karena
dapatmengungkap data data dan menyingkap lapisan sedimen serta
mengeluarkan fosil dari lapisan lapisan tersebut.
Rivaldi, Aditya Bayu, Freeze, Amber, dan Ekskavasi

5. Referensi

Herawati, H. (2019). Arkeologi. In Sebagai Suatu Pengantar. Pare pare: CV. KAAFFAH LEARNING
CENTER.

McFall, P. (1972). Fossils for the Amateur. New York: Litton Educational Publishing, Inc.

Raham, G. (2009). Fossils. In The Restless Earth. New York: Chelsea House.

Ray, A. K. (2008). In Fossils in Earth Sciences. New Delhi: PHI Learning Privet Limited.

Stearn, C. W. (1989). Paleontology. In The Record Of Life. New York: John Wiley & Sins, Inc.

Anda mungkin juga menyukai